Anda di halaman 1dari 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR/ LEMBAR OBSERVASI

PEMERIKSAAN FISIK

Nama : ………………………………… Tanggal : ………………………………


NPM : ………………………………… Tingkat : ………………………………

No Kegiatan Hasil Keterangan


Ya Tidak
1. Definisi
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung
kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian
klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi
yang diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.
(Potter dan Perry, 2005)
2. Indikasi
 Klien yang baru masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk
di rawat.
 Secara rutin pada klien yang sedang di rawat.
 Sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien

3. Tujuan
 Menjelaskan prinsip umum pengkajian
 Mendemonstrasikan cara pendekatan / anamnese pada klien
 Menyiapkan alat yang diperlukan dalam pemeriksaan fisik
 Mengatur posisi klien saat pemerikasaan fisik
 Menyiapkan lingkungan yang aman dan nyaman
 Mendemonstrasikan tehnik-tehnik pemeriksaan fisik
 Melakukan pendokumentasian hasil pemeriksaan
5. a. Persiapan alat
1. Sarung tangan
2. Timbangan
3. Pengukur tinggi badan
4. Tensimeter
5. Termometer
6. Stetoskop
7. Jam tangan
8. Pen light
9. Optalmoskop
10. Otoskop
11. Tonometri
12. Metelin
13. Garpu tala
14. Spekulum hidung
15. Snellen card
16. Spatel lidah
17. Kaca laring
18. Pinset anatomi
19. Pinset cirrurgi
20. Sarung tangan
21. Bengkok
22. Timbangan
23. Reflek hammer
24. Botol 3 buah
25. Kertas tissue
26. Alat dan buku catatan perawat
b. Persiapan perawat
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir atau disiramkan
2. Perawat harus mengetahui prosedur kerja
dari
c. Persiapan Klien
1. Identifikasi klien yang jelas untuk memastikan klien yang
memperoleh pemeriksaan fisik
2. Klien dan keluarga diberikan penjelasan tentang hal-hal yang
akan dilakukan
3. Klien diatur dalam posisi senyaman mungkin

6. Prosedur tindakan
Tahap Pra Interaksi
1. Mencuci tangan
2. Menyiapkan alat

Tahap Orientasi
1) Memberikan salam kepada klien
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada klien
3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum
kegiatan dilakukan

Tahap Kerja
Pemeriksaan tanda – tanda vital
 Tekanan darah
 Suhu
 Nadi
 Pernafasan

Pemeriksaan berat badan dan tinggi badan

pemeriksaan Head toe-toe


1. KEPALA
 Inspeksi  posisi kepala terhadap bahu dan batang tubuh
 Inspeksi ukuran dan bentuk serta adanya lesi/luka atau
pembengkakan  pada kepala
 Inspeksi kulit kepala, kebersihan, dan distribusi rambut
 Palpasi kepala dan kulit kepala: nyeri, benjolan.
 Palpasi rambut: tekstur, distribusi dan kekuatan

2. WAJAH
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien, Warna dan kondisi
wajah klien, struktur wajah klien, sembab atau tidak, ada
kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak.

3. MATA
a. Posisi dan keselarasan
Lakukan inspeksi posisi mata dalam perbandingan antara satu
dan lainny
b. Alis mata
 Lakukan inspeksi alis  untuk ukuran, distribusi dan tekstur
rambut
 Minta klien untuk menaikkan dan menurunkan alis mata,
amati pergerakannya
c. Daerah orbital
Lakukan Inspeksi terhadap edema, kemerahan, dan  kondsi
jaringan lunak dibawah orbital
d. Kelopak mata atas
 Inspeksi posisi dan warna kelopak mata, edema dan benjolan
 Minta klien untuk menutup dan membuka mata secara
normal, amati kemampuannya
 Inspeksi permukaan kelopak mata atas dengan meminta klien
menutup  mata, jika terjadi lesi catat ukuran, bentuk,
penyebaran dan pengeluaran cairan.
e. Bulu mata:
Perhatikan posisi bulu mata, normalnya melengkung ke atas
f. Kelopak mata bawah
 Minta klien untuk membuka mata, perhatikan frekwensi
reflek berkedip
 Inspeksi permukaan kelopak mata, edema dan
benjolan,  jika ada lesi catat ukuran, bentuk, penyebaran
dan pengeluaran cairan.
g. Aparatus lakrimal
 Inspeksi daerah kelenjar lakrimal pada dinding luar atas
anterior tulang orbital terhadap edema dan kemerahan.
 Palpasi dengan lembut area kelenjar untuk mendeteksi
nyeri.
 Inspeksi duktus lakrimal, periksa adanya edema dan
pengeluaran air mata yang berlebihan.
h. Konjungtiva dan Sklera
 Tarik lembut kelopak mata untuk menginspeksi
konjungtiva bulbar, yang menutup daerah permukaan
terbuka bola mata sampai tepi kornea
 Inspeksi warna konjungtiva, edema dan lesi.
i. Kornea
 Inspeksi kejernihan dan tekstur kornea
 Lakukan uji sensitifitas kornea dengan cara mendekatkan
kapas ke salah  satu mata klien perhatikan kedipan        
j. Pupil dan Iris
 Inspeksi keadaan luar iris dan perhatikan kelainan tepinya
 Inspeksi ukuran, bentuk, keselarasan pupil dan reaksi
terhadap cahaya
 Uji reflek pupil terhadap cahaya secara langsung dengan
menyorotkan  penlight ke arah pupil lalu perhatikan
ukuran pupil ketika kena cahaya,  normalnya pupil
mengecil.
k. Ketajaman Penglihatan
 Lakukan pengkajian membaca dekat: pastikan cukup
pencahayaan dan  pastikan apakah klien memakai alat bantu
baca dan bisa membaca, kemudian minta klien untuk
membaca koran atau majalah dengan jarak 30 cm
 Lakukan pengkajian membaca jauh:
 Gunakan lembar pemeriksaan snellen
 Pastikan cukup pencahayaan
 Posisi klien berdiri atau duduk dengan jarak 20 kaki (6,1
meter ) dari lembar snellen                                              
 Minta klien untuk membaca huruf pada lembar snellen
dengan mata  terbuka ulangi dengan satu mata ditutup
 Tentukan baris terkecil dimana klien bisa membaca seluruh
huruf dengan benar.
 Lakukan pengkajian dengan menghitung jari:  Uji masing-
masing mata untuk menghitung jari yang diacungkan
pemeriksa  dengan jarak 30 cm dari wajah klien
 Lakukan pengkajian dengan uji cahaya : Sinari mata klien
dengan senter kecil dan padamkan, tanyakan apakah klien
melihat cahaya.
l. Pengkajian Lapang penglihatan
Lakukan pengkajian lapang pandang/penglihatan dengan cara :
 Posisi duduk atau berdiri 2 kaki (60cm) jauhnya,
berhadapan  dengan ketinggian mata sejajar pemeriksa.
 Klien menutup satu mata, mata yang lain menatap mata
pemeriksa
 Pemeriksa menutup satu mata yang berlawanan arah, satu
mata melihat klien
 Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar
lapang penglihatan
 Minta klien untuk mengatakan bila melihat jari pemeriksa.
 Perlahan tarik jari pemeriksa mendekat.
 Ulangi prosedur pada sisi lain. Selalu harus membandingkan
titik dimana pemeriksa melihat jari tersebut memasuki lapang
penglihatan pemeriksa dan titik dimana klien melihatnya.
 Ulangi prosedur dengan keempat arah pada mata lainnya.
 
m. Pengkajian Gerakkan ekstraokuler
 Lakukan pengkajian gerakan ekstraokuler
 Posisi klien duduk atau berdiri 2 kaki (60 cm) jauhnya,
berhadapan dengan pemeriksa.
 Minta klien mengikuti gerak jari dengan kedua mata, kepala
tetap pada posisi menghadap pemeriksa.
 Gerakkan jari dengan lembut dan perlahan melalui delapan
arah tatapan utama.
 Jaga agar jari tetap dalam lapang penglihatan normal
 Observasi gerak paralel mata
4. TELINGA
 Inspeksi posisi, warna, ukuran, bentuk dan simetrisitas daun
telinga
 Palpasi mengenai tekstur, adanya nyeri, pembengkakan dan
nodul-nodul
 Palpasi prosesus mastoideus terhadap nyeri, pembengkakkan
dan nodul
 Inspeksi lubang pendengaran eksternal, perhatikan adanya
cairan dan bau.

Pemeriksaan dengan otoskopik:


 Periksa liang telinga terhadap adanya benda asing sebelum
memasukkan otoskope.
 Minta klien menghindari gerakkan kepala selama pengkajian.
 Minta klien untuk memiringkan kepala kearah bahu yang
berlawanan.
 Tarik daun telinga keatas dan kebelakang
 Masukkan perlahan otoscop 1 sampai 1,5 cm
 Inspeksi mulai dari meatus sampai ke membran timpani: warna,
lesi, benda asing, dan serumen atau pengeluaran cairan dan
keutuhan membran.
 
Ketajaman pendengaran
 Lepaskan alat bantu pendengaran bila klien menggunakan alat
bantu.
 Uji satu telinga secara bergantian saat klien menutup telinga
lainnya dengan jari.
 Berdiri sejauh 30 cm dari telinga yang sedang diuji disisi
samping klien
 Tutup mulut pemeriksa untuk mencegah pembacaan bibir oleh
klien
 Bisikkan angka-angka ack dan minta klien untuk mengulang
kata-kata yang terdengar
 Uji telinga satunya dan perhatikan setiap perbedaan.
 Untuk menguji pendengaran frekwensi tinggi test pendengaran
dapat menggunakan detik jam.
 
Test Rinne
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan pada telapak
tangan yang berlawanan
 Sentuhkan tangkai garpu tala yang bergetar tegak lurus pada
prosesus mastoid klien. Bila sudah tidak terdengar minta klien
untuk memberi tahu.
 Kemudian dengan cepat tempatkan 1-2 cm dekat meatus
eksternal
 Normalnya klien masih bisa mendengar . Ulangi telinga yang
satunya

Test Weber
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak
tangan yang berlawanan
 Letakkan tangkai garpu tala yang bergetar di bagian tulang
frontal atas
 Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada
kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
 
Test Swabach
 Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telepak
tangan yang berlawanan
 Letakkan garpu tala yang bergetar di prosesus mastoid
pemeriksa sampai berhenti,  kemudian tempelkan garpu tala di
tulang mastoid klien. Normalnya klien tidak mendengar
 Ulangi prosedur dimulai dari klien.
 
5. HIDUNG
 Inspeksi hidung eksternal mengenai bentuk, ukuran dan
warna kulit
 Perhatikan setiap deformitas atau inflamasi
 Observasi pengeluaran dan pelebaran nares/lubang hidung
 Bila ada pengeluaran lihat karakternya: berair, mukoid,
purulen, bercampur gumpalan, atau bercampur darah.
Warnanya, dan apakah unilateral atau bilateral
 Palpasi batang jaringan lembut hidung terhadap nyeri, massa,
dan penyimpangan dasar hidung.
 Periksa patensi nares dengan menempatkan jari pada sisi
hidung dan menutup salah satu nares. Hembuskan udara dari
hidung.Ulangi untuk lubang hidung yang lainnya.
 Gunakan spekulum hidung masukkan dengan posisi kepala
klien mengangkat sedikit kebelakang. Masukkan kira-kira 1
cm.
 Inspeksi mukosa nasal terhadap warna, lesi, pengeluaran,
pembemgkakkan, massa atau perdarahan
 Inspeksi septum nasal terhadap letak, perforasi atau
perdarahan
 Inspeksi puncak kerucut konkha terhadap penyimpangan, lesi
dan pembuluh darah superfisial.
 Palpasi sinus frontal dan maksila dengan memberi tekanan
lembut menggunakan ibu jari.
 Periksa ketajaman penghidu dengan mendekatkan bau-bauan
yang dikenal ke hidung pasien
 
6. MULUT
 Inspeksi bibir terhadap warna, tekstur, hydrasi, garis luar dan
lesi. Minta klien untuk membuka dan sedikit merelaksasikan
mulutnya. Tarik lembut bibir ke bawah menjauhi gigi dengan
menggunakan sarung tangan, kemudian ulangi inspeksi untuk
bibir atas
 Minta klien untuk mengatupkan gigi dan tersenyum untuk
mengobservasi oklusi gigi
 Inspeksi mukosa mulut (pipi sebelah dalam) dengan meminta
klien membuka mulut, tarik pipi dengan menggunakan
penekan lidah. Gunakan senter kecil untuk mengamati
mukosa posterior
 Inspeksi gusi terhadap warna, edema, retraksi, perdarahan,
dan lesi. Palpasi kekuatan gusi.
 Inspeksi dan hitung jumlah gigi. Perhatikan keadaan luarnya,
adanya karies gigi, warna gigi.
 Minta klien merelaksasikan mulut dan mengeluarkan
lidahnya. Menggunakan senter kecil, inspeksi lidah terhadap
warna, ukuran, tekstur, posisi, gerakkan, adanya lesi atau
pelapisan.
 Minta klien mengangkat lidah dan menggerakkan dari sisi ke
sisi.
 Untuk mengamati permukaan lidah dan dasar mulut, minta
klien mengangkat lidah dengan meletakkan ujung lidah di
belakang gigi insisor seri depan. Inspeksi warna,
pembengkakkan, dan lesi seperti nodul atau kista.
 Untuk pemeriksaan faringeal minta klien untuk mengangkat
kepala sedikit kebelakang, membuka mulut dan berkata
”ah” . Tempatkan penekan lidah pada dua pertiga lidah.
Gunakan senter kecil untuk menginspeksi tonsil, uvula,
palatum molle, dan faring posterior. Inspeksi terhadap
inflamasi, lesi, edema, petekie, eksudat, dan gerakkan dari
palatum lunak.
 Periksa pengecapan lidah dengan memberikan rasa manis,
asin dan minta klien untuk menyebutkan rasa tersebut.

7. LEHER
 Minta klien untuk duduk menghadap pemeriksa, observasi
kesimetrisan otot-otot leher, keselarasan trakea, dan setiap
pemadatan samar pada dasar leher
 Minta klien untuk memfleksikan leher dengan dagu ke dada,
hiperekstensikan leher sedikit ke belakang dan gerakkan
menyamping ke masing-masing sisi (untuk menguji otot-otot
sternocleidomastoideus dan trapezius)
 Dengan dagu terangkat dan kepala tertarik sedikit ke belakang .
Inspeksi nodus terhadap edema, erithema, atau adanya garis
merah memanjang.
 Inspeksi leher bawah diatas kelenjar tiroid untuk ada tidaknya
massa dan kesimetrisan.
 Minta klien untuk mengekstensikan leher dan menelan
 Untuk palpasi, gunakan bantalan ketiga jari tengah dan palpasi
masing-masing jaringan limfe dengan gerakkan
memutar. Periksa setiap nodus dengan urutan sebagai berikut:
nodus oksipital pada dasar tengkorak, nodus aurikel posterior di
atas mastoideius, nodus preaurikular tepat di depan telinga,
nodus tonsiliar pada sudut mandibula, nodus submaksilaris, dan
nodus submental pada garis tengah belakang ujung mandibula.
 Bandingkan kedua sisi leher: Periksa ukuran, bentuk, garis luar,
gerakkan, konsistensi dan nyeri.
 Lanjutkan dengan mempalpasi nodus servikal superfisial,
posterior dan dalam serta nodus suprakavikular.
 Palpasi trakea terhadap posisi tengahnya dengan memegang
dengan ibu jari dan jari telunjuk di masing-masing sisi
suprasternal
 Palpasi kelenjar tiroid, posisi dari belakang minta klien
menundukkan dagu . Tempatkan dua jari dari masing-masing
tangan tepat di bawah kartilago krikoid.
 Dengan lembut gunakan dua jari untuk menggerakkan trakea ke
satu sisi dan minta klien untuk menelan.
 Palpasi badan lobus, kemudian tepi lateral dari kelenjar. Ulangi
prosedur untuk lobus yang berlawanan.

8. DADA 
a. Torak Posterior
 Observasi bentuk dan simetri dada dari belakang kedepan
 Observasi adanya penonjolan area interkostal pada
ekspirasi.
 Observasi posisi tulang spina, lengkung iga, dan simetri
tulang skapula
 Observasi torak keseluruhan.
 Palpasi torak otot posterior dan rangka untuk benjolan,
massa, pulsasi, nyeri tekan.
 Ukur pengembangan dada posterior dengan cara :  berdiri
di belakang klien dan letakkan ibu jari sepanjang
penonjolan spina setinggi iga ke 10, dengan telapak
tangan menyentuh permukaan posterior. Jari-jari harus
terletak kurang lebih 5 cm terpisah, dengan titik ibu jari
pada spina dan jari lain ke lateral. Setelah ekshalasi minta
klien untuk bernafas dalam, observasi gerakan jari  anda.
 Palpasi untuk taktil fremitus (vokal). Letakkan pangkal
atau bawah telapak pada area simetri torak, mulai pada
apek paru. Pada tiap posisi minta klien untuk mengatakan
”777”
 Perkusi dinding dada untuk menentukan apakah jaringan
paru-paru terisi cairan, udara atau massa padat. Minta
klien untuk melipat  tangan menyilang di atas dada
dengan kepala membungkuk ke depan. Dengan teknik
perkusi langsung, perkusi area interthorakal mengikuti
pola sistematik untuk membandingkan ke dua sisi.
 Auskultasi bunyi paru untuk mendeteksi mukus atau
obstruksi jalan nafas dan kondisi paru. Minta klien untuk
melipat tangan ke depan dengan kepala menunduk ke
depan. Letakkan stetoskop dengan kuat pada kulit diatas
interthorakal. Klien diminta untuk bernafas secara
perlahan dan menutup mulut sedikit. Ikuti pola sistematik
yang sama untuk membedakan kedua sisi. Bila taktil
fremitus, perkusi, atau auskultasi menyatakan
abnormalitas, auskultasi untuk gangguan bunyi dengan
stetoskop diletakkan pada tempat yang sama untuk
mendengarkan bunyi nafas, sambil klien diminta untuk
mengatakan ”777” atau membisikan ”satu, dua, tiga.”
 
b. Toraks lateral
 Inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi torak lateral
dengan cara yang sama dengan toraks posterior. Klien
tetap duduk dan tangan dinaikkan ke atas kepala..
Gunakan metode sistematik untuk membandingkan ke
dua sisi.
 
c. Toraks Anterior.
 Klien tetap duduk/berbaring, observasi otot bantu
pernafasan, sternokleidomastoid, trapezius, dan otot
abdomen.
 Inspeksi bentuk dada dan retraksi dada.
 Palpasi  pengembangan dada anterior sistimatika sama
seperti torak posterior. Observasi pemisahan ibu jari.
 Palpasi untuk taktil fremitus, dengan metode yang sama
dengan torak anterior.
 Perkusi torak anterior dan bandingkan kedua sisi dengan
cara mulai di bawah klavikula kanan, bergerak
menyilang dan menurun, angkat payudara wanita bila
perlu.
 Auscultasi torak anterior dengan pola yang sama dengan
perkusi.

9. Jantung.
 Lakukan inspeksi dan palpasi bersamaan. Lokalisasi tanda
pada dada, antara lain :Sudut louis, daerah katup aortik (CIK
kanan kedua), katup pulmonik (CIK Kiri kedua), titik Erb,
daerah trikuspid (CIK kiri ketiga), daerah apikal atau Mitral
(CIK kiri kelima pada garis mid klavikular). Bila denyutan
atau getaran terpalpasi, gunakan tangan yang lain
untuk mempalpasi arteri karotid untuk menggambarkan
hubungannya dengan siklus kardiak.
 Perkusi tepi jantung untuk menentukan ukuran jantung.
 Auskultasi mulai dengan area aortik, kemudian gerakkan
stetoskop perlahan secara metodis dan sistematis, sepanjang
rute. Pastikan untuk mendengar bunyi jantung dengan jelas
pada tiap-tiap lokasi Setelah kedua bunyi terdengar jelas
seperti ”lub dup”, hitung setiap kombinasi S1 dan S2 sebagai
satu denyut jantung. Hitung banyaknya denyut selama 1
menit.

10. Payudara
a. Payudara wanita
 Lakukan observasi sesuai garis imajiner yang membagi
payu dara menjadi empat kuadaran dan sebuah
ekor. Klien dalam posisi duduk,  kedua lengan bergantung
bebas pada kedua sisi, inspeksi ukuran dan simetrisitas
dari kedua payu dara.
 Inspeksi garis luar dan bentuk payu dara. Perhatikan
adanya massa, pendataran atau lesung. Warna kulit,
edema, lesi atau inflamasi. Angkat payu dara untuk
mengobservasi bagian bawah dan lateral. Inspeksi puting
dan aerola untuk ukuran, warna dan bentuk serta arah titik
puting.
 Inspeksi adanya retraksi dengan meminta klien melakukan
tiga posisi: mengangkat lengan ke ats kepala, menekankan
tangan ke pinggang, dan mengekstensikan lengan lurus ke
depan saat duduk atau saat tubuh agak condong ke depan.
 Palpasi jaringan limfe saat klien pada posisi duduk. Posisi
lengan klien dalam posisi fleksi sambil mengabduksi
menjauhi dinding dada. Tempelkan tangan anda pada
dinding dada klien setinggi lekuk aksila. Tekan lembut
dengan ujung jari ke bawah di atas permukaan iga dan
otot. Perhatikan jumlah, lokasi, konsistensi, mobilitas, dan
ukuran benjolan. Tanyakan juga adanya rasa nyeri.
 Palpasi jaringan limfe aksila pada empat area: tepi otot
pektoralis major sepanjang garis aksila anterior, dinding
dada pada area midaksila, bagian atas dari humerus, tepi
anterior dari otot latisimus dorsi sepanjang garis aksila
posterior.
 Palpasi sepanjang tepi atas dan bawah klavikula.
 Palpasi jaringan payudara dengan posisi klien terlentang
dan tangan di bawah leher. Palpasi secara sistimatis dalam
dua cara: gerak sesuai arah jarum jam atau gerak
berlawanan dengan gerak jarum jam, membentuk
lingkarandengan jari-jari sepanjang tiap kuadran dan ekor,
atau tehnik gerak belakang depan dengan jari-jari
bergerak ke atas dan ke bawah setiap kuadran.
 

b.  Payudara Pria
 Inspeksi payudara terhadap ukuran, simetrisitas, garis luar,
warna kulit, tekstur, dan pola vena.
 Inspeksi areola dan puting terhadap warna dan adanya nodul,
edema, dan lesi.
 Palpasi payudara dengan pengamatan terhadap karakteristik
yang sama seperti pada pemeriksaan payudara wanita.

11. Abdomen.
 Inspeksi bagian permukaan abdomen, warna kulit, posisi,
adanya inflamasi.
 Minta klien untuk menarik nafas dalam dan tahan, amati
adanya massa, pembesaran atau penegangan. Bila terjadi
penegangan ukur lingkar perut.
 Minta klien mengangkat bahu dan kepala tanpa
bantuan. Amati gerakan peristaltik dan kesimetrisan otot
rektus abdominis.
 Letakkan sisi diafragma stetoskop yang telah
dihangatkan.Lakukan satu menit penuh ulangi  setiap menit
sampai 5X untuk mendengarkan bising usus.
 Perkusi keempat kuadran dan dengarkan nada-nada perkusi.
 Perkusi hati pada garis midklavikular kanan tepat dibawah
umbilical. Perkusi keatas, tandai suara yang beda dan ukur
panjangnya. Lanjutkan perkusi kearah bawah di garis
midklavikular kanan mulai dari daerah puting susu. Tandai
bila ada suara beda dan ukur panjangnya.
 Palpasi ringan abdomen diatas tiap kuadran terhadap: nyeri,
penegangan abnormal, massa, cairan dan gas.
 Palpasi hati, letakkan tangan kanan di atas abdomen, jari-jari
mengarah ke kepala dan ekstensi   sehingga ujung-ujung jari
terletak di garis klavikular bawah batas bawah hati.Minta
klien  menarik nafas dalam dan tekan lembut untuk meraba
hati.
 

12. Ektrimitas Atas


 Inspeksi untuk kesimetrisan, bentuk, warna kulit, jumlah jari,
warna kuku,sudut kuku dan kebersihan.
 Tekan kuku tangan untuk mengamati CRT lanjutka palpasi
untuk nyeri dan pembengkakkan
 Palpasi  masing-masing kelompok otot; trapezius, deltoid,
bíceps, triceps dan jari-jari.
 Periksa untuk rentang gerak sendi mulai dari bagian distal.
Bandingkan pada kedua sisi.
 Periksa refleks bíceps, triceps dan brachioradialis.
 Periksa sensoris dengan cara mengusapkan benda halus dan
kasar. Minta klien untuk menyebutkan usapan tersebut.
 Periksa motoris dengan test telunjuk hidung
 
13. Ekstrimitas bawah
 Inspeksi untuk kesimetrisan, bentuk, warna kulit, benjolan,
edema, jumlah jari. Warna kuku dan kebersihan.
 Palpasi untuk nyeri dan edema
 Periksa kekuatan kelompok otot: bokong, femur.
 Periksa rentang gerak sendi.
 Periksa refleks patella, achiles dan babinski.
 Periksa sensoris dengan cara mengusapkan benda halus dan
kasar. Minta klien untuk  menyebutkan usapkan tersebut.
 Periksa motoris dengan cara klien diminta menutup mata,
lalu minta klien untuk menggerakkan tumit kaki kanan diatas
tulang tibia kaki kiri dari atas ke bawah dan
sebaliknya. Ulangi untuk kaki yang kanan dengan cara yang
sama (pemeriksaan heel to knee opposite)     

                     
14. Pemeriksaan Genetalia
1. Genetalia Pria
a.Inspeksi :
- Amati penyebaran dan kebersihan rambut pubis
- Kulit penis dan scrotum adakah lesi, pembengkakan atau
Benjolan
- Lubang uretra adkah penyumbatan, lubang uretra pada
bagian bawah ( Hipospadia ) lubang uretra pada batang
penis ( Epispadia )
b.Palpasi
Penis : adakah nyeri tekan, benjolan, cairan yang keluar
Scrotum dan testis : Adakah beniolan, nyeri tekan, ukuran
penis, testis normalnya teraba elastis, licin dan tidak ada
benjolan.
Inspeksi dan palpasi Hernia
Amati daerah inguinal dan femoral, adakah pembengkakan.
Sebelum palpasi, Anjurkan klien berdiri dengan sebalah
kaki, dengan sisi yang akan diperiksa agak
ditekuk.Masukan jari telunjuk ke dalam kulit scrotum dan
dorong ke atas cincin inguina eksternal. Bila cincin
membesar suruh klien mengejan atau batuk, dengan cara ini
hernia inguinalis akan teraba.

2 .Genetalia wanita
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit,
contour simetris, edema, pengeluaran.
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa,
pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi
dan, massa
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema,
haemoroid, fistula ani pengeluaran dan perdarahan.

6. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2) Berpamitan dengan pasien
3) Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4) Mencuci tangan

7. Evaluasi
1) Melakukan evaluasi kepada klien setelah dilakukan tindakan
keperawatan
2) Menerapkan komunikasi terapeutik selama melakukan tindakan

8. Dokumentasi
1) Mencatat hasil tindakan yang telah dilakukan
2) Menyertakan nama jelas dan tanda tangan

Mahasiswa Penguji

( ………………………….. ) ( ………………………….. )

Anda mungkin juga menyukai