Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DEKONTAMINASI DAN INDIKASI DEKONTAMINASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pencegahan dan pengedalian infeksi
(PPI)
Dosen Pengampu : Ns. Asep Rosihulhaq S. Kep, M.Kes

Disusun Oleh:

Angga Anugrah : 12210066


Galih Firmansyah : 12210082
Geriswa Maajil Arkamb Maana : 12210083
M. Basyir Ma’rifatul Islam ; 12210095
Sri Fitriani ; 12210127
Teddy Maulana Rahman : 12210130
Yudi Irwan : 12210135

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI KESEHATAN INDONESIA (STKINDO)
WIRAUTAMA
2023-2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan Rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Dekontaminasi
Dan Indikasi Dekontaminasi”.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Cianjur, 24 November 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam bekerja menciptakan lingkungan bebas infeksi, yang penting dan rasional
adalah melakukan setiap proses pencegahan infeksi yang dianjurkan. Setiap petugas
kesehatan baik ysng bertugas di RS maupun di klinik rawat jalan mempunyai risiko
untuk terkena infeksi dari pasien yang sedang ditanganinya. Selain itu juga dapat
menularkan infeksi dari pasien satu ke pasien yang lain melalui alat-alat medis dan
non medis yang digunakan dan sudah terkontaminasi.
Infeksi dapat juga terjadi apabila petugas tidak melaksanakan prosedur yang benar
dalam menangani alat-alat/instrumen yang bekas paket (daur ulang). Proses
dekontaminasi, pembersihan, dan desinfeksi merupakan proses yang sangat
menentukan dalam menjamin alat-alat yang disterilkan bebas dari sisa-sisa bahan
infeksi. Proses ini harus mampu menurunkan kemungkinan infeksi pada petugas yang
melaksanakan pembersihan dan persiapan alat untuk disterilkan.
Kegagalan pada proses ini merupakan salah satu penyebab terjadinya infeksi.
Infeksi di rumah sakit merupakan masalah serius yang menggambarkan mutu
pelayanan rumah sakit dan oleh karena itu harus ditanganin dengan baik. Petugas
yang melakukan pekerjaan ini harus terlatih dan trampil serta dilengkapi alat
pelindung.
B. Rumusan masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dekontaminasi?
2. Apa tujuan dekontaminasi?
3. Bagaimana cara pemilahan alat?
4. Bagaimana indikasi dekontamiansi?
5. Bagaimana siklus penggunaan pembekalan steril?
6. Bagaimana konsep clearning, dekontaminasi alat?
7. Bagaimana cara packing dan sterilisasi alat?
8. Bagaimana cara penyimpanan dan distribusi alat?
C. TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan dekontaminasi?
2. Mengetahui tujuan dekontaminasi?
3. Mengetahui cara pemilahan alat?
4. Mengetahui indikasi dekontamiansi?
5. Mengetahui siklus penggunaan pembekalan steril?
6. Mengetahui konsep clearning, dekontaminasi alat?
7. Mengetahui cara packing dan sterilisasi alat?
8. Mengetahui cara penyimpanan dan distribusi alat?

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dekontaminasi
1. Pengertian
Dekontaminasi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk
memusnahkan/mematikan mikroorganisme yang patogen sehingga aman untuk
penanganan selanjutnya
Menurut WHO dekontaminasi adalah proses pembersihan suatu benda atau zat
untuk menghilangkan zat pencemar seperti micoorganisme atau bahan berbahaya,
termasuk bahan kimia, zat radioaktif, dan penyakit berjangkit.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam menangani
suatu peralatan, perlengkapan, dan benda lain yang terkontaminasi oleh kotoran,
cairan atau zat tertentu. .
Dekontaminasi adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk
memutusnahkan rantai penularan infeksi dengan mengurangi tingkat kontamiansi
micromial dalam intrumen bedah.
2. Tujuan dekontaminasi
Aktivitas dekontaminasi dilakukan dengan beberapa tujuan yang meliputi: untuk
meminimalkan jumlah microorganisme serta risiko infeksi pada petugs apabila secara
tidak sengaja terluka saat membersihkan alat-alat sehingga mengurangin kontaminasi
pada tangan, membersihkan kotoran yang tampak di perlengkapan atau peralatan
kerja yang digunakan, mensterilkan peralatan dan perlengkapan kerja dari kotoran dan
bibit penyakit yang berpotensi menempel di permukaan atau di dalamnya, membantu
menurunkan transmisi penyakit dan mencegah terjadinya infeksi pada alat-alat atau
instrumen kerja karena telah dilakukan pencucian setelah digunakan, mencegah
penyebaran virus atau terjadinya infeksi karena bahan B3 di lingkungan kerja, dan
memusnahkan mikroorganisme patogen termasuk spora
B. Pemilahan Alat
Pembekalan steril secara garis besar terbagi atas dua kategori yaitu :
1. Pembekalan steril reusible
Merupakan pembekalan steril yang dapat disterilkan ulang, meliputi :

5
a. Alat kesehatan/berupa intrumen seperti : pisau operasi, gunting operasi, (surgical
scissors), pinset operasi, dock klem, kocher, peart, kogel tang
b. Linen (kain) untuk keperluan operasi, seperti : baju bedah, kam doek.
c. Gloves (sarung tangan)
2. Pembekalan steril disposible use
Merupakan alat kesehatan steril yang bersifat sekali pakai contohnya :
a. Jarum suntik, alat semprit (spuit/syringea),
b. Cateters (iv cateters, foley cateters, stomach tube),
c. Alat-alat untuk mengambil / memberikan cairan atau darah (blood administration
set, solution administration set).
C. Indkasi Dekontaminasi
1. Peralatan medik yang termasuk kategori kritis
Yaitu untuk peralatan yang dimasukkan ke dalam jaringan tubuh, system vaskuler
atau melalui saluran darah haruslah dilakukan proses dekontaminasi dengan cara
sterilisasi sebelum digunakan.
2. Peralatan medik yang termasuk kategori semi kritis
Yaitu yang menyentuh selaput lendir seperti peralatan endoskopi, pipa endotracheal di
mana kesemuanya harus deilakukan dekontaminasi dengan cara isinfeksi tingkat
tinggi dahulu sebelum digunakan.
3. Peralatan medik yang termasuk kategori non kritis
Yaitu peralatan yang menyentuh kulit seperti stetoskop, mansheet dan lainnya, maka
petugas medis harus melakukan desinfeksi tingkat rendah atau menengah sebelum
menggunakannya.
4. Sterilisasi untuk alat implant juga harus melalui tahapan uji biologi dan menunjukkan
angka kuman dengan hasil negatif.
5. Permukaan meja / permukaan lain yang tercemar / tumpahan darah atau cairan tubuh
pasien
6. Linen bekas pakai yang tercemar darah / atau cairan tubuh pasien
7. Dekontaminasi juga dilakukan untuk semua peralatan yang mengalami penurunan
fungsi sebelum dan setelah sterilisasi, tidak dipergunakan kembali.
8. Tindakan dekontaminasi baik sterilisasi maupaun disinfeksi terhadap ruang pelayanan
medis dan peralatan medis dilakukan sesuai kebijakan rumah sakit

D. Siklus Penggunaan Perbekalan Steril

6
Penggunaan perbekalan steril reusable merupakan suatu siklus yang terdiri dari :
1. Transfortasi
Siklus berawal dari transfortasi perbekalan steril reusable yang telah digunakan
(peralatan kotor) dari beberapa user seperti kamar operasi, bagian gawat darurat
kebagian sterilisasi sentral di rumah sakit dengan menggunakan trolly (kereta dorong0
atau wadah lain yang rusak.
2. Cleaning dan dekontaminasi
Perbekalan steril yang kotor akan dibersihkan dari kototran yang nampak seperti
darah, cairan tubuh pasien. Proses ini dilakukan ri ruangan kotor.
3. Pemeriksaan alat
Penyiapan peralatan intrumen maupun linen yang diperlukan dalam suatu operasi
dalam bentuk paket. Peralatan instrumen yang tidak lengkap atau tidak layak pakai
dalam suatu paket akan menghambat kelancaran jalannya suatu operasi, sebagai
contoh pemeriksaan terhadap instrumen meliputi kebersihan instrumen dari kotoran,
ketajaman gunting, dll.

PENYIMPANAN TRANSFORT USER

STERILISASI TRANSPORT

PACKAGING PEMERIKSAAN CLEANING

4. Packaging (pengemasan)
Untuk mencegah rekontaminasi selama penyimpanan maka alat-alat tersebut dikemas
terlebih dahulu ssebelum memasuki proses sterilisasi. Pengemas harus dapat
menjamin sterilisasi produk hingga waktu penggunaannya. Pengemasan yang rusak
maupun tidak layak dapat menyebabkan proses cleaning pengemasan dan sterilisasi
tidak bermanfaat.
5. Sterilisasi
Instrumen dan linen yang telah dikemas siap memasuki proses sterilisasi. Diantara
metode sterilisasi biasa digunakan seperti : panas basah, pansa kering, etylen oksid,
formaldehid metode panas basah merupakan metode sterilisasi intrumen dan linen

7
yang paling sering dijumpai di rumah sakit.
6. Penyimpanan
Setelah sterilisasi selesai, instrumen dan linen dikeluarkan dari alat sterilisai. Setelah
pemeriksaan terhadap indikator sterilisasi selesai, maka dilakukan penyimpanan untuk
kemudian di distribusikan kepada user seperti ruang-ruang operasi.
7. Penggunaan produk steril
Penggunaan produk steril memerlukan cara-cara penggunaan yang besar untuk
mempertahankan sterilisasinya. Sebagai contoh cara membuka kemasan produk steril
yang salah dapat mengakibatkan produk steril yang tersimpan didalamnya menjadi
terkontaminasi. Dengan menggunakan prosedur yang aseptik, maka rekontaminasi
terhadap produk steril akan dapat dikurangi semaksimal mungkin.
E. Cleaning, Dekontaminasi Dan Desinfektan
Konasep dasar cleaning adalah bahwa kotoran yang menempel pada instrumen dan
linen tidak hanya merupakan media bagi pertumbuhan mikroorganisme tetapi juga
menyebabkan proses sterilisasi menjadi kursng efektif. Terdapat tiga tujuan utama proses
cleaning :
1. Menghilangkan kotoran yang nampak terlihat, seperti bercak darah
2. Menghilangkan kotoran yang tidak terlihat, seperti cairan tubuh pasien
3. Menghilangkan semaksimal mungkin mikroorganisme yang mengkontaminasi.
Cleaning meliputi beberapa langkah penting yaitu :
1. Pemeriksaan kelengkapan alat
2. Proses peredaman
3. Pencucian
4. Pembilasan
5. Pengeringan
Proses dimulai setelah instrumen digunakan oleh pasien terkena kontaminasi.
Setelah ditetima oleh petugas dan diperika kelengkapannya, peralatan tersebut harus
dicegah terhadap terjadinya proses pengeringan darah, komponen protein sehingga
nantinya mudah dihilangkan. Hal ini dapat dilakukan dengan menempatkan sejumlah
larutan peralatam kedalam wadah tertutup. Produk berikut dapat digunakan sebagai
larutan peredam :
1. Air
2. Larutan enzymatic yang dapat melarutkan senyawa-senyawa protein
3. Air dan larutan detergen

8
4. Desinfektan
Proses cleaning. Dapat dilakukan :
1. Secara manual. Cara ini dilakukan apabila rumah sakit mempumyai peralatan
ulrosnic cleaning atau washer-sterilize / washer-decontaminator
2. Ulrosonic cleaning
3. Washer-sterilize / washer-decontaminator
Dalam proses cleaning penggunaan desinfektan merupakan salah satu hal
penting yang harus di perhatikan. Dirumah sakit desinfektan digunakan untuk
membersihkan alat kesehatan dan benda-benda dengan permukaan yang keras
seperti meja, lemari, lantai dan dinding. Bagian farmasi biasanya bertugas
menyiapkan desinfektan. Dalam menyiapkan suatu desinfektan farmasis perlu
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas suatu desinfektan serta
hal-hal yang dapat menyebabkan in aktivitas suatu desinfektan.
Untuk mencegah in aktivitas desinfektan maka berikut ini diberikan beberapa
petunjuk penggunaan desinfektan :
1. Intruksi penggunaan desinfektan oleh pabrik yang membuatnya harus dipatuhi
2. Perlu di periksa tanggal kadaluawarsa
3. Perhatikan pelarutan desinfektan dengan kadar yang optimal
4. Selalu cuci bersih benda-benda sebelum desinfektan, sebab desinfektanda
dapat menjadi tidak efektif oleh bahan organik
5. Jangan mengisi kembali tempat desinfektan bekas tanps dilakukan sterilisasi
terlebih dahulu
6. Disinfektan tidak boleh digunakan untuk sterilisasi peralatan (kecuali jika
telah diatur dalam kebijakan desindektan, misalnya endoskopi)
7. Tempat desinfektan harus tertutup rapat untuk msnghindari terjadinya
kontaminasi oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotika, misalnya
pseudomonas dan spora.
Beberapa desinfektan yang banyak digunakan di rumah sakit adalah :
1. Alkohol
2. Golongan phenol (intermediate to low level desinfektan)
3. Klorin aktif (intermediate level desinfektan)
4. Glutaraldehyde (Might level desinfektan/sterilant)
5. Hydrogen pyroksida (Hight level desinfektan)
6. Formaldehida (Formalin)

9
7. Amonium quarterner (low level desinfektan)
F. Packaging Dan Sterilisai
Untuk mencegah rekontaminasi pada instrumen dan linen, maka alat-alat tersebut
dikemas terlebih dahulu sebelum memasuki proses sterilisasi. Bahan pengemas yang
digunakan harus mempunyai syarat dapat ditembus oleh bahan pensterilisasi sehingga
insteumen maupun linen yang ada di dalamnya steril. Syarat lain setelah proses sterilisasi,
pengemas harus dapat berfungsi sebagai penghalang masuknya mikroorganisme kedalam
insteumen maupun linen yang dikemas. Dengan demikian pengemas harus dapat
menjamin sterilisasi produk hingga waktu penggunaaanya. Pengemas yang rusak maupun
tidak layak dapat menyebabkan proses cleaning, pengemasan dan sterilisasi tidak
bermanfaat.
Terdapat beberapa macam packaging (pengemas), yaitu :
1. Pengemas primer
Contoh pengemas primer : Kertas 2 lapis, kain 2 lapis, single atau double
laminated film pouch, wadah yang disertai penyaring,dl.
Syarat-syarat pengemasan primer :
a. Mampu menjaga sterilisasi produk setelah proses sterilisasi
b. Kompatible dengan proses sterilisasi
c. Pembungkus dapat di tembus oleh udara atau bahan pensteril
d. Tidak melepaskan bahan kimia tertentu atau partikel kedalam produk sehingga
keamanan pasien terjamin
e. Sebagai indikator, sehingga produk yang telah di sterilkan dapat dibedakan
dengan produk yang belum mengalami sterilisasi
f. Mudah dibuka
2. Pengemasan sekunder
Pengemasan sekunder selain melindungi produk steril dari debu juga
melindungi secara mekanik dan memudahkan dalam transportasi alat kesehatan
steril disposble use.
3. Pengemasan selama distribusi instrumen dan linen steril
Merupakan trolley tertutup beroda untuk mendistribusikan produk steril yang
telah dikemas dengan pengemas primer ataupun sekunder ke ruangan-ruangan di
rumah sakit yang membutuhkan.
Beberapa bahan yang digunakan untuk pengemas adalah :
a. Kain

10
Terdapat beberapa keuntungan pengimaan kain : kuat, dapat digunakan
berulang kaliserta flexibel.
b. Kertas
Kertas merupakan alternatif pengganti kain. Pori-porinya lebih kecil dari
tekstil dan hanya digunakan untuk sekali pakai.
c. Laminated film pouch
Untuk pengemas instrumen dalam bentuk tunggal atau sejumlah dengan
ukuran yang relatif kecil. Laminated film pouch terdiri atas kertas disatu sisi
dan plastik transparan pada sisi yang lain yang direkatkan melalui proses
laminating. Udara maupun uap air dapat masuk ke dalam kemasan melalui
bagian yang dilapisi oleh kertas, pengemas ini tersedia dalam berbagai ukuran.
d. Sterilizing drums
Terbuat dari logam stainlesteel, sebagai pengems sekunder. Tifal sapat
digunakan sebagai pengemas primer/ pada model pengemas ini, uap air dapat
masuk ke dalam prosuk melalui lubang-lubang kecil yang dapat disekeliling
pengemas. Lubang-lubang ini dapat dibuka dan ditutup, sebelum sterilisasi
lubang dibuka dan setelah sterilisasi lubang akan ditutup kembali.
e. Sterilizing containers
Digunakan sebagai pengemas primer pada sterilisasi kain atau instrumen. Pada
pengemas jems ini udara akan bergerak masuk melalui filter yang terdapat
pada penutupnya.
Terdapat dua macam cara melipat pengemas instrumen dan linen. Yaitu :
1. Envelope fold
2. Parcel fold
Model envelope fold digunakan untuk mengemas peralatang dengan ukuran
kecil, sedangkan model parcel fold untuk mengemas linen serta sekumpulan
instrumen yang telah dimasukan dalam tempat instrumen (instrumen trays). Cara
pengemasan dapat dilakukan dengan hanya menggunakan satu model saja atau
menggunakan kombinasi kedua model tersebut.
Instrumen dan linen yang telah dikemas siap didistribusikan. Sterilisasi adalah
suatu peoses dengan metode tertentu yang bertujuan mematikan semua organisme
hidup (vegetatif dan rion vegetatif) termasuk spora bakteri yang lenih resisten
terhadap desinfektan. Terdapat bemacam-macam sterilisasi yaitu :
1. Sterilisasi panas kering

11
2. Sterilisasi dengan uap
3. Sterilisasi dengan ultraviolet
4. Sterilisasi dengan sinar pengion
5. Sterilisasi dengan gas kimia
6. Sterilisasi dengan filter
7. Sterilisasi dengan bahan kimia
G. Penyimpanan Dan Distribusi
Setelah proses sterilisasi selesai, maka perbekalan steril tersebut akan disimpan
hingga waktu digunakan oleh user. Penyimpanan barang steril tidak tekena kontaminasi.
Untuk itu diperlukan ruangan khusus untuk menyimpan barang steril serta lemari/tempat
penyimpanan khusus di unit pemakai.
Berikut ini beberapa persyaratan yang diperlukan :
1. Dirancang untuk tidak menahan debu, yaitu dengan mengurangi adanya celah-
celah atau tonjolan-tonjolan tempat debu dapat bersarang
2. Ruang harus kering
3. Ruangan harus bertekanan positif
4. Pintu dan jendela harus berlapis dengan ruangan transisi
5. Bak tempat barang steril dirancang sedemikian rupa untuk memudahkan system
FIFO (first in first out), artinya barang yang telah lebih dahulu steril akan dapat
digunakan terlebih dahulu.
6. Pembersihan ruangan / tempat diusahakan tidak dengan sapu melainkan dengan
mesin pengisap debu.
Adapun persyaratan lemari barang steril :
1. Harus ditempatkan dalam ruangan yang bersih, tidak bercampur atau berdekatan
dengan tempat/rak disposal
2. Harus kering
3. Minimal sekali seminggu dibersihkan
Untuk pengakatan barang steril dari ruang penyimpanan ke unit pemakai diperlukan
lemari beroda yang tertutup rapat, bersih dan kering atau menggunakan lift barang steril
apabila unit pemakai seperti ruangan operasi berada tepat diatas area tempat penyimpanan
barang steril seperti yang terdapat pada beberapa rumah sakit besar.
H. Evaluasi Perbekalan Steril
Evaluasi (kontrol kualitas) terdapat perbekalan steril reusable diperlukan untuk
meminjam keamanan baik bagi pasien maupun para petugasnya. Kontrol kualitas

12
meliputi:
1. Kontrol kualitas administrative
a. Managemen
Semua petugas yang terlibat dalam penanganan perbekalan steril baik teknisi,
supervisor maupun kepala instalasi harus merupakan tenaga berlebih dan disiplin
tinggi
b. Kebijakan prosedur
Seluruh kebijakan dan prosedur penanganan perbekalan steril harus tertulis serta
dapat dijalankan oelh petugas.
2. Kontrol kualitas teknis
Dilakukan untuk mengetahui keandalan suatu metode dan proses sterilisasi. Kontrol
kualitas teknis dilakukan selama proses sterilisasi maupun seesudah proses sterilisasi
berlangsung
a. Kontrol selama proses
Dilakukan dengan menggunakan indikator :
1) Indikator kimia
Yaitu suatu indikator yang menggunakan bahan kimia yang pad suhu akan
berubah warnanya, misalnya indikator tape. Indikator tape diletakan didalam
dan siluar packaging
2) Indikatoe fisik
Contohnya adalah grafik yang terdapat pada high prevacuum autoclave. Grafik
ini menunjukkan hubungan antara tekanan dan temperatur yang konsisten
pada waktu tertentu.
3) Indikator biologis
Indikator ini prinsipnya adalah menggunakan suatu bakteri, jenis bakteri
yang digunakan tergantung dari type alat sterilisasi yang digunakan :
a) Bacillus stearothermophillus untuk sterilisasi panas uap (autoclave)
b) Bacillus subtillis untuk sterilisasi dengan etopoksid dan sterilisasi kering
Indikator ini biasanya tersedia dalam bentuk ampul dengan harga yang relatif
mahal. Untuk kontrol terdapat sterilisasi yang efektif dan efisien adalah
menggunakan indikator fisik dan kimia, dan secara berkala dapat dilakukan
kontrol dengan indikator biologis.
4) Kontrol sesudah proses

13
Dilakukan terhadap sterilisai barang serta keadaan fisik barang (keutuhan,
kelengkapan)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penanganan terdapat pembekalan steril reusable yang meliputi imstrumen, linen dan
sarung tangan di rumah sakit perlu mendapat perhatian serius untuk menghindari
timbulnya infeksi. Penanganan yang baik perlu dilakukan mulai dari transfort dari user,
proses cleaning dan dekontaminasi, pemeriksaaan peralatan, pengemasan, sterilisasi,
penyimpanan hingga pendistribusian kembali ke user. Pemilihan desinfektan yang efektif
pada tiap jenis alat kesehatan. Pemilihan jenis pengemas serta pemilihan metoda
sterilisasi yang tepat akan dapat menjamin produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan
yang telah ditentukan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arbeitskretsa instrumen-Aufbereitung, 2005. Pemeliharaan yang tepat


pada intrumen edisi ke 8, Dipublikasikan di internet

DIN EN ISO 15883*: 2005 Reiningungs-/Desinfektionsgerate


Anforderungen, Difinitionen, prufungen[pembersihan-pendesinfeksian;
starat-syarat, definisi, metode test.

http://guguntompel.blogspot.co.id/2014/01/dekontaminasi-alat,html
Diposkan oleh Ahmad Gunadi pukul 18.23 diakses pada 1 November 2016

15

Anda mungkin juga menyukai