Anda di halaman 1dari 8

BAB I

DEFINISI

1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain
tersebut mengerti betul apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi

2. Proses komunikasi
Komunikasi dapat efektif apabila pesan diterima dan dimengerti
sebagaimanadimaksud oleh pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan sebuah
perbuatan oleh penerima pesan dan tidak ada hambatan untuk hal itu
Unsur komunikasi meliputi :
a. Sumber/komunikator (dokter,perawat, admission,Adm.Irna,Kasir,dll)
b. Isi pesan
c. Media/saluran (Elektronic,Lisan,dan Tulisan).
d. Penerima/komunikan (pasien, keluarga pasien, perawat, dokter, Admission,
Adm. watnap).

3. Sumber/ komunikator
Sumber (yang menyampaikan informasi (dokter, perawat, pendaftaran,
petugas Laboratorium, administrasi) : adalah orang yang menyampaikan isi
pernyataannya kepada penerima. Hal-hal yang menjadi tanggung jawab pengirim
pesan adalah mengirim pesan dengan jelas, memilih media yang sesuai, dan
meminta kejelasan apakah pesan tersebut sudah di terima dengan baik.

4. Isi Pesan (apa yang disampaikan) :


Panjang pendeknya, kelengkapannya perlu disesuaikan dengan tujuan
komunikasi, media penyampaian,penerimanya.

1
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
5. Media
Media berperan sebagai jalan atau saluran yang dilalui isi pernyataan yang
disampaikan pengirim atau umpan balik yang disampaikan penerima. Berita dapat
berupa berita lisan, tertulis, atau keduanya sekaligus.

6. Penerima / komunikan
Penerima berfungsi sebagai penerima berita. Dalam komunikasi, peran
pengirim dan penerima bergantian sepanjang pembicaraan. Tanggung jawab
penerima adalah berkonsentrasi untuk menerima pesan dengan baik dan
memberikan umpan balik kepada pengirim. Umpan balik sangat penting sehingga
proses komunkasi berlangsung dua arah.
Pada saat melakukan proses umpan balik, diperlukan kemampuan dalam
hal-hal berikut (konsil kedokteran Indonesia, hal 42) :
a. Cara berbicara (talking), termasuk cara bertanya (kapan menggunakan
pertanyaan tertutup dan kapan memakai pertanyaan terbuka), menjelaskan,
klarifikasi, paraphrase, intonasi.
b. Mendengar (listening), termasuk memotong kalimat.
c. Cara mengamati (observation) agar dapat memahami yang tersirat di balik
yang tersurat (bahasa non verbal di balik ungkapan kata/kalimatnya, gerak
tubuh).
d. Menjaga sikap selama berkomunikasi dengan komunikan (bahasa tubuh) agar
tidak menggangu komunikasi, misalnya karena komunikan keliru mengartikan
gerak tubuh, raut tubuh, raut muka, dan sikap komunikator.

2
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelaksanaan komunikasi dapat meliputi komunikasi antar pemberi


pelayanan kesehatan di dalam rumah sakit/RS maupun antara pemberi pelayanan
kesehatan kepada pasien, keluarga, maupun masyarakat pengunjung RS.
a. Komunikasi Antar Pemberi Pelayanan Kesehatan di dalam RS

1) Komunikasi dapat terjadi antara :


a) Dokter dengan dokter lain
b) Dokter dengan perawat
c) Dokter dengan tenaga kesehatan lain
d) Perawat dengan perawat
e) Perawat dengan tenaga kesehatan lain
f) Perawat dengan tenaga non kesehatan/administrasi
2) Prinsip pelaksanaan komunikasi antar pemberi pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit adalah :
a) Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil
pemeriksaan dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah/laporan
hasil
b) Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan dibacakan
kembali secara lengkap oleh penerima perintah/laporan hasil
c) Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh pemberi
perintah/laporan hasil

b. Komunikasi antara pemberi pelayanan kesehatan kepada pasien, keluarga,


dan masyarakat. Komunikasi itu bisa bersifat informasi (asuhan) dan edukasi
(pelayanan promosi).

1) Komunikasi yang bersifat infomasi asuhan di dalam rumah sakit adalah :


a) Jam pelayanan
b) Pelayanan yang tersedia
c) Cara mendapatkan pelayanan

3
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
d) Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan
ketika kebutuhan asuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
e) Tarif Pelayanan
f) Tata Tertib, Hak dan Kewajiban Pasien/Keluarga
Akses informasi ini dapat diperoleh melalui Customer Service, loket pendaftaran,
counter poli /IGD dan Website.

2) Komunikasi yang bersifat Edukasi (Pelayanan Promosi) :


a) Edukasi tentang obat. (Lihat pedoman pelayanan farmasi)
b) Edukasi tentang penyakit. (Lihat Pedoman Pasien)
c) Edukasi pasien tentang apa yang harus dihindari. (Lihat Pedoman
Pelayanan, Pedoman Fisioterapi)
d) Edukasi tentang apa yang harus dilakukan pasien untuk meningkatkan
kualitas hidupnya pasca dari rumah sakit. (Lihat Pedoman Pelayanan,
Pedoman Gizi, Pedoman Fisioterapi, Pedoman Farmasi).
e) Edukasi tentang Gizi. (Lihat Pedoman Gizi).
f) Edukasi pelayanan maternal (lihat Pedoman PONEK dan Antenatal
Care)
g) Edukasi pelayanan psikologi (lihat Pedoman Psikologi)
h) Edukasi penggunaan alat bantu (lihat Pedoman Rehabilitasi Medis)
i) Edukasi pelayanan Keluarga Berencana (lihat Pedoman Keluarga
Berencana)
j) Edukasi pelayanan Tumbuh Kembang Anak (lihat Pedoman Kesehatan
Anak)
Komunikasi yang bersifat edukasi ini dapat dilaksanakan secara perorangan
atau per kelompok. Akses untuk mendapatkan edukasi ini bisa melalui medical
information seperti spanduk, pamflet, leaflet , majalah “Senyum” dan nantinya
akan menjadi sebuah unit PKRS (penyuluhan kesehatan Rumah Sakit).

4
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
BAB III
TATA LAKSANA

Komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, jelas dan mudah dipahami oleh
penerima, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahpahaman. Prosesnya adalah :
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, setelah itu dituliskan
secara lengkap isi pesan tersebut oleh si penerima pesan.
b. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
c. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan.
d. Dalam menuliskan kalimat yang sulit, maka komunikan harus menjabarkan
hurufnya satu persatu dengan menggunakan alfabet yaitu Kode Alfabet
International (Sumber : Wikipedia).

5
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
9. Komunikasi saat memberikan edukasi kepada pasien & keluarganya berkaitan
dengan kondisi kesehatannya. Prosesnya :
a. Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, petugas menilai dulu kebutuhan edukasi pasien
dan keluarga berdasarkan (data ini didapatkan dari RM) :
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan.
3) Hambatan emosional dan motivasi. (Emosional: depresi, senang dan
marah)
4) Keterbatasan fisik dan kognitif.
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi.

b. Tahap Cara Penyampaian informasi dan edukasi yang efektif.


Setelah melalui tahap asesmen pasien, ditemukan :
1) Pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang, maka
proses komunikasinya mudah disampaikan.
2) Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu
dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan
leaflet kepada pasien dan keluarga sekandung (istri,anak, ayah, ibu, atau
saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
3) Jika pada tahap asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien
(pasien marah atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah
memberikan materi edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet.
Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
medical information.

c. Tahap Cara Verifikasi


Untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami
edukasi yang diberikan :
1) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
kondisi pasien baik dan senang, maka verifikasi yang dilakukan adalah:

6
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan. Pertanyaannya adalah:
“Dari materi edukasi yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu
bisa pelajari?”.
2) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi,
pasiennya mengalami hambatan fisik, maka verifikasinya adalah dengan
pihak keluarganya dengan pertanyaan yang sama: “Dari materi edukasi
yang telah disampaikan, kira-kira apa yang Bapak/Ibu bisa pelajari?”.
3) Apabila pasien pada tahap cara memberikan edukasi dan informasi, ada
hambatan emosional (marah atau depresi), maka verifikasinya adalah
dengan menanyakan kembali sejauh mana pasiennya mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan dan pahami. Proses pertanyaan ini bisa via
telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.

7
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi
BAB IV
DOKUMENTASI

Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi


yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Dengan pasien
mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses
penyembuhan pasien.
Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi pasien, wajib untuk
mengisi formulir edukasi dan informsi, dan ditandatangani kedua belah pihak antara
dokter dan pasien atau keluarga pasien. Hal ini dilakukan sebagai bukti bahwa
pasiendan keluarga pasien sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar.
Pencatatan hasil komunikasi (konsul per telepon perawat dengan dokter) :
a. Ditulis tanggal dan jam telepon, nama dan paraf perawat yang telepon
b. Advis yang diberikan dokter
c. Perawat pada kesempatan pertama meminta dokter membubuhkan nama dan
paraf / tanda tangan pada tulisan hasil konsul pada lembar instruksi dokter
(Minmed perlu membuat SPO Pengisian setiap lembar DRM).

8
MKE Managemen Komunikasi dan Edukasi

Anda mungkin juga menyukai