Anda di halaman 1dari 71

MAKALAH

KONSEP KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS KELUARGA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Anak 1

Disusun Oleh:

Amanda Lutfi Maliku Zahra : 12210063

Angga Priatna S : 12210067

Aris Nuralif : 12210069

Khansa Fauzan Nashira : 12210090

Siti Latifatunnisa : 12211023

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA WIRAUTAMA

JALAN SATRIA RAYA NO.29, ANDIR,PAKUTANDANG, KEC CIPARAY BANDUNG


JAWA BARAT 40381

2022
Ns. Ratna FS., S.Kep.,M.Kep

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................1
C. TUJUAN.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM


KONTEKS KELUARGA....................................................................................3
a. Filosofi Keperawatan Anak .....................................................................3
b. Peran perawat dalam keperawatan anak................................................5
B. HEALTH PROMOTION PADA INFANT REMAJA.......................................11
C. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK............................................33
a. Sex education..............................................................................................45
b. Denver.........................................................................................................47
c. Vineland......................................................................................................50
d. Anticipatori guidance sesuai dengan perkembangan.............................54

ii
e. Indikasi kesiapan anak dan orang tua ....................................................56
f. Toilet training pada masa toddler (1-3 tahun)........................................58
g. Indikasi kesiapan anak dan orang tua untuk “toilet training”.............60
h. Aanticipation guidance dan toilet training terhadap
prilaku negatif anak .................................................................................61
i. Pelaksanaan kegiatan sdidtk....................................................................62

BAB III PENUTUP...........................................................................................................64

A. KESIMPULAN......................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan anak saat ini telah mengalami perubahan karena anak
dipandang sebagai klien bukan lagi sebagai objek. Seorang anak yang
menjadi klien atau individu di dalam dunia keperawatan merupakan
seseorang anak yang berusia kurang dari 18 tahun (Supartini, 2012). Anak
adalah seseorang yang memiliki kebutuhan yang berbeda dengan orang
dewasa dan sangat spesifik. Pertumbuhan dan perkembangan anak adalah
hal yang penting dalam perawatan anak, karena membutuhkan kebutuhan
khusus baik kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual
(Soetjiningsih, 2014).
Selama masa pertumbuhan, terkadang anak mengalami sakit
sehingga perlu dirawat di rumah sakit. Hal tersebut disebabkan oleh daya
tahan tubuh anak yang belum matur dan rasa ingin tahu yang tinggi,
sehingga anak mudah terkena penyakit dan rentan mengalami cidera
(Wong, 2009). Anak yang dirawat di rumah sakit akan mengalami suatu
krisis karena anak mesncoba beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit.
Keadaan ini dapat menjadi stresor bagi anak dan orang tua (Wong, 2009).
Selain itu, tindakan yang akan dilakukan kepada anak juga dapat
menjadi stresor dan menyebabkan perasaan cemas, gangguan tidur, rasa
nyeri atau ketidaknyamanan fisik sehingga anak akan memberikan reaksi
selama dirawat di rumah sakit seperti menangis, marah, dan tidak
kooperatif dengan perawat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian perfesktif keperawatan anak?
2. Bagaimana healt promotion pada infant remaja?
3. Apa konsep dasar tumbuh kembang anak?

1
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Dari makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai faktorfaktor
yang mempengaruhi keberhasilan penerapan konsep keperawatan
anak.
2. Tujuan khusus makalah adalah:
a. Mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penerapan konsep keprawatan anak.
b. Mengetahui hubungan faktor-faktor dengan keberhasilan
penerapan konsep keperawatan anak .
c. Mengetahui faktor yang paling dominan mempengaruhi
keberhasilan penerapan tentang konsep keprawatan anak.

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. PERSPEKTIF KEPERAWATAN ANAK DALAM KONTEKS


KELUARGA
a. Filosofi Keperawatan Anak
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan
yang dimiliki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan pada
anak yang berfokus pada keluarga ( Family Centered Care ),
pencegahan terhadap trauma ( Atraumatic Care) dan manajemen kasus.
1) Perawatan Berfokus Pada Keluarga
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak
mengingat anak bagian dari keluarga. Dalam pemberian askep
diperlukan keterlibatan keluarga karena anak selalu membutuhkan
orang tua di Rumah sakit seperti aktivitas bermain atau program
perawatan lainnya. Pentingnya keterlibatan keluarga ini dapat
mempengaruhi proses kesembuhan anak. Program terapi yang
telah direncanakan untuk anak bisa saja tidak terlaksana jika
perawat selalu membatasi keluarga dalam memberikan dukungan
terhadap anak yang dirawat. Hal ini hanya akan meningkatkan
stress dan ketidaknyamanan pada anak. Perawat dengan
memfasilitasi keluarga dapat membantu proses penyembuhan
anak yang sakit selama dirawat. Kebutuhan keamanan dan
kenyamanan bagi orang tua pada anaknya selama perawatan
merupakan bagian yang penting dalam mengurangi dampak
psikologis anak sehingga rencana keperawatan dengan berprinsip
pada aspek kesejahteraan anak akan tercapai.
2) Atraumatic Care
Atraumatic care adalah perawatan yang tidak menimbulkan
trauma pada anak dan keluarga. Atraumatic care sebagai bentuk
perawatan terapeutik dapat diberikan kepada anak dan keluarga

3
dengan mengurangi dampak psikologis dari tindakan keperawatan
yang diberikan, seperti memperhatikan dampak psikologis dari
tindakan keperawatan yang diberikan dengan melihat prosedur
tindakan atau aspek lain yang kemungkinan berdampak adanya
trauma, untuk mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang
dapat dilakukan oleh perawat antara lain :
1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari
keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga akan menyebabkan
kecemasan pada anak sehingga menghambat proses
penyembuhan dan dapat mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol
perawatan pada anak
Kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada
anak dapat meningkatkan kemandirian anak dan anak akan
bersikap waspada dalam segala hal.
3) Mencegah atau mengurangi cedera (injuri) dan nyeri
(dampak psikologis)
Proses pengurangan rasa nyeri sering tidak bisa dihilangkan
secara cepat akan tetapi dapat dikurangi melalui berbagai
teknik misalnya distraksi, relaksasi, dan imaginary. Apabila
tindakan pencegahan tidak dilakukan maka cedera dan nyeri
akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
4) Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan
psikologis yang sangat berarti dalam kehidupan anak, yang
dapat menghambat proses kematangan dan tumbuh
kembang anak.

4
5) Modifikasi lingkungan
Melalui modifikasi lingkungan yang bernuansa anak dapat
meningkatkan keceriaan dan nyaman bagi lingkungan anak
sehingga anak selalu berkembang dan merasa nyaman
dilingkungan.
3) Sehat dan Sakit
Rentang sehat sakit adalah suatu kondisi anak berada dalam
status kesehatan yang meliputi sejahtera, sehat optimal, sehat,
sakit, sakit kronis, dan meninggal. Rentang ini suatu alat ukur
dalam menilai status kesehatan yang bersifat dinamis dalam setiap
waktu, selama dalam batas rentang tersebut anak membutuhkan
bantuan perawat baik secara langsung maupun tidak langsung,
seperti apabila anak berada pada rentang sehat maka upaya
perawat untuk meningkatkan derajat kesehatan sampai mencapai
taraf sejahtera baik fisik, social, maupun spiritual.
b. Peran perawat dalam keperawatan anak
1) Pemberi Perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan
pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga kelompok atau
masyarakat sesuai dengan masalah yang terjadi mulai dari
masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh
peran perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika
perawat memenuhi kebutuhan dasar seperti memberi makan.
membantu pasien melakukan ambulasi dini. Berbagai factor yang
mempengaruhi status kesehatan anak, yaitu
a. Faktor Kesehatan
Faktor kesehatan ini adalah merupakan faktor utama
yang dapat menentukan status kesehatan anak secara umum.
Faktor ini ditentukan oleh status kesehatan anak itu sendiri,
status gizi dan kondisi sanitasi. Status gizi anak adalah

5
keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh derajat
kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh
dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
secara antroppometri (Suharjo, 1996). Ada beberapa cara
melakukan penilaian status gizi. Salah satunya adalah dengan
pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan
Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi,
antropomteri disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan
dengan variable lain. Variabel tersebut adalah sebagai
berikut:
1) Umur
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan
status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan
interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi
tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderungan untuk memilih angka yang mudah seperti
| tahun; 1,5 tahun, 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan
umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari.
Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya
sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan (Depkes.
2004).
2) Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang
memberikan gambaran massa jaringan, termasuk cairan
tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun
konsumsi makanan yang menurun. Berat badan ini
dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan

6
menurut Umur) atau melakukan penilaian dengan
melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran
dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan
gambaran keadaan kini Bemt badan paling banyak
digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran,
hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi
kurang dapat menggambarkan kecenderungan perubahan
situasi gizi dan waktu ke waktu (Djumadias Abunain,
1990).
3) Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi
pertumbuhan yang dilihat dari keadaan kurus kering dan
kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan
keadaan berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada
masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga
indeks BB/TB (Berat Badan menurut Tinggi Badan)
jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali
Keadaan indeks mi pada umumnya memberikan
gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik,
kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun
(Depkes RI, 2004).
4) Factor Kebudayaan
Pengaruh budaya sangat menentukan status
kesehatan anak, dimana keterkaitan secara langsung
antara budaya dengan pengetahuan Budaya dimasyarakat
dapat menimbulkan penurunan kesehatan dimasyarakat
yang dianggap baik oleh masyarakat, padahal budaya
tersebut justu menurunkan kesehatan anak, sebagai

7
contoh, anak yang badannya panas akan dibawa
kedukun, dengan keyakinan terjadinya kesurupan atau
kemasukkan barang gaib, anak pascaoperasi dilarang
makan daging ayam, kerena daging ayam dianggap dapt
menambah nyeri yang ada pada luka operasi ( nyeri atau
ada anggapan lain bahwa luka tersebut sulit
sembuhnya ), kebiasaan memberikan pisang pada bayi
abru lahir dengan anggapan bahwa anak akan cepat besar
dan berkembang, atau anak tidak boleh makan daging
dan telur karena dapat menimbulakan penyakit cacingan.
Berbagai contoh budaya yang ada dimasyarakat tersebut
sangat besar mempengaruhi derajat kesehatan anak,
mengingat anak dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan yang tentunya membutuhkan perbaikan
gizi atau nutrisi yang cukup.
5) Factor Keluarga
Faktor keluarga biasanya menentukan keberhasilan
perbaikkan status kesehatan anak. Pengaruh keluarga
pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak sangat
besar melalui pola hubungan anak dan keluarga serta
nilai-nialinya yang ditamankan. Apakan anak dijadikan
sebagai pekerja atau anak diperkaukan sebagaiman
semestinya dan dipenuhi kebutuhannya, baik silih asah,
asuh, dan asihnya. Peningkatan status kesehatn anak juga
terkait langsung dengan peran dan fungsi keluarga
terhadap anakanya, seperti membesarkan anak,
memberikan anak, menyediakan makanan, melindungi
kesehamn, memberikan perlindungan, secara psikolog,
menanamkan nilai budaya yang baikk, mempersiapkan
pendidikan anak, dan lain-lainya (Berman, 2000).
6) Sebagai Advocat Keluarga

8
Sebagai client advocate, perawat bertanggung
jawab untuk memebantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi
pelayanan daninfo rması yang diperlukan untuk
mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat
sebagai advocate keluarga dapt ditunjukkan dengan
memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang
akan di lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
7) Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan
dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga
keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah satu
aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah
aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku
merupakan salah satu sasaran dari pelayanan
keperawatan. Perawat harus bisa berperan sebagai
pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang
penanganan diare merupakan salah satu contoh peran
perawat sebagai pendidik (health educator).
8) Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi
perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan schat
sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan
dasar dalam perencanaan tindakan keperawatan.
Konseling diberikan kepada individu, keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan
pengalaman masa lalu. Pemecahan masalah difokuskan
pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
schat (perubahan pola interaksi).

9
9) Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga,
team kesehatan lain berupaya mengidentfikasi pelayanan
kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat
terhadap pelayanan yang diperlukan klien, pemberian
dukungan, paduan keahlian dan ketrampilan dari
berbagai professional pemberi palayanan kesehatan.
Sebagai contoh, perawat berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan diet yang tepat pada anak dengan
nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter
untuk menentukan dosis yang tepat untuk memberikan
Antibiotik pada anak yang menderita infeksi.
10) Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi
pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena
ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap
rangsangan dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat
diperoleh diperoleh melalui penelitian Penelitian, pada
hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur
kemampuan, menilai, dan mempertimbangkan sejauh
mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan
hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan kebutuhan,
perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk
selalu mengikuti perkembangan memanfaatkan media
massa atau media informasi lain dari berbagai sumber.
Selain itu perawat perlu melakukan penelitian dalam

10
rangka mengembagkan ilmu keperawatan dan
meningkatkan praktek profesi keperawatan.

2. HEALTH PROMOTION PADA INFANT REMAJA


1) Definisi
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat mandiri menolong diri sendiri juga
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai
dengan kondisi sosial budaya local dan didukung oleh kebijakan
masyarakat yang berwawasan kesehatan (Depkes RI, 2007).
Promosi kesehatan merupakan suatu proses yang bertujuan
memungkinkan individu meningkatkan kontrol terhadap kesehatan
dan meningkatkan kesehatannya berbasis filosofi yang jelas
mengenai pemberdayaan diri sendiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat serta
sesuai dengan sosial budaya setempat. Demi mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik dari fisik. mental maupun sosial,
masyarakat harus mampu mengenal dan mewujudkan aspirasi dan
kebutuhannya, serta mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (Kemenkes, 2011).
2) Tujuan Health Promotion
Tujuan Promosi Kesehatan menurut WHO:
a. Tujuan Umum: Mengubah perilaku individu masyarakat di
bidang Kesehatan
b. Tujuan Khusus :
1) Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bemilai bagi
masyarakat.
2) Menolong individu agar mampu secara mandiri
berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai
tujuan hidup sehat.

11
3) Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat
sarana pelayanan kesehatan yang ada.

3) Sasaran Health Promotion


Menurut Maulana (2009), pelaksanaan promosi kesehatan dikenal
memiliki 3 jenis sasaran yaitu sasaran primer, sekunder dan tersier.
a. Primer
Sasaran primer kesehatan adalah pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat.
Masyarakat diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang
tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS). Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung
oleh sistem nilai dan norma sosial serta norma hukum yang
dapat diciptakan atau dikembangkan oleh para pemuka
masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal
b. Sekunder
Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik
pemuka informal (misalnya pemuka adat, pemuka agama dan
lain-lain) maupun pemuka formal (misalnya petugas
kesehatan, pejabat pemerintahan dan lain-lain), organisasi
kemasyarakatan dan media massa Mereka diharapkan dapat
turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS pasien. individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan cara berperan
sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan
suasana yang kondusif bagi PHBS, Berperan sebagai
kelompok penekan (pressure group) guna mempercepat
terbentuknya PHBS (Maulana, 2009).
c. Tersier

12
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang
berupa peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan dan
bidang lain yang berkaitan serta mereka yang dapat
memfasilitasi atau menyediakan sumber daya. Mereka
diharapkan turut serta dalam upaya meningkatkan PHBS
pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) dengan
cara:
1) Memberlakukan kebijakan/peraturan perundang-undangan
yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan bahkan
mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
2) Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan
lain-lain) yang dapat mempercepat terciptanya PHBS di
kalangan pasien. individu sehat dan keluarga (rumah
tangga) pada khususnya serta masyarakat luas pada
umumnya (Maulana, 2009).
4) Ruang Lingkup Health Promotion pada Infant-Remaja
a. Health promotion pada Infant/bayi
Beberapa promosi kesehatan yang dapat dilakukan pada ibu
dalam menangani bayi baru lahir adalah:
1) Memberikan dukungan dan edukasi kepada ibu dalam
pemberian ASI. Beberapa cara yang dapat dilakukan
perawat untuk mendukung ibu dalam pemberian ASI;
a) Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir
selama beberapa jam pertama. Bayi mulai meyusu
sendiri segera setelah lahir sering disebut dengan
inisiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan
menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting,
dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung
dengan ibunya dengan tujuan dapat memberikan
kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan
hubungan/ ikatan antara ibu dan bayi

13
b) Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada
ibu untuk mencegah masalah umum yang timbul.
Tujuan dari perawatan payudara untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran
susu, sehingga pengeluaran ASI lancar.
c) Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI.
Membantu ibu segera untuk menyusui bayinya setelah
lahir sangatlah penting. Semakin sering bayi
menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI
juga semakin lancar. Hal ini disebabkan, isapan bayi
akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk
segera mengeluarkan hormon oksitosin yang bekerja
merangsang otot polos untuk memeras ASI
d) Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Pemberian ASI sebaiknya sesering mungkin tidak
perlu dijadwal, bayi disusui sesuai dengan
keinginannya (on demand). Bayi dapat menentukan
sendiri kebutuhannya Menyusui yang dijadwalkan
akan berakibat kurang baik. karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
e) Menghindari susu botol Pemberian susu dengan botol
dapat membuat bayi bingung puting dan menolak
menyusu atau hisapan bayi kurang baik. Hal ini
disebabkan, mekanisme menghisap dari puting susu
ibu dengan botol jauh berbeda.
2) Memberikan promosi kesehatan tentang imunisasi
Upaya mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas
pada anak salah satunya dengan pemberian imunisasi.
Imunisasi merupakan salah satu strategi yang efektif dan
efisien dalam meningkatkan derajat kesehatan nasional

14
dengan mencegah enam penyakit mematikan, yaitu:
tuberculosis, dipteri, pertusis, campak, tetanus dan polio.
Peran pengetahuan Ibu tentang imunisasi dasar sangat
berpengaruh terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada
bayi (Dewi, dkk, 2013). Pengetahuan berpengaruh pada
kepatuhan dan kesadaran orang tua untuk membawa
bayinya imunisasi. Ibu yang tidak bersedia
mengimunisasikan bayinya dapat disebabkan karena
belum memahami secara benar dan mendalami mengenai
imunisasi dasar. Selain itu kurang memperhatikan dalam
membawa bayinya untuk imunisasi sesuai jadwal Perawat
harus memiliki strategi untuk meningkatkan kepatuhan ibu
dalam melaksanakan imunisasi, Suparyanto (2011)
3) Memberikan ibu edukasi tentang perawatan tali pusat.
Tujuan merawat tali pusat adalah mencegah terjadinya
infeksi dan tetanus pada bayi baru lahir sehingga talipusat
tidak terinfeksi dan tidak menimbulkan penyakit pada tali
pusat.
4) Upaya Advokasi Peran penentu kebijakan dirasa cukup
penting agar diperoleh komitmen yang kuat.
b. Health promotion pada Balita
Pada umumnya kekurangan gizi terjadi pada balita, karena
pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat
dan termasuk kelompok yang rentan gizi, karena pada masa itu
merupakan masa peralihan antara saat disapih dan mulai
mengikuti pola makan orang dewasa. Kurangnya pengetahuan
tentang gizi dan kesehatan pada orang tua, khususnya ibu
merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi
pada balita. Keadaan sosial ekonomi dan kebudayaan banyak
mempengaruhi pola makan di daerah pedesaan. Terdapat
pantangan makan pada balita misalnya anak kecil tidak

15
diberikan ikan karena dapat menyebabkan cacingan, kacang-
kacangan juga tidak diberikan karena dapat menyebabkan sakit
perut atau kembung.
Adanya promosi kesehatan diharapkan kepada orang tua,
sedapat mungkin memenuhi kebutuhan anak, mengusahakan
pertumbuhan dan perkembangan yang baik, juga memenuhi
kebutuhan organis (makanan bergizi, kebutuhan psikis
(perhatian dan kasih sayang) dan kebutuhan intelektual
Promosi kesehatan kepada balita dapat dilakukan melalui
penyuluhan dengan metode ceramah yaitu salah satu cara
menerangkan atau menjelaskan suatu ide, pengertian atau
peran secara lisan kepada sekelompok pendengar yang disertai
diskusi dan tanya jawab, sehingga ibu memahami apa yang
diberikan dan disampaikan. Selain itu, materi juga ditampilkan
melaui leaflet yang berisi informasi penting mengenai
posyandu disertai gambar menarik sehingga informasi dapat
ditangkap dengan mudah.
c. Health promotion pada Pre-school
Anak usia prasekolah banyak mengalami permasalahan
kesehatan yang sangat menentukan kualitas anak dikemudian
hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,
gangguan perkembangan. gangguan perilaku. gangguan
belajar. Pada anak usia prasekolah anak sering menggunakan
fungsi biologisnya untuk menemukan berbagai hal yang ada di
dalam dunianya. Dimana anak lebih suka bermain dengan
segala sesuatu yang dekat dengan dirinya, seperti meletakkan
suatu barang dimulutnya, makan, dan membuang sekretnya
sendiri (Wong, 2009).
Perilaku yang kurang sehat dapat berdampak pada
tingginya kejadian infeksi pada anak usiaprasekolah karena
memudahkan penyebaran infeksi melalui tangan. Bibit

16
penyakit akan mudah masuk kedalam tubuh melalalui tangan
yang mengakibatkan timbulnya penyakit seperti diare.
cacingan, TB, infeksi tangan dan mulut dan ISPA (Depkes,
2011)
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas),
pelaksanaan bidang pengembangan pembiasan perilaku di
Taman Kanak-kanak dapat dilakukan dengan cara kegiatan
rutin, kegiatan spontan, kegiatan teladan, kegiatan terprogram.
Pengembangan perilaku mencuci tangan disampaikan oleh
pihak sekolah melalui kegiatan rutin setiap harinya ketika
waktu istirahat/makan bermain dengan pembiasaan perilaku
mencuci tangan. terutama sebelum dan sesudah makan.
Pendidikan kesehatan pada anak usia empat tahun sampai
dengan enam tahun diperlukan metode yang memungkinkan
anak dapat belajar secara nyata. Promosi kesehatan dapat
dilakukan di sekolah dengan menggunakan berbagai media
Media promosi kesehatan adalah semua sarana atau upaya
untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin
disampaikan oleh komunikator, baik itu dari media cetak,
media elektronika (televisi (TV), radio, komputer dan lain
sebagainya) dan media luar ruang, agar sasaran dapat
meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharap dapat
berubah perilaku ke arah positif terhadap kesehatan
(Notoatmodjo, 2007, hlm.290)
Ada beberapa metode pembelajaran untuk anak usia
prasekolah, diantaranya bercerita, demontrasi, bercakap-cakap,
pemberian tugas, bermain peran, karyawisata, eksperimen,
bernyanyi, dan pembelajaran terpadu (Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, 2014).
1) Metode Bercakap-cakap/ Tanya Jawab

17
Seorang pendidik dapat mengarahkan berbagai
pikiran dan perasaan yang sedang dialami anak dengan
mengajak mereka bercakap-cakap tentang berbagai hal.
Banyak topik bisa dijadikan bahan percakapan, contohnya
adalah bercakap-cakap tentang topik yang disukai oleh
anak-anak seperti makanan kesukaan, binatang
kesayangan, cita-cita, dan termasuk percakapan tentang
kesehatan.

2) Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi memiliki makna yang penting
bagi anak usia dini, karena melalui metode ini maka dapat
membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan
segala pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat: dan
membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan
pengenalan secara tepat.
3) Metode Bermain Peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan
anak untuk memainkan peran tertentu, dengan menirukan
perilaku seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Perkembangan anak yang dapat dikembangkan melalui
metode bermian peran adalah perkembangan kognitif,
afektif dan psikomotor Menggunakan metode bermain
peran pendidik dapat mengembangkan imajinasi anak
tentang pentingnya perilaku hidup sehat.
4) Metode Praktek Langsung
Metode praktek langsung ini disamping melibatkan
aktivtas pikiran dan penalaran dalam memecahkan
masalah kehidupan seharihari, juga dapat mengembangkan
sikap dan keterampilan motorik dalam area kesehatan
5) Metode Bercerita

18
Bercerita dapat dilakukan dengan memanfaatkan
berbagai media seperti menggunakan buku cerita
bergambar, boneka, atau media lainnya sehingga lebih
menarik bagi anak usia dini. Metode bercerita dapat
melatih anak untuk belajar mendengarkan.
6) Metode Bermain
Melalui kegiatan bermain akan mengembangkan
seluruh aspek kecerdasan anak, baik kecerdasan logika
berpikir, bahasa, keterampilan motorik, kemandirian,
maupun kecerdasan sosial emosional anak. Berbagai
bentuk permainan bisa dipilih dalam mengambangkan
perilaku hidup sehat pada anak, dan anak sebaiknya diberi
kesempatan untuk memilih permainan yang disukainya
7) Pembiasaan
Melalui metode pembiasaan yang dilakukan dalam
perilaku hidup sehat sejak usia dini makan itu akan
menjadi gaya hidupnya sampai dewasa kelak.
8) Metode Bernyanyi
Melalui kegiatan menyanyi banyak sekali pesan-
pesan pendidikan yang bisa kita sampaikan kepada anak.
Dengan demikian maka pengetahuan dan keterampilan
perilaku hidup sehat bisa kita sampaikan kepada anak
melalui kegiatan bernyanyi.
d. Health promotion pada Anak Usia Sekolah
Usia Sekolah Dasar (SD) merupakan usia yang sangat
potensial untuk melakukan upaya promosi kesehatan agar anak
dapat mengadopsi kebiasaan sehat dan karakter yang kuat
untuk memenangkan tantangan dan persaingan hidup di masa
depan karena pada masa ini anak mengalami banyak kemajuan
perkembangan secara keseluruhan, dari seorang pra sekolah
yang belum matang ke masa remaja. Kemampuan kognitif

19
anak meningkat secara dramatis, didukung dengan adanya
keinginan untuk menguasai tugas-tugas dan kemampuan untuk
mengembangkan penilaian moral. Dunia anak juga
berkembang pesat di luar keluarga ketika sekolah dan teman
sebaya mulai membenkan pengaruh yang besar.
Prinsip dalam memberikan promosi kesehatan kepada
anak usia sekolah yaitu bisa menggunakan prinsip caring,
caring disini berarti dengan kasih sayang dan kepedulian
(caring), anak-anak dapat memberikan dukungan sosial yang
dibutuhkan oleh keluarga, teman, dan orang-orang di
sekitarnya. Pengembangan dukungan sosial akan sangat
berkontribusi positif terhadap pencegahan munculnya efek
negatif dari peristiwa hidup yang menimbulkan banyak
tekanan. Nilai kasih sayang dan kepedulian (caring) akan
menjadi bekal anak untuk dapat menjalankan perannya secara
optimal dalam keluarga dan mampu mengatasi beban hidup
yang dihadapi keluarga, baik secara fisik, psikologis dan
sosial. Tujuan umum dari pengembangan sikap "caring" pada
anak usia sekolah adalah untuk menanamkan kasih sayang.
kepedulian dan kerjasama agar dapat menjalankan perannya
secara optimal dalam keluarga dan masyarakat.
Anak usia sekolah berada pada stadium industry versus
inferiority confussion. Pada stadium ini, anak mengembangkan
kapasitas untuk bekerja dan bekerjasama dengan orang lain.
Inferiority berkembang ketika pengalaman negatif di rumah, di
sekolah, atau dengan teman sebaya menyebabkan perasaan
incompetence dan inferiority.
Masalah yang sering terjadi pada anak usia sekolah salah
satunya yaitu masalah PBHS dengan cara melakukan promosi
kesehatan pada lingkungan sekolah. Banyak sekolah yang
dapat dimanfaatkan untuk menanamkan nilai PHBS melalui

20
promosi kesehatan terintegrasi dg program Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) Guru dan Masyarakat Sekolah menjadi mitra
pengembangan promosi kesehatan di sekolah Anak sekolah
menjadi kader kesehatan bagi keluarga dan masyarakat
Upaya meningkatkan kemampuan peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah agar mandiri dalam mencegah
penyakit. memelihara kesehatan, menciptakan dan memelihara
lingkungan sehat, terciptanya kebijakan sekolah sehat serta
berperan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat
sekitarnya.
1) Tujuan Promosi Kesehatan di Sekolah
a) Meningkatkan peserta didik, guru dan masyarakat
lingkungan sekolah untuk ber-PHBS,
b) Meningkatkan lingkungan sekolah yang sehat, aman
dannnyaman.
c) Meningkatkan pendidikan kesehatan di sekolah
d) Meningkatkan akses (kesempatan) untuk pelaksanaan
pelayanan kesehatan di sekolah
e) Meningkatkan peran aktif peserta didik, guru dan
masyarakat lingkungan sekolah untuk
meningkatkankesehatan masyarakat di sekitar
lingkungan sekolah
f) Meningkatkan penerapan kebijakan sehat dan upaya
di sekolah untuk mempromosikan kesehatan.
2) Strategi Promosi Kesehatan di Sekolah
WHO mencanangkan lima strategi promosi kesehatan di
sekolah yaitu:
a) Advokasi
Kesuksesan program promosi kesehatan di
sekolah sangat ditentukan oleh dukungan dari
berbagai pihak yang terkait dengan kepentingan

21
kesehatan masyarakat. khususnya kesehatan
masyarakat sekolah. Guna mendapatkan dukungan
yang kuat dari berbagai pihak terkait tersebut perlu
dilakukan upaya-upaya advokasi untuk menyadarkan
akan arti penting program kesehatan sekolah.
Advokasi lebih ditujukan kepada berbagai pihak yang
akan menentukan kebijakan program, termasuk
kebijakan yang terkait dana untuk kegiatan
b) Kerjasama
Kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait
sangat bermanfaat bagi jalannya programpromosi
kesehatan sekolah. Dalam kerjasama ini berbagai
pihak dapat saling belajar dan berbagi pengalaman
tentang keberhasilan dan kekurangan program,
tentang caramenggunakan berbagai sumber daya yang
ada, serta memaksimalkan investasi
dalampemanfaatan untuk melakukan promosi
kesehatan.
c) Penguatan kapasitas
Kemampuan kerja dalam kegiatan promosi
kesehatan di sekolah harus dapat dilaksanakansecara
optimal. Untuk itu berbagai sektor terkait harus
diyakini dapat memberikan dukunganuntuk
memperkuat program promosi kesehatan di sekolah.
Dukungan berbagai sektor inidapat terkait dalam
rangkapenyusunan rencana kegiatan, pelaksanaan,
monitoring danevaluasi program promosi kesehatan
sekolah
d) Kemitraan
Kemitraan dengan berbagai unit organisasi baik
pemerintah, LSM maupun usaha swasta akansangat

22
mendukung pelaksanaan program promosi kesehatan
sekolah. Disamping itu, dengankemitraan akan dapat
mendorong mobilisasi guna meningkatkan status
kesehatan di sekolah.
e) Penelitrian
Penelitian merupakan salah satu komponen dari
pengembangan dan penilaian programpromosi
kesehatan. Bagi sektor terkait, penelitian merupakan
akses untuk masuk dalammengembangkan promosi
kesehatan di sekolah baik secara nasional maupun
regional, disamping untuk melakukan evaluasi
peningkatan PHBS siswa sekolah.
f) Hasil yang Diharapkan
a) Anak sekolah menerapkan PHBS
b) Anak sekolah menjadi kader kesehatan bagi
keluarganya
c) Sekolah menjadi lembaga pembelajaran dalam
promkes
d) Para guru menjadi mitra pengembangan promkes
disekolah
e) Anak sekolah tumbuh sehat & berprestasi
f) Kegiatan promosi kesehatan PHBS di Sekolah
g) Jajan di kantin sekolah yang sehat
h) Membuang sampah pada tempatnya
i) Mengikuti kegiatan olah raga di sekolah
j) Menimbang berat badan dan mengukur tinggi
k) Badan setiap 3-6 bulan
l) Tidak merokok di sekolah
m) Memberantas jentik nyamuk di sekolah secara
rutin

23
n) Buang air besar dan buang air kecil di jamban
sekolah
o) Menerapkan cuci tangan dimana saja dan kapan
saja
p) Program promosi kesehatan pada anak usia
sekolah di Sekolah.
Promosi kesehatan disekolah pada prinsipnya adalah
menciptakan sekolah sebagai komunitas yang mampu
meningkatan kesehatannya (health promoting school). Oleh
sebab itu, program promosi kesehatan sekurang-kurangnya
mencakup 3 usaha pokok, yakni:
1) Menciptakan lingkungan sekolah yang sehat
(healthful school living): Lingkungan sekolah yang
sehat. mencakup 2 aspek, yakni sosial (non-fisik) dan
fisik.
2) Pendidikan Kesehatan (Health Education) Pendidikan
kesehatan, khususnya bagi murid utamanya untuk
menanamkan kebiasaan hidup sehat agar dapat
bertanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri
serta lingkungannya serta ikut aktif didalam usaha-
usaha kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan tahap-tahap
a) Memberikan pengetahuan tentang prinsip dasar
hidup sehat.
b) Menimbulkan sikap dan perilaku hidup sehat.
c) Membentuk kebiasaan hidup sehat.
3) Pelayanan kesehatan disekolah (health services in
school) Karena sekolah adalah sebuah komunitas,
meskipun interaksi efektif diantara anggota komunitas
hanya sekitar 6-8 jam, namun perlu adanya
pemeliharaan kesehatan, khususnya bagi murid-murid

24
sekolah Pemeliharaan kesehatan disekolah ini
mencakup:
a) Pemeriksaan kesehatan secara berkala, baik
pemeriksaan umum atau khusus, misalnya: gigi.
paru-paru, kulit, gizi, dan sebagainya.
b) Pemeriksaan dan pengawasan kebersihan
lingkungan.
c) Usaha-usaha pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular, antara lain dengan imunisasi.
d) Usaha perbaikan gizi.
e) Usaha kesehatan gizi sekolah.
f) Mengenal kelainan-kelainan yang mempengaruhi
pertumbuhan jasmani, rohani, dan sosial. Misalnya,
penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi
badan.
g) Mengirimkan murid yang memerlukan perawatan
khusus atau lanjutan ke puskesmas atau rumah
sakit.
h) Pertolongan pertama pada kecelakaan dan
pengobatan ringan.
e. Health promotion pada Remaja
Menurut Sarwono (2012), remaja adalah suatu masa ketika
individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan
tanda-tanda sosial seksual sekundernya sampai saat mencapai
kematangan seksual. Indivudu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi
dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi
yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri.
Perkembangan yang sangat menonjol terjadi pada masa
remaja adalah pencapaian kemandirian serta identitas
(pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin

25
banyak menghabiskan waktu di luar keluarga. Remaja pada
masa perkembangannya dihadapkan pada tuntutan yang sering
bertentangan, baik dari orangtua, guru, teman sebaya, maupun
masyarakat di sekitar.
Remaja memiliki suatu kemandirian tersendiri di dalam
dirinya. Kemandirian merupakan hasrat/keinginan seorang
remaja untuk melakukan segala sesuatu bagi dirinya sendiri
tanpa bantuan orang lain. Kemampuan seseorang untuk
bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa harus
membebani orang lain. Salah satu tugas perkembangan bagi
remaja untuk belajar dan berlatih dalam membuat rencana,
memilih alternative, membuat keputusan serta tanggung jawab
atas segala sesuatu yang dilakukannya. Kemandirian
merupakan sikap otonomi dari seorang remaja yang relative
bebas dari pengaruh, penilaian, pendapat dan keyakinan orang
lain.
Proses perkembangan kemandirian yaitu Kemandirian
anak remaja berkembang melalui latihan yang dilakukan
secara terus-menerus dan dilakukan sejak dini. Dalam proses
pencarian identitas diri, remaja mulai ingin melepaskan diri
dari ikatan phisikis orang tuanya. Remaja juga ingin mulai
diperlakukan dan dihargai seperti orang dewasa. Kemandirian
seorang remaja diperkuat melalui proses sosialisasi yang
terjadi antara remaja dengan peer groupnya, dengan tujuan
mendapatkan pengakuan dan penerimaan kelompoknya.
1) Masalah Kesehatan pada Remaja
a) Narkotika
Adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh
tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan

26
memasukkannya ke dalam tubuh manusia. Pengaruh
tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,
rangsangan semangat, halusinasi atau timbulnya
khayalan- khayalan yang menyebabkan efek
ketergantungan bagi pemakainya.
b) Aborsi
Aborsi adalah terminasi (penghentian)
kehamilan yang disengaja (abortus provokatus), yakni
kehamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam
cara sehingga terjadi pengguguran. Sedangkan
keguguran adalah kehamilan yang berhenti karena
faktor-faktor alamiah atau disebut abortus
spontaneous
c) HIV/AIDS
HIV adalah virus penyebab AIDS. HIV terdapat
dalam caiman tubuh seseorang seperti darah, cairan
sindrom menurunnya kekebalan tubuh yang
disebabkan oleh HIV. Orang yang mengidap AIDS
amat mudah tertular oleh berbagai macam penyakit
karena sistem kekebalan tubuh penderita telah
menurun.HIV dapat menular ke orang lain melalui:
Hubungan seksual, Jarum suntik/tindik/tato yang tidak
steril dan dipakai bergantian, Mendapatkan transfusi
darah yang mengandung virus HIV, dan Ibu penderita
HIV Positif kepada bayinya ketika dalam kandungan
2) Strategi Promosi Kesehatan pada Remaja
a) Advokasi
Strategi advokasi yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten Wajo, berupa bentuk
pengusulan bantuan dana ke Pemerintah Daerah.
Tujuan dari pengusulan bantuan dana ini akan

27
digunakan untuk melakukan penyuluhan kesehatan
yang berkaitan dengan pergaulan bebas, seks bebas,
narkotika. psikotropika dan zat adiktif lainnya
(napza). Keberhasilan sebuah advokasi dapat dilihat
dari tenaga advokator yang mampu memperoleh
dukungan, yang dipengaruhi oleh kemampuannya
dalam melakukan komunikasi interpersonal untuk
mengajukan usulan maupun tawaran konsep kepada
pemberi kebijakan dalam hal ini Pemerintah Daerah.
Menurut Notoatmodjo (2005 dalam Ricky Saida,
2012) bahwa dalam advokasi, peran komunikasi
sangat penting sebab advokasi merupakan aplikasi
dari komunikasi interpersonal maupun massa yang
ditujukan kepada para penentu kebijakan (policy
makers) atau pada pembuat keputusan (decission
makers) pada semua tingkat dan tatanan sosial.
b) Kemitraan
Selain melakukan tahap advokasi. Dinkes
selanjutnya membangun strategi kemitraan. Strategi
ini dijalankan dengan bekerjasama dengan beberapa
instansi terkait, yang dianggap mampu membantu
proses penanggulangan narkoba di Kabupaten Wajo.
Adapun instansi yang terlibat kerjasma lintas sektor
yaitu puskesmas, sekolah dan polres.
Bentuk kemitraan yang dilakukan antara dinas
kesehatan dan puskesmas berupa penyuluhan kepada
remaja yang bertujuan menambah tingkat
pengetahuan remaja tentang dampak pergaulan bebas,
seks bebas, dan napza bagi kesehatan. sehingga
diharapkan terciptanya pemberdayaan remaja
terhadap penanggulangan narkoba berupa

28
pembentukan kader kesehatan remaja. Bentuk
kemitraan yang dilakukan antara dinas kesehatan dan
sekolah dalam penanggulangan narkoba yaitu
membatu mengumpulkan remaja pada saat dinas
kesehatan melakukan penyuluhan di sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan,
diperoleh informasi mengenai manfaat kemitraan
yang disampaikan oleh informan berupa terciptanya
efektifitas penyuluhan, pekerjaan terasa ringan dan
dianggap mampu membantu pemberantasan narkoba,
pencegahan seks bebas dan pergaulan bebas pada
remaja.

c) Pemberdayaan
Pemberdayaaan yang dilakukan dinas kesehatan
terhadap upaya penanggulangan narkoba dengan cara
membentuk kader kesehatan remaja di sekolah.
Tujuannya adalah memberikan pemahaman terhadap
remaja tentang bahaya penyalahgunaan napza, seks bebas
bagi kesehatan, sehingga remaja memiliki kesadaran
untuk ikut terlibat memerangi tindak penyalahgunaan
narkoba, pergaulan bebas dan seks bebas. Pembentukan
kader kesehatan remaja yang ditujukan kepada siswa
remaja diharapkan dapat menumbuhkan partisipasi aktif
dari siswa akan pentingnya penanggulangan narkoba
dalam segala aktivitasnya sehari-hari. Partisipasi yang
bertanggung jawab sebaiknya dimiliki setiap masyarakat
dan organisasi lokal.
3) Program Promosi Kesehatan pada Remaja
1) Sosialisasi

29
Sosialisa pada remaja dimulai dari dalam
lingkungan yaitu keluarga, tetangga, sekolah, dan
organisasi umum. Remaja sebagai permasalahan,
seperti masa peralihan, kebutuhan untuk mandiri,
menyebabkan timbulnya gejolak yang macam-
macam. faktor lingkungan bagi remaja dalam proses
sosialisasi memegang peranan penting, sebab proses
sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala daya
imitasi dan identitasnya. lebih-lebih pada masa
peralihan atau transisi dari masa muda menjelang
dewasa, ketika sering terjadi konflik nilai, wadah
pembinanya harus lebih fleksible, mampu dan
mengerti dalam membina remaja tanpa harus
mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan vitalitas
hidup.
2) Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan dikalangan remaja sangat
dibutuhkan dalam membibing remaja untuk lebih
memperhatikan kesehatan hidup. Batasan pendidikan
kesehatan meliputi:
a) Perbaikan sanitasi lingkungan
b) Perubahan perilaku sehat pada remaja
c) Mencegah penyakit menular
d) Pendidikan kebersihan perorangan
e) Pelayanan medis
f) Untuk menjamin setiap orang hidup yang layak
dalam pemeliharaan kesehatan.
Pendidikan kesehatan remaja mencakup masalah
kesehatan reproduksi, sexsualitas, kebersihan diri dan lain
sebagainya, agar remaja bisa lebih menjaga dan
memperhatikan perilaku kesehatannya.

30
3) Pendidikan Pergaulan
Pergaulan dikalangan remaja adalah salah satu
kebutuhan hidup dari manusia, sebab manusia adalah
makhluk sosial yang dalam kesehariannya
membutuhkan orang lain, dan hubungan antar
manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal
relationship). Pergaulan yang terjadi saat ini sudah
sangat memperhatikan. Banyak sekali terjadi perilaku
yang telah menyimpang dan melanggar nilai sosial
yang ada dalam masyarakat Perilaku anak muda atau
remaja zaman sekarang telah jauh dari norma agama
sebagi pegangan hidup. Sehingga. pergaulan remaja
saat ini harus lebih dipilah dan dipilih untuk
menentukan yang baik dan yang buruk dengan
diberikannya Pendidikan pergaulan pada remaja.
Bentuk-bentuk pergaulan bebas di kalangan remaja:
a) Penyalahgunaan narkoba dan narkotika
b) Perilaku seksual yang menyimpang dari norma-
norma agama
c) Pesta Miras (minuman keras) atau mabuk-
mabukan dan masih banyak lagi.
Cara menangani pergaulan bebas dikalangan remaja yaitu
pendidikan pergaulan yang harus dilakukan antara lain
sebagai berikut:
1) Tidak menonton film film, media media yang
menyimpang
2) Para remaja harus bisa memfilter pergaulan yang
mana yang harus diikuti
3) Memberikan pendidikan tentang kesehatan secara
terbuka, sabar dan bijaksana

31
4) Remaja hendaknya diberi pengarahan tentang
penyimpangan perilaku sehat serta segala akibat baik
dan buruk
5) Menghindari hal-hal yang menyimpang dari norma-
norma agama dan kesusilaan
6) Menumbuhkan rasa malu untuk melakukan hal-hal
yang dianggap buruk
7) Menumbuhkan rasa takut untuk melakukan
penyimpangan perilaku kesehatan
8) Menjauhi atau "Say No To Drugs" 9) Orang tua
harus selalu mengontrol apa yang dilakukan oleh
anak remajanya
9) Orang tua harus lebih memberi perhatian pada anak
remajanya
10) Adanya rasa keterbukaan antara orang tua dengan
anak remajanya
4) Pendidikan pada Orang Tua Remaja
Pada promosi kesehatan ini peranan orang tua sangat
penting dalam perubahan sikap dan perilaku remaja
terhadap kesehatan.
a) Memperlakukan anak sesuai karak teristiknya
masing-masing, tidak untuk disamakan atau
disbanding-bandingkan
b) Memantau kegiatan anak mulai dari yang di
dalam rumah dan di lar rumah
c) Mengajarkan, membiasakan serta mempraktikan
langsung perilaku-perilaku sehat sehingga anak
mudah dan terbiasa
mencontoh kebiasaan baik orang tua di dalam
rumah.

32
d) Mengantarkan anak ke dalam religious yang kuat
dalam membangun komunikasi dan hubungan
spiritual yang kokoh baik dengan cara
habluminallah maupun habluminannas.
e) Memfasilitasi anak dalam berbagai keterampilan
praktis.
f) serta di berbagai sektor kehidupan sesuai dengan
kemampuan dan bakat, serta kepribadia anak.
g) Melatih anak untuk belajar mengambil keputusan
yang konsisten dan responbility.
h) Mengerti perasaan dan keinginan anak
i) Tegas namun lembut dalam mengambil suatu
kebijakan yang nantinya akan di terapkan pada
remaja tersebut.

3. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK


1) Definisi
Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari
perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak
konsepsi sampai maturitas/dewasa.
a) Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat
kuantitatif, yaitu bertambahnya jumalah, ukuran, dimensi
pada tingkat sel, organ, maupun individu. Anak tidak hanya
bertambah besar secara fisik, melainkan juga ukuran dan
struktur organ-organ tubuh dan otak.
b) Perkembangan (development) adalah bertambahnya yang
bersifat kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan hasil dari
proses pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut
berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

33
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan kognitif,
bahasa, motorik, emosi dan perkembangan prilaku sebagai
hasil interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan
merupakan progresif, terarah, dan terpadu/kohelen..Progresif
mengandung arti bahwa perubahan yang terjadi mempunyai
arah tertentu dan cenderung maju ke depan, tidak mundur
kebelakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi
saat ini, sebelumnya dan berikutnya.
2) Tujuan Umum Ilmu Tumbuh Kembang
a) Memahami pola normal tumbuh kembang anak
b) Memahami faktor-faktor yang terkait dengan tumbuh
kembang anak
c) Melakukan upaya-upaya untuk menjaga dan mengoptimalkan
tumbuh kembang fisik,mental/kognitif, kemampuan sosial-
emosional.
d) Melakukan deteksi dini terhadap kelainan tumnuh kembang
dengan cara melakukan skrining rutin serta melakukan
assessment untuk menegakkan diagnosis dan mencari
penyebab
e) Melakukan tatalaksana yang komperhensif terhadap masalah-
masalah yang terkait dengan tumbuh kembang anak,serta
melakukan upaya pencegahan.
3) Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak
Menurut Hurlock EB dalam Soetjiningsih (2016), tumbuh
kembang anak mempunyai cirri-ciri tertentu, yaitu:
a. Perkembangan melibatkan perubahan (Development involves
change)
b. Perkembangan awal lebih kritis dari pada perkembangan
lanjutannya (Early development more critical than critical
than later development)

34
c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar
(Development is the product of maturation and the leaning)
d. Pola perkembangan dapat diramalkan (the developmental
patent is predicable)
e. Pola perkembangan mempenyai karakteristik yang dapat
diramalkan (the developmental pattern has predicable
characteristic).
f. Terdapat perbedaan individu dalam suatu perkembangan
(there individual defferences the development)
g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there
are periods in the development pattern)
h. Terdapat harapan sosial untuk setiap periode perkembangan
(there are social expectation for every developmental period).
i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi resiko (every
area of developmens has potensial hazards).

4) Tahap Tumbuh Kembang Anak


a. Masa perinatal mulai dari konsepsi sampai lahir. Pada masa
ini terjadi tumbuh kembang yang sangat pesat. Sel telur yang
telah dibuahi mengalami deferenisasi yang berlangsung cepat
hinggga terbentuk organ- organ tubuh yang berfungsi sesuai
dengan tugasnya, hanya perlu waktu 9 bulan didalam
kandungan. Masa kombrio berlangsung sejak konsepsi
sampai umur 8 minggu (ada yang mengatakan sampai 12
minggu). Pada saat ini terbentuk organ-organ yang sangat
peka terhadap lingkungan. Pada msa fetus ini, terjadi
percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad manusia yang
sempurna, dan organ-organ tubuh yang telah terbentuk mulai
berfungsi. Sedangkan pada masa fetus lanjut, pertumbuhan
berlangsung pesat dan berkembang fungsi organ-organ tubuh.

35
b. Pada masa neonatal, terjadi adaptasi lingkungan dari
kehidupan intrauteri ke kehidupan ektrauteri dan terjadi
perubhan siklus darah. Organ-organ tubuh berfungsi sesuai
tugasnya di dalam kehidupan ektrauteri. Pada masa 7 hari
pertama (neonatal dini), bayi harus mendapatkan perhatian
khusus, karena angka kematia pada masa bayi ini tinggi.
c. Pada masa bayi dan masa anak dini, pertumbuhan anak pesat
walaupun kecepatan telah mengalami deselerasi dan proses
maturasi yang berlangsung, terutama sistem saraf.
d. Pada masa anak prasekolah, kecepatan pertumbuhan lambat
dan berlangsung stabil (plateau) pada masa ini terdapat
kecepatan perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.
Aktifitas fisik bertambah serta keterampilan dan proses fikir
meningkat.
e. Pada masa praremaja, anak perempuan 2 tahun lebih cepat
memasuki masa remaja bila dibandingkan dengan anak laki-
laki. Masa ini merupakan transisi dari masa anak ke dewasa,
pada masa ini terjadi pacu tumbuh berat badan, tinggi badan
dan juga pertumbuhan yang pesat pada alat-alat kelamin dan
timbul tanda-tanda seks sekunder.

Menurut Kementrian Kesehatan RI (2012) tahap perkembangan anak


menurut umur sebagai berikut:

a. umur 0-3 bulan


Motoric kasar:
1) mengangkat kepala setinggi 45º
2) menggerakkan kepala dari kiri/kanan ke tengah
Motoric halus:
1) melihat dan menatap wajah anda
2) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh
3) suka tertawa keras

36
4) bereaksi terkejut terhadap suara keras
5) bereaksi tersenyum ketika adiajak bicara atau tersenyum
6) mengenal ibu dengan pengelihatan, penciuman, pendengaran,
kontak.
b. umur 3-6 bulan
Motoric kasar:
1) berbalik dari telungkup ke terlentang
2) berusaha memperluas pandangan
3) mengarahkan matanya pada benda-benda kecil.
4) tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat
bermain sendiri
Motoric halus:
1) mengangkat kepala setinggi 90"
2) mempertahankan posisi kepala tatap tegak dan stabil d.
menggenggam pensil
3) meraih benda yang ada dalam jangkauannya
4) memegang tangannya sendiri
c. umur 6-9 bulan
Motoric kasar:
1) duduk (sikap tripoid-sendiri)
2) belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat
badan
3) merangakak meraih mainan atau mendekati seseorang
4) mencari mainan atau benda yang dijatuhkan
5) bermain tapuk tangan atau ciluk ba
6) bergembira dengan melempar benda
7) makan kue sendiri
Motoric halus:
1) memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lainnya
2) memungut 2 benda, masing-masing tangan memegang I
benda pada saat bersamaan

37
3) memungut benda sebesar kacang dengan cara meraup
4) bersuara tanpa arti, mamama, dadada, tatata
d. umur 9-12 bulan
Motoric kasar:
1) mengangkat benda keposisi berdiri
2) belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan dengan
kursi
3) dapat berajalan dengan dituntun
4) mengulurkan lengan atau badan untuk meraih mainan yang
diingikan3
5) menggenggam erat pensil
6) memasukkan benda ke mulut
7) mengekplorasikan sekitar, ingin tahu, ingin menyentuh apa
saja
8) senang diajak main "ciluk ba"
Motoric halus:
1) mengulang menirukan bunyi ynag didengar
2) menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti
3) bereaksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan
4) mengenal anggota keluarga, takut pada orang lain yang
belum dikenal.
e. umur 12-18 bulan
Motoric kasar:
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan
2) membungkuk memungut permainan kemudian berdiri
kembali
3) berjalan mundur 5 langkah
4) menumpuk 2 kubus
5) memasukkan kubus di kotak

38
6) menunjukkan apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek,
anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau
menarik tangan ibu
Motoric halus:
1) memanggil ayah dengan kata "papa" memanggil ibu dengan
kata "mama"
2) memperlihatkan rasa cemburu/bersaing
f. umur 18-24 bulan
Motoric kasar:
1) berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
2) berjalan tanpa terhuyung-huyung
3) bertepuk tangan, melambai-lambai
4) menumpuk 4 buah kubus
5) memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
6) menggelindingkan bola kearah sasaran
7) membantu atau menirukan pekerjaan rumah tangga
8) memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri
Motoric halus:
1) menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti

g. umur 24-36 bulan


Motoric kasar:
1) jalan naik tangga sendiri
2) dapat bermain dan menendang bola kecil
3) coret-coret pensil pada kertas
4) membantu memungut mainan sendiri atau mengangkat piring
jika diminta
5) melepaskan pakaian sendiri
Motoric halus:
1) baca dengan baik menggunakan 2 kata

39
2) dapat menunjuk I atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta
3) melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2
benda atau lebih
h. umur 36-48 bulan
Motoric kasar:
1) berdiri 1 kaki 2 detik
2) melompat kedua kaki diangkat
3) menggayuh sepeda roda tiga
4) menggambar garis lurus
Motoric halus:
1) mengenal 2-4 warna
2) menyebut nama umur dan tempat
3) mengerti arti kata di atas, dibawah, di depan
4) mendengarkan cerita
5) mencuci dan mengeringkan tangan sendiri
6) bermain bersama teman, mengikuti aturan permainan
7) mengenakan sepatu sendiri
8) mengenakan celana panjang, kemeja, baju

i. umur 48-60 bulan


Motoric kasar:
1) berdiri satu kaki 6 detik
2) melompat-lompat satu kaki
3) menari
4) berpakaian sendiri tanpa bantuan
5) bereaksi tenang dan tanpa rewel ketika ditinggal ibu
Motoric halus:
1) menggambar tanda silang
2) menggambar lingkaran

40
3) menggambar orang dengan 3 bagian tubuh
4) mengancing baju atau pakaian boneka
5) menyebut nama lengkap tanpa dibantu
6) senang bertanya tentang sesuatu
7) menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
8) bicaranya mudah dimengerti
9) bicara membandingkan atau membedakan sesuatu dari
ukuran dan bentuknya
10) menyebut angka dan menghitung jari
11) menyebut nama-nam hari
j. umur 60-72 bulan
Motoric kasar:
1) berjalan lurus
2) berdiri dengan I kaki selama 11 detik
3) menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap
4) menangkap bola kecil dengan kedua tangan
Motoric halus:
1) menggambar segi empat
2) mengerti arti lawan kata
3) mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
5) menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan
kegunaannya
6) mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10
7) mengenal warna-warni
8) mengungkapkan simpati
9) mengikuti aturan permainan
5) Kebutuhan Dasar Anak
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum
digolongkan menjadi 3 kebutuhan dasar (Titi 1993) dalam
Soetjiningsih (2016):
a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

41
Kebutuhan fisik-biomedis meliputi pangan/gizi (kebutuhan
terpenting). perawatan kesehatan dasar ( antara lain imunisasi,
pemberian ASI, penimbangan bayi/anak yang teratur, pengobatan
kalau sakit). papan/pemukiman yang layak, kebersihan perorangan,
sanitasi lingkungan, sandang, kebugaran jasmani, rekreasi dan lain-
lain.
b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH)
Pada tahun pertama kehidupan, hubungan penuh kasih
sayang, erat, mesra, dan selaras antara ibu/pengasuh dan anak
merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang
optimal, baik fisik, mental, maupun spikososial. Peran dan
kehadiran ibu/pengasuh sedini dan selanggeng mungkin akan
menjalin rasa aman bagi bayi.hubungan ini diwujudkan dengan
kontak fisik (kulit/tatap mata) dan psikis sedini mungkin, misal
dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir
(inisiasi dini), peran ayah dalam memberikan kasih sayang dan
menjaga keharmonisan keluarga juga merupakan media yang
bagus untuk tumbuh kembang anak. Kekurangan kesih sayang ibu
pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai dampak yang
negative pada tumbuh kembang anak secara fisik, mental sosial,
emosi, yang disebut syndrome depriviasi maternal. Kasih sayang
dari orangtuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar (basic trust)
c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH)
Stimulasi mental merupakan cikal bakal untuk proses
belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental
(ASAH) ini merangsang mental spikososial: kecerdasan,
keterampilan. kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-
etika, prokduktivitas, dan sebagainya.
6) Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang
a. Faktor genetik

42
Faktor genetik merupakan modal dasar dan mempunyai
peran utama dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang
anak. Melalui intruksi genetik yang terkandung dalam sel telur
yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.Pertumbuhan ditandai dengan intensitas kecepatan
pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan,
umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Faktor genetik
antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan
patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa.
b. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai tidaknya potensi genetik. Lingkungan yang baik akan
memungkinkan tercapainya potensi genetik, sedangkan potensi
yang tidak baik akan menghambatnya. Faktor lingkungan secara
garis besar dibagi menjadi:
c. Faktor lingkungan prenatal
Berhubungan dengan berbagai cirri pertumbuhan janin
selama dalam
kandungan dan msalah-masalah yang mungkin dapat terjadi, maka
masa prenatal dibagi:
1) Masa embrionik/masa mudigah: sampai 8/12 minggu
2) Masa fetal/masa junin: 12 sampai dengan 40 minggu
3) Periode praviabel: sebelum 24/26 minggu
4) Periode viabel: dari 27/28 sampai dengan 40 minggu
Hal-hal yang perlu diperhatikan meliputi:
1) Gizi ibu pada waktu hamil Kenaikan berat badan wanita selama
kehamilan harus mencapai sekitar 10-12 kg agar tidak terjadi
BBLR.Untuk mencapai itu ibu hamil dianjurkan untuk
meningkatkan kalori yang dimakan dengan menambah 300
kkal/hari atau sekitar satu porsi makan lebih banyak dari pada
sebelum hamil. Suplemen zat besi juga harus diberikan pada

43
ibu hamil untuk mencegah anemia pada ibu, yang berdampak
negatif pada janin, seperti BBLR dan anemia pada bayi.
2) Obat-obatan, toksin, atau zat kimia Pengaruh obat yang
diberikan kepada ibu hamil terhadap janin sangat tergantung
pada umur kehamilan, jumlah obat, serta waktu dan lamanya
pemberian Bila pada kehamilan trimester I (masa
organogenesis) ibu minum obat teratogenik, akan terjadi
keguguran atau cacat bawaan. Beberapa obat mempunyai efek
sinergistik dengan obat lainnya mungkin akan mempunyai efek
teratogenik. Obat tertentu diberikan pada beberapa minggu
terakhir kehamilan atau pada waktu persalinan dapat
mengetahui fungsi organ/sistem enzim tertentu pada bayi baru
lahir.
3) Endokrin, Bayi dari ibu penderita diabetes militus dapat
menderita organomegali, berat lahir di atas 4000 gram,
hipertrofi dan hiperplasia sel beta parenkes janin, dan gangguan
metabolik pada neonatus. Diabetes yang tidak dipantau dengan
seksama sering menyebabkan janin mati dalam kandungan
bahkan cacat bawaan. Demikian pula, angka kejadian cacat
bawaan lebih tinggi pada ibu yang mendapat terapi hormon,
pada ibu yang waktu hamil usianya lebih dari 35 tahun, dan
pada kelainan hormon tiroid.
4) Mekanis, Kelainan posisi janin dan kekurangan cairan ketuban
dapat mengakibatkan cacat bawaan, misal kelainan talipes,
mikrognatia, dan lainnya. Kesalahan implementasi ovum dapat
mengakibatkan gangguan nutrisi sehingga terjadi retardasi
pertumbuhan janin.
5) Penyakit pada ibu
a) Infeksi
Hampir semua infeksi berat yang diderita ibu pada waktu
hamil dapat mengakibatkan keguguran, lahir mati, atau

44
BBLR. Beberapa mikroorganisme tertentu dapat
menyebabkan infeksi pada janin, gangguan pertumbuhan
janin, bahkan cacat bawaan.
b) Bukan infeksi
Pada ibu yang menderita hipertensi yang tidak diobati,
mungkin terjadi retardasi pertumbuhan intrauteri dan lahir
mati. Pada ibu penderita goiterendemik, bayinya bisa
menderita hipotiroid kongenital. Fenilketouria pada ibu
hamil yang tidak diobati akan mengakibatkan keguguran,
cacat bawaan, cedera otak pada janin yang tidak menderita
fenilketonuria.
6) Radiasi Sebelum fase organogenesis, radiasi dengan dosis 10 rd
dapat menyebabkan kematian janin. Sebaiknya, hindari
penyinaran waktu hamil muda karena dapat mengakibatkan
malformasi janin, seperti mikrosefali, spina fibida, dan
retardasi janin.
7) Imunitas, Antagonisme rhesus dan ABO sering mengakibatkan
hydrops foetalix. bayi lahir yaitu mati. Pada umumnya,
kematian terjadi setelah plasenta terbentuk, yaitu pada trimester
II kehamilan. Penatalaksanaannya adalah melahirkan bayi
sebelum waktunya untuk menjaga jangan sampai terjadi
hydrops foetulis, atau melakukan tranfusi sel darah merah dan
Rh negatif intraperitoneal, agar janin dapat tumah sempurna
dan mempunyai kemungkinan hidup lebih besar.
8) Anoreksia, Menurunnya oksigenasi janin karena gangganan
pada plasenta dan tali pusat dapat mengakibatkan BBLR.
Keadaan ini dapat terjadi pada ibu hamil dengan hipertensi,
kehamilan serotinus, kehamilan dengan penyakit jantung,
ginjal, asma, diabetes militus. Ibu yang menderita toksemia
pada waktu hamil akan melahirkan bayi KMK, prematur, atau
terjadi kematian intrauterin.

45
9) Stres, Keadaan kejiwaan ibu selama hamil dapat
mempengaruhi janin yang dikandungnya. Suatu kehamilan
sebaiknya adalah kehamilan yang benar-benar dikehendaki.
c. Sex education
Pendidikan seks merupakan upaya dini untuk memberikan
pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan
moral, etika, serta komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan
organ reproduksi tersebut. Ada usia pada sex education yaitu:
1) Usia 7- 10 tahun
yang diberikan berkaitan dengan nama- nama bagian genital,
bagian penting pada tubuh. Seperti payudara dan bagian- bagian
dari anggota tubuh lainnya, serta fungsinya secara dasar.Orang tua
siap dengan jawaban dari pertanyaan- pertanyaan seputar “kapan
aku menstruasi?” “kapan payudaraku tumbuh?” “kapan ibu
mengalami menstruasi?” :Mengapa ayah tidak menstruasi?”nting
pada tubuh. Seperti payudara dan bagian- bagian dari anggota
tubuh lainnya, serta fungsinya secara dasar.Orang tua siap dengan
jawaban dari pertanyaan- pertanyaan seputar “kapan aku
menstruasi?” “kapan payudaraku tumbuh?” “kapan ibu mengalami
menstruasi?” :Mengapa ayah tidak menstruasi?”
2) Usia 11- 12 tahun (awal remaja)
Kata atau nama dari organ seksual, walau mereka mungkin
belum memahami makna yang tepat, namun mereka diinformasika
bagian- bagian yang tidak boleh sembarang di lihat dan disentuh
orang lain.Orang tua juga siap untuk menerima pertanyaan terkait
kehamilan, ketertarikan pada lawan jenis.
3) Usia 13-14 tahun
Pada usia ini informasi yang bias disampaikan berkaitan dengan
dasar pemahaman perilaku seksual. Hal yang boleh dilakukan dan
tidak, pemahaman seputar ciuman dengan lawan jenis dan
pemilihan media- media informasi yang diterima berkaitan tentang

46
seksualitas.
Orang tua harus siap untuk menjawab pertanyaan seputar hari
pertama menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah pada
anak laki- laki, selain itu, pemahaman tentang perilaku seksual yan
menyimpang.
4) Usia 15-16 tahun
Pada usia ini anak- anak diberikan informasi berkaitan
dengan perilaku matrubasi, bahaya dan risikonya. Perasaan jatuh
cinta dan hasrat yang timbul pada remaja. Hal ini harus di imbangi
dengan informasi bagaimana mengatasinya juga terkait
keterdlibatan anak remaja dalam kegiatan- kegiatan yang
membantu remaja untuk dapat mengalihkan energy yang dimiliki
agar tersalurkan dengan baik.
5) Usia 17-18 tahun
Pada usia ini remaja sulit membedakan rasa cinta dan nafsu
seksual yang dimiliki. Orang tua dapat menjelaskan perasaan-
perasaan berkaitan dengan rasa cinta dan juga nafsu. Bagaimana
mengelola nafsu. Kemudian pertanyaan- pertanyaan yang sering
muncul adalah ketika mereka berpacaran atau terlibat dalam
hubungan romantis, hal apa yang boleh dan tidak boleh mereka
lakukan.
d. Denver
1) Pengertian
Denver adalah revisi utama dari standardisasi ulang dari Denver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver
Developmental Screening Test (DDST-R). DDST adalah salah
satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak.
Waktu yang dibutuhkan antara 15 – 20 menit.
2) Tujuan
Adapun tujuan dari DDST II antara lain sebagai berikut :
a) Mendeteksi dini perekembangan anak.

47
b) Menilai dan memantau perkembangan anak sesua usia (0 – 6
tahun)
c) Salah satu antisipasi bagi orang tua
d) Identifikasi perhatian orang tua dan anak tentang
perkembangan
e) Mengajarkan perilaku yang tepat sesuai usia anak
3) Aspek Perkembangan yang dinilai
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai antara lain sebagai
berikut:
a. Personal Social (perilaku sosial)
b. Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri,
bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
c. Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
d. Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
e. Language (bahasa)
f. Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara,
mengikuti perintah dan berbicara spontan.
g. Gross motor (gerakan motorik kasar)

4) Pelaksanaan DDST II (Margaglio T, 1991)


Tahap Pengkajian
a. Kaji pengetahuan keluarga/ anak mengenai DDST II
b. Kaji pengetahuan tentang tumbang normal dan riwayat social
c. Tentukan/ kaji ulang usia kronologis anak
5) Tanda item penilaian
a. F (Fail/gagal)

48
Bila anak tidak mampu melakukan uji coba dengan baik,
ibu/pengasuh memberi laporan anak tidak dapat melakukan
tugas dengan baik
b. R (Refusal/menolak)
Anak menolak untuk uji coba.
c. P (Pass/lewat)
Apabila anak dapat melakukan uji coba dengan baik,
ibu/pengasuh memberi laporan tepat/dapat dipercaya bahwa
anak dapat melakukan dengan baik.
d. NO = No Opportunity
Anak tidak punya kesempatan untuk melakukan uji coba
karena ada hambatan, uji coba yang dilakukan orang tua.
6) Cara pemerikasaan DDST II
a. Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak
yang akan diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu
bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.  Jika dalam perhitungan
umur kurang dari 15 hari§ dibulatkan ke bawah, jika sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas
b. Buat garis lurus dari atas sampai bawah berdasarkan umur
kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir  
c. Uji semua item dengan cara :
1) Pertama pada tiap sektor, uji 3 item yang berada di sebelah
kiri garis umur tanpa menyentuh batas usia
2) Kedua uji item yang berpotongan pada garis usia
3) Ketiga item sebelah kanan tanpa menyentuh garis usia
sampai anak gagal
4) Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa
yang P dan berapa yang   F. 
7) Interpretasi dari nilai Denver II
a) Advanced

49
Bila anak mampu melaksanakan tugas pada item disebelah
kanan garis umur, lulus kurang dari 25% anak yang lebih
tua dari usia tersebut.
b) Normal
Bila anak gagal/ menolak tugas pada item disebelah kanan
garis umur, lulus/gagal/menolak pada item antara 25-75%
(warna putih).
c) Caution
Tulis C pada sebelah kanan blok, gagal/menolak pada item
antara 75-100% (warna hijau).
d) Delay
Gagal/menolak item yang ada disebelah kiri dari garis
umur.

e. Vineland.
1. Pengertian

Kematangan sosial merupakan suatu evolusi perkembangan


perilaku, dimana nantinya seorang anak dapat mengekspresikan
pengalamannya secara utuh dan dia  belajar  belajar secara bertahap
bertahap untuk meningkatkan meningkatkan kemampuannya
kemampuannya untuk mandiri, mandiri, bekerja bekerja sama

50
dengan orang lain dan bertanggung jawab terhadap kelompoknya.
Suatu skala  pengukuran  pengukuran yang baik untuk
perkembangan perkembangan sosial adalah skala maturitas
maturitas sosial dari Vineland (Vineland Social Maturity Scale).
Pada tes ini diperlukan jawaban/informasi yang dapat dipercaya
dari orang tua yang dapat dipercaya dari orang tua anak, mengenai
anak, mengenai perkembangan anaknya mulai dari perkembangan
anaknya mulai dari tahun-tahun pertam sampai pada saat tes
dilakukan. Alat tes ini mengkategorikan kemampuan motorik dan
perkembangan sosial anak dari lahir sampai lahir sampai dewasa.
Kualitas dewasa. Kualitas hasil pemeriksaan tergantung pada
kemampuan si penguji dan a uji dan ayah/ibu yang memberi
yah/ibu yang memberi  jawaban. Kegunaan  jawaban. Kegunaan
skala ini adalah tes adalah tes psikologi anak- psikologi anak-anak
yang mengalami yang mengalami deviasi deviasi
perkembangannya.

2. Pengukuran Vineland

Tes VSMS yaitu dengan meneliti dengan menjelaskan arti


atau makna dari  bagian  bagian yang sekecil-kecilnya. sekecil-
kecilnya. Pencatatan Pencatatan harus menggunakan menggunakan
pertimbangan pertimbangan sendiri sendiri seperti pada variasi atau
pengganti keadaan atau perilaku yang menyenangkan atau
memuaskan kebutuhan atau keperluan utama dari tiap-tiap bagian
termasuk  pertimbangan kep  pertimbangan keperdlian subyek
erdlian subyek harus dicatat atau harus dicatat atau direkap secara
singkat direkap secara singkat (Doll, 1965).

Selanjutnya Doll (1965: 10-13) menyatakan bahwa penelitian yang


actual adalah sebagai berikut :
a. Nilai (+) Jika kelihatan jelas inti butir tersebut terpenuhi dan
merupakan kebiasaan yang dilakukan tanpa paksaan atau

51
secara intensif, atau tidak hanya terjadi pada keadaan kasus
aja. Uraian diatas disimpulkan bahwa subjek mendapatkan
nilai +1 (satu) tiap nomor bila subjek mampu melakukan
kebiasaan atau menyelesaikan masalah secara memuaskan.
b. Nilai setengah  Nilai setengah (1/2) Diberikan bagi butir-butir
pemeriksaan yang transisional atau yang kadang-kadang
dilakukan tetapi tidak selalu berhasil. Perfomans semacam ini
harus bukan dilakukan sepintas. Skor ini dihitung setengah
kredit. Skor ini dapat menunjukkan adanya :
c. Perasaan malu, tidak peduli, tidak adanya imbalan,
ketergantungan, tidak adanya perjuangan menuntut hak.
d. Isolasi, tidak adanya kesenangan, atau adanya dominasi orang
tua.
e. Adanya bahaya dalam lingkungan yang khusus dan lain-lain.
Dari uraian di atas disimpulan bahwa subjek mendapat nilai
setengah bila dalam mengerjakan atau menyelesaikan masalah
tersebut masih ada ketidakmandirian, ketidaknyaman,
kehilangn  percaya diri, yang sebenarnya subjek m  percaya
diri, yang sebenarnya subjek mampu mengerj ampu
mengerjakan.
f. Nilai Negatif (-) Diberikan bagi butir yang belum berhasil
dilakukan sama sekali, jarang, dan di bawah tekanan ekstrim
yang tidak biasa, dilaksanakan subyek secara keseluruhan.
Pencatat harus menunjukkan adanya dua skor minus
beruntutan  beruntutan untuk aspek tertentu tertentu yang
dihentikan dihentikan pemeriksaannya. pemeriksaannya. Dari
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa subjek mendapat nilai
negatif (-1)  bila subjek tidak dapat  bila subjek tidak dapat
melakukan atau mengerjakan melakukan atau mengerjakan
masalah paling sedikit masalah paling sedikit dua kali berturut-
turut.

52
3. Aspek-aspek Pengukuran Vineland Social Maturity Scale Ada
beberapa aspek yang berperan terhadap kesiapan seorang anak
berkebutuhan k  berkebutuhan khusus dalam memasuki bang husus
dalam memasuki bangku sekolah seperti y ku sekolah seperti yang
dikemukakan o ang dikemukakan oleh Doll (1965) yaitu kematangan
sosial mencakup beberapa aspek :
a. Self-help general (SHG): eating and dressing oneself. (Mampu
menolong dirinya sendiri: makan dan berpakaian sendiri).
b. Self-help eating (SHE): the child can feed himself. (Mampu
makan sendiri).
c. Self-held dressing (SHD): the child can dress himself. (Mampu
berpakaian sendiri). 4. Self-direction (SD): the child can spend
money and assume responsibilities. (Mampu memimpin dirinya
sendiri: misalnya mengatur keuangannya dan memikul tanggung
jawab sendiri).
d. Occupation (O): the child does things for himself, cuts things,
uses a pencil, and transfers objects. (Mampu melakukan pekerjaan
untuk dirinya, menggunting, menggunakan  pensil, memindahkan
benda-bend  pensil, memindahkan benda-benda).
e. Communication (C): the child talks, l Communication (C): the
child talks, laughs, and rea aughs, and reads. (Mampu
berkomunikasi seperti berbicara, tertawa, dan membaca).
f. Locomotion (L): the child can  Locomotion (L): the child can
move about where he move about where he wants to go. wants to
go. (Gerakan motorik: anak mampu bergerak kemana pun ia
inginkan).
g. Socialization (S): the child seeks the company of others, engages
in play, and competes. (Mampu bersosialisasi: berteman, terlibat
dalam permainan dan  berkompetisi).

53
Dari 8 kategori tersebut, kemampuan bersosialisasi dan
berkomunikasi sangat penting bila anak diharapkan mempunyai
kemampuan perkembangan sosial yang normal.

Sebagai contoh pada tes Adaptasi Sosial menurut Vineland yang


dimulai pada umur satu  bulan dan  bulan dan dilanjutkan sampai 12
bulan, apabila terdapat 17 bulan, dan terdapat 17 “item” dari 8
kategori tersebut diatas. Dari 17 “item” tersebut terdapat 2
kemampuan bersosialisasi (2 S) dan 3 kemampuan berkomunikasi (3
C). Kemampuan bersosialisasi pada satu tahun pertama tersebut
adalah: mendekati orangorang yang dikenal dan minta diperhatikan.
Sedangkan kemampuan berkomunikasi adalah: mendekat/tertawa,
bicara/meniru suara-suara dan mengikuti petunjuk/perintah yang
sederhana. Sesudah umur 2 tahun, terlihat perkembangan sosial anak
sangat pesat, antara lain :

1. Sejak usia 2-3 tahun anak dapat menceritakan pengalamannya dan


berkomunikasi.
2. Sejak usia 3-4 tahun anak mulai bermain bersama dengan teman-
temannya pada taraf taman kanak-kanak dan dapat melakukan ses taraf
taman kanak-kanak dan dapat melakukan sesuatu untuk teman-teman
lainnya. untuk teman-teman lainnya.
3. Sejak usia 4-5 tahun anak terlibat dalam permainan yang bersifat
kompetitif.
4. Sejak usia 5-6 tahun menulis kata-kata sederhana dan ikut permainan
meja (seperti halma, kuartet, dam, dan lain-lain), serta komunikasi dan
sosialisasi yang meningkat.
5. Sejak usia 6-7 tahun dapat Sejak usia 6-7 tahun dapat menggunakan
pensil untuk menggunakan pensil untuk menulis dan berkomunikasi.
menulis dan berkomunikasi.

54
6. Sejak usia 7-8 tahun, norma-norma sosial lebih meningkat lagi; dapat
membaca atas inisiatifnya sendiri, berpartisipasi pada permainan anak
pra remaja.

Anticipatory guidance

Antocipatory guidance adalah upaya atau memberi bimbingan kepada


orang tua tentang tahapan perkembangan sehingga orang tua sadar akan
apa yang terjadi dan dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan usia anak.
f. Anticipatori guidance sesuai dengan perkembangan
Anticipatory guidance pada masa bayi (0-12 bulan)
1. Usia 6 (enam) bulan pertama
a. Memahami adanya proses penyesuaian antara orang tua
dengan bayinya, terutama pada ibu yang membutuhkan
bimbingan/asuhan pada masa setelah melahirkan
b. Membantu orang tua untuk memahami bayinya sebagai
individu yang mempunyai kebutuhan dan untuk memahami
bagaimana bayi mengekspresikan apa yang diinginkan
melalui tangisan
c. Menentramkan orang tua bahwa bayinya tidak akan menjadi
manja dengan adanya perhatian yang penuh selama 4-6 bulan
pertama
d. Menganjurkan orang tua untuk membuat jadwal kebutuhan
bayi dan orang tuanya
e. Membantu orang tua untuk memahami kebutuhan bayi
terhadap stimulasi lingkungan
f. Menyokong kesenangan orang tua dalam melihat
petumbuhan dan perkembangan  bayinya, yaitu dengan
bersahabat dan mengamati respon social anak misalnya
dengan tertawa/tersenyum

55
g. Menyiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan rasa aman
dan kesehatan bagi bayi misalnya imunisasi
h. Menyiapkan orang tua untuk mengenalkan dan memberikan
makanan padat
2.     Usia 6 (enam) bulan kedua
a. Menyiapkan orang tua akan danya ketakutan bayi terhadap
orang yang belum dikenal (stranger anxiety)
b. Menganjurkan orang tua untuk mengizinkan anaknya
dekat dengan ayah dan ibunya serta menghindarkan
perpisahan yang terlalu lama dengan anak tersebut
c. Membimbing orang tua untuk mengetahui disiplin
sehubungan dengan semakin meningkatnya  mobilitas
(pergerakan si bayi)
d. Menganjurkan untuk mengguanakan suara yang negative
dan kontak mata daripada hukuman badan sebagai suatu
disiplin. Apabila tidak berhasil, gunakan 1 pukulan pada
kaki atau tangannya
e. Menganjurkan orang tua untuk memberikan lebih banyak
perhatian ketika bayinya berkelakuan baik dari pada ketika
ia menangis
f. Mengajrkan mengenai pencegahan kecelakaan karena
ketrampilan motorik dan rasa ingin tahu bayi meningkat
g. Menganjurkan orang tua untuk meninggalkan bayinya
beberapa saat dengan pengganti ibu yang menyusui
h. Mendiskusikan mengenai kesiapan untuk penyapihan
i. Menggali perasaan ornag tua sehubungan dengan pola
tidur bayinya
g. Indikasi kesiapan anak dan orang tua untuk
“Anticipatory guidance”

56
1) Usia 12 – 18 bulan
a) Menyiapkan orang tua untuk mengantisipasi adanya
perubahan tingkah laku dari toddler.
b) Penyapihan secara bertahap.
c) Adanya jadwal waktu makan yang rutin.
d) Pencegahan bahaya kecelakaan yang potensial terjadi.
e) Perlunya ketentuan-ketentuan/peraturan/aturan disiplin
dengan lembut dan cara-cara untuk mengatasi negatifistik
dan tempertantrum. f. Perlunya mainan baru untuk
mengembangkan motorik, bahasa, pengetahuan dan
ketrampilan social.
2) Usia 18 – 24 bulan
a) Menekankan pentingnya persahabatan sebaya dalam
bermain.
b) Menekankan pentingnya persiapan anak untuk kehadiran
bayi baru.
c) Mendiskusikan kesiapan fisik dan psikologis anak untuk
toilet training. d. Mendiskusikan berkembangnya rasa takut
seperti pada kegelapan atau suara keras.
d) Menyiapkan orang tua akan adanya tanda-tanda regresi
pada waktu anak mengalami stress.
3) Usia 24 – 36 bulan
a) Mendiskusikan kebutuhan anak untuk dilibatkan dalam
kegiatan dengan cara meniru.
b) Mendiskusikan pendekatan yang dilakukan dalam toilet
training dan sikap menghadapi keadaan-keadaan seperti
mengompol atau bab
c) Menekankan keunikan dari proses berfikir toddler mis :
melalui bahasa yang digunakan ketidakmampuan melihat
kejadian dari perspektif yang lain.

57
d) Menekankan disiplin harus tetap berstruktur dengan benar
dan nyata, ajukan alas an yang rasional, hindari
kebingungan dan salah pengertian.
4) Usia 3 tahun
a) Menganjurkan orang tua untuk meningkatkan minat anak
dalam hubungan yang luas.
b) Menekankan pentingnya batas-batas/peraturan-peraturan.
c) Mengantisipasi perubahan perilaku yang agresif
(menurunkan ketegangan/ tension).
d) Menganjurkan orang tua untuk menawarkan kepada
anaknya alternative-alternatif pilihan pada saat anak
bimbang.
e) Perlunya perhatian ekstra.
5) Usia 4 tahun
a) Perilaku lebih agresif termasuk aktivitas motorik dan
bahasa.
b) Menyiapkan meningkatnya rasa ingin tahu tentang seksual.
c) Menekankan pentingnya batas-batas yang realistic dari
tingkah lakunya.
6) Usia 5 tahun
a) Menyiapkan anak memasuki lingkungan sekolah.
b) Meyakinkan bahwa usia tersebut merupakan periode tenang
pada anak.
7) Usia 6 tahun
a) Bantu orang tua untuk memahami kebutuhan mendorong
anak berinteraksi dengan temannya.
b) Ajarkan pencegahan kecelakaan dan keamanan terutama
naik sepeda.
c) Siapkan orang tua akan peningkatan inters keluar rumah.
d) Dorong orang tua untuk respek terhadap kebutuhan anak
akan privacy dan menyiapkan kamar tidur yang berbeda.

58
8) Usia 7 – 10 tahun
a) Menekankan untuk mendorong kebutuhan akan
kemandirian.
b) Interes beraktivitas di luar rumah.
c) Siapkan orang tua untuk perubahan pada wanita memasuki
prapubertas.
9) Usia 11 – 12 tahun
a) Bantu orang tua untuk menyiapkan anak tentang
perubahan tubuh saat pubertas. b. Anak wanita mengalami
pertumbuhan cepat.
b) Sex education yang adekuat dan informasi yang akurat.
Toilet training Toilet training adalah latihan menanamkan
kebiasaan pada anak untukaktivitas buang air kecil dan
buang air besar pada tempatnya (toilet).
h. Toilet training pada masa toddler (1-3 tahun)

a) Merupakan aspek penting dalam perkembangan anak usia toddler


b) Latihan untuk bekemih dan defekasi adalah tugas anak usia
toddler
c) Pada tahap usia toddler , kemampuan sfingter uretra untuk
mengontrol rasa ingin beerkemih dan sfingter ani untuk
mengontrol rasa ingin defekasi mulai berkembang
1) Wong (2000) mengemukakan bahwa biasanya sejalan dengan
anak mampu berjalan, kedua sfingter tersebut semakin mampu
mengontrol rasa ingin berkemih dan defekasi
2) Sensasi untuki defekasi lebih besar dirasakan oleh anak, dan
kemampuan untuk mengkomunikasikannya lebih dahulu
dicapai oleh anak, sedangkan kemampuan untuk mengontrol
berkemih biasanya baru akan tercapai sampai usia 4-5 tahun

59
3) Toilet training pada anak merupakan usaha untuk melatih anak
agar mampu mengontrol dalm melakukan buang air kecil dan
buang air besar.
4) Tolet training ini dapat berlangsung pada fase kehidupan anak:
18 bulan-2 tahun.
5) Keberhasilan toilet training tergantung pada: Persiapan fisik,
Persiapan psikologis, Persiapan intelektual
6) Toilet training sebagai sex education
7) Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan
impuls atau rangsangan dan instink anak dalam melakukan
buang air besar atau buang air kecil.
8) Defekasi  merupakan suatu alat pemuasan untuk melepaskan
ketegangan    toilet training      usaha penundaan pemuasan
9) Suksesnya toilet training tergantung kesiapan yng ada pada diri
anak & keluarga, seperti kesiapan fisik, dimana kemampuan
anak secara fisik sudah kuat dan mampu
10) Indikator anak kesiapan fisik: anak mampu duduk atau berdiri
11) Indikator kesiapan psikologis: adanya rasa nyman sehingga
anak mampu mengotrol dan konsentrasi dalam merangsang
BAK dan BAB
12) Indiklator kesiapan intelektual: anak paham arti BAK atau
BAB     memudahkan pengontrolan     anak dapat mengetahui
kapan saatnya harus BAB & BAK      anak memiliki
kemandirian dalam mengontrol BAB & BAK
13) Pelaksanaan toilet training sejak dini       melatih respon
terhadap kemampuan ubtuk BAK/BAB

60
i. Indikasi kesiapan anak dan orang tua untuk “toilet training”
1. Fisik
a. Pengontrolan saraf usia 18 – 24 bulan.àvolunter spinkterani
dan uretra
b. Mampu untuk tetap kering (menahan BAK) selama 2 jam.
c. Perkembangan ketrampilan motorik kasar : duduk, jongkok,
berjalan.
d. Perkembangan ketrampilan motorik halus : mampu membuka
celana dan berpakaian.
2. Psikologis
a. Mengenai adanya dorongan untuk miksi dan defikasi.
b. Kemampuan berkomunikasi : verbal dan non verbal
mengindikasikan dorongan untuk miksi atau defikasi.
c. Kemampuan kognitif : meniru dengan tepat tingkahlaku dan
mengikuti pengarahan.
d. Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua.
e. Mampu duduk atau jongkok diatas toilet 5 – 10 menit tanpa
cerewet atau turun.
f. Mengikuti tingkat kesiapan anak.
g. Keinginan untuk meluangkan waktu : perlu kesabaran dan
pengertian.
h. Tidak ada stress keluarga atau perubahan seperti : perceraian,
pindah rumah, mendapat adik baru atau akan berlibur.
i. Memberi pujian jika anak berhasil.

61
j. Aanticipation guidance dan toilet training terhadap prilaku
negatif anak

Pada anticipatory guidance Kecelakaan merupakan kejadian


yang dapat menyebabkan kematian pada anak. Kepribadian adalah
factor pendukung terjadinya kecelakaan. Orang tua bertanggungjawab
terhadap kebutuhan anak, menyadari karakteristik perilaku yang
menimbulkan kecelakaan waspada terhadap factor-faktor lingkungan
yang mengancam keamanan anak. Factor-faktor Yang Menyebabkan
Kecelakaan
1. Jenis kelamin : Biasanya lebih banyak pada laki-laki karena lebih
aktif di rumah. Usia pada kemampuan fisik dan kognitif, semakin
besar akan semakin tahu mana yang bahaya.
2. Lingkungan : Adanya penjaga atau pengasuh. Cara Pencegahana.
a. Pemahaman tingkat perkembangan dan tingkahlaku anak.
b. Kualitas asuhan meningkat.
c. Lingkungan aman.
Pada toilet training Sekali waktu memang si kecil bosan dan tidak
sabaran Tidak masalah turuti saja keinginannya & Jangan paksakan ia
duduk melakukan proses BAB karena justru prosesnya dijamin gagal
Lama kelamaan si kecil akan paham bahwa proses ngeden lebih enak &
nyaman dilakukan di atas toilet daripada berdiri Proses akan disertai
dengan ‘nyebokin’ Karena biasanya akan berebut selang gayung Sabar bu
kuncinya pelan pelan Anda basuh pantat si kecil sambil liat ke matanya
dan bilang bahwa itu kotoran yang harus di buang. Mengajarkan TT
sebaiknya santai dan hindari kemarahan. Ingatlah bahwa tidak ada seorang
pun yang dapat mengontrol kapan dan dimana anak ingin BAK atau BAB
kecuali anak itu sendiri. Hindari pemaksaan yang berlebihan. Anak pada
usia TT mulai timbul kesadaran terhadap diri sendiri. Mereka mencari cara
untuk menguji keterbatasan mereka. Beberapa anak melakukannya dengan
cara nenahan keinginan BAB-nya. Perhatikan tanda-tanda berikut ini

62
untuk menilai kesiapan : Anak tidak mengompol minimal 2 jam saat siang
hari atau setelah tidur siang. BAB menjadi teratur dan dapat diprediksi
Ekspresi wajah, postur menjadi tubuh dan kata-kata yang menunjukkan
keinginan BAB atau BAK. Keadaan stress di rumah bisa membuat proses
ini menjadi sulit. Kadang-kadang sangat bijaksana untuk menunda TT
dalam situasi berikut ini: Keluarga anda baru pindah atau berencana akan
pindah dalam waktu dekat. Anda sedang menantikan kelahiran bayi atau
baru mendapatkan seorang bayi. Ada penyakit berat, kematian atau
seseorang dalam keluarga sedang mengalami krisis. Bagaimanapun juga
bila anak anda tidak mengalami hambatan dalam TT, maka tidak ada
alasan untuk menghentikannya karena situasi-situasi tersebut. Anak anda
dapat mengikuti perintah-perintah sederhana Anak anda dapat berjalan
dari dan ke kamar mandi, serta membantu melepas pakaian. Anak anda
tampak tidak nyaman dengan popok yang koor dan ingin diganti. Anak
anda meminta menggunakan toilet atau pot. Anak anda meminta
menggunakan pakaian dalam seperti anak yang lebih besar.
k. Pelaksanaan kegiatan sdidtk

Pelaksaan program SDIDTK disuatu wilayah disebut berhasil,


bila semua balita dan anak prasekolah mendapatkan pelayanan
DDTK, ditindaklanjuti oleh keluarga dengan menstimulasi anak dan
dirujuk bilamana memerlukan rujukan. Penerapan SDIDTK dapat
dilakukan di dalam maupun di luar gedung. Penerapan SDIDTK di
dalam gedung dilakukan di Puskesmas, dan di Pustu. Penerapan
SDIDTK di luar gedung dapat dilakukan di Posyandu, Kelas Ibu
Balita dan PAUD seperti di TK/RA, Kelompok Bermain, tempat
pengasuhan anak dan satuan PAUD sejenis.
a) Di Tingkat Puskesmas Pelaksanaan kegiatan DDTK di Puskesmas
Pelayanan DDTK diberikan waktu balita/anak prasekolah kontak
dengan petugas di puskesmas, adapun pelayanan yang diberikan
sebagai berikut :

63
1) Pemeriksaaan kesehatan, pemantauan berat badan dan deteksi
dini tumbuh kembang.
2) Menentukan klasifikasi penyakit, keadaan gizi dan
penyimpangan tumbuh kembang.
3) Melakukan intervensi/tindakan spesifik, gangguan gizi dan
penyimpangan tumbuh kembang sesuai standar.
4) Konseling kepada ibu/pengasuh/keluarga. b. Pembinaan ke
kader posyadu, pendidik PAUD dan satuan PAUD sejenis
b) Di Tingkat PAUD Dalam melaksanakan DDTK di tingkat PAUD,
petugas kesehatan dapat berbagi peran dengan pendidik PAUD
terlatih sebagai berikut: a. Peran Pendidik PAUD :
1) Mengisi identitas anak di formulir Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak
2) Melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan
3) Menuliskan hasil pengukuran dan pemeriksaan
perkembangan di formulir Deteksi Dini Tumbuh Kembang
Anak
4) Melakukan pemeriksaan perkembangan anak dengan KPSP
5) Mengisi Kuesioner Tes Daya Dengar (TDD)
6) Melakukan Tes Daya Lihat (TDL)
7) Mengisi kuesioner KMPE
c) Peran Petugas Kesehatan
1) Menentukan status gizi anak berdasarkan pengukuran tinggi
badan, berat badan yang telah dilakukan oleh tenaga pendidik
PAUD
2) Melakukan pengukuran lingkar kepala anak
3) Melakukan pemeriksaan Autis jika ada keluhan
4) Melakukan pemeriksaan GPPH jika ada keluhan
5) Menuliskan hasil pemeriksaan tersebut di formulir Deteksi
Dini Tumbuh Kembang Anak
6) Melakukan intervensi kelainan gizi dan tumbuh kembang

64
7) Merujuk bila diperlukan.

65
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mata kuliah ini membahas tentang konsep dasar keperawatan
anak,  masalah kesehatan yang lazim terjadi pada anak dalam
hubungannya dengan keluarga dan  pemecahannya dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Penekanan asuhan keperawatan
ditujukan  pada upaya peningkatan, pencegahan,  pemeliharaan  dan
pemulihan kesehatan dalam konteks keluarga.

66
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.academia.edu/29958017/
Perspektif_ilmu_keperawatan_anak_dalam_konteks_keluarga

2. https://pdfcoffee.com/download/386996575-tm-11-makalah-anticipatory-
guidance-dan-health-promotion-pada-infant-remaja-docx-pdf-free.html

3. https://pdfcoffee.com/download/386996575-tm-11-makalah-anticipatory-
guidance-dan-health-promotion-pada-infant-remaja-docx-pdf-free.html

4. https://id.scribd.com/document/441636002/health-promotion-pada-
infant-remaja-doc

5. https://mayapadahospital.com/news/toilet-training-tahap-penting-anak-
siap-hidup-mandiri#:~:text=Toilet%20Training%20adalah%20proses
%20belajar,perkembangan%20penting%20anak%20menuju
%20kemandirian

6. https://id.scribd.com/presentation/356141947/KONSEP-TUMBANG-
ANAK

7. http://indahverawati.blogspot.com/2015/03/keperawatan-anak-
anticipatory-guidance.html?m=1

8. https://id.scribd.com/document/380327900/Makalah-Denver-II-1

9. https://id.scribd.com/document/413344409/4-Makalah-Vineland

10. https://www.durex.co.id/blogs/explore-sex/pentingnya-sex-education-
pada-anak-dan-mengapa-orangtua-wajib-turun-tangan/

67
11. https://duniapsikologi.weebly.com/free-sex.html

68

Anda mungkin juga menyukai