Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

DI SUSUN OLEH:

NOVIDA ARYANI

NIM 149012018070

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKES) MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

PROGRAM STUDI NERS KONVERSI TH 2018


LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan pendahuluan keperawatan anak dengan febris

Nama : Novida aryani

NIM :149012018070

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Ns. Andri Yulianto, S.Kep.M.Kes Ns. Andriyanto, S.Kep


LEMBAR KONSUL

Hari/Tanggal Perbaikan Paraf


LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN ANAK

A. Konsep Anak

1. Pengertian

Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan

bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan

belum menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42

disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau

sebagai perkawinan yang sah.

Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

pengertian anak adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai

perkawinan yang sah yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum

menikah.

2. Filosofi keperawatan anak

Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus

memahami bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada

keluarga ( family center care ) dan mencegah terjadinya trauma (

atraumatik care ).
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga )

merupakan unsur penting dalam perawatan anak karena anak merupakan

bagian dari anggota keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan

oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan anak harus mengenal

keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam

kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak.

Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan

keperawatan yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada

anak dan keluarga dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg

diberikan. Prinsip dari atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah

dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua

dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi

cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan

kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik.

3. Prinsip keperawatan anak

Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip

keperawatan anak adalah :

a. Anak bukan miniatur orang dewasa

b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap

perkembangan

c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan &

peningkatan derajat kesehatan, bukan mengobati anak sakit.


d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus

pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara

komprehensif dalam memberikan askep anak.

e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga

untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan

kesejahteran dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai

dengan moral ( etik ) & aspek hukum ( legal ).

f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan

maturasi / kematangan.

g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan.

4. Paradigma keperwatan anak

a. Manusia ( Anak )

Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga

merupakan salah satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk

dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan

masa tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa

tumbuh kembangnya yaitu:

1) Bayi : 0 – 1 th

2) Toddler : 1 – 2,5 th

3) Pra Sekolah : 2,5 – 5 th

4) Sekolah : 5 – 11 th

5) Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara

orang dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat

dilihat dari struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ

yang belum matur sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi

tulang pada anak lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada

orang dewasa sudah berupa tulang keras.

Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak

dalam membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna

sehingga daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang

penyakit. Pada aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta

tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang

dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan

di rekam sebagai suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus

meminimalisasi dampak traumatis anak.

b. Konsep Sehat Sakit

Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang

sempurna baik fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya

bebas dari penyakit atau cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu

spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang bergeser

dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan

kekuatan yang mengganggunya.


c. Lingkungan

Lingkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat

maupun sakit serta status kesehatan. faktor-faktor lingkungan yang

mempengaruhi kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan

external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti

tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap

fungsi fisik, faktor emosional, dan spiritual. Sedangkan lingkungan

external yang mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga,

sosial ekonomi, budaya.

d. Keperawatan

Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif

meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada

individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang

mengutamakan pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif

yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.

Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga

merupakan sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat

sebagai pemberi asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai

individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangannya.


5. Peran perawat dalam keperawatan anak

a. Pemberi perawatan

Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan

keperawatan kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat

sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat

sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai

pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan

dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi

dini.

b. Sebagai Advocat keluarga

Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk

memebantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi

dari berbagai pemberi pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan

untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan

keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai

advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan memberikan penjelasan

tentang prosedur operasi yang akan di lakukan sebelum pasien

melakukan operasi.

c. Pendidik

Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran

ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga

kesehatan lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam

keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku


merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat

harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang

penanganan diare merupakan salah satu contoh peran perawat sebagai

pendidik ( health educator ).

d. Konseling

Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola

interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan

pola interaksi ini merupakan dasar dalam perencanaan tindakan

keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam

mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa

lalu. Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan,

mengubah perilaku hidup sehat (perubahan pola interaksi).

e. Kolaborasi

Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan

lain berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan

termasuk tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien,

pemberian dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai

professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat

berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada

anak dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter

untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik

pada anak yang menderita infeksi.


f. Peneliti

Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu

(innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas,

inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan dari lingkunganya.

Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian,

pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan,

menilai, dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan

yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian, perawat dapat

mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan

kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok

dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu

mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media

informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu

melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan

dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

6. Lingkup keperawatan anak

Menurut, Gartinah, dkk (1999), Lingkup praktek keperawatan anak

merupakan batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak

usia 28 hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia

12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan

keperawatan anak meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH (


stimulasi mental ), ASIH ( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan

kebutuhan fisik ).

B. Konsep Febris

1. Pengertian

Febris (demam) yaitu meningkatnya suhu tubuh yang melewati batas

normal yaitu lebih dari 380C (Fadjari Dalam Nakita 2003).

Febris konvulsi adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu

tubuh(diatas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstra kronium.

Demam berarti suhu tubuh diatas batas normal biasa, dapat

disebabkan oleh kelainan dalam otak sendiri atau oleh zat toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor

otak atau dehidrasi(Guyton, 1990).

Demam adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38° C

atau lebih. Ada juga yang yang mengambil batasan lebih dari 37,8°C.

Sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40°C disebut demam tinggi

(hiperpireksia) (Julia, 2000).

2. Etiologi Febris

Menurut Pelayanan kesehaan maternal dan neonatal 2000 bahwa

etiologi febris,diantaranya:

a. Suhu lingkungan.

b. Adanya infeksi.
c. Pneumonia.

d. Malaria.

e. Otitis media.

f. Imunisasi

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran.

Demam dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan,

penyakit metabolik maupun penyakit lain (Julia, 2000).

Menurut Guyton (2000) demam dapat disebabkan karena kelainan

dalam otak sendiri atau zat toksik yang mem-pengaruhi pusat pengaturan

suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi.

3. Klasifikasi Febris

Fever Keabnormalan elevasi dari suhu tubuh, biasanya karena proses patologis

Hyperthermia Keabnormalan suhu tubuh yang tinggi secara intensional pada makhluk hidup
sebagian atau secara keseluruhan tubuh, seringnya karena induksi dari radiasi
(gelombang panas, infrared), ultrasound atau obat – obatan

Malignant Peningkatan suhu tubuh yang cepat dan berlebihan yang menyertai kekakuan
Hyperthermia otot karena anestesi total
Klasifikasi febris/demam menurut Jefferson (2010), adalah :

Tipe - tipe demam.diantaranya:

a. Demam Septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada

malam hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari.

Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam yang

tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam

hektik.

b. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai

suhu badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat

mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat

demam septic.

c. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam

dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali

disebut tersiana dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua

serangan demam disebut kuartana.

d. Demam intermiten

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat.

Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut

hiperpireksia.
e. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti

oleh beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang

kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Suatu tipe demam kadang-kadang dikaitkan dengan suatu

penyakit tertentu misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.

Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan

segera dengan suatu sebab yang jela seperti : abses, pneumonia,

infeksi saluran kencing, malaria, tetapi kadang sama sekali tidak dapat

dihubungkan segera dengan suatu sebab yang jelas.

Dalam praktek 90% dari para pasien dengan demam yang baru

saja dialami, pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-

limiting seperti influensa atau penyakit virus sejenis lainnya.

4. Patofisisologi

Nukleus pre-optik pada hipotalamus anterior berfungsi sebagai pusat

pengatur suhu dan bekerja mempertahankan suhu tubuh pada suatu nilai

yang sudah ditentukan, yang disebut hypothalamus thermal set point. Pada

demam hypothalamic thermal set point meningkat dan mekanisme

pengaturan suhu yang utuh bekerja meningkatkan suhu tubuh ke suhu

tertentu yang baru.


Terjadinya demam disebabkan oleh pelepasan zat pirogen dari dalam

lekosit yang sebelumnya telah terangsang baik oleh zat pirogen eksogen

yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil reaksi

imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi Pirogen eksogen ini juga

dapat karena obat-obatan dan hormonal, misalnya progesterone.

Secara skematis mekanisme terjadinya febris atau demam dapat

digambarkan sebagai berikut:

Stimulus eksogen (endotoksin, staphylococcal erythoxin dan

virus) menginduksi sel darah putih untuk produksi pirogen

endogen yang paling banyak keluar IL-1 dan TNF- , selain itu ada IL-6

dan IFN bekerja pada sistem saraf pusat di level organosum vasculosum

pada lamina terminalis (OVLT) OVLT dikelilingi oleh porsio medial

dam lateral pada pre-optic nucleus, hipotalamus anterior dan septum

pallusolum.

Mekanisme sirkulasi sitokin di sirkulasi sistemik berdampak pada

jaringan neural masih belum jelas. hipotesanya adanya kebocoran di sawar

darah otak di level OVLT menyediakan sistem saraf pusat untuk

merasakan adanya pirogen endogen. Mekanisme pencetus tambahan

termasuk transport aktif sitokin ke dalam OVLT atau aktivasi reseptor

sitokin di sel endotel di neural vasculature, yang mentranduksi sinyal ke

otak.

OVLT mensintesa prostaglandin, khususnya prostaglandin E2, yang

merespons pirogen endogen. PG E2 bekerja secara langsung ke sel pre-


optic nucleus untuk menurunkan rata pemanasan pada neuron yang sensitif

pada hangat dan ini salah satu cara menurunkan produksi pada arachidonic

acid pathway. Kejadian yang lebih luas pada cyclooxygenase-2 (COX-2)

di neural vasculature yang penting pada formasi febris. Induksi pada

respons febris oleh lipopolisakarida, TNF- dan IL-1 yang

menghasilkan kenaikan COX-2 mRNA pada cerebral vasculature pada

beberapa model eksperimental febris.

Peningkatan suhu dikenal untuk menginduksi perubahan pada banyak

sel efektor pada respons imun. Demam menginduksi terjadinya respons

syok panas. Pada respons syok panas terjadi reaksi kompleks pada demam,

untuk sitokin atau beberapa stimulus lain. Hasil akhir dari reaski ini adalah

produksi heat shock protein (HSPs), sebuah kelas protein krusial untuk

penyelamatan seluler.

Sitokin proinflamotori masuk ke sirkulasi hipotalamik stimulasi

pengeluaran PG lokal, resetting set point termal hipotalamik sitokin

proinflamatori vs kontrainflamatori (misalya seperti IL-10 dan substansi

lain seperti arginin vasopresin, MSH, glukokortikoid) membatasi besar

dan lamanya demam.


5. Manifestasi Klinis

Pada saat terjadi demam, gejala klinis yang timbul bervariasi tergantung

pada fase demam meliputi:

Fase 1 awal (awitan dingin/ menggigil)

Tanda dan gejala:

- Peningkatan denyut jantung

- Peningkatan laju dan kedalaman pernapasan

- Mengigil akibat tegangan dan kontraksi otot

- Peningkatan suhu tubuh

- Pengeluaran keringat berlebih

- Rambut pada kulit berdiri

- Kulit pucat dan dingin akibat vasokontriksi pembuluh darah

Fase 2 ( proses demam)

Tanda dan gejala:

- Proses mengigil lenyap

- Kulit terasa hangat / panas

- Merasa tidak panas / dingin

- Peningkatan nadi

- Peningkatan rasa haus

- Dehidrasi

- Kelemahan

- Kehilangan nafsu makan ( jika demam meningkat)


- Nyeri pada otot akibat katabolisme protein.

Fase 3 (pemulihan)

Tanda dan gejala:

- Kulit tampak merah dan hanga

- Berkeringat

- Mengigil ringan

- Kemungkinan mengalami dehidrasi

6. Komplikasi Febris

Menurut Corwin (2000),komplikasi febris diantaranya:

- Takikardi

- Sufisiensi Jantung

- Sufisiensi Pulmonal

- Kejang Demam

7. Pemeriksaan Penunjang

Sebelum meningkat ke pemeriksaan- pemeriksaan yang mutakhir,

yang siap tersedia untuk digunakan seperti ultrasonografi, endoskopi atu

scanning, masih dapat diperiksa bebrapa uji coba darah, pembiakan kuman

dari cairan tubuh/ lesi permukaan atau sinar tembus rutin.

Dalam tahap berikutnya dapat dipikirkan untuk membuat diagnosis

dengan lebih pasti melalui biopsy pada tempat- tempat yang dicurigai.
Juga dapat dilakukan pemeriksaan seperti angiografi, aortografi, atau

limfangiografi.

8. Penatalaksanaan Febris

a. Secara Fisik :

- Anak demam ditempatkan dalam ruangan bersuhu normal.

- Pakaian anak diusahakan tidak tebal.

- Memberikan minuman yang banyak karena kebutuhan air

meningkat.

- Memberikan kompres.

Berikut ini cara mengkompres yang benar :

 Kompres dengan menggunakan air hangat, bukan air dingin

atau es.

 Kompres di bagian perut, dada dengan menggunakan sapu

tangan yang telah dibasahi air hangat.

 Gosok-gosokkan sapu tangan di bagian perut dan dada

 Bila sapu tangan sudah kering, ulangi lagi dengan

membasahinya dengan air hangat.

b. Obat- obat Antipiretik

Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat

pengatur suhu dihipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah

pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat enzim


cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus direndahkan kembali

menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas diatas

normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi Penderita

tifus perlu dirawat dirumah sakit untuk isolasi (agar penyakit ini tidak

menular ke orang lain). Penderita harus istirahat total minimal 7 hari

bebas panas. Istirahat total ini untuk mencegah terjadinya komplikasi

di usus. Makanan yang dikonsumsi adalah makanan lunak dan tidak

banyak berserat. Sayuran dengan serat kasar seperti daun singkong

harus dihindari, jadi harus benar-benar dijaga makanannya untuk

memberi kesempatan kepada usus menjalani upaya penyembuhan.

Pengobatan yang diberikan untuk pasien febris typoid

adalah antibiotika golongan Chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500

mg/hari.

Petunjuk pemberian antipiretik:

- Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol

- Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½

sendokteh sirup parasetamol.

- Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok

the sirup parasetamol.

Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan

dengan air atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali

sehari. Gunakan sendok takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap

sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam

menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien

berisiko, yaitu anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan

metabolik, penyakit neurologis dan pada anak yang berisiko kejang

demam.

C. Proses keperawatan

1. Pengkajian data dasar

a. Identitas Pasien

Identitas : Meliputi nama, umur, pendidikan, susku bangsa, pekerjaan,

agama, alamat.

b. Riwayat kesehatan

- Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian) :

panas.

- Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita

pasien saat masuk rumah sakit): sejak kapan timbul demam, sifat

demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual,

muntah, nafsu makn, eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah

menggigil, gelisah.

- Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien).

- Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau

penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain

baik bersifat genetik atau tidak).


c. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum : kesadaran, vital sign, status nutrisi.

d. Pemeriksaan persistem

- Sistem persepsi sensori

- Sistem persyarafan : kesadaran

- Sistem pernafasan

- Sistem kardiovaskuler

- Sistem gastrointestinal

- Sistem integument

- Sistem perkemihan

e. Pada fungsi kesehatan

- Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

- Pola nutrisi dan metabolism

- Pola eliminasi

- Pola aktivitas dan latihan

- Pola tidur dan istirahat

- Pola kognitif dan perceptual

- Pola toleransi dan koping stress

- Pola nilai dan keyakinan

- Pola hubungan dan pera


f. Pemeriksaan penunjang

 Laboratorium

 Foto rontgent

 USG

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

 Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

 Resiko injury berhubungan dengan infeksi mikroorganisme

 Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang

kurang dan diaporesisi.

3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)


(NOC)

1. Hipertermia Setelah dilakukan Mengontrol panas

berhubungan dengan tindakan perawatan


· Monitor suhu
proses penyakit. selama ….X 24 jam,
minimal tiap 2 jam
pasien mengalami
Batasan karakeristik :
· Monitor suhu basal
keseimbangan
· kenaikan suhu secara kontinyu
termoregulasi dengan
tubuh diatas rentang sesui dengan
kriteria hasil :
normal kebutuhan.
· Suhu tubuh dalam rentang
· serangan atau · Monitor TD, Nadi,
normal 35,9 C – 37,5 C
konvulsi (kejang) · Nadi dan RR dalam dan RR

rentang normal
· kulit kemerahan · Monitor warna dan

· Tidak ada perubahan suhu kulit


· pertambahan RR
warna kulit
· Monitor penurunan
· takikardi
· Tidak ada pusing tingkat kesadaran
· saat disentuh
· Monitor WBC,Hb,
tangan terasa hangat
Hct

· Monitor intake dan

output

· Berikan anti piretik

· Berikan pengobatan

untuk mengatasi

penyebab demam

· Selimuti pasien

· Lakukan Tapid

sponge

· Berikan cairan intra

vena

· Kompres pasien
pada lipat paha,

aksila dan leher

· Tingkatkan sirkulasi

udara

· Berikan pengobatan

untuk mencegah

terjadinya

menggigil

Temperature

Regulation

· Monitor tanda-

tanda hipertermi

· Tingkatkan intake

cairan dan nutrisi

· Ajarkan pada

pasien cara

mencegah keletihan

akibat panas

· Diskusikan tetang

pentingnya
pengaturan suhu

dan kemungkinan

efek negative dari

kedinginan

· Berikan obat

antipiretik sesuai

dengan kebutuhan

· Gunakan matras

dingin dan mandi

air hangat untuk

mengatasi gangguan

suhu tubuh sesuai

dengan kebutuhan

· Lepasakan pakaian

yang berlebihan dan

tutupi pasien

dengan hanya

selembar pakaian.

Vital Sign

Monitoring

§ Monitor TD, Nadi,


Suhu, dan RR

§ Catat adanya

fluktuasi tekanan

darah

§ Monitor vital sign

saat pasien berdiri,

duduk dan

berbaring

§ Auskultasi TD pada

kedua lengan dan

bandingkan

§ Monitor TD, Nadi,

dan RR sebelum,

selama, dan sesudah

aktivitas

§ Monitor kualitas

dari nadi

§ Monitor frekuensi

dan irama

pernapasan
§ Monitor suara paru

§ Monitor pola

pernapasan

abnormal

§ Monitor suhu,

warna dan

kelembaban kulit

§ Monitor sianosis

perifer

§ Monitor adanya

tekanan nadi yang

melebar ,

bradikardi,

peningkatan sistolik

(Chusing Triad)

§ Identifikasi

penyebab dari

perubahan vital

Sign
2. Resiko injury Setelah dilakukan · Sediakan

berhubungan dengan tindakan keperawatan lingkungan yang

infeksi selama …x 24 jam, pasien aman untuk pasien

mikroorganisme tidak mengalami injury.


· Identifikasi

Risk Injury kebutuhan

keamanan pasien
Kriteria Hasil :
sesuai dengan
§ Klien terbebas dari cidera
kondisi fisik dan

§ Klien mampu fungsi kognitif

menjelaskancara/metode pasien dan riwayat

untuk mencegah injury penyakit terdahulu

atau cedera pasien

§ Klien mampu · Menghindari

menjelaskan factor lingkungan yang

resiko dari lingkunga atau berbahaya misalnya

perilaku personal memindahkan

perabotan
§ Mampu memodifikasi

gaya hidup untuk · Memasang side rail

mencegah injury tempat tidur

§ Menggunakan fasilitas · Menyediakan

kesehatan yang ada tempat tidur yang


§ Mampu mengenali nyaman dan bersih

perubahan status
· Meletakan saklar
kesehatan
lampu ditempat

yang mudah

dijangkau pasien

· Membatasi

pengunjung

· Memberikan

penerangan yang

cukup

· Menganjurkan

keluarga untuk

menemani pasien

· Mengontrol

lingkungan dari

kebisingan

· Memindahkan

barang-barang yang

dapat

membahayakan
· Berikan penjelasan

pada pasien dan

keluarga atau

pengunjung adanya

perubahan status

kesehatan dan

penyebab penyakit.

3 Resiko kekurangan Setelah dilakukan Fluid management:

volume cairan dengan tindakan keperawatan


· Pertahankan catatan
faktor resiko faktor selama …x 24 jam, fluid
intake dan output
yang mempengaruhi balance dengan kriteria
yang akurat
kebutuhan cairan hasil :
· Monitor status
(hipermetabolik)
· Mempertahankan urine
dehidrasi(
output sesuai dengan usia
kelembaban
dan BB, BJ urine normal,
membrane mukosa,
HT normal
nadi adekuat,

· Tekanan darah, nadi, suhu tekanan darah

tubuh dalam batas normal ortostatik)

· Tidak ada tanda- tanda · Monitor vital sign

dehidrasi, elastisitas
· Monitor asupan
turgor kulit baik,
makanan/ cairan
membrane mukosa dan hitung intake

lembab, tidak ada rasa kalori harian

haus yang berlebihan.


· Lakukan terapi IV

· Monitor status

nutrisi

· Berikan cairan

· Berikan cairan IV

pada suhu ruangan

· Dorong masukan

oral

· Berikan

penggantian

nasogastrik sesuai

output

· Dorong keluarga

untuk membantu

pasien makan

· Anjurkan minum

kurang lebih 7-8

gelas belimbing
perhari

· Kolaborasi dokter

jika tanda cairan

berlebih muncul

memburuk

· Atur kemungkinan

transfusi
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta[a1] .

Hidayat, Aziz, Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Salemba


Medika, Jakarta.

Sacharin, Rossa. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC. Jakarta.

Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. FK Universitas Udayana.

Putra , Komarudin. 2010 .Asuhan Keperawatan Febris : http:///askep-


febris.html
Kurnia, Rizki. 2011. Asuhan Keperawatan Demam Febris. Tersedia :
http://asuhankeperawatan./2012/03/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-
febris.html
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2013 jam 14.30 s.d
Pathway

Gangguan electron (Na*, K*, CI*) bangkitan aliran


listrik jaringan tubuh

Susunan saraf pusat terganggu

Susunan saraf pusat terganggu

Spasme bronkus

Produksi ATP Hipoksia Asam Laktat

Kebutuhan Glukosa

Pencernaan Pernafsan Susunan saraf


- Mual, muntah, dipsni - Dyspneu - Distosia, disfagia,
- Sekresi epilepsy kronis, gangguan
kesadaran, peningkatan
TIK, kerusakan otak

Nutrisi kurang dari Bersihan Jalan


kebutuhan tubuh nafas tidak efektif
Resiko Injuri

Gangguan keseimbangan Pola nafas tidak Ganggua rasa


cairan dan elektrolit efektif nyaman (nyeri)

Anda mungkin juga menyukai