Anda di halaman 1dari 60

KONSEP KEPERAWATAN ANAK

1. Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa
anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum
menikah Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan
bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan
yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak
adalah seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2. Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga
yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai
seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua
orang tua sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak
masih dianggap sebagai sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi
keluarga. Keberadaan anak dididik menjadi pribadi yang mandiri

3. Filosofi Keperawatan Anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family
center care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur
penting dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota
keluarga, sehingga kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga.,
Untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal
atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi
status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan
yang ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga
dengan memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari

1
atraumatic care adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari
keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan
pada anak, mencegah dan mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak
psikologis ), tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan
fisik

4. Prinsip Keperawatan Anak


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip
keperawatan anak adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap
perkembangan
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan
derajat kesh, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan askep anak
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) &
aspek hukum ( legal )
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

5. Paradigma Keperawatan Anak


a. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah
satu sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan
pelayanan keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh
kembangnya, anak di kelompokkan berdasarkan masa tumbuh kembangnya
yaitu

2
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang
dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari
struktur fisik, dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur
sepenuhnya. Sebagai contoh bahwa komposisi tulang pada anak lebih
banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada orang dewasa sudah berupa
tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga
daya tahan tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada
aspek kognitif, kemampuan berfikir anak serta tanggapan terhadap
pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang dewasa, pengalaman yang
tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai suatu trauma,
sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis
anak.
b. Konsep Sehat Sakit
Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau
cacad. Konsep sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap
waktu kesehatan seseorang bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil
interaksi yang terjadi dengan kekuatan yang mengganggunya
c. Lingkungan
LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun
sakit serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan berupa lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan
Internal yang mempengaruhi kesehatan seperti tahap perkembangan, latar
belakang intelektual, persepsi terhadap fungsi fisik, faktor Emosional, dan

3
spiritual. SEdangkan lingkungan external yang mempengaruhi status
kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya
d. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif
meliputi biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada
individu, keluarga, masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan
pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam
kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan
sasaran dalam pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan harus memandang anak sebagai individu yang unik
yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangannya.

6. Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak


a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan
masalah yang terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai
yang kompleks. Contoh peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah
peran ketika perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan,
membantu pasien melakukan ambulasi dini.
b. Sebagai Advocat keluarga
Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien
dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan
(inform concent) atas tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya.
Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di lakukan
sebelum pasien melakukan operasi.

4
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan
lainya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah
aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu
sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Memberi
penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah satu
contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi
klien terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini
merupakan dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling
diberikan kepada individu, keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman
kesehatan dengan pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup sehat (perubahan
pola interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain
berupaya mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk
tukar pendapat terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari berbagai professional
pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh, perawat berkolaborasi
dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan
nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan
dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita
infeksi
f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam
ilmu keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap
terhadap rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh
diperoleh melalui penelitian. Penelitian, pada hakekatnya adalah melakukan

5
evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan hasil penelitian,
perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu
mengikuti perkembangan memanfaatkan media massa atau media informasi
lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelitian
dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek
profesi keperawatan.

7. Lingkup Praktek Keperawatan Anak


Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan
batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28 hari
sampai usia 18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th. Sedangkan
Sularso ( 1993 ) memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak
meliputi tumbang anak yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH (
Kasih sayang ), ASUH ( pemenuhan kebutuhan fisik )

6
KONSEP STIMULASI TUMBUH KEMBANG PADA ANAK

1. Tumbuh Kembang Pada Balita


A. Definisi
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun induvidu, yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter).
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur sebagai hasil dari proses pematangan. Menyangkut perkembangan
emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Tumbuh Kembang Anak Sehat
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,jumlah, atau
ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) dan ukuran
panjang (cm, meter), sedangkan perkembangan adalah bertambahnya
kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.
Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai
hasil berinteraksi dengan lingkungannya. Secara umum terdapat dua faktor
utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:
1. Faktor genetik
Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari
orang tuanya.
2. Faktor lingkungan
Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu berada.
Dalam hal ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar
anak untuk tumbuh kembang sejak dalam kandungan sampai dewasa.
Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh

7
kembangnya. Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara
umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:
1. Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi:
- pangan/gizi
- perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan yang teratur, pengobatan
- pemukiman yang layak
- kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan
- pakaian
- rekreasi, kesegaran jasmani
2. Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras
baik fisik, mental, atau psikososial.
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”) Stimulasi mental
mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas,
agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya. Anak
yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan
mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi
genetik yang dimilikinya.
B. Ciri-Ciri Tumbuh Kembang Anak
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kotinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak yang satu dengan yang lain berbeda.
3. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.
4. Aktivitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas
5. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
6. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang
sebelum gerakan volunter tercapai.

8
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial, emosional dan intelegensia
berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa
ini.
Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan
perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah terjadi
penyimpangan dari perkembangan normal. Empat parameter yang dipakai
dalam menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara
spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).
C. Jenis-Jenis Stimulasi Yang Di Butuhkan Oleh Anak
Stimulasi aspek fisik. Rangsangan untuk fisik bayi dan balita amat
diperlukan, karena pada usia mereka perkembangan syaraf-syaraf motorik
sangat pesat. Melakukan gerakan-gerakan sederhana seperti berlari,
berjalan, menari akan sangat membantu perkembangan mereka.
Stimulasi aspek emosi. Kenalkan mereka dengan bentuk emosi dasar,
bahagia dan sedih. Dengan menghiburnya pada saat menangis karena
mainannya rusak akan membantu. Ajari pula mereka untuk berbagi dengan
teman sebayanya, misalnya dengan bernagi mainan, sehingga dapat
menimbulkan kepekaan untuk bertoleransi dan berperilaku menyenangkan.
Stimulasi aspek spiritual. Ajarilah anak untuk berdoa dengan
menggunakan kata-kata yang sederhana, mengucapkan terimakasih kepada
tuhan atas makanan, hari yang indah, dan meminta maaf atas kesalahan
yang dilakukan hari itu. Akan membuat anak semakin peka. Ajak juga

9
mereka ke tempat ibadah, dan membacakan dongeng dan kisah-kisah para
nabi juga akan membantu meningkatkan moral.
Stimulasi aspek intelektual. Rangsangan intelektual dapat dilakukan
dengan sering memberikan buku bacaan, mengajak anak melakukan
permainan, dan rekreasi bersama, dan juga dengan rajin menjawab
keingintahuan anak. Jadi sebagai orangtua juga harus rajin belajar agar
sanggup memenuhi dan menjawab keingintahuan anak dengan baik dan
benar.
Stimulasi aspek sosial. Anak pun harus diajari untuk peka terhadap
lingkungan sekitarnya. Membantu menjaga adik, membantu orangtua yang
sedang sibuk, akan merangsang kepekaan alaminya.
Agar stimulasi ini dapat menunjukkan hasil yang baik, kita tidak boleh
melupakan istirahat yang cukup dan asupan nutrisinya. Gizi yang baik amat
sangat dibutuhkan oleh anak, karena mereka sedang berada dalam masa
pertumbuhan. Jadi asupan nutrisi tentunya amat dibutuhkan untuk
perkembangan fisik, daya tahan tubuh, pencernaan, dan juga tentunya untuk
perkembangan otak mereka.
D. Stimulasi Dalam Tumbuh Kembang Anak
Kemampuan dan tumbuh kembang anak perlu dirangsang oleh orang tua
agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai
umurnya. Stimulasi adalah perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran,
perabaan) yang datang dari lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi
yang terarah akan lebih cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang
bahkan tidak mendapat stimulasi. Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai
penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak. Berbagai macam
stimulasi seperti stimulasi visual (penglihatan), verbal (bicara),auditif
(pendengaran), taktil (sentuhan) dapat mengoptimalkan perkembangan
anak. Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan
kebutuhankebutuhan anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pada tahap perkembangan awal anak berada pada tahap sensori motorik.
Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi akan meningkatkan perhatian
anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira dengan tertawa-tawa dan

10
menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila rangsangan itu terlalu
banyak, reaksi dapat sebaliknya yaitu perhatian anak akan berkurang dan
anak akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar mendengarkan.
Stimulus verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan bahasa
anak pada tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal
seorang anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan
belajar menirukan kata-kata yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif
terlalu banyak (lingkungan ribut) anak akan mengalami kesukaran dalam
membedakan berbagai macam suara. Stimulasi visual dan verbal pada
permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi awal yang penting,
karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya mengangkat alis,
membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan. Selain itu anak juga
memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan
penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih
sayang juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan
bercakap-cakap, membelai, mencium, bermain. Stimulasi ini akan
menimbulkan rasa aman dan rasa percaya diri pada anak, sehingga anak
akan lebih responsif terhadap lingkungannya dan lebih berkembang. Pada
anak yang lebih besar yang sudah mampu berjalan dan berbicara, akan
senang melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap lingkungannya.
Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungannya melalui
sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak tersebut. Misalnya
anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat ibu
senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah
dari ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan
memperlihatkan perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga
dibutuhkan pada tahap perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak
akan mengembangkan ide-idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang
selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan kognitifnya (kecerdasan).
Pada masa sekolah, perhatian anak mulai keluar dari lingkungan
keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya. Akan sangat
menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan untuk

11
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan
memperoleh lebih banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi
perkembangan sosial anak. Pada saat ini di Indonesia telah dikembangkan
program untuk anak-anak prasekolah yang bertujuan untuk menstimulasi
perkembangan anak sedini mungkin, dengan menggunakan APE (alat
permainan edukatif). APE adalah alat permainan yang dapat
mengoptimalkan perkembangan anak disesuaikan dengan usianya dan
tingkat perkembangannya, serta berguna untuk pengembangan aspek fisik
(kegiatan-kegiatan yang menunjang atau merangsang pertumbuhan fisik
anak), aspek bahasa (dengan melatih berbicara, menggunakan kalimat yang
benar), aspek kecerdasan (dengan pengenalan suara, ukuran, bentuk,
warna.), dan aspek sosial (khususnya dalam hubungannya dengan interaksi
antara ibu dan anak, keluarga, dan masyarakat). Bermain, mengajak anak
berbicara, dan kasih sayang adalah ’makanan’ yang penting untuk
perkembangan anak, seperti halnya kebutuhan makan untuk pertumbuhan
badan. Bermain bagi anak tidak sekedar mengisi waktu luang saja, tetapi
melalui bermain anak belajar mengendalikan dan mengkoordinasikan otot-
ototnya, melibatkan persaan, emosi, dan pikirannya. Sehingga dengan
bermain anak mendapat berbagai pengalaman hidup, selain itu bila
dikakukan bersama orang tuanya hubungan orang tua dan anak menjadi
semakin akrab dan orang tua juga akan segera mengetahui kalau terdapat
gangguan perkembangan anak secara dini. Buku bacaan anak juga penting
karena akan menambah kemampuan berbahasa, berkomunikasi, serta
menambah wawasan terhadap lingkungannya. Untuk perkembangan
motorik serta pertumbuhan otot-otot tubuh diperlukan stimulasi yang terarah
dengan bermain, latihan-latihan atau olah raga. Anak perlu diperkenalkan
dengan olah raga sedini mungkin, misalnya melempar/menangkap bola,
melompat, main tali, naik sepeda). Seorang ahli mengatakan bahwa prioritas
untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan
yang baik, pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang terpelihara
adalah penting, tetapi perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain
merupakan ”sekolah” yang berharga bagi anak sehingga perkembangan

12
intelektualnya optimal. Ada beberapa fungsi bermain pada anak yaitu
sebagai berikut.
1. Perkembangan Sensorik
Aktivitas motor merupakan bagian yang berkembang pada masa bayi.
Perkembangan sensorik motor ini didukung oleh keterampilan motorik
kasar dan halus seperti stimulus visual,stimulus pendengaran,stimulus
taktil (sentuhan),dan stimulasi kinetik.Stimulus sensorik yang diberikan
oleh lingkungan anak akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-
aktivitas motoriknya.
Stimulasi visual merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap
permulaan perkembangan anak.Anak akan meningkatkan perhatiannya
pada lingkungan sekitar melalui penglihatanny.Oleh karena itu,orang tua
disarankan untuk memberikan mainan warna-warni pada usia 3 bulan
pertama. Stimulasi pendengaran (stimulasi auditif) adalah sangat penting
untuk perkembangan bahasanya (verbaal),terutama pada tahun pertama
kehidupannya.Memberikan sentuhan (stimulus taktil) yang mencukupi
pada anak berarti memberikan perhatian dan kasih sayng yang diperlukan
oleh anak.Stimulus semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan
percaya diri pada anak sehingga anak lebiih responsif dan
berkembang.Stimulasdi kinetik akan membantu anak untuk mengenal
lingkungan yang berberda.
2. Pekembangan Intelektual
Memberikan sumber-sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
Eksplorasi dan manipulasi bentuk,ukuran,tekstur,warna pengalaman
dengan angka, hubungan yang renggang konsep abstrak.Kesempatan
untuk mempraktikkan dan memperluas keterampilan
berbahasa.Memberikan kesempatan untuk melatih pengalaman masa lalu
dalam upaya mengasimulasinya kedalam persepsi dan hubungan
baru.Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan
membedakan antara fantasi

13
3. Perkembangan Sosialisasi dan Moral
Sejak awal masa anak-anak bayi telah menunjukkan ketertarikan dan
kesenangan terhadap orang lain terutama terhgadap ibu.Dengan
bermain,anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,belajar
untuk mengatasi persoalan yang timbul,mengenal nilai-niali moral dan
etika,belajar mengenai apa yang salah dan benar,serta bertanggung jawab
terhadap sesuatu yang diperbuatnya. Pada tahun pertama,anak hanya
mengamati objek di sekitarnya.Pada usia 2-3 tahun,biasanya anak suka
bermaian peran seperti peran sebagai ayah,ibu dan lain-lain. Pada usia
pra sekolah anak lebih banyak bergabung dengan kelompok sebayanya
(peer group) mempunyai teman favorit.
4. Kreativitas
Situasi yang lebih menguntungkan/menyernagkan untuk berkreasi dari
pada bermain.Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba ide-
idenya.Sekali anak merasa puas untuk mencoba sesuatu yang baru dan
berbeda,ia akan memindahkan kreasinya kesituasi yang
lain.Memungkinkan fantasi dan imajinasi dan meningkatkan
perkembangan bakat dan minat khusus.Untuk mengembangkan kreasi
anak diperlukan lingkunagan yang mendukung
5. Kesadaran Diri
Dengan aktivitas bermain,anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda
dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.Anak belajar untuk
memahami kelemahan dan kemampuannya dibandingkan dengan anak
yang lain.anak juga mulai melepaskan diri dari orang tuanya.
6. Nilai Terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan.Dengan
bermain,anak dapat mengekspresikan emosi dan ketik puasan atas situsi
sosial serta rasa takutnya yang 9 tidak dapat diekspresikan di dunia
nyata.Dengan bermain dapat memudahkan komunikasi verbal dan
ninverbal tentang kebutuhan,rasa takut dan keinginan.

14
a) Kemampuan motorik pada bayi berdasarkan usia yakni:
Usia Motorik kasar Motorik halus

 melihat, meraih dan menendang


mainan gantung,
 mengangkat kepala,
 memperhatikan benda bergerak,
0-3  guling-guling,
 melihat benda-benda kecil,
bulan  menahan kepala tetap
 memegang benda,
tegak,
 meraba dan merasakan bentuk
permukaan,

 memegang benda dengan kuat,


 menyangga berat,
 Memegang benda dengan kedua
3-6  mengembangkan kontrol
tangan,
bulan kepala.
 makan sendiri,
 Duduk.
 mengambil benda-benda kecil.

 Memasukkan benda kedalam wadah,


 Bermain 'genderang'
 Memegang alat tulis dan mencoret-
 merangkak
coret
6-9  menarik ke posisi berdiri
 Bermain mainan yang mengapung di
bulan  berjalan berpegangan
air
 berjalan dengan bantuan.
 Membuat bunyi-bunyian.
 Menyembunyikan dan mencari
mainan

 bermain bola
 Menyusun balok/kotak
9-12  membungkuk
 Menggambar
bulan  berjalan sendiri
 Bermain di dapur.
 naik tangga.

15
b) Kemampuan Bicara dan Bahasa
Masa bayi adalah masa dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin
sehingga dalam masa ini, pengaruh ibu dalam mendidik anak sangat besar.
Kemampuan bicara bayi masih dalam bentuk pra bicara, yang diekspresikan
dengan cara menangis, mengoceh, gerakan isyarat dan ekspresi wajah
seperti tersenyum. Bahkan pada masa ini lebih sering muncul senyum sosial
sebagai reaksi terhadap rangsangan dari luar.
Ekspresi emosi adalah bahasa pertama sebelum bayi berbicara, sebagai cara
untuk mengkomunikasikan dirinya pada orang tua atau orang lain. Bayi
akan bereaksi pada ekspresi wajah dan tekanan suara, sebaliknya orangtua
membaca ekspresi bayi dan merespon jika ekspresi bayi menunjukkan
tertekan atau gembira. Terkait dengan ekspresi emosi bayi, yang mudah
dikondisikan, maka ekspresi emosi bayi mudah dikondisikan. Jika orangtua
lebih banyak menunjukkan suasana hati yang positif seperti selalu gembira,
santai dan menyenangkan, akan mempengaruhi pemahaman bayi terhadap
sesuatu dan cenderung menimbulkansuasana hati yang menyenangkan.
Sebaliknya jika orang dewasa mengkondisikan dengan situasi yang tidak
menyenangkan maka suasana emosi bayi cenderung buruk. Kemampuan
bicara pada bayi sebenarnya ada hubungannya dengan perkembangan otak,
terutama pada saat bayi menangkap kata-kata yang diucapkan dan
menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya. Pada saat bayi berjalan,
berbicara, tersenyum dan mengerutkan dahi, sebenarnya tengah berlangsung
perubahan dalam otak. Meski keterkaitan sel-sel syaraf (neuron) yang
dimiliki bayi, masih sangat lemah, namun akan sangat mempengaruhi pada
perkembangan sel syaraf pada tahap selanjutnya. Bayi mengerti dan
memahami sesuatu yang berada disekelilingnya, tidak terbatas dengan
melihat serta memanipulasi namun sebenarnya bayi sudah memiliki
kemampuan untuk memberi perhatian, menciptakan simbolisasi, meniru dan
menangkap suatu konsep melalui gerakan sudah lebih berkembang. Oleh
karenanya untuk mengoptimalkan kemampuan otaknya maka bayi perlu
lebih banyak menstimulasi bayi untuk mengenal benda-benda sekelilingnya
sambil terus mengajak berbicara.

16
Kemampuan bicara dan berbahasa pada masa bayi sbb:

Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa

 prabicara,
0-3 bulan  meniru suara-suara,
 mengenali berbagai suara.

 mencari sumber suara,


3-6 bulan
 menirukan kata-kata..

 menyebutkan nama gambar di buku majalah,


6-9 bulan
 menunjuk dan menyebutkan nama gambar-gambar.

 menirukan kata-kata
9-12 bulan  berbicara dengan boneka
 bersenandung dan bernyanyi.

c) Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian


Kemampuan sosialisasi dan kemandirian dapat dirangsang dengan
sosialisasi pada masa bayi diawali di dalam keluarga, dimana dalam
keluarga terjadi hubungan timbal balik antara bayi dan pengasuh atau
orangtua. Melalui perhatian dan perilaku orangtua akan memberi kerangka
pada bayi dalam berinteraksi dan pengalaman yang terpenting bagi bayi
karena keluarga adalah melibatkan proses kasih sayang. Kemampuan bayi
untuk bersosialisasi mulai muncul, dasar-dasar sosial mulai dibentuk, yang
diperoleh dengan cara mencontoh perilaku pada situasi sosial tertentu,
misalnya mencontoh perilaku sosial dari kakak atau orang tuanya, yang
akhirnya akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosialnya
dikemudian hari. Kemampuan sosialisasi dan kemandirian pada masa bayi
sbb:

17
Usia Kemampuan Sosialisasi dan Kemandirian

 memberi rasa aman dan kasih sayang,


 mengajak bayi tersenyum,
 mengajak bayi mengamati benda-benda dan keadaan di sekitarnya,
0-3 bulan
 meniru ocehan dan mimik muka bayi,
 mengayun bayi,
 menina bobokan.

 bermain "ciluk ba',


3-6 bulan  melihat dirinya di kaca,
 berusaha meraih mainan.

 mulai bermain atau 'bersosialisasi' dengan orang lain.


6-9 bulan  Mulai melambaikan tangan jika ditinggal pergi.
 Mulai membalas lambaian tangan orang lain.

 Minum sendiri dari sebuah cangkir,


9-12 bulan  Makan bersama-sama
 Menarik mainan yang letaknya agak jauh.

2. Kemampuan Anak di Bawah Usia Lima Tahun (12 – 59 bulan)


Pada masa ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan terdapat kemajuan
dalam perkembangan motorik (gerak kasar dan gerak halus) serta fungsi
eksresi/pembuangan. Periode penting dalam tumbuh kembang masa usia ini
akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada
usia 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan perkembangan sel-sel otak
masih berlangsung; dan tejadi pertumbuhan serabut-serabut syaraf dan cabang-
cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak yang kompleks.
Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan sangat
mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf hingga bersosialisasi.

18
a) Kemampuan Motorik
Masa ini disebut sebagai masa sangat aktif dari seluruh masa kehidupannya,
karena tingkat aktivitasnya dan perkembangan otot besar mereka sedang
tumbuh. Demikian halnya dengan kemampuan motorik halus anak, sudah
mulai meningkat dan menjadi lebih tepat pada saat berusia 5 tahun.
Koordinasi tangan, lengan dan tubuh dapat bergerak bersama dibawah
koordinasi yang lebih baik daripada mata.
Dengan demikian masa ini disebut juga sebagai masa belajar berbagai
kemampuan dan keterampilan, dengan berbekal rasa ingin tahu yang cukup
kuat dengan seringnya anak mencoba hal-hal baru dan seringnya
pengulangan menyebabkan masa ini menjadi masa yang tepat untuk
mempelajari keterampilan baru.
Kemampuan motorik yang dimiliki anak sebagai berikut:
Usia Gerak Kasar Gerak Halus

 Berjalan tanpa pegangan


sambil menarik mainan yang
 Bermainan balok dan menyusun
bersuara,
balok.
 Berjalan mundur,
12-15  Memasukkan dan mengeluarkan
 Berjalan naik dan turun
bulan benda kedalam wadah.
tangga,
 Memasukkan benda yang satu ke
 Berjalan sambil berjinjit
benda lainnya.
 Menangkap dan melempar
bola

 Bermain di luar rumah.


15-18  Meniup ,
 Bermain air
bulan  Membuat untaian.
 Menendang bola.

 Melompat,  Mengenal berbagai ukuran dan


 Melatih keseimbangan bentuk,
18-24
tubuh,  Bermain puzzle,
bulan
 Mendorong mainan dengan  Menggambar wajah atau bentuk,
kaki.  Membuat berbagai bentuk dari

19
adonan kue/lilin mainan.

 Membuat gambar tempelan,


 Latihan menghadapi
 Memilih dan mengelompokkan
rintangan,
24-36 benda-benda menurut jenisnya,
 Melompat jauh,
bulan  Mencocokan gambar dan benda,
 Melempar dan menangkap
 Konsep jumlah,
bola besar.
 Bermain/menyusun balok-balok.

 Memotong dengan menggunakan


gunting,
 Menangkap bola kecil dan  Menempel guntingan gambar sesuai
melemparkan kembali. dengan cerita.
 Berjalan mengikuti garis  Menempel gambar pada karton.
lurus,  Belajar 'menjahit' dengan tali rafia.
 Melompat dengan satu kaki,  Menggambar/menulis garis lurus,
36-48
 Melempar benda-benda bulatan,segi empat, huruf dan angka.
bulan
kecil ke atas,  Menghitung lebih dari 2 atau 3 angka.
 Menirukan binatang  Menggambar dengan jari, memakai
berjalan, cat,
 Berjalan jinjit secara  Mengenal campuran warna dengan
bergantian. cat air,
 Mengenal bentuk dengan menempel
potongan bentuk.

 Mengenal konsep "separuh atau satu"


 Menggambar dan atau melengkapi
gambar,
 Lomba karung
48-60  Menghitung benda-benda kecil dan
 Main engklek
bulan mencocokkan dengan angka.
 Melompat tali.
 Menggunting kertas (sudah dilipat)
dengan gunting tumpul,
 Membandingkan besar/kecil,

20
banyak/sedikit, berat/ringan.
 Belajar 'percobaan ilmiah'
 Berkebun.

b) Kemampuan Bicara dan Bahasa


Bertambahnya kematangan otak dikombinasikan dengan peluang-peluang
untuk menjelajahi dunia sekelilingnya dan sebagai penyumbang terbesar untuk
lahirnya kemampuan kognitif anak. Sejumlah kemampuan anak, seperti belajar
membaca adalah berkaitan dengan masukan dari mata anak yang
ditransmisikan ke otak anak, kemudian melalui sistem yang ada di otak,
menterjemahkannya kedalam kode huruf-huruf, kata-kata dan asosiasinya.
Akhirnya akan dikeluarkan dalam bentuk bicara. Bakat bicara anak karena
sistem otak diorganisasikan sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak
memproses sebagai bahasa.
Anak mulai pandai berbicara, sejalan dengan perkembangannya memahami
sesuatu. Biasanya anak mulai berbicara sendiri, kemudian berkembang menjadi
kemampuan untuk bertindak tanpa harus mengucapkannya. Dalam hal ini anak
telah menginternalisasikan pembicaraan yang egocentris dalam bentuk
berbicara sendiri menjadi pemikiran anak. Hal ini merupakan suatu transisi
awal untuk dapat lebih berkomunikasi secara sosial.
Usia Kemampuan Bicara dan Bahasa

 Membuat suara dari dari barang2 yang dipilihnya,


12-15 bulan  Menyebut nama bagian tubuh,
 Melakukan pembicaraan.,

 Bercerita tentang gambar di buku/majalah,


15-18 bulan  Permainan telepon-teleponan,
 Menyebut berbagai nama barang.

 Melihat acara televisi,


18-24 bulan  Mengerjakan perintah sederhana,
 Bercerita tentang apa yang dilihatnya.

21
 Menyebut nama lengkap anak,
 Bercerita tentang diri anak,
24-36 bulan
 Menyebut berbagi jenis pakaian.
 Menyatakan keadaan suatu benda.

 Berbicara dengan anak,


 Bercerita mengenai dirinya,
36-48 bulan
 Bercerita melalui album foto,
 Mengenal huruf besar menurut alfabet di koran/majalah.

 Belajar mengingat-ingat,
 Mengenal huruf dan simbol,
 Mengenal angka,
 Membaca majalah,
 Mengenal musim,
48-60 bulan
 Mengumpulkan foto kegiatan keluarga,
 Mengenal dan mencintai buku,
 Melengkapi dan menyelesaikan kalimat,
 Menceritakan masa kecil anak,
 Membantu pekerjaan di dapur.

c) Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian


Dasar-dasar sosialisasi yang sudah diletakkan pada masa bayi, maka pada
masa ini mulai berkembang. Dalam hal ini hubungan keluarga, orangtua-
anak, antar saudara dan hubungan dengan sanak keluarga cukup berperan.
Pengasuhan pada tahun pertama berpusat pada perawatan, berubah ke arah
kegiatan-kegiatan seperti permainan, pembicaraan dan pemberian disiplin,
akhirnya mengajak anak untuk menalar terhadap sesuatu. Pada masa ini
sebagai masa bermain, anak mulai melibatkan teman sebayanya, melalui
bermain, meski interaksi yang dibangun dalam permainan bukan bersifat
sosial, namun sebagai kegiatan untuk menyenangkan dan dilaksanakan
untuk kegiatan itu sendiri. Jenis permainan yang dilakukan bisa berbentuk

22
konstruktif, permainan pura-pura, permainan sensori motorik, permainan
sosial atau melibatkan orang lain, games atau berkompetisi.
Usia Kemampuan Bersosialisasi dan Kemandirian

 Menirukan pekerjaan rumah tangga,


 Melepas pakaian,
12-15
 Makan sendiri,
bulan
 Merawat mainan,
 Pergi ke tempat-tempat umum.

 Belajar memeluk dan mencium,


 Membereskan mainan/membantu kegiatan di rumah,
15-18
 Bermain dengan teman sebaya,
bulan
 Permainan baru,
 Bermain petak umpet.

 Mengancingkan kancing baju,


 Permainan yang memerlukan interkasi dengan teman bermain.
18-24
 Membuat rumah-rumahan,
bulan
 Berpakaian,
 Memisahkan diri dengan anak.

 Melatih buang air kecil dan buang air besar di WC/kamar mandi.
24-36
 Berdandan/memilih pakaian sendiri.
bulan
 Berpakaian sendiri.

 Mengancingkan kancing tarik,


 Makan pakai sendok garpu,
36-48
 Membantu memasak,
bulan
 Mencuci tangan dan kaki,
 Mengenal aturan/batasan.

 Membentuk kemandirian dengan memberi kesempatan mengunjungi


48-60
temannya tanpa ditemani.
bulan
 Membuat atau menempel foto keluarga,

23
 Membuat mainan/boneka dari kertas.
 Menggambar orang,
 Mengikuti aturan permainan/petunjuk,
 Bermain kreatif dengan teman-temannya,
 Bermain 'berjualan dan berbelanja di toko"

3. Masa Anak Pra Sekolah (usia 60-72 bulan atau 5-6 tahun);
Pada masa ini, pertumbuhan berlangsung dengan stabil, aktivitas jasmani
semakin bertambah dan meiningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Anak
mulai menunjukkan keinginannya seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada masa ini, anak mulai diperkenalkan dengan
lingkungan luar selain lingkungan dalam rumah, sehingga anak mulai senang
bermain di luar rumah. Anak mulai berteman bahkan anak banyak keluarga
menghabiskan waktunya bermain di luar rumah, seperti bermain di taman atau
ke tempat-tempat yang menyediakan fasilitas bermain anak.
Pada masa ini anak dipersiapkan untuk sekolah, oleh karenanya panca indera
dan sistim reseptor penerima rangsangan serta proses memori harus sudah siap
sehingga anak mampu belajar dengan baik. Proses belajar yang tepat bagi usia
ini adalah dengan cara bermain.
Kemampuan yang dimiliki pada anak pra sekolah adalah sbb:
Kemampuan Keterangan

 bermain bola dengan teman sebayanya


Gerak kasar
 naik sepeda, bermain sepatu roda.

 mengerti urutan kegiatan,


 berlatih mengingat-ingat,
 membuat sesuatu dari tanah liat/lilin,
Gerak halus  bermain "berjualan",
 belajar bertukang, memakai pali, gergaji dan
paku,
 mengumpulkan benda-benda,

24
 belajar memasak,
 mengenal kalender
 mengenal waktu,
 menggambar dari berbagai sudut pandang,
 belajar mengukur.

 mengenal benda yang serupa dan berbeda,


 bermain tebak-tebakan,
 berlatih mengingat-ingat,
Bicara dan bahasa  menjawab pertanyaan "mengapa ?"
 menganal rambut/tanda lalu lintas,
 mengenal uang logam,
 mengamati/meneliti keadaan sekitar.

 Berkomunikasi dengan anak,


Bersosialisasi dan
 Berteman dan bergaul,
kemandirian.
 Mematuhi peraturan keluarga

Di bawah ini ada beberapa contoh alat permainan balita dan perkembangan
yang distimuli:
1. Pertumbuhan fisisk/motorik kasar:
Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik atau didorong
2. Motorik halus: Gunting, pensil, bola, balok, lilin.
3. Kecerdasan/kognitif:
Buku bergambar, buku cerita, puzzle, lego, boneka, pensil warna, radio.
4. Bahasa:Buku bergambar, buku cerita, majalah, radio tape, TV
5. Menolong diri sendiri:
Gelas/piring plastik, sendok, baju, sepatu, kaos kaki
6. Tingkah laku social:
Alat permainan yang dapat dipakai bersama, misalnya congklak, kotak
pasir, bola, tali.

25
Berikut adalah stimulasi (rangsangan) umum yang dapat di berikan
kepada bayi Anda:
1. Limpahkan banyak cinta dan kasih sayang untuk bayi dan anak
Anda.
Jangan malu untuk menunjukkan kasih sayang dan rasa cinta yang
Anda miliki. Hal pertama yang harus Anda ingat adalah cinta adalah
kebutuhan utama yang nyata bagi bayi Anda. Dalam merawat dan
memberikan segala kebutuhan bayi Anda sehari-hari usahakan untuk
selalu disertai dengan rasa cinta dan kehangatan yang tulus untuk sang
buah hati. Bentuk kasih sayang ini akan membuat bayi Anda merasa
sangat dihargai dan hal ini mampu menumbuhkan rasa optimisme
yang kuat dalam dirinya. Selain itu, limpahan kasih sayang dan cinta
yang Anda berikan juga dapat meningkatkan perkembangan otak bayi
Anda.
2. Berbicaralah kepada bayi Anda dengan lemah lembut.
Berbicaralah kepada bayi Anda dengan suara yang lemah lembut dan
memakai berbagai kosa kata yang disertai juga dengan ekspresi. Suara
Anda adalah suara favorit mereka, karena bayi Anda sudah mendengar
dan akrab dengan suara Anda sejak mereka masih di dalam rahim
Anda.
3. Berikan respon.
Berikan respon atau tanggapan atas apa yang dibutuhkan dan
diinginkan bayi Anda tanpa keraguan. Hal semacam ini akan membuat
mereka belajar bahwa mereka dapat membangun komunikasi dengan
orang lain, sehingga mereka akan lebih percaya diri dan juga sisi
emosional mereka akan lebih stabil.
4. Berikan sentuhan lembut Anda kepada bayi.
Sentuh bayi Anda mulai dari sekarang, karena beberapa penelitian
menunjukkan bahwa bayi yang sering mendapatkan sentuhan, belaian,
pemijatan atau bentuk stimulasi taktil lainnya akan berkembang lebih
cepat dan juga sedikit menangis.

26
5. Dorong bayi Anda untuk meniru.
Anda harus ingat bahwa bayi Anda akan terus menganalisa setiap
gerak Anda, tindakan Anda, dan semua yang Anda lakukan. Mereka
juga akan mengingat bagaimana cara Anda menghasilkan suara dan
ekspresi. Dan amat luar biasa pada akhirnya mereka akan meniru hal-
hal yang dipelajari tersebut.
6. Biarkan bayi Anda untuk bereksplorasi.
Biarkan dan berikan kesempatan kepada bayi Anda untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitar dan lingkungan-lingkungan baru.
Tetapi, tentu Anda harus memastikan dan memerhatikan segala aspek
keamanannya. Misalnya, Anda dapat membawa bayi Anda untuk
berjalan-jalan ke banyak tempat untuk memperkenalkannya pada
kondisi dan situasi yang berbeda. Bayi Anda akan belajar banyak hal
dari segala yang dilihatnya. Jika memungkinkan, biarkan bayi Anda
untuk menemukan hal-hal baru sendiri. Ini pasti akan memberikan
efek rangsangan yang positif kepada sang buah hati agar tumbuh
kembangnya lebih baik dan optimal.
7. Bacakan buku secara rutin.
Aktivitas membacakan cerita amat penting dan besar manfaatnya
untuk Tumbuh Kembang Bayi. Usahakan untuk memilih buku cerita
yang bergambar menarik dan banyak warnanya. Stimulasi bagian
otaknya akan lebih optimal dan efektif dengan aktivitas ini. Daya
imajinasi dan kosakatanya pun akan semakin berkembang. Meskipun,
bayi belum sepenuhnya paham tentang cerita yang Anda bacakan,
tetapi mereka akan belajar banyak hal dari aktivitas ini. .
8. Memutar musik untuk bayi Anda.
Musik dapat mengoptimalkan perkembangan sisi kanan dan sisi kiri
otak bayi Anda. Hal ini diyakini membawa manfaat dan efek positif
bagi perkembangan otak bayi. Dengan music, proses belajar bayi
Anda pun akan lebih mudah.

27
PICU (Pediatric Intensive Care Unit)
Manajemen PICU
1. Pengertian
PICU adalah suatu unit perawatan yang merawat klien anak (29 hari – 14
tahun) dengan keadaan gawat atau berat yang sewaktu-waktu dapat meninggal,
dan mempunyai harapan untuk sembuh apabila dirawat secara intensif.
Tujuannya adalah untuk memberikan pelayanan perawatan yang optimal untuk
bayi dimana keadaannya sewaktu-waktu dapat meninggal.
2. Fasilitas dan peralatan
a. Fasilitas tempat tidur
b. Letak ruang picu dekat ruang resusitasi, emergensi, dan ok (kamar operasi)
c. Suhu kamar diatur oleh ac ± 220 c
d. Ruang picu harus bersih dan clean zone
e. Sebaiknya dilengkapi fasilitas khusus → laboratorium
f. Peralatan :
1) Ventilator servo 900 c, 300 c
2) Monitor ekg, nadi, rr, td, suhu badan
3) Infusion pump, syiring pump
4) Foto portable
5) Cvp set dan alat vena sekdi
6) Emergency trolley, ambubag
3. Peran dan tanggung jawab perawat PICU
a. Merencanakan perawat fisik secara komprehensif
b. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan penyakit akut
c. Memberikan dukungan emosional pada anak dengan bersifat empati pada
orang tua dan keluarga
d. Bertindak sebagai pembela anak dalam mempertahankan hak asasinya
e. Memberikan pelayanan kepelayanan yang bersifat konsultasi bila anak akan
dilakukan tindakan keperawatan khusus ketika ia dirawat di picu
f. Memberikan pelayanan sebagai bagian dari rumah sakit secara keseluruhan.
g. Memberikan pengajaran tentang prinsif-prinsif picu sesuai dengan usia
klien.

28
4. Indikasi masuk ruang PICU
a. Order tertulis dari dokter sub bagian ke dokter PICU
b. Dipertimbangkan oleh dokter PICU, dari PICU dapat menerima/menolak
klien yang dilakukan secara tertulis
c. Menerima klien yang dikirim oleh perawat sub bagian yang mengirim dan
tempat sudah disiapkan
d. Setiap yang dirawat di ruang PICU tempat yang lama harus tersedia agar
pemulangan lancar.

29
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT (GEA)

1. Pengertian
Gastroenteritis dehidrasi adalah peradangan pada lambung dan usus halus yang
disertai dengan muntah dan diare. (Caring for Children, Jane Ball, Ruth
Bindler, 1994).
Diare adalah buang air besar yang terjadi pada bayi/anak lebih 3 kali dalam
sehari disertai perubahan tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah.
(Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, 1991).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus.
Gastroenteritis akut ditandai dengan diare, dan pada beberapa kasus, muntah-
muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Lynn Betz,2009).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan seringkali disertai
peningkatan suhu tubuh. Gastroenteritis atau diare akut adalah kekerapan dan
keenceran BAB dimana frekuensinya lebih dari 3 kali perhari dan banyaknya
lebih dari 200 – 250 gram.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dari biasanya yang
disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
Gastroenteritis (diare akut) adalah inflamasi lambung dan usus yang
disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Diare adalah
defekasi yang tidak normal baik frekuensi maupun konsistensinya, frekuensi
diare lebih dari 4 kali sehari.
Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus
(Cecily & Linda, 2009).
Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh
enteropatogen termasuk bakteria, virus dan parasit (Nelson, 2000).
Gastroenteritis adalah pasien yang mengalami diare dan muntah akut yang
mengalami peradangan pada lambung dan usus (Sodikin, 2011).
Jadi dapat disimpulkan jika Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung

30
dan usus yang ditandai dengan diare dan muntah-muntah yang berakibat
kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan
elektrolit.
2. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1. Berdasarkan lama waktu :
a. Akut : berlangsung < 5 hari
b. Persisten : berlangsung 15-30 hari
c. Kronik : berlangsung > 30 hari
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dihindrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
4. Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak
a. Infektif
b. Non infeksif
Berdasarkan golongan Gastroenteritis dibagi menjadi:
1. Pada bayi dan anak-anak.
Bayi dan anak-anak dikatakan diare bila sudah lebih dari tiga kali perhari
BAB, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari empat kali
perhari BAB.
2. Pada orang dewasa.
Pada orang dewasa dikatakan diare bila sudah lebih dari tujuh kali dalam 2
jam BAB.
Jenis-jenis diare:
1. Diare cair akut
Keluar tinja yang encer dan sering ada terlihat darah, yang berakhir
kurang dari 14 hari.

31
2. Disentri.
Diare dengan adanya darah dalam feces, frekuensi sering dan feces
sedikit-sedikit.
3. Diare persisten.
Diare yang berakhir dlm 14 hari atau lebih, dimulai dari diare akut atau
disentri.

3. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
o Infeksi Virus
 Retavirus
 Penyebab tersering diare akut pada bayi, sering
didahulu atau disertai dengan muntah.
 Timbul sepanjang tahun, tetapi biasanya pada musim
dingin.
 Dapat ditemukan demam atau muntah.
 Di dapatkan penurunan HCC.
 Enterovirus
 Biasanya timbul pada musim panas.
 Adenovirus
 Timbul sepanjang tahun.
 Menyebabkan gejala pada saluran
pencernaan/pernafasan.
 Norwalk
 Epidemik
 Dapat sembuh sendiri (dalam 24-48 jam).
o Bakteri
 Stigella
 Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September
 Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun
 Dapat dihubungkan dengan kejang demam.

32
 Muntah yang tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Sel batang dalam darah
 Salmonella
 Semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun.
 Menembus dinding usus, feses berdarah, mukoid.
 Mungkin ada peningkatan temperatur
 Muntah tidak menonjol
 Sel polos dalam feses
 Masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari.
 Organisme dapat ditemukan pada feses selama
berbulan-bulan.
 Escherichia coli
 Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau
yang menghasilkan entenoksin.
 Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
 Campylobacter
 Sifatnya invasis (feses yang berdarah dan bercampur
mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah
tanpa manifestasi klinik yang lain.
 Kram abdomen yang hebat.
 Muntah/dehidrasi jarang terjadi
 Yersinia Enterecolitica
 Feses mukosa
 Sering didapatkan sel polos pada feses.
 Mungkin ada nyeri abdomen yang berat
 Diare selama 1-2 minggu.
 Sering menyerupai apendicitis.
2. Faktor Non Infeksiosus
o Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, lactosa,
maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa,

33
fruktusa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting
dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak : long chain triglyceride.
 Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
o Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan (milk alergy, food
alergy, dow’n milk protein senditive enteropathy/CMPSE).
o Faktor Psikologis
Rasa takut,cemas.

4. Anatomi Fisiologi Sistem Respirasi


Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan
mempersiapkannya untuk di asimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas
bagian-bagian berikut diantaranya :
a. Mulut
Mulut merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua
bagian luar yang sempit (vestibula) yaitu ruang di antara gusi dan gigi
dengan bibir dan pipi, serta bagian dalam yang terdiri dari rongga mulut.
Pada mulut ini terdapat palatum anterior dan posterior yang terdiri atas
membran mukosa (palatum mole). Pada saat fetus terdapat saluran dari
mulut dan hidung adalah satu dan kemudian terpisah oleh prosesus palatinus
yang akan bertemu di garis tengah dan apabila menetap palatum yang
terpisah dapat terjadi sumbing.
Di mulut, makanan mengalami proses mekanis yang pertama disebut proses
mengunyah dengan cara menghancurkan makanan sehingga tidak melukai
dinding saluran pencernaan dan memungkinkan makanan sampai merata
dengan bahan yang terdapat dalam saliva yang mengandung enzim
pencernaan pati amilase selama tiga bulan pertama, khususnya enzim
amilase akan memecah amilium menjadi maltose.

34
b. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang
hidung, mulut dan laring. Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar
di bagian atas hingga vertebra servikal keenam. Faring langsung
berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 sentimeter dan terletak dibelakang trakea,
didepan tulang punggung, kemudian masuk melalui toraks menembus
diagfragma yang berhubungan langsung dengan abdomen serta
menyambung dengan lambung
c. Esofagus
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari
faring menuju lambung. Esofagus berbentuk seperti slinder yang berongga
dengan panjang kurang lebih dua sentimeter dengan kedua ujungnya
dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter bagian atas selalu
tertutup, kecuali bila ada makanan masuk kedalam lambung. Keadaan ini
bertujuan untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian atas selalu
tertutup, yaitu esofagus. Proses penghantaran makanan dilakukan dengan
cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di depan makanan mengendor
dan yang dibelakang makanan berkontraksi.
d. Ventrikulus
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian
atas (disebut fundus), bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal
(antrum pilorik). Lambung berhubungan langsung dengan esofagus melalui
orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium pilorik.
Lambung terletak dibawah diagfragma dan di depan pankreas, sedangkan
limpa menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan
pencernaan. Fungsi motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk
menampung makanan sampai dicerna sedikit demi sedikit dan sebagai
pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil yang
dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan
adalah mensekresi pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi

35
pepton, amilase memecah amilum menjadi maltosa, lipase memecah lemak
menjadi asam lemak dan gliserol membentuk sekresi gastrin, mensekresi
faktor intrinsik yang memungkinkan absorpsi vitamin B12, yaitu di ileum,
dan mensekresi mukus yang bersifat protektif. Makanan berada pada
lambung selama 2-6 jam. Kemudian bercampur dengan getah lambung
(cairan asam lambung yang tak berwarna) yang mengandung 0,4% HCl
untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan
desinfektan dalam getah lambung terdapat beberapa enzim. Diantaranya
pepsin, dihasilkan oleh pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan
menjadi bahan yang lebih mudah larut dalam renin, berfungsi membekukan
susu atau membentuk kasein dan karsinogen yang dapat larut.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih
2,5 meter dalam keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang
menjadi kurang lebih 6 meter pada orang yang telah meninggal. Akibat
adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus terletak di
daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari
lambung hingga katup ileo kolika.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu abdomen dengan panjang kurang
lebih 25 cm. jejenum dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum dengan
panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari usus. Lapisan dinding dalam
usus halus mengandung berjuta-juta vili, kira-kira sebanyak 4-5 juta yang
membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap villi
terdapat tonjolan yang menyerupai jari-jari yang disebut mikrovili. Villi
bersama-sama dengan mikrovili dan valvula kaniventes menambah luasnya
permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar isinya tidak terlalu
cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa terdapat beberapa nodula
jaringan limfe yang disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan
terhadap infeksi. Di dalam illeum, nodula ini membentuk tumpukan kelenjar
yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter. Fungsi usus halus pada umumnya
adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-zat makanan

36
yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum,
dan disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin A, D, E,
dan K. dengan bantuan empedu dan asam folat.
f. Usus Besar
kolon merupakan sambungan dari usus halus dimulai dari katup ileokolik
dan ileosaekal yang merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar
memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter. Kolon terbagi atas asenden,
transversum, desenden dan berakhir direktum yang panjangnya kira-kira 10
cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran
anal. Fungsi utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%),
elektrolit, vitamin dan sedikit glukosa. Kapasitas absorpsi air kurang lebih
5000cc/hari. Flora yang terdapat di dalam usus besar berfungsi untuk
mensintesis vitamin K dan B. serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa
makanan
g. RektumTerletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan oscracum dan
oscogcigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum
dengan dunia luar. Terletak didasar pelvik, dindingnya diperkuat oleh tiga
spincter :
1) Spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.
2) Spincter Levator Ani, bekerja tidak menurut kehendak.
3) Spincter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak.
(Pearce C. 2004)
Organ Asesoris
a. Hati Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di
bagian paling atas rongga abdomen, disebelah kanan di bawah
diagfragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram (kira-kira 2,5%
orang dewasa).
Hati terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh ligamen falsifornis. Pada lobus kanan bagian belakang kantung

37
empedu terdapat sel yang bersifat fagisitosis terhadap bakteri dan benda
asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu,
fagisitosis bakteri dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah
merah dan menyimpan glikogen.
b. Kantung Empedu Kantumg empedu merupakan sebuah organ berbentuk
seperti kantong yang terletak dibawah kanan hati atau lekukan
permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang 8-
12 cm dan berkapasitas 40-60 cm³. kantung empedu memiliki bagian
fundus, leher, dan tiga pembungkus, yaitu sebuah luar pembungkus
peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak bergaris dan sebelah
dalam membran mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu,
memekatkan cairan empedu yang berfungsi memberi pH sesuai dengan
pH optimum enzim-enzim pada usus halus, mengemulsi garam-garam
empedu, mengemulsi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak
digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning
kehijau-hijauan (dihasilkan oleh pigmen empedu). Cairan empedu
mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol, pigmen fosfolipid,
dan sedikit protein.
c. Pankreas Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti
kelenjar tubuh dan memiliki panjang kurang lebih 15 cm. pankreas terdiri
atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling lebar, badan
pankreas yang letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra
lumbalis pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian
runcing di sebelah kiri dan menyentuh limpa.
Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan
oleh sel sekretori yang membentuk getah pankreas yang berisi enzim
serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar diantara alveoli
pankreas. (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

38
5. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
a. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada atau tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membran mukosa kering
f. Fotanel cekung (bayi)
g. Berat badan turun
h. Malaise
Tanda dan gejala yang biasa timbul pada penderita gastroentritis adalah:
- suhu tubuh meningkat
- mual dan muntah
- nyeri perut
- distensi abdomen
- feses cair dan warna kuning kehijauan
- mata cekung
- air mata kering
- nadi cepat dan lemah atau tidak teraba
- pernafasan dalam dan cepat
- mengantuk
- turgor kulit kering
- ubun-ubun cekung
- jari-jari cyanosis
- membran mukosa kering
Adapun tanda dan gejala dehidrasi yang lebih spesifik dibagi menjadi 3 bagian
Yaitu :
a. Dehidrasi ringan
- diare: bab kurang dari 4 kali sehari
- muntah sedikit, rasa haus normal
- denyut nadi normal, atau meningkat
- membran mukosa kering

39
- berat badan turun : anak 3% dan bayi 5%
- tekanan darah dalam batas normal
- turgor kulit kurang baik
b. Dehidrasi sedang
- kehilangan berat badan : 6% dan bayi 10%
- mengantuk dan lesu
- pucat
- diare 4-10 kali sehari
- muntah beberapa kali
- exremitas dingin
- mata cekung, mulut/lidah kering
- turgor kulit tidak kenyal
- nafas dan denyut nadi agak cepat
- ubun-ubun cekung
c. Dehidrasi berat
- sangat mengantuk, lemah
- diare lebih dari 10 kali sehari
- sering muntah
- air mata tidak ada, mulut dan lidah sangat kering
- kulit dicubit kembali sangat lambat
- nafas dan denyut nadi sangat cepat, ubun-ubun sangat cekung
- berat badan turun: anak 9% dan bayi 15%
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).

6. Derajat Dehidrasi
Tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok,
ubun-ubun dan mata cekung, minum normal, kencing normal.

40
b. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor
kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
gelisah, sangat haus, pernafasan agak cepat, ubun-ubun dan mata cekung,
kencing sedikit dan minum normal.
c. Dehidrasi Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti
tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis
sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis, denyut jantung cepat, nadi
lemah, tekanan darah turun, warna urine pucat, pernafasan cepat dan dalam,
turgor sangat jelek, ubun-ubun dan mata cekung sekali, dan tidak mau
minum.
Atau yang dikatakan dehidrasi bila:
1. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% atau rata-rata 25ml/kgBB.
2. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-10% atau rata-rata 75ml/kgBB.
3. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 10-15% atau rata-rata 125ml/kgBB.
Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan :
1. Kehilangan BB
a. Tidak ada dehidrasi : menurun BB < 2 %
b. Dehidrasi ringan : menurun BB 2 - 5%
c. Dehidrasi sedang : menurun BB 5 - 10%
d. Dehidrasi berat : menurun BB 10%
2. Menentukan kekenyalan kulit, kulit perut dijepit antara ibu jari dan telunjuk
(selama 30-60 detik) kemudian dilepaskan, jika kulit kembali dalam :

a. 1 detik ; turgor agak kurang (dehidrasi ringan)


b. 1-2 detik : turgor kurang (dehidrasi sedang)
c. 2 detik: turgor sangat kurang (dehidrasi berat)

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare
berlangsung lebiih dari beberapa hari, di perlukan beberapa pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan tersebut pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin,
hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar eliktrolit serum,ureum dan

41
kretinin, pemeriksaan tinja dan pemeriksaan enzyme- linked immunorsorbent
assay (ELISA) menditeksi giardiasis dan tes serologic amebiasis, dan foto x-
ray abdomen. Pasien dengan diare karena virus,biasanya memiliki jumlah dan
hitung jenis leukost yang normal atau limfositosis. pasien dengan infeksi
bakteri terutama pada infeksi bakteri yang infasif ke mukosa, memiliki
leukositosis dengan kelebihan darah putih muda. Neurotropenia dapat timbul
pada salmonellosis. Ureum dan kreatinin di periksa untuk memeriksa adanya
kekurangan volume cairan dan mineral tubuh pemeriksaaan tinja dilakukan
untuk mellihat adanya leukosit dalam tinja yang menunjukan adanya infeksi
bakteri,adanya telur cacing dan parasit dewasa.. (Sudoyo,2007:408)

7. Patofisiologi
Penyebab utama Gastroenteritis akut adalah virus, bakteri atau toksinnya serta
parasit. Patogen-patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-
sel, menghasilkan enterotoksin atau sitotoksin yang merusak sel, atau melekat
pada dinding usus. Pada Gastroenteritis akut, usus halus adalah alat pencernaan
yang paling sering terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui fekal oral
dari orang ke orang melalui air dan makanan yang terkontaminasi.
Enteropatogen yang masuk ke dalam mulut dapat merusak dapat merusak
mekanisme pertahanan dan melalui proses mekanisme yang berlangsung
berurutan sehingga menyebabkan terjadinya diare. Proses tersebut meliputi
adhesi, menginvasi epitalium, kemudian berpoliferasi, memproduksi toksin, sel
absorpsi mengalami kerusakan, merangsang proses sekretoris, mengadakan
interferensi dengan air, elektrolit dan transport, atraksi khemotaktik lekosit dan
pembebasan sitokin, merangsang respon inflamatoris lokal dan sistemik,
merusak pembuluh darah dan terjadi perdarahan (Suraatmaja, Sudaryat. 2007).
Patofisiologi muntah & diare Muntah adalah suatu refleks kompleks yang
diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata otak. Implus-implus aferen
berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Implus-implus
aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respons
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons
terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons

42
terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahaya yang menyebabkan
muntah). Misalnya ipekak. Hipioksia dan nyeri juga dapat merangsang muntah
melalui pengaktifan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi melalui
perangsangan langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat dengan pusat
muntah di otak. Obat-obat tertentu mencetuskan muntah dengan mengaktifkan
pusat ini, yang disebut Chemoreseptor trigger zone, yang terletak di dasar
ventrikel ke empat. Muntah yang timbul akibat perubahan gerak yang cepat
diperkirakan berlangsung melalui perangsangan Trigger zone ini. Pengaktifan
chemoreceptor trigger zone dapat secara langsung mencetuskan muntah, atau
secara tidak langsung melalui pengaktifan pusat muntah. Input dari pusat-pusat
otak nyang lebih tinggi di korteks dan peningkatan tekanan intrakranium (TIK)
juga dapat merangsang muntah, mungkin dengan secara langsung merangsang
pusat muntah. Muntah proyektil terjadi apabila pusat muntah dirangsang secara
langsung dan sering oleh peningkatan TIK. Apabila refluks muntah telah
diawali oleh refluks muntah, maka muntah tersebut terjadi melalui peningkatan
beberapa saraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron
motorik spinalis ke otot abdomen dan diagfragma. Eksitasi jaras-jaras ini
menyebabkan timbulnya respons muntah yang terkoordinasi. Gejala-gejala
tertentu biasanya mendahului muntah, termasuk mual, takikardia, dan
berkeringat.
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi
akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja yang disebut
diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi
adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus
oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi peningkatan
produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motalitas.
Peningkatan motalitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena
waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang.
Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat shock
hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan oleh
bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang mortalitas dan

43
secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar,
sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar.
Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis yang diperantarai oleh
stimulasi usu dan saraf parasimpatis (Elizabeth J, Corwin. 2001).
Virus-virus yang menyebabkan diare pada manusia secara efektik menginfeksi
dan menghancurkan sel-sel ujung villus pada usus halus. Biopsy usus halus
menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrate sel bundar pada
lamina propria. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkolerasi
dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum
penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya
digunakan istilah Gastroenteritis, walaupun pengosongan lambung tertunda
telah didokumentasi selama infeksi virus Norwalk (Nelson. 2000).

8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
1. Pemeriksaan Tinja
- Makroskopis dan mikroskopis.
- pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
- Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
2. Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium, Kalsium,
dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asama basa.
- Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
3. Intubasi Duodenum ( Doudenal Intubation )
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

44
9. Komplikasi
Akibat dari Gastroenteritis yang tidak di tangani degan segera adalah sebagai
berikut :
a. Dehidrsi berat, ketidakseimbangan elektrolit
b. Shock hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolik,
perfusi sistemik buruk)
c. Kejang demam
d. Bakterimia
e. Gagal ginjal akut Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara
mendadak, dapat terjadi berbagai macam komplikasi,seperti :
 Renjatan hipovolemik
Terjadi pada dehidrasi berat akibat kehilangan cairan yang besar, maka
jantung akan bekerja lebih cepat
 Hipokalemia
Kalium rendah < 3,5 keletihan otot, kembung.
Ileus paralitik terjadi karena kurangnya total kalium tubuh (deplesi
kalium)
 Kejang dan malnutrisi energi protein
Dapat terjadi karena serum natrium > 165 m.mol kehilangan air sama
dengan kehilangan natrium, biasa terjadi setelah inteke cairan hypertonik
selama diare.
Pada pasien diare terjadi kejang karena kehilangan cairan yang banyak dan
pemasukan air dan elektrolit berkurang dalam jangka waktu yang lama.

10. Penatalaksanaan
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan pelaksanaan dilakukan dengan
rawat jalan, rehidrasi dapat dilakukan peroral dengan larutan rehidrasi oral
(Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral diberikan sedikit tapi sering (5
sampai 15 ml). bagi yang mendapat ASI dapat terus disusui selama periode
diare. Dalam hal dehidrasi berat, anak dirawat di Rumah Sakit untuk
mendapatkan terapi intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah

45
dehidrasi dihitung dan cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan
pemberian cairan rumitan.
Jika ada shock, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan salin
normal atau larutan Ringer Laktat; ulangi bila perlu). Pada kasus-kasus ini, bila
pemasangan jalur IV todak berhasil, rite intraoseus dapat dipakai untuk
memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang berusia kurang dari
6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah
dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan diet biasa yang mudah
dicerna, makanan yang paling baik ditoleransi adalah karbohidrat kompleks
(nasi, gandum, sereal, kentang dan roti), yogurt, daging tidak berlemak, buah-
buahan, dan sayuran. Diet klasik adalah BRAT (banana/pisang, rice/nasi,
applessauce/SAUS APEL, dan toast/roti panggang), walaupun dapat ditoleransi
dengan baik, mengandung protein, lemak, dan kalori yang rendah untuk energi
jus, minuman berenergi, dan softdrink harus dihindari.
Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan makanan per oral telah dilaporkan
menurunkan durasi Diare. Pengembalian ke makanan oral normal adalah
penting, khususnya pada kasus sebelum terjadinya malnutrisi.
Pemberian antimietik dan antispasmodik biasanya tidak dianjurkan. Antibiotik
juga tidak diindikasikan pada sebagian besar kasus karena Gastroenteritis
bakterial maupun viral dapat sembuh dengan sendirinya. akan tetapi, antibiotik
digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh organisme
Shigella, E. coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau infeksi setempat),
dan G. Lamblia, antibiotik dapat memperpanjang status karier pada infeksi
Salmonella.
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan peroral
- Formula lengkap: oralit
- Formula sederhana: larutan gula garam, larutan tajin garam, larutan
tepung beras garam
b. Pemberian cairan parenteral

Untuk mengganti cairan elektrolit yang hilang

46
c. Obat-obatan
- obat anti diare
- oabt anti spasmolitik
- antibiotika
- obat anti piretik
Penatalaksanaan lainnya :
a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang.
b. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan
tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu
diperhatikan :
1. Memberikan asi.
2. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein,
vitamin, mineral, dan makanan yang bersih.
c. Monitor dan koreksi input dan output elektrolit.
d. Obat-obatan.
Berikan antibiotik.
e. Koreksi asidosis metabolik.

11. Pencegahan
Usaha untuk menurunkan kejadian diare dapat dilakukan dengan meningkatkan
kualitas air bersih dan sanitasi, mutu pelayanan kesehatan, serta meningkatkan
pendapatan keluarga. Peningkatan pendidikan, terutama ibu, juga dapat
mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat diare, terutama pada balita.
Penurunan mortalitas yang diakibatkan diare sering dikaitkan dengan perbaikan
kualitas hidup, antara lain imunisasi, status gizi, akses ke tempat pelayanan
kesehatan, dan cakupan pemanfaatan air bersih dan sistem pembuangan air
limbah serta pemanfaatan terapi rehidrasi oral (Ferrer, dkk. 2008).
Hasil studi WHO tahun 2007, memperlihatkan bahwa intervensi lingkungan
melalui modifikasi lingkungan dapat menurunkan risiko penyakit diare sampai
dengan 94%. Modifikasi lingkungan tersebut termasuk didalamnya penyediaan
air bersih menurunkan risiko 25%, pemanfaatan jamban menurunkan risiko

47
32%, pengolahan air minum tingkat rumah tangga menurunkan risiko sebesar
39% dan cuci tangan pakai sabun menurunkan risiko sebesar 45%.
Menurut Sunoto, dkk. (1990), intervensi yang efektif dan mampu mencegah
diare dapat dilakukan antara lain dengan :
1. Memperbaiki makanan sapihan
Perbaikan makanan sapihan dapat memperbaiki keadaan gizi anak,
memperkuat daya tahan tubuh, mempersingkat lama paparan diare, dan
mampu mengurangi angka kematian diare sebesar 2%-12%
2. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sebelum memberi makanan pada
anak serta sesudah buang air besar
3. Pemanfaatan air bersih. Diare sebagian besar ditularkan melalui faecal oral,
maka diperlukan sarana penyediaan air bersih berkualitas dalam jumlah
yang memadai.
4. Penggunaan jamban sehat, dapat mencegah pencemaran pada sumber air
bersih dan mencegah terjadinya kontaminasi makanan oleh kuman patogen
yang terdapat dalam tinja
5. Membuang tinja bayi dengan baik dan benar. Didalam tinja terdapat kuman
patogen penular diare, sehingga semua kotoran yang berasal dari anak-anak
dan orang dewasa harus dibuang ke dalam jamban sehat
6. Imunisasi campak. Sekitar 1%-7% kasus diare berhubungan dengan
penyakit campak, terutama pada balita. Diare disertai penyakit campak,
angka kematian dan tingkat keparahannya menjadi lebih tinggi.
7. Pemberian air susu ibu (ASI) pada bayi selama berusia 6 bulan pertama,
pemberian ASI, tanpa penambahan makanan atau cairan lain, dapat
mengurangi risiko bayi terpapar infeksi kuman patogen yang menyebabkan
diare

12. Pengkajian
Di dalam memberikan Asuhan Keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau
langkah-langkah Proses Keperawatan yaitu Pengkajian, Perencanaan,
Pelaksanaan, dan Evaluasi.

48
1. Pengkajian
a. Biodata :
1) Identitas klien (Nama, Tempat/Tanggal Lahir, Agama, Jenis Kelamin,
Alamat, Pendidikan, Tanggal Pengkajian dan Diagnosa Medik).
2) Identitas orang tua
Ayah dan ibu (Nama, Umur, Pendidikan, Agama dan Alamat).
3) Identitas saudara kandung
(Nama, Usia, Hubungan dengan Klien, Status Kesehatan).
b. Keluhan Utama
Biasanya klien akan mengeluh Demam, Anoreksia, Malaise, Nyeri
kepala, biasa disertai Batuk.
c. Riwayat Keluhan Utama (PQRST)
P : (Provokatif/paliatif)Apa yang menyebabkan gejala? Apa saja yang
dapat mengurangi/memperberat
Q : (Kualitas) Bagaimana keluhan yang dirasakan, sejauh mana keluhan
yang dirasakan.
R : (Regional/radiasi) Dimana gejala itu terasa ? Apakah menyebar ?
S : (Skala keparahan)
Seberapa berat keluhan yang dirasakan, skala numerik 1-10
T : (Timing/waktu)
Kapan gejala mulai timbul, seberapa sering gejala terasa (apakah tiba-
tiba atau bertahap)
d. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keadaan yang biasa ditemukan antara lain : Demam, Mual-Muntah,
Bibir Kering, Turgor kulit jelek, Nafsu makan menurun, dan biasa
disertai Batuk.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
(Khusus untuk anak usia 0 – 5 tahun)
a) Pre Natal Care
(1) Pemeriksaan kehamilan ibu selama hamil berapa kali

49
(2) Keluhan selama hamil : apakah ada perdarahan, infeks,
ngidam, muntah-muntah , demam, serta perawatan selama
hamil.
(3) Riwayat : Terkena sinar dan Therapi obat
(4) Kenaikan Berat Badan selama hamil,
(5) Immunisasi TT selama hamil berapa kali
(6) Golongan darah ibu dan golongan daran ayah.
b) Natal
(1) Tempat melahirkan: apakah di RS, Klinik, atau Rumah
(2) Lama dan jenis persalinan : Sponta,, Forcep, Operasi lain-lain
(3) Cara untuk memudahkan persalinan: apakah di beri obat
perangsang
(4) Komplikasi waktu lahir : Robek perineum atau Infeksi nifas
c) Post Natal
(1) Kondisi Bayi : BB lahir,dan PB bayi saat lahir.
(2) Apakah anak mengalami: penyakit Kuning, Kebiruan,
Kemerahan, apakah ada problem menyusui., BB tidak stabil.
(Untuk Semua Usia) Apakah klien pernah menderita penyakit
yang sama atau penyakit lain sebelumnya, apakah pernah
dirawat di Rumah Sakit sebelumnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang pernah atau sedang mengalami
penyakit yang sama atau penyakit lainnya.
f. Riwayat Imunisasi
Apakah imunisasi yang didapat oleh klien lengkap atau tidak, yaitu
BCG, DPT (I, II, III), campak, polio (I, II, III dan IV) dan hepatitis
atau tidak.
g. Riwayat Tumbuh Kembang
1) Pertumbuhan fisik
a) BB (Berat badan)
(1) Berat badan lahir : 2500-4000 gr
(2) 3-12 bulan : usia(bulan+9)

50
(3) 1 – 6 tahun : Usia(tahunx2+8)
(4) 6 – 12 tahun : Usia(tahun) x 7-5
b) TB (Tinggi badan)
(1) Tinggi badan lahir : 50 cm
(2) 1 tahun : 75cm(1,5 x TB Lahir)
(3) 4 tahun : 2 x TB lahir
(4) 6 tahun : 1,5 x TB setahun
(5) 13 tahun : 3 x TB lahir
(6) Dewasa : 3,5 x TB lahir
2) Perkembangan tiap tahap : Usia anak saat
a) Berguling : 3 – 6 bulan
b) Duduk : 6 – 9 bulan
c) Merangkak : 9 – 10 bulan
d) Berdiri : 9 – 12 bulan
e) Berjalan : 9 – 18 bulan
f) Senyum pertama kali : 3 bulan
g) Bicara pertama kali : 2 – 3 tahun
h) Berpakaian tanpa bantuan: 3 tahun
h. Riwayat Nutrisi
1) Apakah diberikan ASI sejak lahir dan berapa lama pemberian.
2) Apakah diberikan susu formula, sejak kapan diberikan dan
mengapa diberikan susu formula.
3) Apakah diberikan makanan tambahan dan sejak kapan diberikan.
i. Riwayat Psikososial
Keadaan tempat tinggal, lingkungan rumah klien dan hubungan
antara anggota keluarga serta siapa yang menjadi pangasuhnya.
j. Riwayat Spiritual
Gangguan support sistem dalam keluarga dan bagaimana kegiatan
keagamaan dalam keluarga.
k. Reaksi Hospitalisasi
1) Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap.
2) Pemahaman klien tentang sakit dan rawat inap.

51
l. Aktivitas Sehari-hari
1) Nutrisi : Riwayat nutrisi sebelum sakit dan saat sakit,
mual-mual nafsu makan klien menurun.
2) Cairan : Riwayat cairan sebelum sakit dan saat sakit
3) Eliminasi : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
4) Istirahat dan tidur : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
5) Olahraga : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
6) Personal hygiene : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
7) mobilitas fisik : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
8) Rekreasi : Riwayat sebelum sakit dan saat sakit
m. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda-tanda Vital TD : Tekanan darah ( hipotensi / menurun)
N : Nadi ( meningkat )
P : Pernapasan ( meningkat)
S : Suhu ( meningkat sampai 38-39 oC)
3) Antropometri
a) Tinggi Badan
b) Berat Badan
c) Lingkar Lengan Atas
d) Lingkar Kepala
e) Lingkar Dada
f) Lingkar Perut
g) Skin fold
4) Sistem Pernapasan Melakukan observasi pada sistem
pernafasan seperti : Frekuensi pernafasan, gangguan pada
pola nafas, bersihan jalan nafas, bunyi ronchi dan wheezing,
gerakan dada dan bentuknya. Apakah ada sekret, epistaksis,
polip, pembesaran kelenjar dan apakah ada tumor atau tidak
pada leher.
5) Sistem Cardiovaskuler

52
Melakukan pemeriksaan pada cardiovaskuler seperti : Denyut
nadi, konjungtiva pucat atau tidak, bunyi jantung I/II, tekanan
darah, capillary reffiling time.
6) Sistem Pencernaan
a) Mulut : bibir apakah lembab, kering, pecah-pecah,
observasi adanya stomatitis, jumlah gigi, dan kemampuan
menelan.
b) Gaster : Apakah nampak kembung, ada nyeri dan
auskultasi, gerakan peristaltik.
c) Abdomen : Hati teraba atau tidak, ada nyeri tekan atau
tidak.
d) Anus : Apakah ada lecet atau hemoroid.
7) Sistem Indera
a) Mata : Visus, lapang pandang
b) Hidung : Kemampuan penciuman
c) Telinga : Keadaan daun telinga, kaji kemampuan
mendengar
8) Sistem Saraf
a) Fungsi Cerebral
(1) Status mental (orientasi, daya ingat dan bahasa).
(2) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) Lakukan
pengukuran dengan menggunakan Glasgow Coma
Scale (GCS)
(3) Kemampuan bicara.
b) Fungsi Cranial
(1) Nervus I (olfactorius) penciuman dengan mata tertutup,
minta anak dengan mengidentifikasi bau seperti kopi,
alkohol, parfum atau bau lainnya; uji setiap lubang
hidung secara terpisah.
(2) Nervus II (opticus) visus dan kemampuan lapang
pandang, Periksa persepsi sinar , ketajaman
penglihatan perfier.

53
(3) Nervus III, IV, VI (Oculomotorius, Trochlear,
Abducens) Minta anak mengikuti objek (mainan) atau
sinar pada enam langkah posisi cardinal, Minta anak
melihat ke bawah dan kedalam dan minta anak melihat
kearah sisi temporal.
(4) Nervus V (Trigeminus) Minta anak menggigit dan
membuka rahangnya; periksa kesimetrisan dan
kekuatannya dengan mata tertutup, lihat bila anak
dapat mendeteksi sinar yang disentuhkan pada region
mandibular dan maksilaris, uji refleks kornea dan
kedipan dengan menyentuh kornea.
(5) Nervus VII (fasialis)
Minta anak tersenyum, membuat wajah lucu, atau
memperlihatkan gigi untuk melihat kesimetrisan
ekspresi. Minta anak mengidentifikasi larutan dengan
rasa manis atau asin.
(6) Nervus VIII (akustikus): pendengaran
Uji pendengaran; perhatikan adanya kehilangan
ekuilibrium atau adanya vertigo (pusing).
(7) Nervus IX (glosofaringeal)
Stimulasi faring posterior dengan spatel lidah; anak
harus mengalami refleks muntah. Tes rasa asam atau
pahit pada segmen posterior lidah
(8) Nervus X (Vagus)
Perhatikan suara serak, refleks muntah dan
kemampuan untuk menelan; periksa apakah ovula ada
di garis tengah; bila di rangsang dengan spatel
lidah,harus menyimpang ke atas dan sisi yang di
rangsang.
(9) Nervus XI (Aksesori)
Minta anak menahan bahu sambil memberikan tekanan
sedang; dengan tangan di letakkan di bahu ,minta anak

54
memutar kepala menghadap tekanan pada sisi yang
lain; perhatikan kesimetrisan dan kekuatannya.
(10) Nervus XII (Hipoglosal)
Minta anak menggerakkan lidah ke semua arah; minta
anak menjulurkan lidah sejauh mungkin; perhatikan
adanya penyimpangan dari garis tengah.

c) Fungsi Motorik : Massa otot, tonus otot dan kekuatan otot.


d) Fungsi Sensorik : Respon terhadap suhu, nyeri, getaran.
e) Iritasi Meningen : Apakah ada kaku kuduk.
9) Sistem Musculoskeletal
Bentuk kepala, vertebrae, lutut, kaki, tangan.
10) Sistem Integumen
a) Rambut : warna rambut, kebersihan, mudah tercabut atau
tidak
b) Kulit : warna, temperatur dan kelembaban.
c) Kuku : warna, permukaan kuku dan kebersihannya.
11) Sistem Endokrin
Keadaan kelenjar tiroid, eksresi urine, suhu tubuh.
12) Sistem Perkemihan
Odema palpebra, keadaan kandung kemih, observasi kelainan
berkemih.
13) Sistem Reproduksi
Observasi keadaan genetalia.
14) Sistem Imun
a) Alergi terhadap cuaca, debu, bulu binatang dan zat kimia.
b) Adanya penyakit yang berhubungan dengan perubahan
cuaca.
n. Tingkat Perkembangan
1) 0 – 6 tahun : DDST (Denver Developmental Screening Test)
Aspek perkembangan yang dinilai dengan menggunakan
DDST pada umur 0 – 6 tahun.

55
a) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b) Fine Motor Adapative (Gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat
c) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan sikap tubuh.
2) 6 tahun Keatas
a) Perkembangan kognitif
b) Perkembangan psikoseksual
c) Perkembangan psikososial.
o. Pemeriksaan Diagnosis
1) Pemeriksaan darah kimia darah
2) Pemeriksaan darah lengkap (Wong, Donna L. 2004)

13. Diagnosa keperawatan yang mungkin Muncul


1. Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi.
2. Kurang volume caiaran dan ketidakseimbangan elektrolit berhubungan
dengan pengeluaran cairan yang berlebihan : diare, muntah.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare
dan tidak nafsu makan.
4. Kecemasan orang tua berhubungan dengan penyebab penyakit pada anak.
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare.
6. Potensial terjadi penularan berhubungan dengan infeksi virus.

56
14. Intervensi Keperawatan
a. Dx 1 : Hypertermi Berhubungan dengan proses infeksi
Hasil yang diharapkan:
- Suhu tubuh dalam batas normal (360 –370C)
Intervensi:
- Monitor tanda-tanda vital (suhu) tiap 1-2 jam.
Rasional : Suhu yang tinggi indikator adanya infeksi.
- Periksa feses kultur.
Rasional : Mengetahui penyebab penyakit dapat digunakan untuk landasan
terapi yang tepat .
- Berikan terapi antibiotika sesuai dengan program medik
Rasional : Kuman penyakit mati , infeksi hilang, suhu akan turun.
- Berikan antipiretika dan evaluasi penurun suhu tubuh.
Rasional : Antiviretik mempengaruhi hipotalamus sebagai pusat pengaturan
suhu tubuh
b. Dx 2 : Kurangnya cairan dan elektrolit Berhubungan dengan pengeluaran
cairan Yang berlebih : diare,muntah
Hasil yang diharapkan :
- cairan dan elektrolit terpenuhi
- berat badan tidak mengalami penurunan
- diare berhenti ,feses normal
- turgor kulit normal
Intervensi :
- Monitor b.a.b (volume, warna, frekuensi, konsistensi) ada
lendir/pus/nanah.
Rasional : Indikator berat ringannya penyakit dan menentukan intervensi
selanjutnya
- Monitor pengeluaran urine (volome, darah, berat jenis).
Rasional : Urine yang sedikit atau tidak ada merupakan indikasi adanya
dehidrasi.
- Timbang berat badan perhari.
- Rasional : Berat badan menunjukkan status kecukupan cairan tubuh.

57
- Monitor intake out put.
Rasional : Indikator untuk keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Kaji status hidrasi anak.
Rasional : Terapi yang tidak adekuat mengakibatkan dehidrasi tidak
teratasi atau justru terjadi overload
- Monitor serum elektrolit.
Rasional : Deteksi dini adanya asidosis atau ketidak seimbangan elektrolit.
- Beri cairan intravena sesuai instruksi dan kaji area penusukan.
Rasional : Cairan intravena untuk mengganti cairan yang keluar akibat
diare, area penusukan indikator adekuatnya rehidrasi dan deteksi dini
injeksi.
c. Dx 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan diare dan anak tidak mau makan
Hasil yang diharapkan :
- Kebutuhan nutrisi terpenuhi yang ditandai dengan tidak terjadinya
penurunan berat badan
Intervensi :
- Jika b.a.b membaik berikan diet lunak secara bertahap.
Rasional : Mengembalikan fungsi pencernaan anak secara bertahap.
- Timbang berat badan perhari, monitor makanan yang masuk dan catat
masukan kalorinya.
Rasional : Indikator terpenuhinya kebutuhan anak
- Kaji dan catat feses anak
- Rasional : Saluran cerna post infeksi yang sudah baik akan toleran
terhadap makanan yang diberikan. Hal ini dapat dilihat dalam perubahan
feses.
- Kolaborasi dengan dokter diet untuk kebutuhan nutrisi anak
Rasional : Pemberian diet atau nutrisi yang tepat mempercepat
penyembuhan anak, sehingga tidak menggangu tumbuh kembang.
- Libatkan dan support pada anak dan keluarga dalam program
keperawatan
Rasional : Kehadiran orang terdekat akan meningkatkan rasa aman anak.

58
d. Dx 4 : Kecemasan orang tua berhubungan dengan proses penyakit pada
anak
Hasil yang diharapkan :
- Kecemasan anak dan orang tua berkurang.
- Orang tua dapat mengungkapkan kecemasannya.
- Anak menjadi jkooferatif.
Intervensi :
- Lakukan pendekatan dengan orang tua.
Rasional : Menjalin trust.
- Jelaskan prosedur dan rasioal tindakan medik yang dilakukan pada orang
tua dan anak (sesuai dengan usianya).
Rasional : Mengurangi kecemasan anak dan orang tua.
- Temani pasien dan orang tua dalam keadaan cemas
Rasional : Pasien dan orang tua merasa tenang jika ditemani
- Beri kebebasan keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan dalam
perawatan anak.
Rasional : Anak menjadi lebih tenang jika didampingi keluarga.
e. Dx 5 : Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan diare
Hasil yang diharapkan :
- Kulit bersih, kering dan utuh.
Intervensi:
- Berikan popok yang menyerap.
Rasional : Diare bersifat asam dan menyebabkan iritasi kulit.
- Jaga kebersihan perineum.
Rasional : Daerah perineum merupakan daerah yang gelap dan rentan
infeksi.
- Berikan oitmen diperianal.
Rasional : Melicinkan kulit, memungkinkan feses tidak menempel sehingga
tidak terjadi iritasi.
- Hindari pengukuran suhu peranus.
Rasional : Penekanan pada anus memberikan rangsangan pada spinter tidak
terjadi iritasi

59
f. Dx 6 Potensial terjadi penularan berhubungan dengan infeksi virus.
Hasil yang diharapkan :
Pasien tidak menunjukkan adanya tanda-tanda GI distress.
- Keluarga dapat mendemonstrasikan tehnik isolasi yang adekuat.
Intervensi :
- Isolasikan anak.
Rasional : Cegah penularan pada anak atau keluarga yang lain.
- Cuci tangan.
Rasional : Mencegah transmisi kuman.
- Diskusikan dengan keluarga tentang pentingnya mempertahankan tehnik
isolasi.
- Rasional : Bayi dan anak sangat memerlukan observasi dan perhatian
yang lebih khusus.
- Tempatkan alat tenun yang kotor (b.a.b) secara benar.

15. Implementasi Keperawatan


Pelaksanaan keperawatan adalah tindakan keperawatan yang disesuaikan
dengan rencana tindakan keperawatan yang telah disusun dan disesuaikan
dengan kondisi klien.

16. Evaluasi Keperawatan


Evaluasi keperawatan adalah proses membandingkan efek atau hasil suatu
tindakan keperawatan dengan normal atau kriteria tujuan yang sudah dibuat
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan evaluasi terdiri dari:
a) Evaluasi Formatif: Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon
segera pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
b) Evaluasi Sumatif : Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa
status kesehatan sesuai waktu pada tujuan ditulis pada catatan
perkembangan.

60

Anda mungkin juga menyukai