Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami diri
orang lain, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi (Potter
& Perri, 2009). 
Caring merupakan kemampuan perawat untuk memahami dan menolong klien. Sebagai
perawat harus mempunyai kesadaran tentang asuhan keperawatan, dalam memberikan
bantuan bagi klien untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan atau mencapai kematian
damai Lindred (Cecep. S.F, Noprianty, R & Karna, I. 2019). Perilaku caring perawat
merupakan sikap yang harus dimiliki oleh perawat. Asuhan yang memperhatikan perilaku
caring perawat akan membantu pasien untuk mencapai kemsembuhannya atau mendorong
kondisi pasien agar lebih baik. Pelayanan kesehatan terutama asuhan keperawatan yang prima
dapat ditunjang melalui perilaku caring perawat. Perilaku caring sebagai kunci dalam
meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan yang prima (Rohmatulloh &
Haryani, A, 2018). Kebutuhan rasa aman pasien dapat dipenuhi dengan menerapkan perilaku
caring oleh perawat. Perilaku caring perawat merupakan hal yang penting bagi pasien sebagai
penerima asuhan dalam pelayanan keperawatan yang akan membantu kesembuhuan pasien itu
sendiri (Mulyadi & Mario, E.K, 2017).
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami bahwa
semua asuhan keperawatan anak  harus berpusat pada keluarga (family center care) dan
mencegah terjadinya trauma (atraumatik care). Dalam hal memberi asuhan keperawatan anak
caring akan sangat membantu baik untuk kenyamanan dan menenangkan hati anak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
dari masalah tersebut adalah “Bagaimana perilaku caring perawat dalam keperawatan anak”.
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan caring dalam keperawatan anak.
2. Untuk mengetahui bagaimana caring dalam keperawatan Anak.

D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan tentang caring dalam keperawatan anak.
2. Bagi Pembaca
Memberikan wawasan tentang caring dalam keperawatan anak. serta dapat menambah
dan meningkatkan wawasan pengetahuan khususnya di bidang keperawatan anak.
BAB III
ISI

A. Konsep Caring Dalam Keperawatan Anak


Caring merupakan hal yang esensial bagi pertumbuhan, perkembangan dan keberlanjutan
hidup manusia. Caring merupakan perilaku yang assistif, supportif, dan fasilitatif terhadap
atau bagi orang atau kelompok lain dengan kebutuhan tertentu (Leininger, 1984 dalam
Kozier et al., 2004).
Perilaku caring merupakan suatu kunci dari sebuah kesuksesan bagi seorang perawat
dalam melaksanakan tugasnya. Caring merupakan kemampuan perawat dalam merasakan
apa yang dirasakan pasien terhadap semua kejadian yang berhubungan dengan pasien,
mampu menganalisa dan mengintepretasikan dengan penuh perasaan, dan mampu mengerti
apa yang sedang dialami oleh pasien (Ilkafah, 2017). Kualitas pelayanan kesehatan yang
baik akan terlihat dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional dan diimbangi
dengan keterampilan intelektual, teknikal, dan interpersonal yang pelaksanaanya dapat
tercemin dari prilaku caring (Adams, 2016).
Menurut WHO definisi anak adalah dihitung sejak seseorang di dalam kandungan sampai
dengan usia 19 tahun. Menurut Undang - Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002
pasal 1 ayat 1 tentang perlindungan anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18
tahun, termasuk juga yang masih di dalam kandungan.
Bagi anak usia sekolah, caring dapat ditanamkan dengan membangun kecerdasan moral
mereka. Menurut Borba (2001), kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang
benar dan yang salah, dalam hal ini memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak
berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat. Kecerdasan
yang sangat penting ini mencakup karakter-karakter utama seperti kemampuan untuk
memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat, mampu mengendalikan
dorongan dan menunda pemuasan, mendengarkan dari berbagai pihak sebelum memberikan
penilaian, menerima dan menghargai perbedaan, bisa memahami pilihan yang tidak etis,
dapat berempati, memperjuangkan keadilan, dan menunjakkan kasih sayang dan rasa hormat
terhadap orang lain. Ini merupakan sifat-sifat utama yang akan membentuk anak menjadi
baik hati, berkarakter kuat, dan menjadi warga negara yang baik.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam
merawat pasien. Perilaku caring perawat menjadi jaminan apakah perawat bermutu atau
tidak. Caring sebagai inti profesi keperawatan dan fokus sentral dalam praktik keperawatan,
bersifat universal dan terdiri dari perilaku-perilaku khusus yang ditentukan oleh dan terjadi
dalam konteks budaya.

B. Filosofi Keperawatan Anak


Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki perawat
dalam memberikan pelayanan keperawatan pada anak yang berfokus pada keluarga (family
centered care), pencegahan terhadap trauma (autraumatic care), manajemen kasus.
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting
dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga
kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga. Untuk itu keperawatan anak
harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi
cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan
modifikasi lingkungan fisik

C. Prinsip Keperawatan Anak


Prinsip Keperawatan Anak Dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak tentu
berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Banyak perbedaan-perbedaan yang
diperhatikan dimana harus disesuaikan dengan usia anak serta pertumbuhan dan
perkembangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak baik secara
fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri. Perawat harus memperhatikan beberapa
prinsip, dimana prinsip tersebut terdiri dari:
a. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik, artinya bahwa
tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja melainkan sebagai individu yang
unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan menuju proses
kematangan.
b. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangannya. Sebagai individu yang unik, anak memiliki berbagai kebutuhan yang
berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh kembang. Kebutuhan fisiologis seperti
nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, tidur dan lain-lain, sedangkan kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang akan terlihat sesuai tumbuh kembangnya.
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian pada anak mengingat anak adalah penerus generasi bangsa.
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada kesejahteraan
anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam memberikan
asuhan keperawatan anak. Dalam mensejahterakan anak maka keperawatan selalu
mengutamakan kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga
sehingga selalu melibatkan keluarga.
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi dan meningkatkan kesejahteraan hidup, dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan aspek moral (etik) dan aspek
hukum (legal).
f. Tujuan keperawatan anak dan keluarga adalah untuk meningkatkan maturasi atau
kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai makhluk biopsikososial dan
spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat. Upaya kematangan anak adalah
dengan selalu memperhatikan lingkungan yang baik secara internal maupun eksternal
dimana kematangan anak ditentukan oleh lingkungan yang baik.
g. Pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak berfokus pada ilmu
tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek kehidupan anak.
D. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir dalam penerapan ilmu
keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut terdiri dari empat komponen, di antaranya
manusia dalam hal ini anak, keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan
berikut ini:

a. Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien) adalah anak yang diartikan
sebagai seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh
kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Dalam proses berkembang anak memiliki ciri fisik,
kognitif, konsep diri, pola koping dan perilaku sosial. Ciri fisik pada semua anak tidak
mungkin pertumbuhan fisiknya sama, demikian pula pada perkembangan kognitif
adakalanya cepat atau lambat. Perkembangan konsep diri sudah ada sejak bayi akan
tetapi belum terbentuk sempurna dan akan mengalami perkembangan seiring
bertambahnya usia anak. Pola koping juga sudah terbentuk sejak bayi di mana bayi akan
menangis saat lapar.
Perilaku sosial anak juga mengalami perkembangan yang terbentuk mulai bayi seperti
anak mau diajak orang lain. Sedangkan respons emosi terhadap penyakit bervariasi
tergantung pada usia dan pencapaian tugas perkembangan anak, seperti pada bayi saat
perpisahan dengan orang tua maka responsnya akan menangis, berteriak, menarik diri
dan menyerah pada situasi yaitu diam.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan anak selalu diutamakan, mengingat
kemampuan dalam mengatasi masalah masih dalam proses kematangan yang berbeda
dibanding orang dewasa karena struktur fisik anak dan dewasa berbeda mulai dari
besarnya ukuran hingga aspek kematangan fisik. Proses fisiologis anak dengan dewasa
mempunyai perbedaan dalam hal fungsi tubuh dimana orang dewasa cenderung sudah
mencapai kematangan. Kemampuan berpikir anak dengan dewasa berbeda dimana fungsi
otak dewasa sudah matang sedangkan anak masih dalam proses perkembangan.
b. Sehat-sakit
Rentang sehat-sakit merupakan batasan yang dapat diberikan bantuan pelayanan
keperawatan pada anak adalah suatu kondisi anak berada dalam status kesehatan yang
meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat, sakit, sakit kronis dan meninggal. Rentang ini
suatu alat ukur dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap waktu.
Selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan bantuan perawat baik secara
langsung maupun tidak langsung, seperti apabila anak dalam rentang sehat maka upaya
perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai taraf kesejahteraan baik
fisik, sosial maupun spiritual. Demikian sebaliknya apabila anak dalam kondisi kritis atau
meninggal maka perawat selalu memberikan bantuan dan dukungan pada keluarga. Jadi
batasan sehat secara umum dapat diartikan suatu keadaan yang sempurna baik fisik,
mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.
c. Lingkungan
Lingkungan dalam paradigma keperawatan anak yang dimaksud adalah lingkungan
eksternal maupun internal yang berperan dalam perubahan status kesehatan anak.
Lingkungan internal seperti anak lahir dengan kelainan bawaan maka di kemudian hari
akan terjadi perubahan status kesehatan yang cenderung sakit, sedang lingkungan
eksternal seperti gizi buruk, peran orang tua, saudara, teman sebaya dan masyarakat akan
mempengaruhi status kesehatan anak.
d. Keperawatan
Komponen ini merupakan bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada anak
dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal dengan melibatkan
keluarga. Upaya tersebut dapat tercapai dengan keterlibatan langsung pada keluarga
mengingat keluarga merupakan sistem terbuka yang anggotanya dapat dirawat secara
efektif dan keluarga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan, di samping keluarga mempunyai peran sangat penting dalam perlindungan
anak dan mempunyai peran memenuhi kebutuhan anak. Peran lainnya adalah
mempertahankan kelangsungan hidup bagi anak dan keluarga, menjaga keselamatan anak
dan mensejahterakan anak untuk mencapai masa depan anak yang lebih baik, melalui
interaksi tersebut dalam terwujud kesejahteraan anak (Wong, 2009).

E. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak


1) Pemberi perawatan.
Peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan kepada individu,
keluarga kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai
pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti
memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.
2) Sebagai Advocat keluarga.
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk membantu klien dan keluarga
dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan dan informasi
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapat
ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan
dilakukan sebelum pasien melakukan operasi.
3) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan
kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu aspek yang
perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan
tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus
bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu contoh
peran perawat sebagai pendidik ( health educator )
4) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap
keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar dalam
perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan
masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat
(perubahan pola interaksi).
5) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan
keterampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh,
perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak
dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan dosis
yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi
6) Peneliti
Sebagai peneliti perawat anak membutuhkan keterlibatan penuh dalam upaya
menemukan masalah-masalah keperawatan anak yang harus diteliti, melaksanakan
penelitian langsung dan menggunakan hasil penelitian kesehatan/keperawatan anak
dengan tujuan meningkatkan kualitas praktik/asuhan keperawatan pada anak. Pada peran
ini diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam melihat fenomena yang ada dalam
layanan asuhan keperawatan anak sehari-hari dan menelusuri penelitian yang telah
dilakukan serta menggunakan literatur untuk memvalidasi masalah penelitian yang
ditemukan. Pada tingkat kualifikasi tertentu, perawat harus dapat melaksanakan
penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas praktik keperawatan anak.

F. Lingkup Praktek Keperawatan Anak


Lingkup praktek keperawatan anak merupakan batasan asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir )
sampai usia 12 th. Sedangkan asuhan keperawatan anak meliputi tumbang anak yang
mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH ( Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan
kebutuhan fisik ) (Soetjiningsih, 1998).

G. Membentuk Kecerdasan Moral Anak


Kecerdasan moral terbangun dari tujuh kebajikan utama, yaitu empati, hati nurani,
kontrol diri, rasa hormat, kebaikan hati, toleransi, dan keadilan. Tujuh kebajikan ini akan
membantu anak menghadapi tantangan dan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan
dalam kehidupannya kelak.
Tujuh kebajikan ini juga akan melindungi anak agar tetap berada di jalan yang benar
dan membantunya agar selalu bermoral dalam bertindak. Semua kebajikan tersebut dapat
diajarkan, dicontohkan, disadarkan serta didorong sehingga dapat dicapai anak. Kecerdasan
moral, Michele Borba, Ed.D, dalam bukunya Building Moral Intelligence, mendefinisikan
sebagai kemampuan untuk memahami benar dan salah. Menurutnya ada 7 kebaikan utama
yang diperlukan untuk membangun kecerdasan moral seseorang yaitu:
a. Empati, merupakan inti emosi moral yang membantu anak memahami perasaan orang
lain. Kebajikan ini membuatnya menjadi peka terhadap kebutuhan dan perasan orang
lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan atau kesakitan, serta menuntutnya
memperlakukan orang dengan kasih sayang. Emosi moral yang kuat mendorong anak
bertindak benar karena ia bisa melihat kesusahan oranglain sehingga mencegahnya
melakukan tindakan yang dapat melukai orang lain.
b. Hati Nurani, adalah suara hati yang membatu anak memilih jalan yang benar daripada
jalan yan salah serta tetap berada di jalur yang bermoral, membuat dirinya merasa
bersalah ketika menyimpang dari jalur yang semestinya. Kebajikan ini membentengi
anak dari pengaruh buruk dan membantunya mampu bertindak benar meski tergoda
untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan ini merupakan fondasi bagi
perkembangan sifat jujur, tanggung jawab dan integritas diri yang tinggi.
c. Kontrol Diri, membantu anak menahan dorongan dari dalam dirinya dan berpikir
sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang benar, dan kecil kemungkinan
melakukan tindakan yang akan menimbulkan akibat buruk. Kebajikan ini membantu
anak menjadi mandiri karena ia tahu bahwa dirinya bisa mengendalikan tindakannya
sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap murah dan baik hati karena anak mampu
menyingkirkan keinginan memuaskan diri serta merangsang kesadaran mementingkan
keperluan orang lain.
d. Rasa hormat, mendorong anak bersikap baik dan menghormati orang lain. Kebajikan ini
mengarahkan anak memperlakukan orang lain sebagaimana orang lain memperlakukan
dirinya, sehingga mencegah anak bertindak kasar, tidak adil, dan bersikap memusuhi.
Jika anak terbiasa bersikap hormat pada orang lain, ia akan memperhatikan hak-hak
serta perasaan orang lain. Akibatnya, ia juga akan menghormati dirinya sendiri.
e. Kebaikan Hati, membantu anak mempu menunjukkan kepeduliannya terhadap
kesejahteraan dan perasaan orang lain. Dengan mengembangkan kebajikan ini, anak
lebih belas kasih dan tidak terlalu memikirkan diri sendiri, serta menyadari perbuatan
baik sebagai tindakan yang benar. Kebaikan hati membuat anak lebih banyak
memikirkan kebutuhan orang lain, menunjukka kepedulian, memberi bantuan kepada
yang memerlukan, serta melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.
f. Toleransi, membuat anak mampu menghargai perbedaan kualitas dalam diri orang lain,
membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan baru, dan menghargai orang lain
tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, kepercayaan, kemampuan atau
orientasi seksual. Kebajikan ini membuat anak memperlakukan orang lain dengan baik
dan penuh pengertian, menentang permusuhanm kekejaman, kefanatikan, serta
menghargai orang-orang berdasarkan karakter mereka.
g. Keadilan, menuntut anak agar memperlakukan orang lain dengan baik, tidak memihak,
dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan berbagi, serta mendengar
semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian apapun. Karena kebajikan ini
meningkatkan kepekaan moral anak, ia pun akan terdorong membela pihak yang
diperlakukan secara tidak adil dan menuntut agar semua orang diperlakukan setara,
tanpa memandang suku, bangsa, budaya, status ekonomi, kemampuan, atau keyakinan.
H. Family Centered Care
1. Definisi
Perlukah orang tua terlibat dalam merawat anak saat anaknya sedang dirawat?
Tentu harus terlibat. Mengapa harus melibatkan orang tua? Karena anak tidak bisa jauh
dari orang tua dan orang tua mempunyai sumberdaya yang bisa membantu penyembuhan
anak sehingga keluarga sangat penting dilibatkan dalam perawatan, dimana istilahnya
adalah family centered care. Family Centered Care (FCC) atau perawatan yang berpusat
pada keluarga didefinisikan sebagai filosofi perawatan berpusat pada keluarga, mengakui
keluarga sebagai konstanta dalam kehidupan anak. Family Centered Care meyakini
adanya dukungan individu, menghormati, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga. Intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan family
centered care menekankan bahwa pembuatan kebijakan, perencanaan program
perawatan, perancangan fasilitas kesehatan, dan interaksi sehari-hari antara klien dengan
tenaga kesehatan harus melibatkan keluarga. Keluarga diberikan kewenangan untuk
terlibat dalam perawatan klien, yang berarti keluarga dengan latar belakang pengalaman,
keahlian dan kompetensi keluarga memberikan manfaat positif dalam perawatan anak.
Memberikan kewenangan kepada keluarga berarti membuka jalan bagi keluarga untuk
mengetahui kekuatan, kemampuan keluarga dalam merawat anak.

2. Manfaat Penerapan Family Centered Care (FCC)


Manfaat penerapan family centered care adalah sebagai berikut:
a. Hubungan tenaga kesehatan dengan keluarga semakin menguat dalam
meningkatkan kesehatan dan perkembangan setiap anak.
b. Meningkatkan pengambilan keputusan klinis berdasarkan informasi yang lebih
baik dan proses kolaborasi.
c. Membuat dan mengembangkan tindak lanjut rencana perawatan berkolaborasi
dengan keluarga.
d. Meningkatkan pemahaman tentang kekuatan yang dimiliki keluarga dan
kapasitas pemberi pelayanan.
e. Penggunaan sumber-sumber pelayanan kesehatan dan waktu tenaga profesional
lebih efisien dan efektif (mengoptimalkan manajemen perawatan di rumah,
mengurangi kunjungan ke unit gawat darurat atau rumah sakit jika tidak perlu,
lebih efektif dalam menggunakan cara pencegahan).
f. Mengembangkan komunikasi antara anggota tim kesehatan.
g. Persaingan pemasaran pelayanan kesehatan kompetitif.
h. Meningkatkan lingkungan pembelajaran untuk spesialis anak dan tenaga profesi
lainnya dalam pelatihan-pelatihan.
i. Menciptakan lingkungan yang meningkatkan kepuasan profesional.
j. Mempertinggi kepuasan anak dan keluarga atas pelayanan kesehatan yang diterima.

3. Elemen-elemen Family Centered Care (FCC)


Dalam family centered care kebutuhan semua anggota keluarga tidak hanya
harus dipertimbangkan, dengan mengacu pada elemen penting family centered care
yang meliputi:
a. Memasukkan pemahaman ke dalam kebijakan dan praktik bahwa keluarga
bersifat konstan dalam kehidupan anak, sementara sistem pelayanan dari
personal pendukung di dalam sistem tersebut berubah-rubah.
b. Memfasilitasi kolaborasi keluarga/profesional pada semua tingkat pelayanan
keperawatan di rumah sakit, rumah, dan di masyarakat. Perawatan anak secara
individual, pengembangan implementasi dan evaluasi program serta
pembentukan kebijakan.
c. Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas antara anggota keluarga dan
profesional dalam hal dukungan tentang cara yang supportif di setiap saat.
d. Menggabungkan pemahaman dan penghormatan terhadap keanekaragaman
budaya, kekuatan dan individualitas di dalam dan diantara seluruh keluarga
termasuk keanekaragaman suku, ras, spiritual, sosial, ekonomi, bidang
pendidikan dan geografi ke dalam kebijakan praktik.
e. Mengenali dan menghormati metode koping yang berbeda dan menerapkan
program dan kebijakan menyeluruh yang menyediakan pelayanan
perkembangan, pendidikan, emosi, lingkungan dan dukungan keuangan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga yang berbeda-beda.
f. Mendorong dan memfasilitasi dukungan dan jaringan kerja sama keluarga
dengan keluarga.
g. Menetapkan bahwa rumah, rumah sakit, dan pelayanan masyarakat dan sistem
pendukung untuk anak-anak yang memerlukan pelayanan kesehatan khusus dan
keluarganya bersifat fleksibel, dapat diakses, dan komprehensif dalam menjawab
pemenuhan kebutuhan keluarga yang berbeda sesuai yang diperlukan.
h. Menghargai keluarga sebagai keluarga, dan anak-anak sebagai anak-anak,
mengakui bahwa mereka memiliki beragam kekuatan, perhatian, emosi dan cita-
cita yang melebihi kebutuhan mereka untuk mendapatkan layanan dan dukungan
kesehatan serta perkembangan khususnya.

4. Prinsip-prinsip Family Centered Care (FCC)


Beberapa prinsip Family Centered Care meliputi:
a. Menghormati setiap anak dan keluarganya.
Perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak menghormati anak
dan keluarga sebagai subjek perawatan. Perawat menghormati anak dan keluarga
memiliki pilihan yang terbaik bagi perawatan mereka. Menghargai perbedaan
suku, budaya, sosial, ekonomi, agama, dan pengalaman tentang sehat sakit yang
ada pada anak dan keluarga. Perawat menghargai perbedaan suku, budaya, sosial
ekonomi, agama dan pengalaman tentang sehat sakit anak dan keluarga dalam
memberikan asuhan keperawatan. Pelayanan yang diberikan mengacu kepada
standar asuhan keperawatan dan diperlakukan sama pada semua pasien dan
keluarga.
b. Mengenali dan memperkuat kelebihan yang ada pada anak dan keluarga.
Mengkaji kelebihan keluarga dan membantu mengembangkan kelebihan
keluarga dalam proses asuhan keperawatan pada klien.
c. Mendukung dan memfasilitasi pilihan anak dan keluarga dalam memilih
pelayanan kesehatannya. Memberikan kesempatan kepada keluarga dan anak
untuk memilih fasilitas kesehatan yang sesuai untuk mereka, menghargai pilihan
dan mendukung keluarga.
d. Menjamin pelayanan yang diperoleh anak dan keluarga sesuai dengan
kebutuhan, keyakinan, nilai, dan budaya mereka. Memonitor pelayanan
keperawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, nilai, keyakinan dan
budaya pasien dan keluarga.
e. Berbagi informasi secara jujur dan tidak bias dengan anak dan keluarga sebagai
cara untuk memperkuat dan mendayagunakan anak dan keluarga dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Petugas kesehatan memberikan informasi yang
berguna bagi pasien dan keluarga, dengan benar dan tidak memihak. Informasi
yang diberikan harus lengkap, benar dan akurat.
f. Memberikan dan menjamin dukungan formal dan informal untuk anak dan
keluarga. Memfasilitasi pembentukan support grup untuk anak dan keluarga,
melakukan pendampingan kepada keluarga, menyediakan akses informasi
support grup yang tersedia dimasyarakat.
g. Berkolaborasi dengan anak dan keluarga dalam penyusunan dan pengembangan
program perawatan anak di berbagai tingkat pelayanan kesehatan. Melibatkan
keluarga dalam perencanaan program perawatan anak, meminta pendapat dan
ide keluarga untuk pengembangan program yang akan dilakukan. Mendorong
anak dan keluarga untuk menemukan kelebihan dan kekuatan yang dimiliki,
membangun rasa percaya diri, dan membuat pilihan dalam menentukan
pelayanan kesehatan anak. Petugas kesehatan berupaya meningkatkan rasa
percaya diri keluarga dengan memberikan pengetahuan yang keluarga butuhkan
dalam perawatan anak (American Academy of Pediatric, 2003).

Anda mungkin juga menyukai