1. Pengertian
a. Gastroenteritis adalah inflamasi membran mukosa lambung dan usus halus (Cecily & Linda,
2009).
b. Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh enteropatogen
termasuk bakteria, virus dan parasit (Nelson, 2000).
c. Gastroenteritis adalah pasien yang mengalami diare dan muntah akut yang mengalami
peradangan pada lambung dan usus (Sodikin, 2011).
Jadi dapat disimpulkan jika Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung dan usus yang
ditandai dengan diare dan muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan elektrolit.
2. Anatomi Fisiologi
Sistem pencernaan berurusan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya untuk di
asimilasi tubuh. Saluran pencernaan terdiri atas bagian-bagian berikut diantaranya :
a. Mulut
Mulut merupakan bagian dari saluran pencernaan yang terdiri atas dua bagian luar yang sempit
(vestibula) yaitu ruang di antara gusi dan gigi dengan bibir dan pipi, serta bagian dalam yang
terdiri dari rongga mulut. Pada mulut ini terdapat palatum anterior dan posterior yang terdiri atas
membran mukosa (palatum mole). Pada saat fetus terdapat saluran dari mulut dan hidung adalah
satu dan kemudian terpisah oleh prosesus palatinus yang akan bertemu di garis tengah dan
apabila menetap palatum yang terpisah dapat terjadi sumbing.
Di mulut, makanan mengalami proses mekanis yang pertama disebut proses mengunyah dengan
cara menghancurkan makanan sehingga tidak melukai dinding saluran pencernaan dan
memungkinkan makanan sampai merata dengan bahan yang terdapat dalam saliva yang
mengandung enzim pencernaan pati amilase selama tiga bulan pertama, khususnya enzim
amilase akan memecah amilium menjadi maltose.
b. Faring
Faring merupakan bagian saluran pencernaan yang terletak dibelakang hidung, mulut dan laring.
Faring berbentuk kerucut dengan bagian terlebar di bagian atas hingga vertebra servikal keenam.
Faring langsung berhubungan dengan esofagus, sebuah tabung yang memiliki otot dengan
panjang kurang lebih 20-25 sentimeter dan terletak dibelakang trakea, didepan tulang punggung,
kemudian masuk melalui toraks menembus diagfragma yang berhubungan langsung dengan
abdomen serta menyambung dengan lambung
c. Esofagus
Esofagus merupakan bagian yang berfungsi menghantarkan makanan dari faring menuju
lambung. Esofagus berbentuk seperti slinder yang berongga dengan panjang kurang lebih dua
sentimeter dengan kedua ujungnya dilindungi oleh sfingter. Dalam keadaan normal, sfingter
bagian atas selalu tertutup, kecuali bila ada makanan masuk kedalam lambung. Keadaan ini
bertujuan untuk mencegah gerakan balik sisi organ bagian atas selalu tertutup, yaitu esofagus.
Proses penghantaran makanan dilakukan dengan cara peristaltik, yaitu lingkaran serabut otot di
depan makanan mengendor dan yang dibelakang makanan berkontraksi.
d. Ventrikulus
Lambung merupakan bagian saluran pencernaan yang terdiri atas bagian atas (disebut fundus),
bagian utama, dan bagian bawah berbentuk horizontal (antrum pilorik). Lambung berhubungan
langsung dengan esofagus melalui orifisium atau kardia dan dengan duodenum melalui orifisium
pilorik. Lambung terletak dibawah diagfragma dan di depan pankreas, sedangkan limpa
menempel pada sebelah kiri fundus.
Lambung memiliki fungsi yaitu fungsi motoris serta fungsi sekresi dan pencernaan. Fungsi
motoris lambung adalah sebagai reservoir untuk menampung makanan sampai dicerna sedikit
demi sedikit dan sebagai pencampur adalah memecah makanan menjadi partikel-partikel kecil
yang dapat bercampur dengan asam lambung. Fungsi sekresi dan pencernaan adalah mensekresi
pepsin dan HCl yang akan memecah protein menjadi pepton, amilase memecah amilum menjadi
maltosa, lipase memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol membentuk sekresi gastrin,
mensekresi faktor intrinsik yang memungkinkan absorpsi vitamin B12, yaitu di ileum, dan
mensekresi mukus yang bersifat protektif. Makanan berada pada lambung selama 2-6 jam.
Kemudian bercampur dengan getah lambung (cairan asam lambung yang tak berwarna) yang
mengandung 0,4% HCl untuk mengasamkan semua makanan serta bekerja sebagai antiseptik dan
desinfektan dalam getah lambung terdapat beberapa enzim. Diantaranya pepsin, dihasilkan oleh
pepsinogen serta berfungsi mengubah makanan menjadi bahan yang lebih mudah larut dalam
renin, berfungsi membekukan susu atau membentuk kasein dan karsinogen yang dapat larut.
e. Usus Halus
Usus halus merupakan tabung berlipat-lipat dengan panjang kurang lebih 2,5 meter dalam
keadaan hidup. Kemudian, akan bertambah panjang menjadi kurang lebih 6 meter pada orang
yang telah meninggal. Akibat adanya relaksasi otot yang telah kehilangan tonusnya. Usus halus
terletak di daerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus besar yang memanjang dari lambung
hingga katup ileo kolika.
Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu abdomen dengan panjang kurang lebih 25 cm. jejenum
dengan panjang kurang lebih 2 m dan ileum dengan panjang kurang lebih 1 m atau 3/5 akhir dari
usus. Lapisan dinding dalam usus halus mengandung berjuta-juta vili, kira-kira sebanyak 4-5 juta
yang membentuk mukosa menyerupai beludru. Pada permukaan setiap villi terdapat tonjolan
yang menyerupai jari-jari yang disebut mikrovili. Villi bersama-sama dengan mikrovili dan
valvula kaniventes menambah luasnya permukaan sekresi dan absorpsi serta menghalangi agar
isinya tidak terlalu cepat berjalan sehingga absorpsi lebih banyak terjadi.
Pada dinding usus halus, khususnya mukosa terdapat beberapa nodula jaringan limfe yang
disebut kelenjar soliter, berfungsi sebagai perlindungan terhadap infeksi. Di dalam illeum,
nodula ini membentuk tumpukan kelenjar yang terdiri atas 20-30 kelenjar soliter.
Fungsi usus halus pada umumnya adalah mencerna dan mengabsorpsi chime dari lambung. Zat-
zat makanan yang telah halus akan diabsorpsi di dalam usus halus, yaitu pada duodenum, dan
disini terjadi absorpsi besi, kalsium dengan bantuan vitamin A, D, E, dan K. dengan bantuan
empedu dan asam folat.
f. Usus Besar
kolon merupakan sambungan dari usus halus dimulai dari katup ileokolik dan ileosaekal yang
merupakan tempat lewatnya makanan. Usus besar memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter.
Kolon terbagi atas asenden, transversum, desenden dan berakhir direktum yang panjangnya kira-
kira 10 cm dari usus besar, dimulai dari kolon sigmoideus dan berakhir pada saluran anal. Fungsi
utama usus besar adalah mengabsorpsi air (kurang lebih 90%), elektrolit, vitamin dan sedikit
glukosa. Kapasitas absorpsi air kurang lebih 5000cc/hari. Flora yang terdapat di dalam usus
besar berfungsi untuk mensintesis vitamin K dan B. serta memungkinkan pembusukan sisa-sisa
makanan
g. Rektum
Terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak
dalam rongga pelvis di depan oscracum dan oscogcigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar. Terletak
didasar pelvik, dindingnya diperkuat oleh tiga spincter :
1) Spincter Ani Internus, bekerja tidak menurut kehendak.
2) Spincter Levator Ani, bekerja tidak menurut kehendak.
3) Spincter Ani Eksternus, bekerja menurut kehendak.
(Pearce C. 2004)
Organ Asesoris
a. Hati
Hati merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh yang terletak di bagian paling atas rongga
abdomen, disebelah kanan di bawah diagfragma, dan memiliki berat kurang lebih 1500 gram
(kira-kira 2,5% orang dewasa).
Hati terdiri dari dua lobus, yaitu lobus kanan dan kiri yang dipisahkan oleh ligamen falsifornis.
Pada lobus kanan bagian belakang kantung empedu terdapat sel yang bersifat fagisitosis terhadap
bakteri dan benda asing lain dalam darah. Fungsi hati adalah menghasilkan cairan empedu,
fagisitosis bakteri dan benda asing lainnya, memproduksi sel darah merah dan menyimpan
glikogen.
b. Kantung Empedu
Kantumg empedu merupakan sebuah organ berbentuk seperti kantong yang terletak dibawah
kanan hati atau lekukan permukaan bawah hati sampai pinggiran depan yang memiliki panjang
8-12 cm dan berkapasitas 40-60 cm³. kantung empedu memiliki bagian fundus, leher, dan tiga
pembungkus, yaitu sebuah luar pembungkus peritoneal, sebelah tengah jaringan berotot tak
bergaris dan sebelah dalam membran mukosa.
Fungsi kantong empedu adalah tempat menyimpan cairan empedu, memekatkan cairan empedu
yang berfungsi memberi pH sesuai dengan pH optimum enzim-enzim pada usus halus,
mengemulsi garam-garam empedu, mengemulsi lemak, mengekskresi beberapa zat yang tak
digunakan oleh tubuh, dan memberi warna pada feses, yaitu kuning kehijau-hijauan (dihasilkan
oleh pigmen empedu). Cairan empedu mengandung air, garam empedu, lemak, kolesterol,
pigmen fosfolipid, dan sedikit protein.
c. Pankreas
Pankreas merupakan kelenjar yang strukturnya sama seperti kelenjar tubuh dan memiliki panjang
kurang lebih 15 cm. pankreas terdiri atas tiga bagian, yaitu bagian kepala pankreas yang paling
lebar, badan pankreas yang letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra lumbalis
pertama, serta bagian ekor pankreas yang merupakan bagian runcing di sebelah kiri dan
menyentuh limpa.
Pankreas memiliki dua fungsi, yaitu fungsi eksokrin yang dilaksanakan oleh sel sekretori yang
membentuk getah pankreas yang berisi enzim serta elektrolit dan fungsi endokrin yang tersebar
diantara alveoli pankreas. (Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).
3. Insiden
Gastroenteritis akut adalah penyakit utama kedua yang paling sering menyerang anak-anak
setelah flu. Sekitar separuh dari Gastroenteritis terjadi dalam tiga sampai empat bulan pada
puncak musim dingin dengan angka penyakit tertinggi pada anak antara usia tiga bulan sampai
dua tahun yang dimana retrovirus yang merupakan agens kausatif Gastroenteritis akut yang
masuk rumah sakit sekitar 50% antara 5% dan 10% anak yang masuk rumah sakit adalah karena
terinfeksi adenovirus enterik dan 15% lainnya disebabkan oleh bakteri (Cecily & Linda, 2009).
4. Etiologi
Penyebab utama Gastroenteritis akut adalah :
a. Virus (Rotavirus, Adenovirus enterik, Virus Norwalk,dll)
b. Bakteri atau toksinnya (Campylobacter, Salmonella, Shigella, Escherichia coli, Yersinia, dll)
c. Parasit ( Giardia lamblia, Cryptosporidium, Tamoeba histolytica).
Penderita biasanya tidak perlu mempunyai tinjanya untuk diperiksa telur dan parasit kecuali
kalau ada riwayat perjalanan ke daerah endemik baru-baru ini, biakan tinja negative untuk
enteropatogen lain dan diare menetap selama lebih dari seminggu. Mereka merupakan bagian
dari ledakan serangan Diare atau mereka menderita gangguan imun. Pemeriksaan lebih dari satu
spesismen tinja mungkin perlu untuk menegakkan diagnosis. Obat-obat tertentu, senyawa anti
diare, dan barium dapat menganggu identifikasi enteropatogen parasit.
5. Patofisiologi
Penyebab utama Gastroenteritis akut adalah virus, bakteri atau toksinnya serta parasit. Patogen-
patogen ini menimbulkan penyakit dengan menginfeksi sel-sel, menghasilkan enterotoksin atau
sitotoksin yang merusak sel, atau melekat pada dinding usus. Pada Gastroenteritis akut, usus
halus adalah alat pencernaan yang paling sering terkena. Gastroenteritis akut ditularkan melalui
fekal oral dari orang ke orang melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Enteropatogen yang
masuk ke dalam mulut dapat merusak dapat merusak mekanisme pertahanan dan melalui proses
mekanisme yang berlangsung berurutan sehingga menyebabkan terjadinya diare. Proses tersebut
meliputi adhesi, menginvasi epitalium, kemudian berpoliferasi, memproduksi toksin, sel absorpsi
mengalami kerusakan, merangsang proses sekretoris, mengadakan interferensi dengan air,
elektrolit dan transport, atraksi khemotaktik lekosit dan pembebasan sitokin, merangsang respon
inflamatoris lokal dan sistemik, merusak pembuluh darah dan terjadi perdarahan (Suraatmaja,
Sudaryat. 2007).
Patofisiologi muntah & diare
Muntah adalah suatu refleks kompleks yang diperantarai oleh pusat muntah di medula oblongata
otak. Implus-implus aferen berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Implus-
implus aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respons terhadap distensi
berlebihan atau iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap distensi berlebihan atau
iritasi, atau kadang-kadang sebagai respons terhadap rangsangan kimiawi oleh emetik (bahaya
yang menyebabkan muntah). Misalnya ipekak. Hipioksia dan nyeri juga dapat merangsang
muntah melalui pengaktifan pusat muntah. Muntah juga dapat terjadi melalui perangsangan
langsung bagian-bagian otak yang terletak dekat dengan pusat muntah di otak. Obat-obat tertentu
mencetuskan muntah dengan mengaktifkan pusat ini, yang disebut Chemoreseptor trigger zone,
yang terletak di dasar ventrikel ke empat. Muntah yang timbul akibat perubahan gerak yang
cepat diperkirakan berlangsung melalui perangsangan Trigger zone ini. Pengaktifan
chemoreceptor trigger zone dapat secara langsung mencetuskan muntah, atau secara tidak
langsung melalui pengaktifan pusat muntah. Input dari pusat-pusat otak nyang lebih tinggi di
korteks dan peningkatan tekanan intrakranium (TIK) juga dapat merangsang muntah, mungkin
dengan secara langsung merangsang pusat muntah. Muntah proyektil terjadi apabila pusat
muntah dirangsang secara langsung dan sering oleh peningkatan TIK. Apabila refluks muntah
telah diawali oleh refluks muntah, maka muntah tersebut terjadi melalui peningkatan beberapa
saraf kranialis ke wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot
abdomen dan diagfragma. Eksitasi jaras-jaras ini menyebabkan timbulnya respons muntah yang
terkoordinasi. Gejala-gejala tertentu biasanya mendahului muntah, termasuk mual, takikardia,
dan berkeringat.
Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi akibat adanya zat
terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja yang disebut diare osmotik atau karena iritasi
saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau
usus besar. Iritasi usus oleh patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motalitas. Peningkatan motalitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan
zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat
shock hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin kolera yang dikeluarkan oleh bakteri kolera
adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang mortalitas dan secara langsung menyebabkan
sekresi air dan elektrolit kedalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini
terbuang dalam jumlah besar. Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis yang
diperantarai oleh stimulasi usu dan saraf parasimpatis (Elizabeth J, Corwin. 2001).
Virus-virus yang menyebabkan diare pada manusia secara efektik menginfeksi dan
menghancurkan sel-sel ujung villus pada usus halus. Biopsy usus halus menunjukkan berbagai
tingkat penumpulan villus dan infiltrate sel bundar pada lamina propria. Perubahan-perubahan
patologis yang diamati tidak berkolerasi dengan keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya
sembuh sebelum penyembuhan diare. Mukosa lambung tidak terkena walaupun biasanya
digunakan istilah Gastroenteritis, walaupun pengosongan lambung tertunda telah didokumentasi
selama infeksi virus Norwalk (Nelson. 2000).
6. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala Gastroenteritis adalah :
a. Konsistensi feses cair (diare) dan frekuensi defekasi meningkat
b. Muntah (umumnya tidak lama)
c. Demam (mungkin ada atau tidak)
d. Kram abdomen, tenesmus
e. Membran mukosa kering
f. Fotanel cekung (bayi)
g. Berat badan turun
h. Malaise
Macam dehidrasi dapat ditentukan berdasarkan derajatnya :
a. Dehidrasi ringan
1) Kehilangan cairan mencapai 5% BB atau 1,5-2 liter
b. Dehidrasi sedang
1) Kehilangan cairan 2-4 liter atau antara 5-10% BB
2) Serum natrium mencapai 152-1558 mEq/lt
3) Mata cekung
c. Dehidrasi berat
1) Pengeluaran atau kehilangan cairan sebanyak 4-6 lt
2) Serum natrium mencapai 159-166 mEq/lt
3) Hipotensi
4) Turgor kulit buruk
5) Oliguria
6) Nadi & pernapasan meningkat
7) Kehilangan cairan mencapai >10% BB
(Hidayat, A. Aziz Alimul, 2006).
7. Komplikasi
Akibat dari Gastroenteritis yang tidak di tangani degan segera adalah sebagai berikut :
a. Dehidrsi berat, ketidakseimbangan elektrolit
b. Shock hipovolemik yang terdekompensasi (hipotensi, asidosis metabolik, perfusi sistemik
buruk)
c. Kejang demam
d. Bakterimia
e. Gagal ginjal akut
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Darah semar feses, untuk memeriksa adanya darah (lebih sering pada Gastorenteritis yang
berasal dari bakteri)
b. Evaluasi volume, warna, konsistensi, adanya mukus atau pus pada feses
c. Hitung darah lengkap dengan diferensial
d. Uji antigen immunoassay enzim untuk memastikan adanya retrovirus
e. Kultur feses (jika anak dirawat di rumah sakit, pus dalam feses, atau diare yang
berkepanjangan) untuk menentukan patogen.
f. Evaluasi feses terhadap telur cacing dan parasit
g. Aspirasi doudenum (jika di duga G. lamblia)
h. Urinalisis dan kultur (berat jenis bertambah karena dehidrasi, organisme shigella keluar
melalui urine).
9. Penatalaksanaan
Bila anak hanya mengalami dehidrasi ringan pelaksanaan dilakukan dengan rawat jalan, rehidrasi
dapat dilakukan peroral dengan larutan rehidrasi oral (Pedialyte, Ricelyte). Cairan rehidrasi oral
diberikan sedikit tapi sering (5 sampai 15 ml). bagi yang mendapat ASI dapat terus disusui
selama periode diare. Dalam hal dehidrasi berat, anak dirawat di Rumah Sakit untuk
mendapatkan terapi intravena (IV) demi mengatasi dehidrasinya. Jumlah dehidrasi dihitung dan
cairan diganti dalam 24 jam, bersamaan dengan pemberian cairan rumitan.
Jika ada shock, segera dilakukan resusitasi cairan (20 ml/kg larutan salin normal atau larutan
Ringer Laktat; ulangi bila perlu). Pada kasus-kasus ini, bila pemasangan jalur IV todak berhasil,
rite intraoseus dapat dipakai untuk memberikan cairan dalam keadaan darurat pada anak yang
berusia kurang dari 6 tahun. Bila perfusi sistemik telah membaik, berarti koreksi dehidrasi telah
dimulai.
Setelah rehidrasi selesai, diet dapat dilanjutkan dengan diet biasa yang mudah dicerna, makanan
yang paling baik ditoleransi adalah karbohidrat kompleks (nasi, gandum, sereal, kentang dan
roti), yogurt, daging tidak berlemak, buah-buahan, dan sayuran. Diet klasik adalah BRAT
(banana/pisang, rice/nasi, applessauce/SAUS APEL, dan toast/roti panggang), walaupun dapat
ditoleransi dengan baik, mengandung protein, lemak, dan kalori yang rendah untuk energi jus,
minuman berenergi, dan softdrink harus dihindari.
Pemberian cairan rehidrasi dari ASI dan makanan per oral telah dilaporkan menurunkan durasi
Diare. Pengembalian ke makanan oral normal adalah penting, khususnya pada kasus sebelum
terjadinya malnutrisi.
Pemberian antimietik dan antispasmodik biasanya tidak dianjurkan. Antibiotik juga tidak
diindikasikan pada sebagian besar kasus karena Gastroenteritis bakterial maupun viral dapat
sembuh dengan sendirinya. akan tetapi, antibiotik digunakan untuk mengobati penyakit yang
disebabkan oleh organisme Shigella, E. coli, organisme Salmonella, (dengan sepsis atau infeksi
setempat), dan G. Lamblia, antibiotik dapat memperpanjang status karier pada infeksi
Salmonella.
2. Diagnosa Keperawatan
Beberapa Diagnosis Keperawatan akan tampak dengan jelas berdasarkan pemeriksaan fisik yang
seksama.
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dari
traktus GI ke dalam feses atau muntahan
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat
c. Resiko menularkan infeksi yang berhubungan dengan mikroorganisme yang menginvasi
traktus GI
d. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang sering dan
feses yang cair
e. Ansietas yang berhubungan dengan keterpisahan anak dari orangtuanya, lingkungan yang
tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress
f. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan krisis situasi dan kurangnya informasi.
(Donna L, Wong, dkk. 2009).
3. Perencanaan
Setelah perumusan Diagnosis Keperawatan, selanjutnya adalah Pelaksanaan Intervensi yang
ditetapkan sebagai acuan tindakan guna menghilangkan Masalah Keperawatan klien :
a. Kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan dari
traktus GI ke dalam feses atau muntahan
Tujuan : pasien memperlihatkan tanda rehidrasi dan mempertahankan hidrasi yang adekuat
Kriteria hasil : Anak memperlihatkan tanda hidrasi yang adekuat
1. Membrane mukosa lembab
2. Turgor kulit adekuat
3. Kadar elektrolit sesuai usia
4. Tidak ada tanda dehidrasi
5. TTV normal
6. Haluaran urin sebesar 1-2 ml/kg/jam.
Intervensi :
Intervensi Rasional
1
1. Pantau asupan dan haluaran cairan anak
3. Kaji warna kulit anak, turgor kulit, fontanel, tingkat kesadaran, waktu pengisian ulanga
kapiler, dan membrane mukosa, pada setiap
1
pergantian dinas. Beri tahu dokter dengan segera setiap perubahan signifikan pada status anak
4. Pantau anak untuk mendeteksi demam
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kehilangan cairan
akibat diare dan asupan cairan yang tidak adekuat
Tujuan : Pasien mengkonsumsi nutrien dalam jumlah yang adekuat untuk mempertahankan berat
badan yang tepat menurut usianya.
Kriteria hasil : Anak akan mempertahankan asupan nutrisi adekuat yang ditandai oleh BB stabil
Intervensi Rasional
1
1. Timbang BB anak setiap hari dan pantau asupan serta haluaran dengan cermat
2. Konsultasikan dengan ahli diet di rumah sakit tentang kebutuhan diet anak
3. Puasakan anak sampai muntah reda, kemudian dengan perlahan beri cairan jernih
1
mengandung tinggi karbohidrat ke dalam diet, misalnya nasi putih, kentang sebagai alternative.
Perkenalkan diet BRAT 2
1. pemantauan berat badan, asupan dan haluaran setiap hari menentukan status nurisi anak
2. Anak membutuhkan perencanaan diet yang cermat untuk memastikan bahwa ia menerima
nutrisi yang adekuat, walaupun ia muntah atau diare
3. Status puasa memungkinkan sistem gastrointestinal beristirahat dan mengurangi muntah.
Cairan jernih kurang mengiritasi saluran cerna daripada makanan padat dan membantu
mengganti cairan yang hilang
4. Diet tinggi-karbohidrat
2
membuat feses kental. Diet BRAT membantu mengurangi efek diare. Pisang menggantikan
kalium, beras dan saus apel meningkatkan konsistensi feses, the menggantikan cairan yang
hilang dan mengurangi inflamasi. Roti panggang dapat meredakan iritasi.
d. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi yang sering dan
feses yang cair
Tujuan : Kulit pasien tetap utuh
Kriteria hasil : Anak tidak memperlihatkan gejala rupture kulit
Intervensi Rasional
1
1. Ganti popok dengan sering
1
2. Bersihkan bokong perlahan-lahan dengan sabun lunak, non-alkalin dan air atau celupkan anak
dalam bak untuk pembersihan yang lembut
3. Beri salep seperti seng oksida
4. Hindari menggunakan tisu basah yang dijual bebas yang mengandung alkohol pada kulit yang
terekskoriasi
5. Berikan obat anti jamur yang tepat 2
1. Untuk menjaga agar kulit
2
tetap bersih dan kering
2. Karena feses diare sangat mengiritasi kulit
3. Untuk melindungi kulit dari iritasi (tipe salep dapat bervariasi untuk setiap anak dan
memerlukan periode percobaan)
4. Karena akan menyebabkan rasa menyengat
e. Ansietas yang berhubungan dengan keterpisahan anak dari orangtuanya, lingkungan yang
tidak biasa, dan prosedur yang menimbulkan distress
Tujuan : Pasien memperlihatkan tanda rasa nyaman
Kirteria hasil : ansietas dapat terkontrol
1. Anak memperlihatkan tanda distress fisik atau emosional yang minimal
2. Keluarga berpartisipasi sebanyak mungkin dalam perawatan anak
Intervensi Rasional
1
1. Dorong kunjungan keluarga dangan dan partisipasi keluarga dalam perawatan sebanyak yang
mampu dilakukan keluarga
2. Sentuh, gendong dan bicara pada anak sebanyak mungkin
3. Beri stimulasi sensoris dan pengalihan yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak dan
kondisinya 2
1. Untuk mencegah stress yang berhubungan dengan perpisahan
3. Jelaskan pentingnya pemantauan anak bila ada mual yeng terus-menerus, muntah atau diare,
kram otot,
1
dan frekuensi napas yang tidak teratur. Anjurkan mereka untuk melaporkan tanda dan
gejala tersebut kepada dokter dengan segera
4. Ajarkan orangtua cara mengatasi muntah dan diare di rumah 2
1. Untuk mendorong kepatuhan terhadap program terapeutik, khususnya di rumah