Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), di negara berkembang,
gangguan jiwa memberikan sumbangan besar pada beban penyakit melalui
kesakitan, kecacatan, dan kematian dini, termasuk indonesia yang merupakan
salah satu negara berkembang. Hasil riset WHO dan World Bank dalam Rasmun
(2009) menyimpulkan bahwa gangguan jiwa dapat mengakibatkan penurunan
produktifitas sampai dengan 8,5%, saat ini gangguan jiwa menempati urutan
kedua setelah penyakit infeksi dengan 11,5%.
Gangguan jiwa secara umum dibagi menjadi dua, yaitu psikotik dan non
psikotik (neurotik). Gangguan psikotik terdiri dari psikotik organik (delirium,
epilepsi, demensia) dan psikotik non organik (misalnya skizofrenia) (Kusumawati
& Hartono, 2011). Menurut data statistik Direktorat Kesehatan Jiwa dalam
Sadock dan Sadock (2010), pasien psikotik yang terbanyak adalah dengan
diagnosis skizofrenia yakni sebanyak 70%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 dan pusat data dan informasi, penduduk indonesia
secara nasional mengalami gangguan mental berat (skizofrenia) sebanyak 7,0%
atau secara absolute penduduk indonesia yang menderita gangguan jiwa.
Berdasarkan data yang didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi pada
tahun 2016 bahwa dari 3,5 juta penduduk sebanyak 1.538 orang mengalami
gangguan jiwa (skizofrenia).
Skizofrenia merupakan gangguan neurologis yang mempengaruhi persepsi
klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya (Direja, 2011).
Terdapat tujuh masalah keperawatan yang umumnya dapat muncul pada klien
skizofrenia yaitu harga diri rendah, waham, isolasi sosial, halusinasi, defisit
perawatan diri, resiko perilaku kekerasan, dan resiko bunuh diri. Salah satu
masalah keperawatan yang menjadi akibat/efek dari masalah keperawatan lainnya
adalah resiko perilaku kekerasan (Townsend, 2010).
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon terhadap stessor yang
dihadapi oleh seseorang. Respon ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri
sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Adapun dampak dari perilaku kekerasan
antara lain mengamuk, memecahkan barang-barang disekitar dan mengganggu

1
orang lain. Sehingga penanganan pada pasien dengan perilaku kekerasan perlu
dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga kesehatan, seperti perawat (Keliat &
Akemat, 2012). Beberapa cara/terapi dapat dilakukan untuk menangani klien
dengan masalah resiko perilaku kekerasan seperti terapi individu, terapi
kelompok, dan terapi keluarga (Sadock, 2010).
Berdasarkan hasil observasi yang kelompok lakukan pada 5 orang klien
dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan di ruang Epsilon, Tn. P
adalah klien yang masih cenderung melakukan perilaku kekerasan, Tn. P terlihat
mudah terpancing amarah saat diajak bercakap-cakap lebih dari 5 menit, tangan
tampak mengepal, mata tampak melotot, ekspresi wajah tegang dan mudah
tersinggung. Berdasarkan latar belakang tersebut maka kelompok memilih untuk
melakukan pemberian asuhan keperawatan pada Tn. P dengan masalah
keperawatan utama resiko perilaku kekerasan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumusan masalahnya adalah
bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn. P dengan resiko perilaku
kekerasan?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan keperawatan Tn. P dengan diagnosa resiko
perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. P dengan
masalah RPK.
b. Mampu merumuskan masalah keperawatan pada Tn. P.
c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada Tn. P.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn.P.
e. Mampu mengevaluasi catatan perkembangan keperawatan pada Tn.P.

2
1.4 Manfaat Penuliasan
1.4.1 Bagi Mahasiswa Profesi Ners
Dapat mengetahui tatalaksana maupun strategi pelaksanaan pada pasien
dengan masalah resiko perilaku kekerasan.
1.4.2 Bagi Perawat Ruangan
Dapat menjadi referensi untuk mengatasi masalah pasien dan melanjutkan
strategi pelaksanaan pada Tn.P.
1.4.3 Bagi Program Studi Profesi Ners
Dapat menjadi bahan ajuan dalam pengembangan ilmu dibidang
keperawatan khususnya di keperawatan jiwa.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan
kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2007).

2.2 Etiologi
Pada klien gangguan jiwa, perilaku kekerasan bisa disebabkan adanya
gangguan harga diri: harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan
ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan
negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan
terhadap penyakit (rambut botak karena terapi), rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri), gangguan hubungan sosial (menarik diri),
percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan), mencederai diri (akibat dari
harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan
mengakiri kehidupannya (Keliat, B A, 2006).

2.3 Faktor Predisposisi


Faktor predisposisi dari perilaku kekerasan adalah:
a. Psikologi
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian
dapat timbul agresif atau amuk.
b. Perilaku
Reinforcement yang diterima jika melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan, merupakan aspek yang menstimulasi dan
mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya
Budaya tertutup, kontrol sosial tidak pasti terhadap perilaku kekerasan
menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.

4
d. Bioneurologis
Kerusakan sistem limbik, lobus frontal atau temporal dan
ketidakseimbangan neurotransmiter (Keliat, B A, 2006).

Adapun beberapa hal yang menyebabkan munculnya gangguan jiwa pada


perilaku kekerasan yang dipengaruhi oleh faktor predespos menurut Yosep
(2010) adalah sebagai berikut:
a. Faktor Psikologis
Psichoanalytical theory : teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instructual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia dipengaruhi oleh dua insting, pertama insting hidup yang
diekspresikan dengan seksualitas ; dan kedua : insting kematian yang
diekspresikan dengan agresifitas.
b. Faktor Sosial Budaya
Ini mengemukakan bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon
yang lain. Agresif dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan untuk
terjadi. Jadi seseorang akan berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya
secara agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya. Kultur dapat pula
mempengaruhi perilaku kekerasan, adanya norma dapat membantu
mendefinisikan ekspresi agresif mana yang diterima atau tidak dapat diterima
sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan
cara yang asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif
mempunyai dasar biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa
adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada
ditengah sistem limbik).

5
2.4 Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan adalah sebagai
berikut (Yosep, 2010):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan  eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan
tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

2.5 Manifestasi Klinis


a. Emosi : tidak adekuat, tidak aman, rasa terganggu, marah (dendam), jengkel.
b. Fisik : muka merah, pandangan tajam, nafas pendek, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan obat dan tekanan darah.
c. Intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.
d. Spiritual : kemahakuasaan, kebijakan/kebenaran diri, keraguan, tidak
bermoral, kebejatan kreativitas terhambat.
e. Sosial : menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, humor
(Keliat, B A, 2006).

6
2.6 Rentang Respon
Menurut Iyus Yosep (2010) bahwa respons kemarahan berfluktuasi dalam
rentang adaptif maladaptif.
Skema 1.1. Rentang Respon Kemarahan

Respon   adaptif                                                              Respons maladaptif


I-------------------I------------------I----------------------I-------------------I
Asertif         frustasi                 pasif                      agresif               
kekerasan

a. Perilaku asertif  yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa
menyalahkan atau meyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan
pada individu.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena yang
tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
c. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk engungkapkan
perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari
suatu tuntunan nyata.
d. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau
ketakutan/panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk,
mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata-kata ancaman tanpa niat
melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai
orang lain.
e. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan
ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata
ancaman, melukai pada tingkat ringan sampa pada yang paling berat. Klien
tidak mampu mengendalikan diri.

2.7 Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada
penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan
mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri. Kemarahan
merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.

7
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi
diri (Stuart & Sundeen, 2007).

2.8 Penatalaksanaan
a. Tindakan keperawatan
SP 1 :
1) Identifikasi penyebab, tanda & gejala, PK yang dilakukan, akibat PK
2) Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual
3) Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
4) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
SP 2 :
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
SP 3 :
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan, meminta, menolak dengan benar)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat dan
verbal
SP 4 :
1) Evaluasi kegiatan latihan fisik & obat & verbal. Beri pujian
2) Latih cara mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3) Masukkan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat,
verbal dan spiritual
b. Terapi medis
1) Clorpimazine (CPZ)
Untuk mensupresi gejala-gejala psikosa: agitasi, ansietas,
ketegangan,kebingungan insomnia,halusinasi, waham dan gejala-gejala
lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, maniak,
depresi,gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.cara
pemberian perroral atau intra muskular.

8
2) Haloperidol
Untuk gangguan psikotik, sindroma gilles dela tourett pada anak-anak dan
dewasa. Kontraindikasi: depresi saraf pusat. Penyakit parknson,
mengantuk, tremor, letih, lesu, gelisah, gejala ekstra piramidal.
3) Trihexyphenidyl (THP,Artane,Tremin) : Untuk gejala skizofrenia

2.9 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


Asuhan keperawatan adalah bagian integral dari pelayanan kesehatan
berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dalam bentuk pelayanan bio-psiko-
sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan pada individu baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Asuhan keperawatan jiwa adalah proses yang interpersonal yang
berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang
mengkontribusi pada fungsi yang terintegrasi. ANA (American Nurses
Association) mendefinisikan keperawatan kesehatan mental dan psikiatrik
sebagai suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan teori
perilaku manusia sebagai ilmunya dan penggunaan diri secara terapeutik
sebagai kiatnya (Stuart & Sundeen. 2007).
a. Pengkajian
1) Faktor predisposisi
a) Riwayat kelahiran dan tumbuh kembang (biologis)
b) Trauma karena aniaya fisik, seksual, atau tindakan aniaya fsik
c) Tindakan anti social
d) Penyakit yang pernah diderita
e) Gangguan jiwa di masa lalu
f) Pengadaan sebelumnya
2) Aspek psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis klien.  Sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi jiwa
amuk adalah : penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien. Pola
asuh pada usia anak-anak yang tidak adekuat misalnya tidak ada kasih

9
saying, diwarnai kekerasan dalam  keluarga merupakan resiko gangguan
jiwa amuk.

3) Aspek social budaya


Kemiskinan, konflik  social budaya , kehidupan terisolasi, disertai stress
yang menumpuk, kekerasan dan penolakan.
4) Aspek spiritual
Klien merasa berkuasa dan dirinya benar, tidak bermoral.
5) Factor fisik
a) Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, diagnosa medis,
pendidikan dan pekerjaan.
b) Keturunan
Adalah penyakit keluarga yang sama dengan klien atau gangguan
jiwa lainnya, jika ada sebutkan.
c) Proses psikologis
Riwayat kesehatan masa lalu : apakah klien pernah sakit atau
kecelakaan, apakah sakit tersebut mendadak / menahun dan
meninggalkan cacat
d) Makan dan minum klien
e) Istirahat tidur
f) Pola BAB/BAK
g) Latihan
h) Pemeriksaan fisik
Fungsi system, seperti pernafasan, kardiovaskuler, gastrointestinal,
genitourinary, integument dan paru udara. Penampilan fisik,
berpakaian rapi/tidak rapi, bersih, factor tubuh (kaku ,lemah, rileks,
lemas)
i) Factor Emosional
Klien merasa tidak aman, mersa terganggu, dendam, jengkel.
j) Faktor Mental
Cenderung mendiminasi, cerewet, kasar, meremehkan dan suka
berdebat.
k) Latihan

10
Menarik diri, pengasingan, penonalakan, kekerasan, ejekan,
sindiran.

b. Diagnosa
1) Risiko Perilaku Kekerasan

c. Rencana tindakan
1) Tujuan umum : klien tidak mencederai sendiri, orang lain dan
lingkungan.
2) Tujuan khusus:
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
b) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
c) Klien dapat mengidentifikasi tanda perilaku kekerasan
d) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
e) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
f) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol marah : fisik, obat, verbal
dan spiritual

d. Intervensi
1) SP 1 Pasien
a) Identifikasi penyebab, tanda dan gejala PK yang dilakukan, akibat PK
b) Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal dan spiritual
c) Latihan cara mengontrol PK secara fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
d) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik.
2) SP 2 Pasien
a) Evaluasi kegiatan harian fisik. Beri pujian
b) Latih cara mengontrol PK dengan obat (jelaskan 6 benar : jenis,
guna, dosis, frekusensi, cara dan kontinuitas minum obat)
c) Masukan pada jadual kegiatan untuk latiahan fisik dan minum obat.
3) SP 3 Pasien
a) Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat. Beri pujian
b) Latih cara mengontrol PK secara verbal (3 cara, yaitu:
mengungkapkan perasaan, meminta dan menolak dengan benar)

11
c) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, obat dan verbal.
4) SP 4 Pasien
a) Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verbal. Beri pujian
b) Latih cara mengonrol PK dengan spiritual (2 kegiatan)
c) Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik, minum obat, verbal
dan spiritual.

12
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. P
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

3.1 Pengkajian

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. P (L)
Umur : 33Tahun
No. CM : 05.11.34
Tanggal Masuk : 14 Januari 2020

Ruangan I : IGD
Ruangan II : Alfa
Ruangan III : Epsilon
Tanggal Pengkajian : 22 Januari 2020

B. ALASAN MASUK
Keluarga mengatakan alasan membawa klien ke RSJ adalah karena selama
± 1 minggu klien mengamuk, mengganggu warga disekitar lingkungan
rumahnya, berusaha melukai nya.

C. FAKTOR PRESIPITASI
Keluarga mengatakan ± 1 minggu sebelum dibawa kerumah sakit klien
mengamuk dan melukai adiknya serta memukul dinding rumahnya dan
mengganggu warga disekitar lingkungan rumahnya. Keluarga juga mengatakan
bahwa semenjak dari magelang klien jarang minum obat.
Saat pengkajian klien mengatakan dia merasa kesal dan ingin marah.
Ekspresi wajah tampak tegang, mata melotot, tatapan sinis, gigi tampak berkatup
ketika ia kesal, dan klien mudah tersinggung.

D. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?

YA
Jelaskan : Klien pernah dirawat jalan di magelang pada tahun
2016. Klien mengatakan semenjak bercerai dari
istrinya mengalami depresi pada tahun 2013 silam.
TIDAK

13
2. Pengobatan sebelumnya?

Berhasil Tidak berhasil


Kurang berhasil

3. Trauma

Usia Pelaku Korban Saksi


Aniaya fisik -
Tindakan kriminal

Jelaskan:
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejadian aniaya fisik
MK: Resiko Perilaku Kekerasan.

4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa


YA
TIDAK

Jelaskan :
Keluarga klien mengatakan nenek klien dari pihak ibu juga mengalami
masalah kejiwaan yang sama dengan klien.

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Klien mengatakan dia mengatakan merasa sedih dan kecewa karena bercerai
dengan istri nya (sejak tahun 2013) apalagi klien melihat langsung istrinya
berselingkuh dengan teman dekatnya sendiri, semenjak itu klien mudah
terpancing emosinya.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda Vital
TD : 110 / 70 mmHg
HR : 80 kali / menit
S : 36,4 oC
RR : 20 kali / menit
2. Ukur
BB : 68 Kg
TB : 170 cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada keluhan fisik.

14
F. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal dunia

= Klien

= Tinggal Serumah

Jelaskan :
Klien mengatakan dia anak ketiga dari enam bersaudara, dan memiliki dua
anak dengan mantan istrinya, tetapi anaknya sudah meninggal semua. Dan
kini klien mengaku tinggal dengan adiknya. Klien mengatakan adikknya
terlalu sibuk bekerja dan kurang memperhatikan dirinya dan adiknya yang
lain tidak pernah mengunjunginya hanya sesekali saja menelfon untuk
menanyakan kondisinya.

MK : Koping keluarga tidak efektif

Konsep Diri:
a. Citra Tubuh
Klien mengatakan tubuhnya cukup sempurna. Klien tidak merasa malu
dengan kondisi tubuhnya dan sangat mensyukuri kelengkapan anggota
tubuhnya.

15
b. Identitas diri
Klien merupakan anak ke-2 dari enam bersaudara. Klien tidak mengalami
kesalahan dalam menilai identitas dirinya. Klien dapat menyebutkan
dengan benar tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat/tempat
tinggalnya sesuai dengan yang tertera pada status. Klien mengatakan
merasa puas sebagai seorang laki-laki.
c. Peran diri
Klien mengatakan berperan sebagai anak dan anggota masyarakat. Klien
mengatakan ia belum melakukan tugasnya sebagai anak sampai ibunya
merantau ke malaysia untuk memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam
keluarga. Ketika menjadi suami klien merasa dirinya tidak dapat menjadi
suami yang baik dalam menjaga istrinya sehingga istrinya berselingkuh
dengan temannya yang lebih dari pada dirinya. Sedangkan untuk kegiatan
di masyarakat semenjak sakit klien tidak pernah mengikuti kegiatan,
klien hanya dirumah saja karena klien merasa serba salah ketika
berinteraksi dengan orang sekitar.
d. Ideal Diri
Klien memiliki harapan yang sangat kuat untuk ingin cepat sembuh dan
cepat pulang. Klien menyadari akan penyakitnya tetapi tidak memiliki
harapan apa-apa setelah sembuh.
e. Harga Diri
Klien mengatakan semenjak berserai dari isrtinya dia jadi merasa serba
salah dalam melakukan semua tindakan serta kurang rasa percaya diri.
MK: Harga Diri Rendah

2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan tidak memiliki teman di rumah, dia hanya dekat
dengan kakak tiri sebelah bapaknya (paman) sebagai tempat mengadu,
tempat berkeluh kesah, namun sekarang ia jarang berkomunikasi dengan
paman nya dikarena pamannya sekarang tinggal di Jawa sehingga
sekarang apabila ia memiliki masalah hanya dipendam sendiri dan tidak
mau menceritkan kepada orang lain.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan di lingkungannya
seperti kelompok pemuda, karang taruna dll. Klien hanya di rumah saja
karena semenjak bercerai dari istrinya dia jadi merasa serba salah dalam
melakukan semua tindakan serta kurang rasa percaya diri.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan tidak ada hambatan saat berinteraksi dengan kelompok
dan teman, hanya saja klien merasa rendah diri karena terlalu banyak
masalah yang dihadapinya.
MK: Koping Individu Tidak Efektif

16
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan dia beragama Islam dan meyakini bahwa adanya tuhan
yang menciptakan alam semesta ini.
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan bahwa ia melakukan shalat wajib selama di rumah.
Namun saat di rumah sakit ia tidak pernah melakukan ibadah/shalat wajib
hanya sering melakukan sholawat disela-sela kegiatan klien.

G. STATUS MENTAL
1. Penampilan

Penampilan klien tampak rapi, rambut pendek, kulit berminyak, kuku tangan dan
kaki pendek dan tidak kotor, baju sesuai, klien melakukan kegiatan kebersihan
diri: mandi mengunakan sabun, klien mau ganti baju. Klien menggunakan
pakaian sesuai dengan fungsinya.

2. Pembicaraan

Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Pembicaraan klien lambat, dan klien akan mulai merasa tidak nyaman dan melotot
jika diajak berbicara cukup lama atau lebih dari 5 menit

3. Aktivitas motorik

Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Tangan klien selalu mengepal dan tegang
4. Alam perasaan
Klien merasa senang selama di RSJ, karena keinginan klien benar-benar
ingin berobat.

5. Afek
Klien menunjukkan respon yang sesuai, ketika diberikan stimulus yang
menyenangkan klien tertawa.

17
6. Interaksi selama wawancara
Selama interaksi klien kooperatif, kontak mata ada, mau menjawab
pertanyaan mahasiswa dengan jawaban yang seperlunya.
7. Persepsi - Sensorik
Halusinasi / Ilusi ? Halusinasi
Ada / Tidak ?

Pendengaran Pengecapan
Penglihatan Penghidu
Perabaan
Jelaskan
Data Subjektif
Isi Halusinasi : Klien mengatakan sering mendengar suara bisikan (ilunti)
dan melihat sesuatu yang mengajak klien ngobrol, sesekali
bisikan tersebut menyuruh klien pergi dari RSJ.
Frekuensi : Dalam satu hari klien mengatakan melihat orang yang
tidak sesuai dengan hatinya 3-4 kali dalam sehari.
Waktu : Waktu suara bisikan tersebut muncul tidak menentu,
terkadang siang hari, terkadang malam hari. Namun klien
mengatakan suara bisikan tersebut muncul lebih sering
pada malam hari.
Situasi saat muncul : Suara bisikan tersebut muncul biasanya disaat klien
termenung menjelang waktu tidur.
Respon pasien : Klien mengatakan merasa sangat terganggu dengan suara
bisikan tersebut namun klien tidak tahu harus melakukan
apa untuk mengusir suara bisikan tersebut.
Data Objektif : Klien tampak sesekali menunjuk kearah depan dan
menyeringai, ditambah mata klien melotot dan klien
mengatakan kepada perawat untuk tidak menghiraukan
yang seuatu yang datang dan dia lihat.
MK : Halusinasi : Pendengaran dan Penglihatan.

8. Isi pikir
Obsesi : Pikiran yang selalu muncul walupun klien berusaha
menghilangkannya.
Jelaskan: Klien merasa depresi dan serba salah selama berinteraksi dengan
orang lain akibat darai kejadian masa lalu klien yang bercerai
dengan istrinya karena istrinya berselingkuh dengan teman
dekatnya sendiri.
MK: Tidak Ada Masalah keperawatan

18
9. Proses pikir
a. Sirkummansial
Ketika ditanya bagaimana perasaannya hari ini? “Berdasarkan hasil
eksperimen saya bahwa ada sisi positif dan negatifnya dimana hari ini saya
merasa kesal dan tidak senang”
b. Tangensial
Bagaimana cara bapak menolak denga baik ketika bapak tidak bisa
memberikan pertolongan kepada orang lain? “Menurut eksperimen saya
terdapat dua sisi yang dimana ada sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya
membisikkan saya untuk berbuat baik dan sisi negatifnya membisikkan
saya untuk melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginan hati saya.

10. Tingkat Kesadaran


Kesadaran klien Compos Mentis, Klien tidak tampak bingung. Klien tidak
mengalamia disorientasi waktu, tempat dan orang. Klien tahu sedang berada di
RSJ untuk berobat. Ketika ditanya tentang hari, klien mampu menjawab
dengan benar. Ketika ditanya sedang berbicara dengan siapa, klien menjawab
bahwa ia sedang berbicara dengan mahasiswa.

11. Memori
Daya ingat klien masih baik. Klien mampu mengingat kejadian yang terjadi
sebelum dirawat.

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung


Selama interaksi klien dapat memusatkan perhatiannya pada pertanyaan
mahasiswa namun ketika melihat sesuatu yang lebih menarik perhatian klien
langsung teralihkan. Klien mampu berhitung sederhana. Ketika mahasiswa
menanyakan tentang penambahan dan pengurangan, klien menjawab dengan
benar. Ketika ditanya tentang perkalian, klien menjawab dengan benar namun
memerlukan waktu lama untuk berpikir.

13. Kemampuan penilaian


Klien mampu mengambil keputusan dalam hidupnya meskipun hal-hal kecil
seperti saat ditanya apakah klien selalu cuci tangan sebelum makan? Klien
menjawab “Saya selalu mencuci tangan”. Ketika diberi kesempatan untuk
memilih mandi dulu sebelum makan atau makan sebelum mandi, klien
memilih mandi dulu baru makan.

19
14. Daya Tilik Diri
Klien mengatakan dirinya belum sembuh, klien sadar kalau ia sedang sakit.
Klien mau minum obat. Klien mengatakan segala sesuatu yang terjadi pada
dirinya adalah masalah ia sendiri.

G. MEKANISME KOPING

Adaptif: Maladaptif:
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Teknik relokasi Berkerja berlebihan
Aktivitas konstruktif Menghindar
Olah raga Menciderai diri
Jelaskan:
Adaftif : Klien mampu bicara dengan orang lain
Maladaptif :
MK: Koping individu tidak efektif

H. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah berhubungan dengan ekonomi : klien berasal dari keluarga dengan
tingkat ekonomi menengah kebawah, klien mengatakan bekerja sebagai penjual
nasi goreng dan pecel lele di nusa inda untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

I. ASPEK MEDIS
Diagnosis medis : Skizofrenia
a. Terapi medis :
 Olanzapine 10mg 2x1
 Klonzapine 25mg 2x1
 Abilify 25mg 2x1

J. MASALAH KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dan Penglihatan
3. Harga Diri Rendah Kronis
4. Koping Keluarga Tidak Efektif
5. Koping Individu Tidak Efektif

Jambi , 22 Januari 2020

Perawat

( __________________ )

20
3.2 Analisa Data

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
DS :
7. Keluarga mengatakan ± 1 minggu
sebelum dibawa kerumah sakit klien
mengamuk dan melukai adiknya
serta memukul dinding rumahnya
dan mengganggu warga disekitar
lingkungan rumahnya. Keluarga
juga mengatakan bahwa semenjak
dari magelang klien jarang minum
obat. Resiko Perilaku
1
Kekerasan
8. Saat mengkajian klien mengatakan
dia merasa kesal dan ingin marah.

DO :
1. Ekspresi wajah tampak tegang,
2. mata melotot,
3. tatapan sinis
4. gigi tampak berkatup ketika ia kesal,
dan klien mudah tersinggung

2 DS : Gangguan persepsi
1. klien mengatakan sering mendengar sensori: halusinasi
suara bisikan yang mengajak klien pendengaran, pengelihatan
ngobrol, sesekali bisikan tersebut
menyuruh klien pergi dari RSJ. Dalam
satu hari klien mengatakan melihat
orang yang tidak sesuai dengan hatinya
3-4 kali sehari. Waktu suara bisikan
tersebut muncul tidak menentu,
terkadang siang hari terkadang malam
hari, namun klien mengatakan suara

21
bisikan tersebut muncul lebih sering
pada malam hari. Suara bisikan tersebut
muncul biasanya disaat klien termenung
menuju waktu tidur. Klien mengatakan
merasa sangat terganggu dengan suara
bisikan tersebut, namun klien tidak tahu
harus melakukan apa untuk mengusir
suara bisikan tersebut.

DO :
1. klien tampak sesekali menunjuk kearah
depan
2. klien tampak menyeringai
3. mata klien tampak melotot
3 DS: Harga diri rendah
1. Klien mengatakan ia belum melakukan
tugasnya sebagai anak sampai ibunya
merantau ke malaysia untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi di dalam keluarga.
Ketika menjadi suami klien merasa
dirinya tidak dapat menjadi suami yang
baik dalam menjaga istrinya sehingga
istrinya berselingkuh dengan temannya
yang lebih dari pada dirinya. Sedangkan
untuk kegiatan di masyarakat semenjak
sakit klien tidak pernah mengikuti
kegiatan, klien hanya dirumah saja
karena klien merasa serba salah ketika
berinteraksi dengan orang sekitar.
2. Klien mengatakan semenjak berscerai
dari isrtinya dia jadi merasa serba salah
dalam melakukan semua tindakan serta
kurang rasa percaya diri.

22
DO:
1. berbicara dengan suara yang pelan
2. berbicara dan menjawab seperlunya

DS :
1. Klien mengatakan tidak memiliki
teman di rumah, dia hanya dekat
dengan kakak tiri sebelah bapaknya
sebagai tempat mengadu, tempat
berkeluh kesah dan minta bantuan.
2. Klien mengatakan bahwa ia tidak
mengikuti kegiatan di lingkungannya
seperti kelompok pemuda, karang
taruna dll. Klien hanya di rumah saja
karena semenjak bercerai dari
isrtinya dia jadi merasa serba salah Koping individu tidak
4
dalam melakukan semua tindakan efektif
serta kurang rasa percaya diri.
3. Klien mengatakan tidak ada
hambatan saat berinteraksi dengan
kelompok dan teman, hanya saja
klien merasa rendah diri karena
terlalu banyak masalah yang
dihadapinya.
DO :
1. Klien tampak sering menyendiri

DS :
1. Klien mengatakan adikknya terlalu
sibuk bekerja dan kurang
memperhatikan dirinya dan adiknya
yang lain tidak pernah Koping Keluarga tidak
5 mengunjunginya hanya sesekali saja efektif
menelfon untuk menanyakan
kondisinya.
DO :
1. Keluarga jarang mengunjungi klien

3.3 Diagnosa Keperawatan

23
1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran, pengelihatan
3. Harga diri rendah
4. Koping keluarga tidak efektif
5. Koping individu tidak efekti

Pohon Masalah

Resiko Perilaku kekerasan

pendengaran Halusinasi Penglihatan

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Koping keluarga tidak efektif

24
3.4 Rencana Asuhan Keperawatan Pada Tn. P

Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa Kriteria Tindakan Rasional
Tujuan
Evaluasi keperawatan
Resiko Klien mampu: Setelah 1 kali SP 1 Pasien
Perilaku 1. Mengidenti pertemuan, klien:
Kekerasan fikasi 1. Dapat 1. Bina hubungan Untuk
penyebab, menyebutkan saling percaya merencana
tanda dan penyebab, dengan tindakan: kan
gejala, jenis tanda dan  Mengucap tindakan
PK yang gejala, jenis kan salam yang
pernah PK yang terapeutik efektif
dilakukan, biasa  Berjabat dalam
dan akibat dilakukan, tangan rangka
dari PK dan akibat  Menjelaskan mengon
yang dari PK yang tujuan trol PK
dilakukan dilakukan interaksi dan
klien 2. Dapat  Membuat memper
2. Menyebut menyebutkan kontrak lancar
kan cara cara topik, waktu, pertukaran
mencegah / mencegah PK dan tempat informasi
mengontrol dengan cara setiap kali
PK fisik: tarik bertemu klien
3. Mencegah/ nafas dalam
mengontrol dan pukul 2. Identifikasi
PK secara bantal dan penyebab Nafas
fisik, obat, kasur perasaan marah, dalam
verbal, dan tanda dan gejala merupakan
spiritual yang dirasakan, teknik
PK yang relaksasi
dilakukan, akibat untuk
PK yang merileks
dilakukan, serta kan otot
cara mengontrol yang
PK dengan cara tegang
fisik, yaitu sedangkan
menarik nafas pukul
dalam dan pukul bantal dan
bantal dan kasur kasur
3. Masukkan dalam merupakan
jadwal kegiatan cara untuk
harian klien melampias
kan ketega

25
ngan otot
dan mengu
rangi
cidera
SP 2 Pasien
Setelah 1 kali
pertemuan, klien: 1. Mengevaluasi
1. Mampu kegiatan yang
menyebutkan lalu, yaitu latihan
kegiatan yang nafas dalam dan
telah pukul bantal dan
dilakukan kasur (SP 1)
2. Mampu 2. Melatih dan
memperaga mengajarkan Penggu
kan cara klien minum obat naan obat
mengontrol secara teratur yang
PK dengan dengan prinsip 6 teratur
minum obat benar, yaitu jenis, dapat
guna, dosis, meningkat
frekuensi, cara, kan
dan kontinuitas keefekti
minum obat) fan obat
3. Menyusun jadwal
minum obat
secara teratur dan
masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian klien

SP 3 Pasien
Setelah 1 kali
pertemuan, klien: 1. Mengevaluasi
1. Mampu kegiatan yang
menyebutkan lalu, yaitu latihan
kegiatan yang nafas dalam,
sudah pukul bantal dan
dilakukan kasur, dan minum
2. Mampu obat (SP 1 dan SP
memperaga 2)
kan cara 2. Melatih
mengontrol mengungkapkan Melatih
PK dengan rasa marah secara klien
verbal verbal, dengan melampias
cara: kan

26
 Menolak kekesalan
dengan baik melalui
 Meminta kata-kata
dengan baik
 Mengungkap
kan perasaan
dengan baik
3. Menyusun jadwal
latihan
mengungkapkan
rasa marah secara
verbal

SP 4 Pasien
Setelah 1 kali
pertemuan, klien: 1. Mengevaluasi
1. Mampu kegiatan yang
menyebutkan lalu, yaitu latihan
kegiatan yang nafas dalam,
telah pukul bantal dan
dilakukan kasur, minum
2. Mampu obat, dan
memperaga kegiatan verbal
kan cara (SP 1, SP 2, dan
mengontrol SP 3)
PK dengan 2. Melatih
kegiatan melakukan
spiritual kegiatan ibadah: Kegiatan
shalat atau berdoa spiritual
3. Menyusun mampu
jadwal latihan mengura
shalat atau berdoa ngi tingkat
stress dan
menenang
kan
emosional
serta
pikiran
klien
Halusinasi Klien mampu: Setelah 1 kali SP 1 Pasien
pendenga 1. Mengenal pertemuan, klien:
ran halusinasi 1. Dapat 1. Membantu klien Dengan
yang menyebutkan mengenal mengenal
dialaminya isi, waktu, halusinasi, yang halusinasi,

27
2. Mengontrol frekuensi, meliputi isi, klien dapat
halusinasi situasi frekuensi, waktu di orientasi
nya pencetus, dan terjadi, situasi kan pada
respon saat pencetus, dan realita
halusinasi respon saat terjadi
muncul halusinasi
2. Dapat 2. Melatih klien Dengan
memperaga mengontrol belajar
kan cara halusinasi dengan menghar
mengontrol cara menghardik, dik
halusinasi dengan tindakan: halusinasi,
dengan  Jelaskan cara klien dapat
menghardik menghardik dibantu
halusinasi halusinasi untuk
 Peragakam kembali
cara pada
menghardik realita
 Minta klien
memperaga
kan ulang
 Pantau
penerapan
cara yang
dilakukan
klien dan beri
penguatan
terhadap
perilaku klien
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian klien

Setelah 1 kali SP 2 Pasien


pertemuan, klien:
1. Mampu 1. Mengevaluasi
menyebutkan kegiatan yang Penggu
kegiatan yang lalu, yaitu latihan naan obat
sudah menghardik secara
dilakukan halusinasi (SP 1) teratur
2. Mampu 2. Melatih dan dapat
memperaga mengajarkan menekan
kan cara klien minum obat kelainan-
mengontrol secara teratur kelainan
halusinasi dengan prinsip 6 akibat

28
dengan benar, yaitu jenis, gangguan
minum obat guna, dosis, psikotik
frekuensi, cara,
dan kontinuitas
minum obat)
3. Menyusun jadwal
minum obat
secara teratur dan
masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian klien

Setelah 1 kali SP 3 Pasien


pertemuan, klien: 1. Mengevaluasi Dengan
1. Mampu kegiatan yang mengajar
menyebutkan lalu, yaitu kan klien
kegiatan yang menghardik dan bercakap-
sudah minum obat (SP 1 cakap
dilakukan dan SP 2) dengan
3. Mampu 2. Melatih berbicara orang lain,
memperaga atau bercakap- diharapkan
kan cara cakap dengan klien dapat
mengontrol orang lain saat mengalih
halusinasi halusinasi datang kan
dengan 3. Masukkan dalam perhatian
bercakap- jadwal kegiatan dari
cakap harian klien halusinasi
yang
dialaminya

Setelah 1 kali SP 4 Pasien


pertemuan, klien:
1. Mampu 1. Mengevaluasi Dengan
menyebutkan kegiatan yang melakukan
kegiatan yang lalu, yaitu kegiatan
telah menghardik, yang
dilakukan minum obat, dan terjadwal,
2. Mampu latihan bercakap- klien
membuat cakap (SP 1, SP memiliki
jadwal 2, dan SP 3) kesibukan
kegiatan 2. Latih klien dan dapat
sehari-hari melakukan mengon
dan mampu aktivitas yang trol
memperaga terjadwal agar halusinasi

29
kannya halusinasi tidak
muncul, dengan
tindakan:
 Jelaskan
aktivitas yang
teratur untuk
mengatasi
halusinasi
 Diskusikan
aktivitas yang
biasa
dilakukan
oleh klien
 Latih klien
melakukan
aktivitas
 Susun jadwal
kegiatan
sehari-hari
sesuai dengan
aktivitas yang
telah dilatih
 Pantau
pelaksanaan
jadwal
kegiatan dan
beri
penguatan
terhadap
perilaku klien
yang positif
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian klien
Harga Diri Klien mampu : Setelah 1 kali SP 1 Pasien :
Rendah 1. Klien dapat pertemuan : 1. Bina hubungan Untuk
membina 1. Dapat saling percaya merencana
hubungan mengidentifik dengan tindakan: kan
saling asi aspek - Meng tindakan
percaya positif dan ucap kan yang
dengan kemampuan salam efektif
perawat. yang dimiliki. terapeutik dalam
2. Klien dapat 2. Dapat - Berja rangka
mengidentifi menilai bat tangan meningkat

30
kasi aspek kegiatan yang - Menje kan harga
positif dan dapat laskan tujuan diri dan
kemampuan dilakukan interaksi memperla
yang saat ini - Mem ncar
dimiliki. 3. Dapat buat kontrak pertukaran
3. Klien dapat memilih salah topik, waktu, informasi
menilai satu kegiatan dan tempat
kemampuan yang dapat setiap kali
yang dilakukan bertemu
dimiliki saat ini untuk klien
untuk dilatih 2. Identifikasi Menggali
dilaksanakan 4. Dapat kemampuan klien
4. Klien dapat melakukan melakukan untuk
memilih kegiatan yang kegiatan dan membuat
kemampuan telah dipilih aspek positif klien pilihan
yang (buat daftar atas
dimiliki kegiatan) kemampua
untuk 3. Bantu klien n yang
dilaksanakan menilai kegiatan masih
5. Klien dapat yang dapat dimilkinya
merencanak dilakukan saat ini
an kegiatan (pilih dari daftar
sesuai kegiatan)
dengan 4. Bantu klien
kemampuan memilih salah
yang satu kegiatan
dimiliki yang dapat
6. Klien dapat dilakukan saat ini
melakukan untuk dilatih
kegiatan 5. Latih kegiatan
sesuai yang dipilih (alat
rencana dan cara
yang dibuat. melakukannya)
6. Masukan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan
kegiatan pertama
dua kali per hari.
Setelah 1 kali Reinforce
pertemuan klien SP 2 : ment
mampu : 1. Evaluasi kegiatan positif
1. Mampu pertama yang dapat
menyebutkan telah dilatih dan meningkat
kegiatan yang berikan pujian kan harga

31
telah (SP1) diri klien.
dilakukan 2. Bantu klien Membantu
2. Mampu memilih kegiatan klien
memilih kedua yang akan menyadari
kegiatan dilatih dirinya
kedua untuk 3. Latih kegiatan masih
dilatih kedua (alat dan memiliki
3. Mampu cara) kemampua
melakukan 4. Masukkan pada n
kegiatan yang jadwal kegiatan Melatih
telah dipilih untuk latihan: klien
kegiatan pertama secara
dan kedua langsung
masing-masing 2 dapat
kali sehari memotivas
i klien
untuk
melakukan

Setelah 1 kali Reinforce


pertemuan, klien: SP 3 : ment
1. Mampu 1. Evaluasi positif
menyebutkan kegiatan dapat
kegiatan yang pertama dan meningkat
sudah kedua yang kan harga
dilakukan telah dilatih diri klien.
2. Mampu dan berikan
memilih pujian (SP1 Membantu
kegiatan dan SP2) klien
ketiga untuk 2. Bantu klien meningkat
dilatih memilih kan harga
4. Mampu kegiatan ketiga diri
melakukan yang akan dengan
kegiatan yang dilatih kemampua
telah dipilih 3. Latih kegiatan n nya
ketiga (alat dan melakukan
cara) banyak
4. Masukkan pada kegiatan
jadwal kegiatan Melatih
untuk latihan klien
kegiatan secara
pertama, kedua langsung
dan ketiga dapat
masing-masing memotivas

32
2 kali sehari. i klien
untuk
melakukan

Setelah 1 kali
pertemuan, klien: SP 4 Pasien Reinforce
1. Mampu 1. Evaluasi ment
menyebutkan kegiatan pertam, positif
kegiatan yang kedua dan ketiga dapat
sudah yang telah dilatih meningkat
dilakukan dan berikan kan harga
2. Mampu pujian (SP1, diri klien.
memilih SP2 dan SP3)
kegiatan 2. Bantu klien Semakin
keempat memilih kegiatan banyak
untuk dilatih keempat yang kegiatan
Mampu akan dilatih yang
melakukan 3. Latih kegiatan mampu
kegiatan yang keempat (alat dilakuukan
telah dipilih dan cara) klien akan
4. Masukkan pada semakin
jadwal kegiatan memacu
untuk latihan semangat
kegiatan klien
pertama, kedua, untuk
ketiga dan hidup dan
keempat masing- perlahan
masing 2 kali harga diri
sehari. akan
meningkat.
Melatih
klien
secara
langsung
dapat
memotivas
i klien
untuk
melakukan

33
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN PADA TN. P

Hari/tgl: 22 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon


DS S:
1. Keluarga mengatakan ± 1 - Klien mengatakan merasa kesal
minggu sebelum dibawa dan ingin marah ketika
kerumah sakit klien mengingat masa lalu nya
mengamuk dan melukai (bercaerai dengan istri
adiknya serta memukul nya)sehingga ia mengamuk dan
dinding rumahnya dan melukai orang lain dan
mengganggu warga disekitar mengganggu warga disekitar
lingkungan rumahnya. lingkungan rumahnya.
Keluarga juga mengatakan
bahwa semenjak dari
magelang klien jarang minum O:
obat. - Ekspresi wajah tampak tegang
2. Saat mengkajian klien - Mata melotot
mengatakan dia merasa kesal - Tatapan sinis
dan ingin marah. - klien mudah tersinggung.
DO :
1. Ekspresi wajah tampak tegang, A : masalah RPK belum teratasi
2. Mata melotot, P : Lanjutkan menjelaskan cara-cara
3. Tatapan sinis, mengontrol resiko perilaku
4. Gigi tampak berkatup ketika ia kekerasan
kesal, dan klien mudah
tersinggung.

KEMAMPUAN: Klien belum


mampu menjelaskan cara mengontrol
resiko perilaku kekerasan

DIAGNOSA:
Risiko Perilaku Kekerasan (RPK)

34
TINDAKAN:
SP 1 Pasien
1. Identifikasi penyebab, tanda dan
gejala, PK yang dilakukan, akibat TTD
PK
2. Jelaskan cara mengontrol PK:
fisik, obat, verbal dan spiritual
3. Latih cara mengontrol PK secara PERAWAT
fisik: tarik nafas dalam dan pukul
kasur dan bantal
4. Masukan pada jadual kegiatan
untuk latihan fisik

RTL :
SP 1 pasien: Menjelaskan cara-cara
mengontrol perilaku kekerasan.

CATATAN PERKEMBANGAN

35
Hari/tgl: 22 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS : S:
1. klien mengatakan sering 1. klien mengatakan sering mendengar
mendengar suara bisikan yang suara bisikan yang mengajak klien
mengajak klien ngobrol, sesekali ngobrol, sesekali bisikan tersebut
bisikan tersebut menyuruh klien menyuruh klien pergi dari RSJ. Dalam
pergi dari RSJ. Dalam satu hari satu hari klien mengatakan melihat
klien mengatakan melihat orang orang yang tidak sesuai dengan hatinya
yang tidak sesuai dengan hatinya 3-4 kali sehari. Waktu suara bisikan
3-4 kali sehari. Waktu suara tersebut muncul tidak menentu,
bisikan tersebut muncul tidak terkadang siang hari terkadang malam
menentu, terkadang siang hari hari, namun klien mengatakan suara
terkadang malam hari, namun bisikan tersebut muncul lebih sering
klien mengatakan suara bisikan pada malam hari. Suara bisikan
tersebut muncul lebih sering pada tersebut muncul biasanya disaat klien
malam hari. Suara bisikan termenung menuju waktu tidur. Klien
tersebut muncul biasanya disaat mengatakan merasa sangat terganggu
klien termenung menuju waktu dengan suara bisikan tersebut, namun
tidur. Klien mengatakan merasa klien tidak tahu harus melakukan apa
sangat terganggu dengan suara untuk mengusir suara bisikan tersebut.
bisikan tersebut, namun klien O:
tidak tahu harus melakukan apa 1. Klien tampak gelisah
untuk mengusir suara bisikan 2. Tampak berbicara sendiri
tersebut. 3. Sesekali klien tampak menunjuk
DO : kesuatu arah

1. klien tampak sesekali menunjuk


A : masalah halusinasi belum teratasi
kearah depan
2. klien tampak menyeringai
P : Lanjutkan SP 2
3. mata klien tampak melotot
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
Kemampuan : Klien sudah mampu
melakukukan / mempraktekan cara yaitu latihan menghardik halusinasi
menghardik (SP 1)
2. Melatih dan mengajarkan klien
Diagnosa : Halusinasi
36
minum obat secara teratur dengan
Tindakan : SP 1 prinsip 6 benar, yaitu jenis, guna,
1. Membantu klien mengenal dosis, frekuensi, cara, dan
halusinasi, yang meliputi isi, kontinuitas minum obat
frekuensi, waktu terjadi, situasi 3. Menyusun jadwal minum obat
pencetus, dan respon saat terjadi secara teratur dan masukkan dalam
halusinasi jadwal kegiatan harian klien
2. Melatih klien mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik, dengan tindakan:
 Jelaskan cara menghardik
halusinasi
 Peragakam cara menghardik
 Minta klien memperaga kan ulang
 Pantau penerapan cara yang
dilakukan klien dan beri
penguatan terhadap perilaku klien
TTD
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien
RTL : Mengajarkan SP 2 PERAWAT

1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,


yaitu latihan menghardik
halusinasi (SP 1)
2. Melatih dan mengajarkan klien
minum obat secara teratur dengan
prinsip 6 benar, yaitu jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, dan
kontinuitas minum obat
3. Menyusun jadwal minum obat
secara teratur dan masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
klien.
CATATAN PERKEMBANGAN

37
Hari/tgl: 22 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan ketika menjadi - Klien mengatakan tidak
suami klien merasa dirinya tidak memiliki kemampuan dalam
melakukan kegiatan dan aspek
dapat menjadi suami yang baik
positif dalam dirinya
dalam menjaga istrinya sehingga
istrinya berselingkuh dengan O :
temannya yang lebih dari pada - Tampak murung
- Berbicara pelan
dirinya. Sedangkan untuk
kegiatan di masyarakat semenjak A : Masalah Harga Diri Rendah belum
sakit klien tidak pernah mengikuti teratasi

kegiatan, klien hanya dirumah


P : lanjutkan intervensi Sp 1
saja karena klien merasa serba - Bantu klien menilai kegiatan yang
salah ketika berinteraksi dengan dapat dilakukan saat ini (pilih dari
orang sekitar. daftar kegiatan)
2. Klien mengatakan semenjak - Bantu klien memilih salah satu
berscerai dari isrtinya dia jadi kegiatan yang dapat dilakukan saat
merasa serba salah dalam ini untuk dilatih
melakukan semua tindakan serta - Latih kegiatan yang dipilih (alat
kurang rasa percaya diri. dan cara melakukannya)
DO : - Masukan pada jadwal kegiatan
1. berbicara dengan suara yang pelan untuk latihan kegiatan pertama dua
2. berbicara dan menjawab seperlunya kali per hari.

Kemampuan : klien belum mampu


meilai aspek positif yang dimilikinya

Diagnosa : Harga Diri Rendah

Tindakan : Sp 1
- Bina hubungan saling percaya
- Identifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek

38
positif klien (buat daftar kegiatan)
- Bantu klien menilai kegiatan yang TTD
dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
- Bantu klien memilih salah satu PERAWAT
kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
- Latih kegiatan yang dipilih (alat
dan cara melakukannya)
- Masukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Bina hubungan saling percaya
- Identifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan)
- Bantu klien menilai kegiatan yang
dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
- Bantu klien memilih salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan
saat ini untuk dilatih
- Latih kegiatan yang dipilih (alat
dan cara melakukannya)
- Masukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

39
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 23 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan masih - Klien mengatakan ada beberapa
merasa kesal dan apabila ia cara yang bisa dilakukan untuk
merasa kesal maka ia akan mengontrol perilaku kekerasan,
menunjukkan ekspresi geram yaitu : dengan cara fisik
dan dada terasa berdebar-debar (latihan napas dalam dan pukul
Do : bantal), verbal, spiritual dan
1. Ekspresi wajah tampak tegang obat.
2. Tangan tampak dikepal O:
3. Mata melotot - Ekspresi wajah masih tampak
tegang
Kemampuan : Klien sudah mampu - Tatapan masih tampak tajam
menjelaskan cara-cara mengontrol
emosi nya. A : masalah rpk belum teratasi

Diagnosa : Resiko Perilaku P : lanjutkan SP 2


Kekerasan
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
Tindakan : yaitu latihan nafas dalam dan pukul
1. Mengevaluasi cara-cara bantal dan kasur (SP 1)
mengontrol perilaku kekerasan 2. Melatih dan mengajarkan klien
2. Memasukkan kedalam jadwal minum obat secara teratur dengan
kegiatan harian prinsip 5 benar, yaitu (benar pasien
obat, waktu, dosis dan cara)
RTL : Mengajarkan SP 2 3. Menyusun jadwal minum obat
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu, secara teratur dan masukkan dalam
yaitu latihan nafas dalam dan jadwal kegiatan harian klien
pukul bantal dan kasur (SP 1)
2. Melatih dan mengajarkan klien
minum obat secara teratur dengan
prinsip 5 benar, yaitu (benar
pasien obat, waktu, dosis dan
cara)
3. Menyusun jadwal minum obat

40
secara teratur dan masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
klien

TTD

PERAWAT

41
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 24 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan apabila merasa - Klien mengatakan sudah bisa
kesal ia akan melakukan latihan cara melakukan latihan napas
dalam dan pukul bantal kasur
napas dalam dan memukul bantal
untuk mengurangi rasa
kasur. marahnya.
DS : - Klien mengatakan belum cara
1. Ekspresi wajah tampak tegang minum secara teratur dengan
prinsip 5 benar.
2. Mata melotot
3. Tatapan sinis atau tajam O:
1. Tatapan tajam
Kemampuan : klien belum mampu 2. Ekspresi wajah tampak tegang
menjelaskan ulang cara minum secara
teratur dengan prinsip 5 benar. A : masalah rpk belum teratasi

Diagnosa : resiko perilaku kekerasan P : lanjutkan SP 2


1. Melatih dan mengajarkan klien
Tindakan : Mengajarkan SP 2 minum obat secara teratur dengan
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu, prinsip 5 benar, yaitu (benar pasien
yaitu latihan nafas dalam dan obat, waktu, dosis dan cara)
pukul bantal dan kasur (SP 1) 2. Menyusun jadwal minum obat
2. Melatih dan mengajarkan klien secara teratur dan masukkan dalam
minum obat secara teratur dengan jadwal kegiatan harian klien
prinsip 5 benar, yaitu (benar
pasien obat, waktu, dosis dan
cara)
3. Menyusun jadwal minum obat
secara teratur dan masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
klien

RTL : Melanjutkan SP 2

42
1. Melatih dan mengajarkan klien
minum obat secara teratur dengan
prinsip 5 benar, yaitu (benar
pasien obat, waktu, dosis dan
cara)
2. Menyusun jadwal minum obat
secara teratur dan masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
klien

TTD

PERAWAT

43
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 25 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan sudah - Klien mengatakan sudah ketika
mampu membedakan obat- merasa kesal ia akan
melampiaskannya dengan
obatan yang di konsumsi dan
memukul bantal dan menarik
namun untuk jam minum napas dalam-dalam
obatnya ia masih lupa. - Klien mengatakan sudah
DO : mengetahui prinsip 5 benar obat
( benar orang, benar obat, benar
1. Ekspresi wajah tampak tegang waktu, benar dosis, dan benar
2. Tangan dikepal cara)
3. Mata melotot O:
- Klien wajah tampak datar
- Suara pelan
Kemampuan : klien sudah mampu - Tatapan sinis atau tajam
menjelaskan ulang cara minum secara
A : masalah RPK belum teratasi
teratur dengan prinsip 5 benar.
P : Lanjutkan SP3
Diagnosa : Resiko Perilaku Kekerasan 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu latihan nafas dalam, pukul
Tindakan : Melanjutkan SP 2 bantal dan kasur, dan minum obat
1. Melatih dan mengajarkan klien (SP 1 dan SP 2)
minum obat secara teratur dengan 2. Melatih mengungkapkan rasa
prinsip 5 benar, yaitu (benar marah secara verbal, dengan cara:
pasien obat, waktu, dosis dan  Menolak dengan baik
cara)  Meminta dengan baik
2. Menyusun jadwal minum obat
 Mengungkapkan perasaan
secara teratur dan masukkan
dengan baik
dalam jadwal kegiatan harian
3. Menyusun jadwal latihan
klien
mengungkapkan rasa marah
secara verbal
RTL : Melanjutkan SP 3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu latihan nafas dalam, pukul

44
bantal dan kasur, dan minum obat
(SP 1 dan SP 2) TTD
2. Melatih mengungkapkan rasa
marah secara verbal, dengan cara:
 Menolak dengan baik PERAWAT
 Meminta dengan baik
 Mengungkapkan perasaan
dengan baik
3. Menyusun jadwal latihan
mengungkapkan rasa marah
secara verbal

45
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 27 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan hari ini merasa - Klien mengatakan tidak tahu
kesal karena botol minumnya cara meminta, menolak dan
mengungkapkan dengan cara
diambil orang dan klien sudah
yang baik
meminta botol minumnya agar
dikembalikan namun tidak O :
dikembalikan juga - Ekspresi wajah tegang
- Tatapan tajam
DO :
1. Ekspresi wajah tampak seperti A : Masalah RPK belum teratasi
orang marah
P : Lanjutkan SP 3
2. Tangan dikepal 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
3. Mata melotot yaitu latihan nafas dalam, pukul
4. Wajah memerah bantal dan kasur, dan minum obat
(SP 1 dan SP 2)
Kemampuan : Klien belum mampu 2. Melatih mengungkapkan rasa
meminta, menolak dan mengungkapkan marah secara verbal, dengan cara:
dengan cara yang baik.
 Menolak dengan baik
 Meminta dengan baik
Diagnosa : Resiko Perilaku kekerasan
 Mengungkapkan perasaan
dengan baik
Tindakan : Melanjutkan SP 3
3. Menyusun jadwal latihan
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
mengungkapkan rasa marah secara
mengungkapkan rasa marah
verbal
secara merval, dengan cara :
 Menolak dengan baik
 Meminta dengan baik
 Mengungkapkan perasaan TTD
dengan baik
2. Menyusun jadwal latihan
mengungkapkan rasa marah PERAWAT

46
secara verbal
RTL : Melanjutkan SP3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu latihan nafas dalam, pukul
bantal dan kasur, dan minum obat
(SP 1 dan SP 2)
2. Melatih mengungkapkan rasa
marah secara verbal, dengan cara:
 Menolak dengan baik
 Meminta dengan baik
 Mengungkapkan perasaan
dengan baik
3. Menyusun jadwal latihan
mengungkapkan rasa marah
secara verbal

47
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 23 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS : S:
1. Klien mengatakan ia masih Klien mengatakan belum dapat
sering mendengar bisikan memahami bagaimana prinsip benar
suara-suara dan apabila bisikan dalam minum obat
itu mulai muncu ia akan
menghardik atau membentak O :
bisikan tersebut . 1. Tampak menutup telinga seperti
Do : orang menghardik
1. Sesekali klien tampak 2. Tampak bingung
berbicara sendiri
2. menunjuk-nujuk di tempat- A : Masalah Halusinasi belum teratasi
tempat tertentu
P : lanjutkan intervensi SP2
Kemampuan : Klien mampu 1. Melatih dan mengajarkan klien
menjelaskan cara inum obat secara minum obat secara teratur dengan
benar dengan prinsip 5 benar obat prinsip 6 benar, yaitu jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, dan
Diagnosa : Halusinasi kontinuitas minum obat
2. Menyusun jadwal minum obat
Tindakan : SP2 secara teratur dan masukkan dalam
1. Melatih dan mengajarkan klien jadwal kegiatan harian klien
minum obat secara teratur dengan
prinsip 6 benar, yaitu jenis, guna, TTD
dosis, frekuensi, cara, dan
kontinuitas minum obat
2. Menyusun jadwal minum obat
secara teratur dan masukkan PERAWAT
dalam jadwal kegiatan harian
klien

48
RTL : SP2
1. Melatih dan mengajarkan klien
minum obat secara teratur dengan
prinsip 6 benar, yaitu jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, dan
kontinuitas minum obat
2. Menyusun jadwal minum obat
secara teratur dan masukkan
dalam jadwal kegiatan harian
klien

49
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 24 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS : S:
1. Klien mengatakan belum 1. Klien mengatakan dapat
dapat memahami bagaimana memahami bagaimana prinsip
prinsip benar dalam minum benar dalam minum obat
obat 2. Klien mengatakan obat yang
diminum berwarna putih dan
Do : pink
1. Tampak menutup telinga 3. Klien mengatakan ada 5 prinsip
seperti orang menghardik benar obat yaitu : benar
2. Tampak bingung orang,obat,waktu,dosis,dan cara

Kemampuan : klien mampu O :


menjelaskan cara minum obat secara 1. Tampak mengerti prinsip 5
benar dengan prinsip 5 benar obat benar obat

Diagnosa : Halusinasi A : Masalah Halusinasi belum teratasi

Tindakan : SP2 P : lanjutkan intervensi SP3


1. Melatih dan mengajarkan klien 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
minum obat secara teratur dengan yaitu menghardik dan minum obat
prinsip 5 benar, yaitu benar orang, (SP 1 dan SP 2)
obat, waktu, doisis, cara.m 2. Melatih berbicara atau bercakap-
2. Menyusun jadwal minum obat cakap dengan orang lain saat
secara teratur dan masukkan halusinasi datang
dalam jadwal kegiatan harian 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
klien harian klien

RTL : SP3 TTD


1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu menghardik dan minum obat

50
(SP 1 dan SP 2)
2. Melatih berbicara atau bercakap- PERAWAT
cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien

51
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 25 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS : S:
1. Klien mengatakan bisikan 1. Klien mengatakan tidak mau
suara itu masih bercakap-cakap dengan orang
menganggunya dan untuk lain ketika halusinasinya
mengusir suara tersebut ia muncul
melakukan cara
menghardik O:
2. Klien mengatakan pagi ini 1. Tampak bingung
sudah mengkonsumsi obat 2. Tidak mampu memulai
percakapan
Do : 3. Tidak konsentrasi ketika diajak
1. Tampak melamun beinteraksi
2. Tampak menunjuk ke suatu
arah tertentu A : Masalah Halusinasi belum teratasi

Kemampuan : klien belum mampu P : lanjutkan intervensi SP3


mengontrol halusinasinya dengan cara 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
bercakap-cakap yaitu menghardik dan minum obat
(SP 1 dan SP 2)
Diagnosa : Halusinasi 2. Melatih berbicara atau bercakap-
cakap dengan orang lain saat
Tindakan : SP3 halusinasi datang
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu, 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
yaitu menghardik dan minum obat harian klien
(SP 1 dan SP 2)
2. Melatih berbicara atau bercakap- TTD
cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien PERAWAT

52
RTL : SP3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu menghardik dan minum obat
(SP 1 dan SP 2)
2. Melatih berbicara atau bercakap-
cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien

53
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 27 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS : S:
1. Klien mengatakan bisikan 1. Klien mengatakan tidak mau
suara itu masih menganggunya bercakap-cakap dengan orang
dan untuk mengusir suara lain ketika halusinasinya
tersebut ia melakukan cara muncul
menghardik
2. Klien mengatakan pagi ini O :
sudah mengkonsumsi obat 1. Tampak bingung
3. Klien mengatakan masih belum 2. Tidak mampu memulai
mau bercakap-cakap ketika percakapan
halusinasinya datang 3. idak konsentrasi ketika diajak
beinteraksi
Do :
1. Berbicara sendiri A : Masalah Halusinasi belum teratasi
2. Tampak melamun
P : lanjutkan intervensi SP3
Kemampuan : klien belum mampu 1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
mengontrol halusinasinya dengan cara yaitu berbicara atau bercakap-
bercakap-cakap cakap dengan orang lain
2. Melatih berbicara atau bercakap-
Diagnosa : Halusinasi cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
Tindakan : SP3 3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu, harian klien
yaitu menghardik dan minum obat
(SP 1 dan SP 2) TTD
2. Melatih berbicara atau bercakap-
cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan PERAWAT

54
harian klien

RTL : SP3
1. Mengevaluasi kegiatan yang lalu,
yaitu menghardik dan minum obat
(SP 1 dan SP 2)
2. Melatih berbicara atau bercakap-
cakap dengan orang lain saat
halusinasi datang
3. Masukkan dalam jadwal kegiatan
harian klien

55
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 23 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan tidak - Klien mengatakan tidak
memiliki keahlian khusus dan memiliki kemampuan dalam
ia belum mampu menilai aspek melakukan kegiatan dan klien
positif yang dimiliki nya tidak mampu menilai aspek
positif yang ada dalam dirinya
DO : O:
1. berbicara dengan suara yang - Tampak murung
pelan - Berbicara pelan
2. berbicara dan menjawab
seperlunya A : Masalah Harga Diri Rendah belum
teratasi
Kemampuan : klien belum mampu
meilai aspek positif yang dimilikinya P : Lanjutkan intervensi Sp 1
- Bantu klien menilai kegiatan yang
Diagnosa : Harga Diri Rendah dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
Tindakan : Sp 1 - Bantu klien memilih salah satu
- Membina hubungan saling kegiatan yang dapat dilakukan saat
percaya ini untuk dilatih
- Mengidentifikasi kemampuan - Latih kegiatan yang dipilih (alat
melakukan kegiatan dan aspek dan cara melakukannya)
positif klien (buat daftar kegiatan) - Masukan pada jadwal kegiatan
- Membantu klien menilai kegiatan untuk latihan kegiatan pertama dua
yang dapat dilakukan saat ini kali per hari.
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih

56
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Membina hubungan saling
percaya
- Mengidentifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan) TTD
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah PERAWAT
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

57
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 24 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan tidak - Klien mengatakan tidak
memiliki keahlian khusus dan memiliki kemampuan dalam
ia belum mampu menilai aspek melakukan kegiatan dan klien
positif yang dimiliki nya tidak mampu menilai aspek
positif yang ada dalam dirinya
DO : O:
1. Berbicara dengan suara yang - Tampak murung
pelan - Berbicara pelan
2. Berbicara dan menjawab
seperlunya A : Masalah Harga Diri Rendah belum
teratasi
Kemampuan : klien belum mampu
menilai aspek positif yang dimilikinya P : Lanjutkan intervensi Sp 1
- Bantu klien menilai kegiatan yang
Diagnosa : Harga Diri Rendah dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
Tindakan : Sp 1 - Bantu klien memilih salah satu
- Membina hubungan saling kegiatan yang dapat dilakukan saat
percaya ini untuk dilatih
- Mengidentifikasi kemampuan - Latih kegiatan yang dipilih (alat
melakukan kegiatan dan aspek dan cara melakukannya)
positif klien (buat daftar kegiatan) - Masukan pada jadwal kegiatan
- Membantu klien menilai kegiatan untuk latihan kegiatan pertama dua
yang dapat dilakukan saat ini kali per hari.
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih

58
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Membina hubungan saling
percaya
- Mengidentifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan) TTD
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah PERAWAT
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

59
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 24 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan tidak - Klien mengatakan tidak
memiliki keahlian khusus dan memiliki kemampuan dalam
ia belum mampu menilai aspek melakukan kegiatan dan klien
positif yang dimiliki nya tidak mampu menilai aspek
2. Klien mengatakan merasa positif yang ada dalam dirinya
serba salah dalam melakukan O :
sesuatu - Tampak murung
- Berbicara pelan

DO : A : Masalah Harga Diri Rendah belum


1. berbicara dengan suara yang teratasi
pelan
2. berbicara dan menjawab P : Lanjutkan intervensi Sp 1
seperlunya - Bantu klien menilai kegiatan yang
dapat dilakukan saat ini (pilih dari
Kemampuan : klien belum mampu daftar kegiatan)
meilai aspek positif yang dimilikinya - Bantu klien memilih salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan saat
Diagnosa : Harga Diri Rendah ini untuk dilatih
- Latih kegiatan yang dipilih (alat
Tindakan : Sp 1 dan cara melakukannya)
- Membina hubungan saling - Masukan pada jadwal kegiatan
percaya untuk latihan kegiatan pertama dua
- Mengidentifikasi kemampuan kali per hari.
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan)
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)

60
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Membina hubungan saling TTD
percaya
- Mengidentifikasi kemampuan
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan) PERAWAT
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

61
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 25 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan merasa - Klien mengatakan tidak
serba salah dalam melakukan memiliki kemampuan dalam
sesuatu melakukan kegiatan dan klien
2. Klien mengatakan tidak tidak mampu menilai aspek
memiliki keahlian khusus dan positif yang ada dalam dirinya
ia belum mampu menilai aspek O :
positif yang dimiliki nya - Tampak murung
DO : - Berbicara pelan
1. berbicara dengan suara yang
pelan A : Masalah Harga Diri Rendah belum
2. berbicara dan menjawab teratasi
seperlunya saja
P : Lanjutkan intervensi Sp 1
Kemampuan : klien belum mampu - Bantu klien menilai kegiatan yang
meilai aspek positif yang dimilikinya dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
Diagnosa : Harga Diri Rendah - Bantu klien memilih salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan saat
Tindakan : Sp 1 ini untuk dilatih
- Membina hubungan saling - Latih kegiatan yang dipilih (alat
percaya dan cara melakukannya)
- Mengidentifikasi kemampuan - Masukan pada jadwal kegiatan
melakukan kegiatan dan aspek untuk latihan kegiatan pertama dua
positif klien (buat daftar kegiatan) kali per hari.
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat

62
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Membina hubungan saling
percaya
- Mengidentifikasi kemampuan TTD
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan)
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini PERAWAT
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

63
CATATAN PERKEMBANGAN

Hari/tgl: 27 Januari 2020 jam 10.00 WIB Ruangan: Epsilon

DS: S:
1. Klien mengatakan merasa - Klien mengatakan tidak
serba salah dalam melakukan memiliki kemampuan dalam
sesuatu melakukan kegiatan dan klien
2. Klien mengatakan tidak tidak mampu menilai aspek
memiliki keahlian khusus dan positif yang ada dalam dirinya
ia belum mampu menilai aspek O :
positif yang dimiliki nya - Tampak murung
DO : - Berbicara pelan
1. berbicara dengan suara yang
pelan A : Masalah Harga Diri Rendah belum
2. berbicara dan menjawab teratasi
seperlunya saja
P : Lanjutkan intervensi Sp 1
Kemampuan : klien belum mampu - Bantu klien menilai kegiatan yang
meilai aspek positif yang dimilikinya dapat dilakukan saat ini (pilih dari
daftar kegiatan)
Diagnosa : Harga Diri Rendah - Bantu klien memilih salah satu
kegiatan yang dapat dilakukan saat
Tindakan : Sp 1 ini untuk dilatih
- Membina hubungan saling - Latih kegiatan yang dipilih (alat
percaya dan cara melakukannya)
- Mengidentifikasi kemampuan - Masukan pada jadwal kegiatan
melakukan kegiatan dan aspek untuk latihan kegiatan pertama dua
positif klien (buat daftar kegiatan) kali per hari.
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat

64
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.
RTL : Sp 1
- Membina hubungan saling
percaya
- Mengidentifikasi kemampuan TTD
melakukan kegiatan dan aspek
positif klien (buat daftar kegiatan)
- Membantu klien menilai kegiatan
yang dapat dilakukan saat ini PERAWAT
(pilih dari daftar kegiatan)
- Membantu klien memilih salah
satu kegiatan yang dapat
dilakukan saat ini untuk dilatih
- Melatih kegiatan yang dipilih
(alat dan cara melakukannya)
- Memasukan pada jadwal kegiatan
untuk latihan kegiatan pertama
dua kali per hari.

65
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan oleh mahasiswa


profesi Ners Universitas Jambi didapatkan hasil bahwa: Pengkajian dilakukan
pada tanggal 22 Januari 2020 pukul 10:00 WIB di ruang epsilon Rumah Sakit
Jiwa Daerah Provinsi Jambi. Pengkajian dilakukan kepada klien berumur 33
tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama islam, dan status Duda. Penanggung
jawab Adek Kandung klien berumur 28 tahun, jenis kelamin laki-laki, pekerjaan
pedagang. Alasan klien masuk rumah sakit adalah Klien mengatakan ingin
berobat jalan, tapi tidak tahu mengapa tiba-tiba langsung di rawat di RSJ.
Keluarga mengatakan ± 1 minggu sebelum dibawa kerumah sakit klien
mengamuk dan melukai adiknya serta memukul dinding rumahnya dan
mengganggu warga disekitar lingkungan rumahnya. Keluarga juga mengatakan
bahwa semenjak dari magelang klien jarang minum obat.
Saat pengkajian klien mengatakan dia merasa kesal dan ingin marah.
Ekspresi wajah tampak tegang, mata melotot, tatapan sinis, gigi tampak berkatup
ketika ia kesal, dan klien mudah tersinggung. Hal tersebut sesuai dengan teori
(Afnuhazi, 2015) perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri
sendiri maupun orang lain. Perilaku kekerasan adalah salah satu bentuk perilaku
yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologi (Keliat et
al., 2011). Teori Hermawan & Direja (2011) mengatakan tanda gejala perilaku
kekerasan 7 diantaranya perasaan mudah tersinggung, merasa terganggu, tatapan
mata tajam (melotot), menyerang orang lain, menarik diri, dan melarikan diri.
Sehingga teori tersebut sesuai dengan data yang ditemukan dari hasil pengkajian.
Faktor predisposisi, klien pernah dirawat jalan di magelang pada tahun 2016.
Klien mengatakan semenjak bercerai dari istrinya mengalami depresi pada tahun
2013 silam. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena klien terkadang
tidak meminum obat secara rutin dan berhenti melakukan rawat jalan.
Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan klien mengatakan dia
mengalami depresi sejak tahun 2013 yaitu ketika bercerai dari istrinya, klien
melihat langsung istrinya berselingkuh dengan teman dekatnya sendiri, semenjak
itu klien mudah terpancing emosinya. Faktor presipitasi yang dialami oleh klien

66
yang terakhir sebelum dibawa kerumah sakit adalah klien mengamuk dan
melukai adiknya serta memukul dinding rumahnya dan mengganggu warga
disekitar lingkungan rumahnya.. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa faktor
presipitasi adalah berbagai pengalaman yang dialami setiap orang bisa terjadi
atau tidak terjadi perilaku kekerasan, dan faktor presipitasi seseorang akan
mengeluarkan respon marah apabila dirinya terancam, ancaman tersebut dapat
berupa luka psikis terhadap dirinya (Muhith, 2015) Data psikososial geneogram
klien anak ketiga dari enam bersaudara, Keluarga klien mengatakan nenek klien
dari pihak ibu juga mengalami masalah kejiwaan yang sama dengan klien.
Konsep diri pada citra tubuh didapatkan hasil Klien mengatakan tubuhnya
cukup sempurna. Klien tidak merasa malu dengan kondisi tubuhnya dan sangat
mensyukuri kelengkapan anggota tubuhnya. Identitas diri Klien merupakan anak
ke tiga dari enam bersaudara. Klien tidak mengalami kesalahan dalam menilai
identitas dirinya. Klien dapat menyebutkan dengan benar tentang nama, umur,
jenis kelamin, alamat/tempat tinggalnya sesuai dengan yang tertera pada status.
Klien mengatakan merasa puas sebagai seorang laki-laki. Peran diri Klien
mengatakan berperan sebagai anak dan anggota masyarakat. Klien mengatakan
ia belum melakukan tugasnya sebagai anak sampai ibunya merantau ke malaysia
untuk memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam keluarga. Ketika menjadi suami
klien merasa dirinya tidak dapat menjadi suami yang baik dalam menjaga
istrinya sehingga istrinya berselingkuh dengan temannya yang lebih dari pada
dirinya. Sedangkan untuk kegiatan di masyarakat semenjak sakit klien tidak
pernah mengikuti kegiatan, klien hanya dirumah saja karena klien merasa serba
salah ketika berinteraksi dengan orang sekitar.Harga diri, Klien mengatakan
semenjak bercerai dari isrtinya dia jadi merasa serba salah dalam melakukan
semua tindakan serta kurang rasa percaya diri, dari faktor penyebab tersebut
klien merasa rendah diri dan tidak berarti.
Hubungan sosial, Klien mengatakan tidak memiliki teman di rumah, dia
hanya dekat dengan kakak tiri sebelah bapaknya sebagai tempat mengadu,
tempat berkeluh kesah dan minta bantuan. Klien mengatakan bahwa ia tidak
mengikuti kegiatan di lingkungannya seperti kelompok pemuda, karang taruna
dll. Klien hanya di rumah saja karena semenjak bercerai dari isrtinya dia jadi
merasa serba salah dalam melakukan semua tindakan serta kurang rasa percaya
diri. Status mental Penampilan klien tampak rapi, rambut pendek, kulit

67
berminyak, kuku tangan dan kaki pendek dan tidak kotor, baju sesuai, klien
melakukan kegiatan kebersihan diri: mandi mengunakan sabun, klien mau ganti
baju. Klien menggunakan pakaian sesuai dengan fungsinya.
Pembicaraan, Pembicaraan klien lambat, dan klien akan mulai merasa tidak
nyaman dan melotot jika diajak berbicara cukup lama atau lebih dari 5 menit.
Aktivitas motorik, klien tampak ekspresinya tegang saat diajak bicara oleh
perawat, tampak tangan klien juga selalu mengepal saat ia berbicara. Afek,
terjadi perubahan emosi dari klien ketika diberikan banyak pertanyaan, ketika
ingin berbincang klien selalu memberikan waktu 5 menit untuk berbincang
dengannya, jika lewat klien akan pergi menjauh, hal tersebut sesuai yang
diutarakan oleh (Yusuf, Fitryasari, & Nihatati, 2014) respons marah dapat
diungkapkan melalui tiga cara yaitu (1) mengungkapkan secara verbal, (2)
menekan, dan (3) menantang. Namun pada data yang kami dapatkan tidak sesuai
dengan teori Yosep (2010), dimana pada data afek: klien berbicara dengan
sopan, suara pelan, tidak ada membentak orang lain dan tidak ada mengancam
baik secara fisik maupun verbal. Namun dari teori Yosep (2010) juga ada data
yang sesuai seperti, ekspresi wajah tegang, mata melotot, pandangan tajam,
tangan mengepal, raham mengatup. Interaksi selama wawancara, klien
kooperatif namun kontak mata klien kepada lawan bicara tampak sinis dan
melotot.
Proses pikir, klien saat diberikan pertanyaan langsung menjawab namun
berbelit-belit dan tidak menuju pada pertanyaan, namun kadang klien juga
menjawab dengan berbelit-belit dan sesuai dengan pertanyaan. Tingkat
kesadaran klien Compos Mentis, klien tidak tampak bingung. Klien tidak
mengalami disorientasi waktu, tempat dan orang. Klien tahu sedang berada di
RSJ untuk berobat. Ketika ditanya tentang hari, klien mampu menjawab dengan
benar. Ketika ditanya sedang berbicara dengan siapa, klien menjawab bahwa ia
sedang berbicara dengan mahasiswa. Memori, pada jangka panjang klien mampu
menginagat struktur keluarganya, dan jangkan pendek klein tidak mampu
mengingat nama perawat yang mengantarnya kemari. Tingkat konsentrasi klein
mampu melakukan perhitungan satu sampai sepuluh dengan benar. Ketika
mahasiswa menanyakan tentang penambahan dan pengurangan, klien menjawab
dengan benar. Ketika ditanya tentang perkalian, klien menjawab dengan benar
namun memerlukan waktu lama untuk berpikir.

68
Daya tilik diri klien mengatakan dirinya belum sembuh, klien sadar kalau ia
sedang sakit. Klien mau minum obat. Klien mengatakan segala sesuatu yang
terjadi pada dirinya adalah masalah ia sendiri. Aspek medik diagnosa medik
F20.0, dan terapi medik yang diberikan Olanzapine 10 mg 2x1, Klonzapine
25mg 2x1 dan Abilify 25mg 2x1.
Analisa data yang pertama pada hasil pengkajian diatas adalah data
subjektif Keluarga mengatakan ± 1 minggu sebelum dibawa kerumah sakit klien
mengamuk dan melukai adiknya serta memukul dinding rumahnya dan
mengganggu warga disekitar lingkungan rumahnya. Keluarga juga mengatakan
bahwa semenjak dari magelang klien jarang minum obat, Saat mengkajian klien
mengatakan dia merasa kesal dan ingin marah.Data objektif Ekspresi wajah
tampak tegang, mata melotot, tatapan sinis, gigi tampak berkatup ketika ia kesal,
dan klien mudah tersinggung. Dari data tersebut kelompok mengangkat diagnosa
risiko perilaku kekerasan.
Analisa data yang kedua, data subjektif klien mengatakan sering mendengar
suara bisikan yang mengajak klien ngobrol, sesekali bisikan tersebut menyuruh
klien pergi dari RSJ. Dalam satu hari klien mengatakan melihat orang yang tidak
sesuai dengan hatinya 3-4 kali sehari. Waktu suara bisikan tersebut muncul tidak
menentu, terkadang siang hari terkadang malam hari, namun klien mengatakan
suara bisikan tersebut muncul lebih sering pada malam hari. Suara bisikan
tersebut muncul biasanya disaat klien termenung menuju waktu tidur. Klien
mengatakan merasa sangat terganggu dengan suara bisikan tersebut, namun klien
tidak tahu harus melakukan apa untuk mengusir suara bisikan tersebut.Data
objektif, klien tampak sesekali menunjuk kearah depan, klien tampak
menyeringai, mata klien tampak melotot. Dari data tersebut didapatkan diagnosa
halusinasi.
Analisa data yang ketiga data subjektif Klien mengatakan ia belum
melakukan tugasnya sebagai anak sampai ibunya merantau ke malaysia untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi di dalam keluarga. Ketika menjadi suami klien
merasa dirinya tidak dapat menjadi suami yang baik dalam menjaga istrinya
sehingga istrinya berselingkuh dengan temannya yang lebih dari pada dirinya.
Sedangkan untuk kegiatan di masyarakat semenjak sakit klien tidak pernah
mengikuti kegiatan, klien hanya dirumah saja karena klien merasa serba salah
ketika berinteraksi dengan orang sekitar. Klien mengatakan semenjak berscerai

69
dari isrtinya dia jadi merasa serba salah dalam melakukan semua tindakan serta
kurang rasa percaya diri. Data objektif berbicara dengan suara yang pelan,
berbicara dan menjawab seperlunya, maka dari data tersebut iddapatkan masalah
keperawatan harga diri rendah.
Analisa data yang keempat data subjektif Klien mengatakan tidak memiliki
teman di rumah, dia hanya dekat dengan kakak tiri sebelah bapaknya sebagai
tempat mengadu, tempat berkeluh kesah dan minta bantuan. Sedangkan di
masyarakat klien mengatakan bahwa ia tidak mengikuti kegiatan di
lingkungannya seperti kelompok pemuda, karang taruna dan lain-lain. Klien
hanya di rumah saja karena semenjak bercerai dari isrtinya dia jadi merasa serba
salah dalam melakukan semua tindakan serta kurang rasa percaya diri, tidak ada
hambatan saat berinteraksi dengan kelompok dan teman, hanya saja klien merasa
rendah diri karena terlalu banyak masalah yang dihadapinya. Data objektif
tampak klein lebih suka menyendiri, maka dari data tersebut didapatkan masalah
keperawatan koping individu tidak efektif.
Analisa data yang kelima data subjektif Klien mengatakan adikknya terlalu
sibuk bekerja dan kurang memperhatikan dirinya dan adiknya yang lain tidak
pernah mengunjunginya hanya sesekali saja menelfon untuk menanyakan
kondisinya. Sedangkan data objektif tampak keluarga klien jarang melakukan
kunjungan ke RSJ, maka dari data tersebut didapatkan masalah keperawatan
koping keluarga tidak efektif.
Data yang didapat sesuai dengan teori Hermawan & Direja (2011)
mengatak tanda gejala perilaku kekerasan diantaranya perasaan mudah
tersinggung, merasa terganggu, tatapan mata tajam (melotot), menyerang orang
lain, menarik diri, dan melarikan diri. Berdasarkan analisa data tersebut dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan yang pertama risiko perilaku kekerasan, yang
kedua halusinasi pendengaran dan penglihatan, ketiga harga diri rendah, keempat
koping individu tidak efektif dan yang ke lima koping keluarga tidak efektif.
Sehubungan dengan diagnosa yang ada pada kasus tersebut kelompok hanya
memprioritaskan pada 3 diagnosa keperawaran yaitunya risiko perilaku
kekerasan, halusinasi dan harga diri rendah.
Diagnose utama yang kelompok angkat yaitunya risiko prilaku kekerasan
dikarenakan data fokus pada klien lebih cenderung pada diagnosa tersebut.
Perencanaan tindakan pada klein adalah melakukan strategi pelaksanaan (SP)

70
satu sampai dengan empat. Setrategi pelaksanaan pertama bina hubungan saling
percaya kepada klien, identifikasi penyebab, tanda gejala, dan akibat perilaku
kekerasan, latih cara fisik tarik nafas dalam dan pukul-pukul bantal, kemudian
masukkan ke dalam jadwal harian. Strategi pelaksanaan kedua evaluasi kegiatan
yang lalu (SP1), menjelaskan macam-macam, fungsi, waktu, dan cara meminim
obat, menjelaskan akibat tidak minum obat, latih cara meminum obat, dan
masukkan ke dalam jadwal harian. Selanjutnya setrategi pelaksanaan ketiga
evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2), latih secara verbal atau latihan asertif
mengungkapkan, meminta, dan menolak dengan baik kemudian masukkan ke
dalam jadwal harian. Dan setrategi pelaksanaan yang terakhir atau yang keempat
(SP4) evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2, SP3), latih secara spiritual berdoa,
berdzikir, dan sholat untuk mengurangi rasa marah, kemudian masukkan
kedalam jadwal harian.
Perencanaan tindakan selanjutnya yaitunya strategi pelaksanaan (SP)
Halusinasi satu sampai dengan empat. Setrategi pelaksanaan pertama membantu
klien mengenal halusinasi meliputi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus,
dan respon saat terjadi halusinasi latih cara mengendalikan halusinasi dengan
cara menghardik, kemudian masukkan ke dalam jadwal harian. Strategi
pelaksanaan kedua evaluasi kegiatan yang lalu (SP1), menjelaskan macam-
macam, fungsi, waktu, dan cara meminim obat, menjelaskan akibat tidak minum
obat, latih cara meminum obat, dan masukkan ke dalam jadwal harian.
Selanjutnya setrategi pelaksanaan ketiga evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2),
latih Melatih berbicara atau bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi
datang kemudian masukkan ke dalam jadwal harian. Dan setrategi pelaksanaan
yang terakhir atau yang keempat (SP4) evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2,
SP3), Latih klien melakukan aktivitas yang terjadwal agar halusinasi tidak
muncul.
Perencanaan tindakan selanjutnya yaitunya strategi pelaksanaan (SP) Harga
diri rendah satu sampai dengan empat. Setrategi pelaksanaan pertama (SP1) Bina
hubungan saling percaya, Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan
aspek positif klien (buat daftar kegiatan) kemudian membantu klien untuk
memilih salah satu kegiatan dan kemudian melatih klien untuk melakukan
kegiatan tersebut. Kemudian masukkan ke dalam jadwal harian. Strategi
pelaksanaan kedua evaluasi kegiatan yang lalu (SP1), bantu pasien memilih

71
kegiatan kedua yang akan dilatih, latih kegiatan kedua (akat dan cara), masukkan
pada jadwal kegaitan untuk latihan: dua kegiatan masing-masing dua kali
perhari. Selanjutnya setrategi pelaksanaan ketiga evaluasi kegiatan yang lalu
(SP1, SP2), bantu pasien memilih kegiatan ketiga yang akan dilatih, latih
kegiatan ketiga (alat dan cara), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan :
tiga kegiatan, masing-masing dua kali per hari. Dan setrategi pelaksanaan yang
terakhir atau yang keempat (SP4) evaluasi kegiatan yang lalu (SP1, SP2, SP3),
bantu pasien memilih kegiatan keempat yang akan dilatih, latih kegaiatan
keempat (alat dan cara), masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat
kegaiatn masing-masng dua kali per hari.
Implementasi dilakukan pada tanggal 22 Januari 2020 pukul 10.00 WIB
dengan tindakan melakukan strategi pelaksanaan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan yaitu dimulai pada strategi pelaksanaan satu (SP1) RPK,
Halusinasi dan harga diri rendah. Dimana semua tindakan yang pertama dimulai
dengan membina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik kepada
klien,. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Negi et al, (2017) bahwa
kualitas perawat dengan komunikasi terapeutik dapat meningkatkan tingkat
kepuasan pasien. Evaluasi tindakan di mulai pada tanggal 22 Januari 2020
dengan diagnose RPK, strategi pelaksanaan satu (SP1) dimulai pada tanggal 22
Januari 2020 dengan intervensi mengidentifikasi penyebab, tanda dsan gejala.
Respon dan cara mengendalikannya serta cara mengontrol RPK secara fisik yaitu
dengan menarik nafas dalam dan memukul-mukul bantal. SP1 tercapai pada
tanggal 23 Januari 2020, kemudian dilanjutkan dengan SP2 yaitunya dengan
mengenal 5 prinsip benar obat, SP2 tercapai pada tanggal 25 Januari 2020 dan
dilanjutkan dengan SP3 yaitunya mengontrol halusinasi dengan meminta,
menolak dan mengungkapkan dengan baik dan masih dilanjutkan.
Diagnosa selanjutnya yaitu halusinasi, evaluasi halusinasi SP1 dimulai pada
tanggal 22 Januari 2020 dengan tindakan mengenal halusinasi yang meliputi: isi,
frekuensi, waktu, situasi pencetus, perasaan dan respon serta tindakan
menghardik, SP1 halusinasi tdapat tercapai pada tanggal 23 Januari 2020,
kemudian dilanjutkan dengan SP2 mengenal 5 prinsip obat dan tercapai pada
tanggal 25 Januari 2020, kemudian untuk SP3 Halusinasi dimulai pada tanggal
25 Januari 2020 dan sampai tanggal 27 Januari belum tercapai.

72
Untuk diagnose harga diri rendah (HDR) dimulai pada tanggal 22 Januari
2020, dengan SP1 yaitunya klien mampu menilai aspek postif yang ada pada diri
klien, sampai tanggal 27 Januari 2020 klien belum dapat menilai aspek positif
yang ada pada diri klien.

73
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Dari hasil proses keperawatan yang kelompok lakukan terhadap Tn. P
dengan masalah keperawatan resiko perilaku kekerasan di ruangan rawat inap
Epsilon RSJ Daerah Provinsi Jambi didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pengkajian yang dilakukan didapatkan data pada kasus sesuai dengan yang
ada pada teori, meskipun ada kendala dalam melakukan pengkajian pada
klien yakni klien yang sedikit sulit diajak berkomunikasi karena fokus klien
yang mudah teralihkan dan sulit mengajak klien berbicara sedikit lebih
lama karena klien selalu membatasi percakapan hanya 5 menit, lalu jika
waktu yang disepakati terlewat klien akan melotot dan meninggikan nada
suaranya, lalu pergi.
b. Dari data yang didapatkan masalah keperawatan utama adalah resiko
perilaku kekerasan dan ditemukan juga masalah lain yaitu : halusinasi,
harga diri rendah kronis, koping individu tidak efektif dan koping keluarga
tidak efektif.
c. Intervensi keperawatan disusun sesuai dengan Strategi pelaksanaan (SP)
pada masing-massing masalah
d. Implementasi keperawatan dilaksanakan dari tanggal 22-27 Januari 2020
dan dapat terlaksana sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
disusun.
e. Pada evaluasi keperawatan, tujuan umum untuk kedua masalah
keperawatan yaitu rpk dan halusinasi dapat dilaksanakan dengan baik
sampai SP 2 dan akan dilanjutkan dengan SP 3. Namun untuk masalah
keperawatan HDR belum terlaksana dengan baik dan masih mengulang
SP1.

5.2. Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa Profesi Ners
Dapat mengetahui tatalaksana maupun strategi pelaksanaan pada pasien
dengan masalah resiko perilaku kekerasan.

74
5.2.2 Bagi Perawat Ruangan
Dapat menjadi referensi untuk mengatasi masalah pasien dan melanjutkan
strategi pelaksanaan pada Tn.P.
5.2.3 Bagi Program Studi Profesi Ners
Dapat menjadi bahan ajuan dalam pengembangan ilmu dibidang
keperawatan khususnya di keperawatan jiwa.

75
DAFTAR PUSTAKA

1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Kemkes RI; 2013.
2. Direja, Ade Herman Surya. Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta:
Nuha Medika; 2011.
3. Erlinafsiah. Modal perawat dalam praktik keperawatan jiwa. Jakarta: CV Trans
Info Media; 2010.
4. Fitria, Nita. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan (LP dan SP) : untuk 7 diagnosis keperawatan
jiwa berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2010.
5. Hartono Y, Kusumawati F. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta: Salemba
Medika; 2012.
6. Keliat BA. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC; 2006.
7. Keliat BA, Akemat, Helena N, Nurhaeni H. Keperawatan kesehatan jiwa
komunitas. Jakarta: EGC; 2012.
8. Keliat BA, Wiyono AP, Susanti H. Manajemen kasus gangguan jiwa. Jakarta:
EGC; 2011.
9. Capernito, Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10. Jakarta:
EGC; 2008.
10. Rasmun. Keperawatan kesehatan mental psikiatri terintegrasi dengan keluarga.
Jakarta: CV Sagung Seto; 2009.
11. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & sadock: buku ajar psikiatri klinis. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2010.
12. Stuart dan Sundeen. Principle and Practice Of Psychiatric Nursing. Edisi ke-6. St.
Louis: Mosby Year Book; 2007.
13. Townsend, Mary C. Buku saku diagnosa keperawatan psikiatri : rencana asuhan
dan medikasi psikotropik. Edisi ke-5. Jakarta: EGC; 2010.
14. Yosep, Iyus. Keperawatan jiwa. Bandung: PT Refika Aditama; 2010.

76

Anda mungkin juga menyukai