Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KEPERAWATAN ANAKA DANSISTEM PERKEMIHAN

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 2
1, JUSRIL SINDRING
2. VICKY VALERY R.
3. DISCKY SUGIMAN
4. HASNANI SIRUA
5. MELATI DAMOPOLII
6. MUTIARA MOKOAGOW

STIKES GRAHA MEDIKA KOTAMOBAGU T/A 2019/2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena
atas luasnya limpahan rahmat dan hidayah-Nya hingga akhirnya MAKALAH “KEPERAWATAN
ANAK DAN SISTEM PERKEMIHAN” ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
Penyusunan proposal ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “KEPERAWATAN ANAK II”.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan MAKALAH ini masih
penuh keterbatasan dan masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu, saran yang konstruktif
merupakan bagian yang tak terpisahkan dan senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan
proposal ini kedepannya.
Akhirnya penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
terutama bagi kami sendiri. Amin.

Kotamobagu, 22 september 2019


Penulis,

Kelompok 2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami


bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga (family center care)
dan mencegah terjadinya trauma (atraumatik care).
Family center care (perawatan berfokus pada keluarga) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga,
sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.Untuk itu keperawatan
anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak.
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan
yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi
cedera(injury) dan nyeri (dampak psikologis), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik.

B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu agar:
1. Mahasiswa memahami pengertian dari keperawatan anak.
2. Mahasiswa memahami perspektif keperawatan anak.
3. Mahasiswa memahami falsafah serta ruang lingkup keperawatan anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keperawatan Anak


Keperawatan anak adalah suatu praktek keperawatan yang menekan pada status
kesehatan anak (bayi-remaja).

B. Perspektif Keperawatan Anak


Perspektif keperawatan anak merupakan landasan berpikir bagi seorang perawat anak
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan terhadap klien anak maupun keluarganya.
1. Tujuan dari Keperawatan Anak
a. Pencapaian derajat kesehatan yang tinggi bagi anak sebagai satu bagian dari sistem
pelayanan kesehatan di keluargan.
b. Meningkatkan kepuasaan anak dan keluarga.
c. Mengurangi fragmentasi pemberian asuhan.
2. Karakteristik Keperawatan Anak
3. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu
keperawatan anak. Tanpa ini batasan dan lingkup keperawatan tidak mudah dipahami secara
jelas. Penggunaan paradigma keperawatan anak tetapmengacu pada konsep paradigma
keperawatan secara umum yang merupakan cara pandang dalam suatu ilmu. Landasan berfikir
tersebut terdiri dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini adalah anak,
keperawatan, sahat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Anak
Dalam keperawatn anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak, anak
diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh
kembang dengan kebututhan khusus baik baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual.
Anak merupakan individu yang berada satu rentang dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang mulai dari :
a. bayi (0- 1 tahun),
b. usia bermain/older ( 1-2,5 tahun),
c. pra sekolah (2,5-5 tahun),
d. usia sekolah (5-11 tahun),
e. remaja (11-18 tahun).
Rentang ini berbeda antaraanak satu dengan yang lain mengingat latar belakang anak
berbeda. Pada anak terdapat rentang perubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang
cepat atau lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri,
pola koping dan perilaku sosial.
b. Sehat Sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan
keperawatan pada anak, adalah suatu konsisi anak berada dalam status kesehatan yang
meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis, dan meninggal.Rentang ini suatu
alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu, selama
dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara langsung
maupun tidak langsung, seperti apabila anak berada pada rentang sehat, maka upaya perawat
untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesehatan baik fisik, sosial
maupun spiritual. Jadi, batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari keadaan yang sempurna
baik fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan (WHO,
1997) yang memiliki ciri sebagaimana berikut memiliki kemampuan memfleksikan perhatian
individu sebagai manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalamkonteks lingkungan baik
secara internal maupun ekternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif.
c. Lingkungan

Lingkungan   berpengaruh   terhadap   terjadinya   suatu   kondisi   sehat   maupun   sakit   serta

status kesehatan. Faktor­faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan

internal dan lingkungan external. Lingkungan internal yang mempengaruhi kesehatan seperti

tahap   perkembangan,   latar   belakang   intelektual,   persepsi   terhadap   fungsi   fisik,   faktor

emosional, danspiritual. Sedangkan lingkungan external yang mempengaruhi status kesehatan

antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya.    

d. Keperawatan

Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi biologi,
psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga, masyarakat dan
kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam
pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangannya.
Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan secara langsung pada keluarga
mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara efektif,
dan dalam keperawatan anak kelurga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan, disamping keluarga sendiri mempunyai peran yang sangat penting bagi
perlindungan anak dan mempunyai peran untuk mempertahankan kelangsungan hidup bagi
anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak dan mensejahterakan anak untuk mencapai
masa depan yang lebih baik, melalui interaksi tersebut dalam wujud kesejahteraan anak
(Wong, 1995).
4. Prinsip-prinsip Keperawatan Anak
Terdapat prinsipatau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai pedoman
dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus memahaminya, mengingat ada
beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan asuhan. Diantara prinsip dalam asuhan
keperawatn anak tersebut adalah
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik. Prinsip dan
pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang anak dari ukuran fisik saja
sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai individu yang unik.
b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap
perkembangan. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti kebutuhan
nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur dan lain-lain.
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang sakit.
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan
anak sehungga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan anak.
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk mencegah,
mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan menggunakan
proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).
f. Tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk biopsikososial dan spiritual
dalam konteks keluarga dan masyarakat.
g. Pada masa yang akan datang kecendrungan keperawatn anak berfokus pada ilmu tumbuh
kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak.
5. Peran Perawat dalam Keperawatan Anak
Dalam melaksanakan asuhan keperawatn anak, perawat mempunyai peran dan
fungsisebagai erawat anak di antaranya:
a. Pemberi perawatan
Peran utama perawat adalah memberikan pelayanan keperawatan anak, sebagi perawat
anak, pemberian pelayanan keperawatan dapat dilaukan dengan memenuhi kebutuhan
dasar anak seperti kebutuhan asah, asih, dan asuh.
b. Sebagai advokat keluarga
Selain melakukan tugas utama dalam merawat anak, perawatan juga mampu sebagai
advocat keluarga sebagai pembela keluarga dalam beberapa hal seperti dalam menentukan
hak sebagai klien.
c. Pencegahan penyakit

Upaya pencegahan merupakan bagian dari bentuk pelayanan keperawatan sehingga


setiap dalam melakukan asuhan keperawatan perawat harus selalu mengutamakan tindakan
pencegahan timbulnya masalah baru sebagai dampak dari penyakit atau masalah yang
diderita.

d. Pendidikan
Dalam memberikan asuhan keperawatn pada anak, perawat harus mampu berperan
sebagai pendidik, sebab beberapa pesan atau cara mengubah perilaku pada anak atau
keluarga harus selalu dilakukan dengan pendidikan kesehatan khusunya dalam
keperawatan. Melalui pendidikan ini diupayakan anak tidak lagi mengalami gangguan
yang sama dan dapat mengubah perilaku yang tidak sehat.
e. Konseling

Merupakan upaya perawat dalam melaksanakan perannya dengan memberikan waktu


untuk berkonsultasi terhadap masalah yang dialami oleh anak maupun keluarga.Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada masalah keperawatan,
mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

f. Kolaborasi
Merupakan tindakan kerjasama dalam menentukan tindakan yang akan dilaksananakan
oleh perawat dengan tim kesehatan lain.Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, tim
kesehatan lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan
keahlian dan keterampilan dari berbagai profesional pemberi pelayanan kesehatan.
g. Pengambil keputusan etik
Dalam mengambil keputusan, perawat mempunyai peran yang sangat penting sebab
perawat selalu berhubungan dengan anak kurang lebih 24 jam selalu di samping anak,
maka peran sebagai pengambil keputusan etik dapat dilakuakan oleh perawat, seperti akan
melakukan tindakan pelayan keperawatan.
h. Peneliti
Peran ini sangat penting yang harus dimiliki oleh semua perawat anak. Sebagai penenliti
perawat harus melakukan kajian-kajian keperawatan anak, yang dapat dikembangkan
untuk perkembangan teknologi keperawatan. Peran sebagai peneliti dapat dilakukan dalam
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan anak (Wong, D.L, 1995).
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan
dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui penelitian.Penelitian, pada
hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai, dan
mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil
penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

C. Falsafah Keperawatan Anak


Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family
centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care), dan manajeman kasus.

Family   centered   care  (perawatan   berfokus  pada   keluarga)   merupakan  unsur   penting

dalam   perawatan   anak   karena  anak   merupakan   bagian   dari   anggota   keluarga,   sehingga

kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.Untuk itu keperawatan anak harus

mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak

yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak            

Sedangkan   maksud   dari atraumatic   care adalah   semua   tindakan   keperawatan   yang

ditujukan   kepada   anak   tidak   menimbulkan   trauma   pada   anak   dan   keluarga   dengan

memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari  atraumaticcare adalah

menurunkan   dan   mencegah   dampak   perpisahan   dari   keluarga,   meningkatkan   kemampuan

orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cedera  (injury)
dan   nyeri   (dampak   psikologis),   tidak   melakukan   kekerasan   pada   anak   dan   modifikasi

lingkungan fisik.                                 

a. Perawatan Berfokus pada Keluarga


Keluarga merupakan unsur terpenting dalam perawatan anak mengingat anak bagian
dari keluarga. Kehidupan anak akan dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu
keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta
tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry & Hockenberry, 2002). Sebagai perawat, dalam
memberikan pelayanan keperawatan anak, harus mampu menfasilitasi keluarga dalam
berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian pendidikan kesehatan pada
anak. Selain itu, keperawatan anak perlu memperhatikan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi dari keluarga dapat menentuka pola kehidupan anak selanjutnya faktor-faktor
tersebut sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya faktor-faktor tersebut sangat
menentukan perkembangan anak dalam kehidupan sehari-hari.
b. Atraumatic Care
Atraumatic Care dimaksud disini adalah perawat yang tidak menimbulkan adanya
trauma pada anak yang merupakan bagian dalam keperawatan anak. Perhatian khusus pada
anak sebagai individu yang masih dalam usia tumbuh kembang, sangat penting karena masa
anak merupakan proses menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut
terdapat hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kematangan.

Atraumatik care sebagai bentuk perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan
keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan.,
seperti memperhatikan dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan dengan
melihat prosedur tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma
untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain:
a) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga.
b) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak.
c) Mencegah atau mengurangi cedera (injury) dan nyeri (dampak psikologis).
d) `Tidak melakukan kekerasan pada anak
e) Modifikasi lingkungan
c. Manajemen Khusus
Pengelolaan kasus secara komprehensif adalah bagian utama dalam pemberian asuhan
keperawatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penentu diagnosis, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang akut maupun yang kronis.
Pendekatan psikologis yang dilakukan dengan mempersiapkan secara fisik, memberikan
kesempatan orang tua dan menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak dan orang tua
dan berprinsip pada upaya pencegahan, peningkatan kesehatan yang merupakan tanggung
jawab perawat.

D. Ruang Lingkup Keperawatan Anak


Lingkup praktik merupakan hak dan otonomi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
yang berdasarkan atas kemampuan, tingkat pendidikan yang dimiliki, lingkup ini dilakukan
selama batas keprofesiannya. Sedangkan praktik keperawatan itu sendiri merupakan tindakan
mandiri perawat profesional dengan melalui kerja sama secara kolaboratif dengan klien dan
tenaga kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan. Lingkup praktik keperawatan anak
merupakan batas asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak dari usia 28 hari sampai
18 tahun atau usia bayi baru lahir sampai 12 tahun (Gartinah, dkk 1999). Dalam memberikan
asuhan keperawatan pada anak harus berdasarkan kebutuhan dasar anak yaitu kebutuhan
untuk tumbuh kembang anak seperti asah, asih, dan asuh (Sularyo, 1993).
a. Kebutuhan Asuh
Kebutuhan dasar ini merupakan kebutuhan fisik yang harus dipenuhi dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Kebutuhan ini dapat meliputi kebutuhan akan gizi atau
nutrisi, kebutuhan pemberian tindakan keperawatan dalam meningkat dan mencegah
terdapat penyakit, kebutuhan perawat dan pengobatan apabila sakit, kebutuhan akan tepat
atau perlindungan yang layak, kebutuhan higiene perseorangan dan sanitasi lingkungan
yang sehat, kebutuhan akan pakaian, kebutuhan kesehatan jasmani dan akan rekreasi, dan
lain-lain.
b. Kebutuhan Asih
Kebutuhan ini berdasarkan adanya pemberian kasih sayang pada anak atau memperbaiki
psikologi anak. Perkembangan anak dalam kehidupan banyak ditentukan perkembangan
psikologi yang termasuk di dalamnya adanya perasaan kasih sayang atauhubungan anak
dengan orang tua atau orang disekelilingnya karena akan memperbaiki perkembangan
psikososialnya. Terpenuhinya kebutuhan ini akan meningkatkan ikatan kasih sayang yang
erat (bonding) dan terciptanya basic trust (rasa percaya yang kuat).
c. Kebutuhan Asah
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi pada anak, untuk mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dan sesuai dengan usia tumbuh kembang.
Pemenuhan kebutuhan asah (stimulasi mental) akan memperbaiki perkembangan anak
sejak dini sehingga perkembangan psikososial, kecerdasan, kemandiriran dan kreativitas
pada anak akan sesuai dengan harapan atau usia pertumbuhan dan perkembangan.

BABA III
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Medis
1. Definisi
Infeksi saluran kemih sama dengan sistitis adalah inflamasi akut pada mukosa kandung
kemih akibat infeksi oleh bakteri yang disebabkan oleh penyebaran infeksi dari bakteri (M.
Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal. 217).
Infeksi saluran kemih merupakan reaksi inflamasi sel – sel urotelium melapisi saluran
kemih (Sibuea, W. Heidin, 2005 hal. 16).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan
adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, 2001 hal. 112).

2. Klasifikasi
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH ( 2012, hal 220), jenis infeksi kandung
kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak peradangan yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis)
2. Uretra (uretritis)
3. Prostat (prostatitis)
4. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi saluran kemih pada usia lanjut dibedakan menjadi :
1. Infeksi saluran kemih Uncomplicated ( simple )
Infeksi saluran kemih sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik,
anatomik maupun fungsional normal. Infeksi saluran kemih ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

2. Infeksi saluran kemih Complicated


Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulit diberantas ,
kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika , sering terjadi bakterimia,
sepsis dan shock. Infeksi saluran kemih ini terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagai berikut
:
1) Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, reflex vesiko uretral obstruksi, atoni
kandung kemih, paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan prostatitis.
2) Kelainan faal ginjal : gagal ginjal akut maupun gagal ginjal kronik.
3) Gangguan daya tahan tubuh.
4) Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen seperti prosteus yang memproduksi
urease.

3. Anatomi fisiologi
Saluran perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urinaria dan urethra. Ginjal
merupakan organ yang berbentuk seperti kacang dan terletak di kedua sisi kolumna vertebralis.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibanding ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati katup
terletak di kosta ke-12, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi kosta ke-11. Berat Ginjal + 125
gram.
Ureter merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dengan vesika urinaria, panjang ureter 10
– 12 inci, berfungsi sebagai penyalur urine ke vesika urinaria. Kandung kemih adalah suatu
organ yang berongga yang terletak di sebelah anterior tepat di belakang os pubis, yang tersusun
dari otot polos, yang berkontraksi dan berfungsi sebagai tempat penampungan urine sementara
dan menyalurkan urine ke uretra. Uretra merupakan saluran kecil yang dapat mengembang dan
berjalan dari kandung kemih keluar tubuh. Panjang uretra pada wanita 1,5 inci dan pada pria 8
inci.
Fungsi- fungsi utama dari ginjal adalah :
1. Ultra filtrasi : Menyaring darah dan bahan-bahan yang terlarut serta membuang cairan
yang sudah tidak dibutuhkan oleh tubuh.
2. Pengendalian cairan : Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
Keseimbangan asam basa : Mempertahankan derajat asam dan basa dengan mensekresi ion H
dan pembentukan Bicarbonat sebagai Buffer.
3. Mengatur tekanan darah dengan mengendalikan volume sirkulasi dan sekresi urine.
4. Mengatur metabolisme dengan mengaktifkan vitamin D yang diatur oleh kalsium fosfat
ginjal.
5. Memproduksi eritrosit : eritropoetin yang disekresikan oleh ginjal dan merangsang
sumsum tulang agar membuat sel-sel eritrosit.
6. Ekskresi produk sisa : Membuang langsung produk metabolisme yang terdapat pada
filtrasi glomerulus.
Pembentukan Urine
Nefron merupakan unit fungsional dari ginjal, yang merupakan awal pembentuk urine. Ginjal ini
tersusun + 1 juta nefron yang terdiri dari sebuah glomerulus dan sebuah tubulus. Dinding kapiler
glomerulus tersusun oleh sel-sel endotel dan membran basalis, Glomerulus membentang dan
membentuk tubulus yang terdiri atas 3 bagian yaitu :
1. Tubulus proximal :
Dalam keadaan normal, + 20 % dari plasma melewati glomerulus akan disaring ke dalam nefron
dengan jumlah 80 liter per hari yang terdiri dari filtrat yaitu : air, elektrolit dan molekul kecil
lainnya masuk ke dalam tubulus proximal di proses hingga 60 % dan filtrat tersebut di serap
kembali ke dalam darah, kecuali glukosa 100 % di serap yang disebut dengan “Reabsorbsi
Obligat” (mutlak).
2. Ansa Henle
Cairan dari tubulus proximal masuk ke Ansa henle. Ketika cairan turun ke ansa henle desenden,
ada transportasi aktif ureum yang menyebabkan kepekatan meningkat, ketika naik lewat ansa
henle asenden ada transportasi aktif H2O (dikeluarkan)
3. Tubulus Distal
Di dalam tubulus ini terjadi 3 proses yaitu :
1) Reabsorbsi air oleh Anti Diuretik Hormon
Bila tubuh kekurangan air maka otak akan membuat banyak anti diuretic hormon sehingga
penyerapan di distal banyak juga dan urine menjadi sedikit. Begitu sebaliknya bila air berlebih
jumlah anti diuretik hormon sedikit dan filtrat dapat lolos yang akhirnya jadi urine banyak.
2) Bekerjanya anti diuretik hormon
Anti diuretik hormon dapat juga dikeluarkan oleh korteks anak ginjal untuk melakukan
transportasi aktif yaitu mengeluarkan kalsium dan menarik natrium.
3) Sekresi zat-zat sisa metabolime dan zat racun tubuh.
4. Ductus Kolligentes
Merupakan tubulus penampung setelah tubulus distal. Di sini masih terjadi proses reabsorbsi air
oleh anti diuretik hormon. Bila cairan sudah melewati ductus kolligentes maka disebut dengan
“urine” yang dilanjutkan ke kalix minor menuju kalix mayor dan melewati pelvis ginjal
mengalirkan urine ke ureter menuju ke vesika urinaria dengan gerakan peristaltik yang membuka
sfingter ureter, kemudian urine masuk ke dalam vesika urinaria, sebagai tempat penampungan
sementara.
5. Vesika Urinaria
Suatu kantong berotot yang disebut musculus Detrusor, yang terisi sedikit demi sedikit urine,
mulai dari volume 0 – 100 cc, tekanan kandung kemih sedikit bertambah. Dari volume 100 – 400
cc tekanan kandung kemih tidak berubah, karena Musculus Detrusor mengembang mengikuti
jumlah air kemih lewat 400 cc ke atas tekanan meningkat dan meregangkan Musculus Detrusor.
Regangan ini mengirim impuls afferent ke medula spinalis lumbal dan sacral dengan susunan
saraf pusat. Dari lumbal sacral keluar impuls efferent ke Musculus Detrusor (mengerut).
Merangsang pembukaan sfingter urethra internal untuk membuka sehingga timbul keinginan
untuk BAK, dengan mengalirkan urine keluar tubuh melalui sfingter urethra eksterna.
Komposisi Urine
Urine yang normal biasanya berwarna jernih sampai dengan kuning muda, tidak terdapat
glukosa, eritrosit, leukosit dan trombosit serta protein. Bau sedikit pesing, berat jenis 1010 –
1030.

Urine terdiri dari :


1. Air
2. Elektrolit
3. Zat asam sisa metabolism

4. Etiologi
Penyebab infeksi saluran kemih ini adalah mikroorganisme yang terdiri dari :
1. Bakteri gram negatif : E. Coli, Entherobacter, Pseudomonas, Serrativa.
2. Bakteri gram positif ; Staphylococcus Saprophyt, streptococcus.
3. Virus : jarang ditemukan
4. Jamur : jarang ditemukan
Mikroorganisme tersebut terdapat dalam vesika urinaria yang disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
Intake minum yang kurang setiap harinya
Hygiene yang kurang
1) Jarang mengganti pakaian dalam
2) Pakaian dalam pada wanita yang terbuat dari bahan sintetis, bukan dari katun
3) Penggunaan jeans yang terlalu ketat.
Personal hygiene yang salah
Membersihkan perineum saat selesai berkemih dan defekasi dengan gerakan belakang ke depan
dan di bolak-balik
1. Hubungan sex yang berlebihan
2. Urine Reflux
3. Trauma Urethra
4. Penggunaan instrumen yang tidak steril : pemasangan kateter.
5. Sabun dengan pH yang tidak seimbang dan cenderung ke peningkatan pH
6. Spray hygiene wanita yang dapat menimbulkan reaksi alergi dan iritasi
7. Usia di atas 65 tahun
8. Penyakit Diabetes Melitus
9. Batu ginjal, yang dapat menyebabkan obstruksi urine.

5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh mikroorganisme
terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai kurang lebih 90 persen
kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S.
Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila
terjadi infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul
demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika
urinaria yang dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara
asenden. Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak antara vagina dan
vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika urinaria melalui sperma,
sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman
yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih
maka mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria.
Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan sistoscopy
merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena saat membuka uretra kuman
pada daerah uretra tersebut dapat masuk bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan
penggunaan alat yang lama dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi
pada vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang kurang,
menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa
metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada
vesika urinaria tidak dapat di bawa keluar.
Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine mengandung glukosa
dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di
ginjal sehingga air kemih mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi
lebih mudah berkembang.
Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran mikroorganisme ke seluruh
saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang menyebabkan infeksi sehingga timbul
keluhan disuria, sering berkemih, ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.
Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena
adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara
integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena
mekanisme pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada selaput lendir
urethra)
Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan berkembangnya
kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga bila saluran kemih terjadi kerusakan.
Obstruksi ini menyebabkan urine yang keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas, spasme kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth TH, 2012 hal
218).

6. Pathway
7. Tanda dan Gejala
Umumnya 10 % penderita infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri yang mungkin
dapat tidak menimbulkan gejala sehingga penderita tidak menyadari adanya infeksi. Pada
keadaan yang menimbulkan tanda dan gejala biasanya :
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih).
2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering.
3. Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih/pengosongan kandung kemih yang
tidak tuntas.
4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeri pinggang dan dapat terjadi low back pain.
5. Spasme kandung kemih.
6. Warna urine yang keruh.
7. Hematuri pada keadaan lanjut.
8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.

8. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan baik untuk penegakkan diagnosa atau pengobatan
antara lain adalah :
1. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH meningkat.
2) Urine kultur :
a) Untuk menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih misalnya :
streptococcus, E. Coli, dll
b) Untuk menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
1. Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
1) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri abdominal, panggul.
2) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
1. Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada kandung kemih

9. Penatalaksanaan medis
Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221), pengobatan infeksi saluran
kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari
mikroorganisme dan mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
1. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alcohol
2.Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti ) dalam jangka
waktu 3 – 4 minggu
c) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur dalam waktu 3
– 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodik
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih

10. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya
proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang
terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak diobati dengan tuntas
sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
11. Pencegahan
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
1) Tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas
2) Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk membersihkan
perineum dari depan ke belakang
3) Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
4) Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
4. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah itu biasakan
mengosongkan kandung kemih.
B. Konsep Dasar Keperawatan
Pengkajian 11 Pola Gordon
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit yang berhubungan dengan kandung kemih, trauma kandung kemih,
infeksi saluran kemih berulang
2) Personal hygiene yang salah
3) Kebiasaan menahan BAK
4) Riwayat penyakit DM
b. Pola Nutrisi Metabolik
1) Intake minum yang kurang
2) Mual, Muntah
3) Anoreksia
4) Demam, peningkatan suhu
c. Pola Eliminasi
1) Sering berkemih
2) Warna urine keruh
3) Ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih
4) Hematuri (urine bercampur darah)
5) Diare
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Bekerja di ruang ber AC
2) Banyak duduk
3) Kurang beraktivitas
4) Malaise
e. Pola Tidur dan Istirahat
1) Tidur terganggu karena nocturia
f. Pola Persepsi dan Kognitif
1) Nyeri Supra pubik
2) Dysuria
3) Rasa terbakar saat berkemih
4) Spasme kandung kemih
5) Low back pain
Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Merasa rendah diri
Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama.
1) Perasaan terasing
2) Gangguan interaksi sosial
Pola Reproduksi dan Seksualitas
1) Menopause
1. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress.
1) Stress tergantung individu
1. Pola Sistem Kepercayaan.
1) Keyakinan yang dianut oleh pasien

1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau masalah kesehatan actual
dan potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi : pertama adanya masalah actual berdasarkan
respon klien terhadap masalah atau penyakit. Kedua factor-faktor yang berkontribusi atau
penyebab adanya masalah. Ketiga kemampuan klien untuk mencegah atau menghilangkan
masalah.
Menurut Doengoes ( 1999), diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien infeksi
saluran kemih adalah :
K. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan sruktur traktus urinarius lain.

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya sumber informasi.

2. Intervensi Keperawatan

1. Dx 1 :

Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih
dan struktur traktus urinarius lain.

Kriteria evaluasi:

Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul

Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola berkemih, masukan dan
haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang

Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan

b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.

Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri

c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan istirahat;

Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus

Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot.

e. Berikan perawatan perineal

Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra

f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per hari.

Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran
perkemihan.

g. Kolaborasi:

Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh.
Pla berkemih berubah, sring berkemih dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes
setelah berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit

Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan jaringan lanjut dan perlu
pemeriksaan luas

Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya

Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri


Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air segar . Pemberian air
sampai 2400 ml/hari

Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan membentu membilas
saluran berkemih

2. Dx 2:

Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung kemih ataupun
struktur traktus urinarius lain.

Kriteria Evaluasi:

Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih (urgensi, oliguri, disuria)

Intervensi:

a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin

Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi

b. Tentukan pola berkemih pasien

c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan

Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.

d. Kaji keluhan kandung kemih penuh

Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi jaringan(kandung kemih/ginjal)

Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada
susunan saraf pusat

f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam


Rasional: untuk mencegah statis urin

g. Kolaborasi:

Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan masukan sari buah berri dan berikan
obat-obat untuk meningkatkan aam urin.

Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan masukan sari buah dapt
berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran kemih.

3. Dx 3:

Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan berhubungan


dengan kurangnya sumber informasi.

Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan diagnostic, rencana


pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:

a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng

Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat pilihan beradasarkan
informasi.

b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran, jelaskna
pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic: tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag
dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.

Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan m,embantu
mengembankan kepatuhan klien terhadap rencan terapetik.

c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan
instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan

Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum sebanyak kurang lebih
delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.

Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda penyakit mereda. Cairan
menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari sari buah berri membantu mempertahankan
keadaan asam urin dan mencegah pertumbuhan bakteri

e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang
rencana pengobatan.

Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan ketidakpatuhan dan membantu


mengembangkan penerimaan rencana terapeutik.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada
keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care), dan
manajeman kasus.
B. Saran
Seorang perawat sebaiknya mempelajari lebih lanjut bagaimana cara untuk
merawat anak, karena anak cenderung takut dengan hal-hal yang berhubungan dengan
pengobatan. Pendekatan-pendekatan khusus sangat perlu dilakukan agar tidak
menimbulkan trauma pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC; Jakarta.
Doenges, Marylinn. E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC; Jakarta.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah volume 3. Penerbit
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
M. Rendy Clevo, Margareth TH. (2012 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Nuha Medika.
Setiadi. (2007). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu: Yogyakarta
Sibuea, W. Heidin. (2005). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta: Jakarta
Syaifudin, H. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Mahasiswa Perawat Edisi 3. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
Tambayong, Jan. (2006). Patofisiologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC:
Jakarta
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran
Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.
Gartinah T, et. al. 1999. Keperawatan dan Praktik Keperawatan, DPP PPNI, Jakarta.

Hidayat, Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : EGC.

Sularyo Ts. 1993. Pertumbuhan Linier (Stature) Anak dalam Upaya Pemantauan dengan Minat
pada Perawakan Pendek di sampaikan dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan.
Jakarta : FK UI

Wong, D.L. 1995. Nursing Care of Infants and Children, St Louis Mosby.

Sacharin, Rossa. 2000. Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai