PUSKESMAS
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP
Tanggal Terbit :
Halaman :
Dinas
Kesehatan
Pengendalian
penduduk dan dr. PujiRahayu
keluarga Tttd
Ka.Puskesmas NIP.197703012008032002
berencana
Pengertian Suatu pemeriksaan yang di lakukan untuk mengetahui adanya gangguan kesehatan
mata.
Cara 1. ANAMNESA
Melaksanaka Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut dan
n Tiap mengucapkan salam
Kegiatan Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama , umur,
alamat rumah, pekerjaan.
Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status pasien
Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat Penyakit :
Tentukan masalah yang mendorong klien untuk mencari bantuan kesehatan.
Tanyakan pada klien adakah kelopak mata yang turun menutup terus
menerus, Nyeri mata, foto phobia (kerentaan terhadap cahaya) rasa seperti
terbakar pada mata, gatal, air mata, kotoran mata yang berlebihan, diplopia
(pandangan ganda), pandangan kabur , perasaan adanya ‘’ film ‘’ diatas
lapang penglihatan, mengambang (titik hitam kecil yang tampak menghilang
pada lapang penglihatan), cahaya kilatan, lingkaran hitam (halo) di seputar
cahaya.
Tentukan apakah klien mempunyai riwayat penyakit mata, trauma pada mata,
diabetes, hipertensi, atau masalah visual
Tentukan apakah ada riwayat keluarga dengan gangguan mata, meliputi
gloukoma atau retinitis pigmentosa
Kaji riwayat pekerjaan klien mengenai aktivitas kerja yang memerlukan kerja
tertutup, kerja yang melibatkan computer, atau aktivitas seperti pengelas,
terpajan langsung dengan bahan kimia yang membuat resiko cedera mata.
Tanyakan pada klien apakah memakai kaca mata, atau lensa kontak atau
tidak
Tentukan tanggal terakhir klien memeriksakan mata.
Kaji obat obatan yang sudah di pakai termasuk tetes mata.
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan dengan cara :
KETAJAMAN PENGLIHATAN
Tahap I
i. Lakukan pemeriksaan sekilas dengan meminta klien membaca surat
kabar/majalah.Pastikan pencahayaan cukup. Klien berkacamata seharusnya
memakai kecamatanya selama tahap pemreksaan ini. Perhatikan cara klien
memegang lembaran yang dibaca dari matanya.
ii. Pastikan klien tidak buta huruf. Mintalah klien agar membaca dengan keras
untuk memastikan bahwa klien tidak buta huruf. Bila klien menghadapi kesulitan
lanjutkan pengujian ke tahap II
Tahap II
i. Untuk pemeriksaan yang akurat gunakan lembar pemeriksaan Snellen. Pastikan
bahwa lembaran pemeriksa benar benar diterangi. Buat klien berdiri 20 kaki (6,1
m) jauhnya dari lembar Snellen atau duduk di kursi pengujian yang telah
terpasang khusus bersebrangan dengan layar periksa
ii. Minta klien untuk membaca huruf huruf pada layar dimulai dari garis yang mana
saja, pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata
terpisah (mata lainnya ditutupi)
iii. Selalu menguji pertanma kali tanpa kacamata. Kemudian bila memakai
kacamata jarak jauh, ulangi pengujian. Tentukan baris terkecil dimana klien
dapat membaca seluruh huruf dengan benar baca ketajaman untuk garis
tersebut.
iv. Bila klien tidak bisa membaca, gunakan kartu ‘’E’’ dan tentukan arah tangan
huruf ‘’E ‘’ . Pada anak kecil, gunakan lembaran dengan gambaran obyek yang
dikenal. Catat nilai ketajaman penglihatan untuk masing masing mata dan kedua
mata dalam dua nilai :
Pembilang adalah jarak dari lembar pemeriksaan ke klien dalam ukuran
kaki.
Penyebut adalah nomor standar untuk garis tersebut pada lembar
pemeriksa ( contoh : 20/80 ). Nomor standar ini adalah jarak dimana mata
normal dapat membaca baris tersebut.
Tahap III
i. Uji masing-masing mata dengan klien membaca kartu indek dengan menutupi
satu mata bergiliran
ii. Jangan menggunakan tangan untuk menutupi mata
iii. Minta klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari jari yang
diacungkan kurang lebih satu kaki ( 30 cm ) dari wajah klien.
iv. Bila klien gagal dalam kedua tes tersebut, sinari mata klien dengan senter kecil
dan kemudian padamkan cahayanya . Tanyakan apakah klien melihat cahaya.
Hasil Normal :
Nilai normal ketajaman penglihatan adalah 20/20
Catat, apabila ketajaman penglihatan diukur dengan kacamata perbaikan atau
lensa kontak ( cc ) atau tanpa perbaikan ( sc ).
Penyimpangan dari Normal :
Nilai ketajaman penglihatan 20/200 dianggap buta total
i. Buat klien duduk atau berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya, berhadapan dengan petugas
sejajar ketinggian mata.
ii. Minta klien untuk menutupi atau melapisi dengan perlahan satu mata
menggunakan kartu indeks dan menatap mata petugas berlawanan arah –
contoh mata kiri klien, mata kanan petugas-
iii. Tutup atau lapisi mata petugas yang berlawanan dengan mata klien sehingga
lapang penglihatan petugas tidak bertumpang tindih dengan lapangan
penglihatan klien.
iv. Gerakkan jari dengan jarak sebanding panjang lengan diluar lapang penglihatan.
v. Minta klien untuk mengatakannya bila melihat jari petugas.
vi. Perlahan tarik jari petugas mendekat. Jari selalu dijaga tetap di tengah anatara
petugas dan klien.
vii. Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah. Selalu harus
membandingkan titik dimana petugas melihat jari tersebut memasuki lapang
penglihatan petugas dan titik di mana klien melihatnya.
viii. Ulangi prosedur dengan ke empat arah pada mata lainnya.
ix. Bila klien melihat jari sedikit lebih lama dari petugas, klien mengalami
penyempitan lapang penglihatan.
PEMERIKSAAN VISUS
Pemeriksaan visus dengan cara :
I. Kartu diletakkan pada jarak 5 atau 6 meter dari pasien dengan posisi lebih tinggi
atau sejajar dengan mata pasien.
Bila jarak 5 meter, maka visus normal akan bernilai 5/5 artinya mata normal
dapat melihat pada jarak 5 meter, pasien juga dapat melihat pada jarak 5 meter.
Bila berjarak 6 m, berarti visus normalnya 6/6. Satuan selain meter ada kaki =
20/20, ada juga log (logaritma).
II. Pastikan cahaya harus cukup
III. Bila ingin memeriksa visus mata kanan, maka mata kiri harus ditutup dan pasien
diminta membaca kartu.
IV. Cara menilai visus dari hasil membaca kartu :
a) Bila pasien dapat membaca kartu pada baris dengan visus 5/5 atau 6/6, maka
tidak usah membaca pada baris berikutnya => visus normal
b) Bila pasien tidak dapat membaca kartu pada baris tertentu di atas visus normal,
cek pada 1 baris tersebut
c) Bila terdapat penurunan visus, maka cek dengan menggunakan pinhole (alat
untuk memfokuskan titik pada penglihatan pasien)
d) Bila visus tetap berkurang => berarti bukan kelainan refraksi.
e) Bila visus menjadi lebih baik dari sebelumnya => berarti merupakan kelainan
refraksi
PEMERIKSAAN TONOMETER
4. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Katarak sesuai SOP
Penatalaksanaan Kelainan Refraksi sesuai SOP
Penatalaksanaan Glaukoma sesuai SOP
Penatalaksanaan Konjungtivitis sesuai SOP
Penatalaksanaan Xerofthalmia sesuai SOP
Penatalaksanaan Buta Warna sesuai SOP
5. KONSELING
Konseling Katarak sesuai SOP
Konseling Kelainan Refraksi sesuai SOP
Konseling Glaukoma sesuai SOP
Konseling Konjungtivitis sesuai SOP
Konseling Xerofthalmia sesuai SOP
Konseling Buta Warna sesuai SOP
Pengertian Pemeriksaan gangguan penglihatan yang disebabkan perubahan lensa mata yang
seharusnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh, akibatnya obyek yang dilihat
menjadi kabur dan menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas ( Katarak).
Tujuan Sebagai pedoman bagi petugas untuk melaksanakan pemeriksaan katarak sesuai
standar
Metode -
Standar Dokter :1 orang
Tenaga Perawat : 1 orang
2.Sarana Medis :
Stetoskop dan tensimeter
Pinhole (cakram berlubang)
Snellen chart
Penutup 1 mata (okluder)
Senter
APD
Prosedur 1) Anamnesa
Tetap 2) Pemeriksaan
3) Diagnosa
4) Penatalaksanaan
5) Konseling
6) Pencatatan dan pelaporan
Cara 1) ANAMNESA
Melaksanakan 1. Menyapa pasien dengan ramah, sambil menatap mata pasien dengan lembut
Tiap Kegiatan dan mengucapkan salam
2. Bila kunjungan yang pertama perlu menanyakan identitas pasien :Nama , umur,
alamat rumah, pekerjaan.
3. Bila kunjungan ulang, maka jawaban pasien dicocokkan dengan kartu status
pasien
4. Bertanya dengan ramah dan hati-hati tentang
Riwayat penyakit :
Apa gejala yang paling dirasakan sehingga bapak/ibu,Sdr/Sdri datang
kesini? ” (menanyakan riwayat penyakit utama).
Kapan pertama kali timbul keluhan ?
Apakah keluhan ini timbul pertama kali atau sudah berulang ?
Apakah ada riwayat trauma pada mata, atau terkena debu, binatang,
cairan, dll ?
Apakah ada keluhan/penyakit lain yang diderita (ex:DM,HT,dll) dan
riwayat penyakit sebelumnya ?
Adakah riwayat alergi (debu,asap kendaraan,udara,makanan/minuman,
alergi obat,dll)
Apakah sudah pernah berobat atau sudah minum obat- obatan tertentu ?(
riwayat pengobatan sebelumnya )
Apakah timbul gangguan penurunan penglihatan ?
Spesifik Katarak :
Apakah ada penurunan penglihatan/ pandangan buram, kabur,
seperti tertutup kabut / berasap bahkan pada siang hari ?
Apakah peka terhadap sinar atau cahaya ?
Apakah terjadi diplobia/melihat dobel pada satu mata ?
Apakah ada nyeri pada mata ?(biasanya pada katarak tidak
disertai nyeri kecuali terdapat komplikasi lain)
Kapan mulai terjadi kekeruhan lensa, sejak usia ?(untuk
mengetahui jenis Katarak)
Apakah ada riwayat trauma atau riwayat penyakit lain ? (Untuk
mengetahui jenis Katarak)
2) PEMERIKSAAN
a) Pemeriksaan Fisik
Pada saat pertama kali bertemu dengan pasien , kita melihat dan menilai keadaan
umum pasien, apakah pasien kelihatan sakit, lemah, pucat, atau tampak sehat, dan
bagaimana pasien datang apakah bisa berjalan sendiri atau dibantu keluarga untuk
menilai fungsi penglihatan.
Melihat keadaan mata pasien, apakah mata tampak merah, adanya secret/kotoran,
sembab, ada benjolan apa tidak, lensa mata keruh apa tidak, apakah pada sklera
tampak bersih,warna konjungtiva,dan apakah tampak tanda-tanda abnormal di
bandingkan mata sehat.
Perhatikan :
Lensa Perhatikan kejenihannya. Normal jernih, kalau keruh suspek katarak.
Cairan mata ( Normal, bertambah, berkurang) Untuk menentukan stadium katarak
Iris (Normal atau terdorong, tremulans ) Untuk menentukan stadium katarak
Bilik mata depan ( Normal, dangkal ) Untuk menentukan stadium katarak
Sudut bilik mata ( Normal, sempit, terbuka ) Untuk menentukan stadium katarak
b) Pemeriksaan fungsi Penglihatan
Lakukan pemeriksaan visus sesuai SOP pemeriksaan mata
3) PENEGAKAN DIAGNOSA
Dari Anamnesa dan Pemeriksaan dapat ditegakan Diagnosa Katarak sesuai dengan
jenis dan stadium Katarak
A. Menurut Jenisnya :
Katarak Kongenital apabila kekeruhan lensa mata timbul pada saat
pembentukan lensa, Sudah terdapat pada saat bayi baru lahir
Katarak Senile apabila keluhan lensa yang terdapat pada usia diatas 50 tahun
Katarak Juvenile apabila mulai terbentuknya saat usia kurang dari 9 tahun dan
lebih dari 3 bulan biasanya merupakan lanjutan katarak kongenital
Katarak komplikata apabila Katarak terjadi akibat komplikasi dari penyakit lain
seperti penyakit sistemik, dan trauma
B. Menurut Stadiumnya :
Stadium insipien Dimana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi
lensa
Stadium imatur Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga lensa menjadi cembung
Stadium matur merupakan proses degenerasi lanjut lensa , terjadi
kekeruhan seluruh lensa
Stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks
lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam dalam korteks lensa
( katarak Morgagni)
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KATARAK UNTUK MENEGAKAN DIAGNOSA
SESUAI HASIL PEMERIKSAAN
INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR
4) PENATALAKSANAAN
Setelah ditegakan diagnosa Katarak maka lakukan rujukan ke pelayanan kesehatan
rujukan / Rumah Sakit sesuai SOP untuk penanganan lebih lanjut.
5) KONSELING
Sarankan pada penderita rutin kontrol ke Rumah Sakit atau dokter spesialis
mata untuk melakukan pengecekan retina serta ketajaman visual secara
berkala.
Sarankan kepada penderita untuk selalu menggunakan sunglass saat
beraktivitas diluar ruangan, hindari paparan sinar matahari langsung, dan
cahaya yang terlalu terang.
Sarankan kepada penderita untuk tidak merokok serta jangan mengkonsumsi
minuman beralkohol.
Anjurkan penderita makan makanan bergizi yang mengandung vitamin A, C, E,
dan protein seperti buah dan sayur berwarna terang, beras merah, kacang-
kacangan, sereal, minyak canola serta ikan.
Hindari makanan yang terlalu banyak mengandung lemak dan garam.