Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK

BIMBINGAN ANTISIPASI DAN PENCEGAHAN


KECELAKAAN,
IMUNISASI PADA ANAK

DISUSUN OLEH

HIDAYAH RAMADHAN (0980200045)

DOSEN : Ns. TUTI ANGGRAINI, S.Kep

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADYAH BENGULU
T/A 2011/2012
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah yang membahas mengenai “Atraumatic care”. Kami sebagai penulis
meminta maaf jika ada kesalahan dalam pembuatan makalah ini.

Kritik dan saran dari pembaca selalu kami harapkan, agar pembuatan makalah-makalah selanjutnya dapat
lebh baik lagi. Serta kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami
dalam proses pembuatan makalah ini.

Bengkulu, 16 april 2012

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Halaman Judul

Daftar Isi

BAB 1 Pendahuluan............................................................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................................................1

BAB II Pembahasan............................................................................................................................2

A. Pengertian Atraumatic Care

B. Prinsip-Prinsip Atraumatic care.............................................................................................5

C. Antisipasi Anak Terhadap Kecelakaan..................................................................................7

D. Mencegah Terjadinya Cedera Pada Anak.............................................................................8

E. Peran Perawat Anak...............................................................................................................12

BAB III Askep....................................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan sarana transportasi, peralatan rumah tangga, dan industry yang disertai
perbaikan social ekonomi dan perubahan gaya hidup ternyata membawa pengaruh terhadap
angka cedera pada bayi. Fasilitas semula bertujuan untuk mempermudah manusia, ternyata
menyebabkan meningkatnya angka kesakitan dan kematian akibat kecelakaan dan cedera pada
anak-anak. Keadaan ini tentu dapat menggangu proses tumbuh kembang anak di kemudian hari.

Di masa mendatang kecelakaan dan cedera pada anak-anak akan menjadi salah satu masalah
kesehatan yang penting. Karenanya, tindakan pencegahan dan penanganan pertama perlu di
pahami oleh masyarakat terutama orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak.

Kecelakaan dan cedera pada anak dapat terjadi di mana saja dan kapan saja. Sampai umur
empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya, dan ini cukup rawan. Setiap
saat bahaya dapat mengintai si kecil, mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan, benda-
benda di sekitar rumah, cuaca, hewan, serta tumbuhan.

Menurut hasil survey kesehatan rumah tangga tahun 1986 oleh Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes R.I., kasus kecelakaan dan cedera pada anak usia 1-4 tahun di
Indonesia adalah 190 per 100.000 dan pada anak usia 5-14 tahun adalahsetengah kalinya. Cukup
tingginya angka kesakitan pada anak akibat kecelakaan dan cedera mendorong para orang tua
untuk memahami cara melakukan pertolongan pertama.

B. TUJUAN

Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian atraumatic care dan pencegahan
terjadinya kecelakaan.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A) Pengertian atraumatic care


Atraumatic care adalah asuhan keperawatan yang tidak menimbulkan trauma pada anak
dan keluarganya merupakan asuhan yang teurapetik karena bertujuan sebagai therapi pada anak.
Atraumatic care merupakan bentuk perawatan teurapetik yang diberikan oleh tenaga
kesehatan dalam tatanan kesehatan anak, melalui penggunakan tindakan yang dapat mengurangi
stres fisik maupun stres psikologis yang dialami anak maupun orang tuanya. Atraumatic care
bukan suatu bentuk intervensi yang nyata terlihat, tetapi memberikan perhatian pada apa, siapa,
dimana, mengapa dan bagaimana prosedur dilakukan pada anak dengantujuan mencegah dan
mengurangi stres fisik maupun psikologis.

B) Prinsip-prinsip atraumatic care


Atraumatic care sebagai bentuk perawatan therapeutik dapat diberikan pada anak dan
keluarga dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan yang diberikan,
seperti memperhatikan dari dampak tindakan yang diberikan dengan melihat prosedur tindakan
atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya trauma.
Prinsip-prinsip yang dilakukan oleh perawat yaitu :

1. Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga


Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan psikologis seperti
kecemasan, ketakutan, dan kurangnya kasih sayang. Gangguan ini akan menghambat proses
penyambuhan anak dan dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

2. Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontril perawatan anak

5
Melalui peningkatan kontrol orang tua pada diri anak diharapkan anak mampu mandiri
dalam kehidupannya, anak akn selalu berhati-hati dalam melakukan aktivitas sehari-hari, slalu
bersikan waspada dalam segala hal, serta pendidikan terhadap kemampuan dan keterampilan
orang tua dalam mengawasi perawatan anaknya.

3. Mencegah dan mengurangi cedera (injury) nyeri (dampak psikologis)


Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang harus dilakukan dalam keperawatan anak.
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan secara cepat akan tetapi dapat
dikurangi melalui berbagai teknik misalnya distraksi, relaksasi, imaginary.
Apabila tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri akan berlangsung
lama pada anak sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.

4. Tidak melakukan kekerasan pada anak


Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat berarti dalam
kehidupan anak. Apabila ii terjadi pada saat anak dalam proses tumbuh kembang maka
kemungkinan pencapaian kematangan akan terlambat, dengan demikian tindakan kekerasan pada
anak sangat tidak dianjurkan karena akan memperberat kondisi anak.

5. Modifikasi lingkungan fisik


Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan keceriaan,
perasaan aman, dsan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak selalu berkembang dan
merasa nyaman di lingkungannya.
Faktor predisposisi terjadinya trauma pada anak yang mengalami hospitalisasi diantaranya
dampak lingkungan fisik rumah sakit dan perilaku petugas itu sendiri sering kali menimbulkan
trauma pada anak. Lingkungan rumah sakit yang asing bagi anak maupun orang tuanya dapat
menjadi stressor.
Demikian juga dengan pakaian tim kesehatan, yaitu baju seragam putih dapat menjadi
stressor bagi anak, sedangkan orang tua dapat menjadi stress apabila mendapat informasi
menganai kondisi anaknya (Supartini, 2004)

6
C) Antisipasi Anak Terhadap Kecelakaan

1.1 Pengertian

Telah dikemukakan bahwa perawat mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk membntu orang
tua memahami tumbuh kembang anak dan melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan anak

Bimbingan antisipasi dan pencegahan kecelakaan atau anticipatory guidance adalah bantuan
perawat terhadap orang tua dalam mempertahankan dan meningkatkan kesehatan melalui upaya
pertahanan nutrisi yang adekuat, pencegahan kecelakaan, dan supervisi kesehatan ( Marlow, 1988).

Pertumbuhan dan perkembangan anak mempunyai karakteristik yang khas, yang memerlukan
kecermatan orang tua untuk mengenalinya sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan yang sangat
potensial untuk dialami oleh anakusia Toodler. Demikian juga latihan berkemih dan defekasi (toilet
training) penting dilakukan orang tua karena pada usia Toodler ini anak mulai dapat diajarkan untuk
mengontrol sfingter ani dan sfingter uretra.

Oleh karena itu, penting bagi perawat memahami pentingnya bimbingan antisipasi dan toilet
trainingbagi orang tua dalam membantu anak untuk bertumbuh dan berkembangsesuai dengan
tahapannya.

1.2 Kecendrungan Kecelakaan Pada Anak Todler

Kecelakaan pada anak usia Todler sering kali mengkibatkankondisi yang fatal, yaitu kematian.
Kondisi yang dimaksud, diantaranya tertabrak mobil/motor, lika bakar, keracunan, jatuh, dan
tenggelamkondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat
pertumbuhan danperkembangan anak, khusunya usia Todler. Pemahaman tentang tingkat perkembangan
anak tentunya perlu diikuti dengan pemahaman tentang pentingnya antisipasi terhadap bahayayang dapat
muncul karena aktivitas gerak yang khas dari anak usia Todler, yaitutidak bisa diam dan bergerak terus.

Olehkarena itu, orangtua harusdiberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak.
Tidak hanya orang tua, anak pun harus diberikan pemahaman tentang cara melindungi diri dari
kecelakaan. Tentu saja cara penyampaiannyaharus menggunakan bahasa yang sederhana dan dapat
dimengerti oleh anak.

Kecendrungan terjadikecelakaan pada anak usia Todler dilatarbelakangioleh kondisi berikut:

7
1. Anak Todler sedang mengembangkan keterampilan motorik kasarnya yang membuat
motorik kasarnya yang membuat mereka bergerak terus, berlari, berjinjit, naik turun tangg,
pagar, atau mainan, serta sepedanya.
2. Anak usiaTodler mengalami peningkatan kemampuan motorik halus ketika mereka semakin
terampil menggengam sesuatu, membuka dan menutup botol, membuka dan menutup lemari
yang tidak dikunci, dan pintu, sertamenggenggam dan melemparbenda-benda kecil. Dengan
demikian, mereka mencobaterus kemampuan motorik halusnya dengan benda-benda yang
ada di sekelilingnya, sementara mereka belum mengetahui bahayayang mengancamnya.
3. Anak Todler mempunyai rasa ingin tahu yang besar dibandingkan dengan anak pada usia
lainnya, dan senang mencoba melakukan sesuatu yang belum dikenalnya, padahal ia belum
mengetahui hal-hal yang membahayakannya.
4. Anak laki-laki cenderung lebih berpotensi mengalami kecelakaan dari pada perempuan
karena lebih aktif bergerak.
5. Anak yang tidak dijaga sewaktu bermain saatorang tuanyaberkerja, sibuk dengan kegiatan
lain, terlalu letih atau merasa ada orang lain yang menjaganya.
6. Resiko kecelakaan akan lebih besar terjadi saat anak lapar dan lelah karena padasaat itu
kemampuan tenaga menurun dan mungkin anak merasa lemah dan lesu.
7. Anak merasa asing dengan lingkungan atau orang yang menjaganyakarena tidak
mengenalnya dengan baik.
8. Anak belum tahu dan belum berpengalaman dalam upaya melindungi dri sendiri dari bahaya
kecelakaan.

D) Mencegah Terjadinya Cedera Pada Anak

Kebanyakan kecelakaan pada anak dapat di cegah dan orang tua merupakan orang terpenting
dalam melindungi anaknya. Itu sebabnya penting bagi orang tua untuk mengetahui apa saja yang
potensial menimbulkan cedera/kecelakaan pada anaknya. Walaupun demikian paparan berikut
tidak bermaksud membuat orang tua menjadi terlalu khawatir.

Memang banyak orang tua yang terlalu berlebihan melindungi anaknya, padahal anak
membutuhkan kebebasan dalam derajat tertentu, untuk belajar dari pengalaman dalam
mengambil resiko. Dari pengalaman dalam resiko. Dari pengalaman itu anak akan dapat
mengembangkan cara mereka sendiri untuk hidup aman.

8
Kebebasan untuk diberikan sesuai dengan usia dan kepribadiannya. Namun, untuk setiap
bahaya, pikirkan akibatnya, lindungi, ajarkan, dan bebaskan. Sebagai contoh, amak jangan
diizinkan main di tangga sebelum ia berusia 10-12bulan. Setelah 12-18 bulan anak harus
ditemani dan dipegangi saat naik-turun tangga. Namun, bila sudah usia 18 bulan anak sudah naik
turun tangga sendiri sambil di awasi.

a. Di Jalan Raya
1. saat bejalan kaki
 Periksa rem kereta bayi ketika akan jalan di jalan raya sehingga saat di tinggalkan di
tempat yang landai tidak menggelinding ke jalan raya.
 Anak yang baru mulai berjalan perlu memakai tali kendali, mereka sangat implusif
dan bisa seenaknya menyebrangi jalan.
 Usia kurang dari 5 tahun jangan di biarkan menyebrang jalan sendiri, karena anak
belum mampu menilai situasi jalanan.
 Usia 5-7 tahun anak bisa di ajar menyeberang pada jalan yang sepi.
 Usia 7-9 tahun mereka harus cakap menyeberangi jalan sepi.
2. Bersepeda
 Pada prinsipnya, mengendarai sepeda cukup aman. Anak-anak boleh di anjurkan
bersepeda di taman, kebun, dan tempat yang aman sejak mereka menguasai
keseimbangan badan. Bahaya utama adalah mengendarai sepeda di jalan raya.
 Beberapa kelengkapan yang harus duperiksa sebelum bersepeda adalah helm
pengaman, pakaian, pelindung siku, rem, roda, dalam keadaan baik, kaca spion dan
tinggi sadel sesuai.
3. Di dalam mobil
 Bayi harus ditaruh dalam keranjang bayi (carrycot) yang diikatkan pada kursi
belakang mobil.
 Anak yang sudah bisa duduk, harus duduk terikat dengan kursi anak. Makin besar
anak bisa memakai sabuk pengaman untuk orang dewasa. Namun, sebaiknya anak
tidak duduk di kursi depan.

9
b. Di Rumah

1. Terjatuh

 Anak sering terjatuh di dalam rumah. Kebanyakan ringan, tetapi ada yang bisa
mengakibatkan patah tulang tengkorak, atau anggota badan atau bahkan mematikan.
Jangan tinggalkan bayi sendiri dalam buaian atau kursi, ia mungkin bisa terpelanting
jatuh.
 Bila bayi sudah mulai merangkak, gunakan pintu atau penghalang pada ujung tangga
atas dan bawah tangga.
 Bila bayi tidur usahakan di beri penghalang seperti teralis atau pagar pada boks bayi
atau bantal agar bayi tidak mudah terjatuh.
 Dengan meningkatnya usia, anak mulai tidur bergulingan sehingga perlu dilindungi
dengan kasur atau matras di bawahtempat tidur yang agak tinggi.

2. Listrik

Adalah bahaya yang tidak dimengerti oleh anak kecil. Keingintahuan mereka dapat
berakibat fatal. Usahakn agar tidak ada kabel listrik atau soket yang telanjang atau
terkupas. Alat-alat listrik tidak boleh ada atau di pasang di kamar mandi atau dekat
dengan air. Stop kontak atau lubang sambungan listrik yang berada di bawah dekat lantai
sebaiknya tertutup.

3. luka bakar

 Jangan biarkan nak bermain dengan korek api, lampu minyak, atau dekat kompor.
 Jangan biarkan anak yang mulai dapat berjalan bermain sendiri tanpa pengawasan
sampai usia 5 tahun.
 Jika memakai taplak meja di dapur, pilih yang terbuat dari plastic dan sematkan ke
meja sehingga taplak tidak bisa tertarik dan menumpahkan air panas.
 Jauhkan termos air panas dari jangkauan atau tempat yang dapat dicapai anak.

10
 Jangan menyimpan bensin, racun atau bahan berbahaya di tempat yang bisa di capai
oleh anak sebaiknya tempatkan dalam ruangan khusus.

c) Di Luar Rumah

1. Tumbuh-tumbuhan

Pada keluarga yang gemar akan flora biasanya mengoleksi berbagai jenis tanaman di
rumahnya. Dagi anak yang mulai berjalan hal tersebut menarik apalagi bila ada di
dekatnya, seperti di atas meja, dekat ruang tam, dan tempat lain. Hati-hatilah meletakkan
tumbuhan yang berduri, seperti kaktus, bunga mawar agar anak terhindar dari luka gores.

2. Hujan

Biasanya anak laki-laki suka bermain air di musim hujan. Keceriaan mereka sering
kali melupakan bahay mengintai mereka setiap saat. Laranglah anak bermain dekat
selokan, sungai, danau apalagi anak anda belum bisa berenang karena beresiko besar
untuk tenggelam. Laranglah anak bermain di tempat terbuka sewaktu hujan karena
beresiko terkena kilatan petir.

3. Alat dan Tempat Bermain

Biasanya untuk menghibur anak kita sering membawanya ke tempat bermain atau
taman. Awasilah anak ketika bermain, pastikan alat bermain yang di gunakan anak aman
(tidak tajam, tidak patah, atau tidak licin) serta tidak terdapat binatang atau serangga yang
berbahaya.

11
E) Peran Perawat Anak

Perawat adalah salah satu anggota tim kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang
tua. Beberapa peran penting seorang anak, yaitu sebagai pembela (advocacy), pendidik,
konselor, kordinator, pmbuat keputusan etik, perancang kesehatan, Pembina hubungan
terapeutik, pemantau, evaluator dan peneliti. Perawat dituntut sebagai pembela bagi
anak/keluarga pada saat meereka membutuhkan pertolongan, tidak dapat mengambil
keputusan/menentukan pilihan, dan meyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang
tersedia, pengobatan, dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan keluarga.

Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberi


penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak maupun secara tidak langsung
dengan menolong orang tua/anak memahami pengobatan dan perawatan anaknya.
Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar
tentang penyakit anaknya, perawtan anak selama di rawat di rumah sakit serta perawatan
lanjut untuk persiapan pulang kerumah. Tiga domain yang dapat diubah oleh perwat melalui
pendidikan kesehatan adalah pengetahuan, keterampilan serta sikap keluarga dalam hal
kesehatan, khususnya perawatan anak sakit.

Suatu waktu anak dan keluarganya mempunyai kebutuhan psikologis berupa


dukungan/dorongan mental. Sebagai konselor, perawat dapat memberi konseling
keperawatan ketika anak dan orang tuanya membutuhkan. Hal inilah yang membedakan
layanan konseling dengan pendidikan kesehatan. dengan cara mendengarkan segala
keluhan,melakukan sentuhan, dan hadir secara fisik,perawat dapat saling bertukar-pikiran
dan pendapat dengan orang tua anak tentang masalah anak dan keluarganya, dan membantu
mencarikan alternative pemecahannya.

Dengan pendekatan interdisiplin, perawat melakukan koordinasi dan kolaborasi


dengan anggota tim kesehatan lain, dengan tujuan terlaksanya asuhan yang holistic dan
komprehensif. perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi koordinator pelayanan

12
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien. Keluarga adalah mitra pesawat oleh
karena itu karena sama dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya perawat
membutuhkan informasi dari keluarga saja, melainkan seluruh rangkaian proses
perawatan anak harus melibatkan keluarga secara aktif.

Masa kanak-kanak merupakan suatu masa di mana terjadi berbagai proses


pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Seperti halnya orang dewasa, anak juga dapat
terserang penyakit. Berbeda jenis penanganannya, perawatan pada anak memerlukan
keterampilan yang lebih dari perawat. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, terkadang
anak masih sangat bergantung pada keberadaan orang terdekat. Oleh karena itu, penting
sekali bagi perawat untuk mengetahui tugas atau tahap-tahap perkembangan anak, agar
dapat memberikan perawatan tanpa menimbulkan rasa takut atau trauma pada anak. Tumbuh
Kembang & terapi Bermain pada Anak menjelaskaan tentang tumbuh kembang anak,
hospitalisasi pada anak, dan reaksi emosional anak sesuai dengan tingkatan usia.

13
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Identitas
Nama : an.S
Umur : 8 tahun
Pekerjaan : siswa
Agama : Islam
Alamat : Perumnas Polda bengkulu KM9

b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien masuk RSUD M.Yunus pada tanggal 29 Maret 2012 di antar oleh keluarga
dengan keluhan Panas Tinggi
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sebelumnya tidak pernah masuk RS
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keturunan, menular ataupun menahun

c. Analisa data
a. Ds
 klien mengatakan takut
 klien mengatakan belum pernah masuk rumah sakit

b. Do
 klien tampak berkeringat
 muka klien memerah
 muka klien kelihatan pucat

14
2. Dx.1

Cemas b.d perpisahan dari rutinitas


Takut b.d Koping Keluarga

3. Intervensi
a. Intervensi
 Beri informasi dan pengetahuan kepada pasien/keluarga
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga tenteng tindakan yang di lakukan

b. Rasional
 Untuk mencegah agar pasien tidak terlalu cemas ataupun takut

4. Implementasi
a. Implementasi
 Melakukan pemberian informasi kepada pasien
 Menjelaskan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan

b. Respon
 Paien mengerti apa yang perawat jelaskan
 Pasien terlihat lebih rileks

15

Anda mungkin juga menyukai