Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan
yang bertujuan untuk mengancurkan semua bentuk
kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Puskesmas sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan
yang mengutamakan keselamatan pasien dan petugas
selalu berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi di
Puskesmas, Untuk mencapai keberhasilan tersebut maka
perlu dilakukan pengendalian infeksi di puskesmas  dengan
cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan.
Dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di
fasilitas pelayanan kesehatan sangat penting bila terlebih
dahulu petugas dan pengambil kebijakan memahami konsep
dasar penyakit infeksi. Oleh karena itu perlu disusun
pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas
pelayanan kesehatan agar terwujud pelayanan kesehatan
yang bermutu dan dapat menjadi acuan bagi semua pihak
yang terlibat dalam pelaksanaan pencegahan dan
pengendalian infeksi di dalam fasilitas pelayanan kesehatan
serta dapat melindungi masyarakat dan mewujudkan
keselamatan pasien yang pada akhirnya juga akan
berdampak pada efisiensi pada manajemen fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan.
Untuk mendukung pelaksanaan pelayanan kesehatan yang
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99
bermutu dan profesional khususnya upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan
diperlukan penanganan secara komprehensif melalui suatu
pedoman, sehingga perlu dilakukan perubahan sesuai
dengan perkembangan mengenai pencegahan dan
pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan Kesehatan. Untuk
itu kita dapat memperkirakan tingkat infeksi apabila tidak
diadakan penanganan dan pengendalian infeksi secara
serius. Mata rantai dalam pencegahan infeksi dalam
fasilitas pelayanan kesehatan, dengan mengadakan sebuah
Instalasi Pusat Sterilisasi yang berkwalitas.
Ada beberapa poin yang juga menjadi latar belakang sangat
mendasar berdirinya Pusat Sterilisasi yaitu salah satu
pendukung jaminan mutu pelayanan di Puskesmas.Infeksi
Terkait Pelayanan Kesehatan (Health Care Associated
Infections) yang selanjutnya disingkat HAIs adalah infeksi
yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dimana, juga
infeksi karena pekerjaan pada petugas puskesmas dan
tenaga kesehatan terkait proses pelayanan kesehatan di
fasilitas pelayanan Kesehatan.
II. MAKSUD DAN TUJUAN

 Maksud
Pedoman ini dimaksudkan agar dapat menjadi acuan
bagi Tim Layanaan CSSD dalam melakukan kegiatan
pelayanan sterilisasi untuk meminimalkan risiko infeksi
di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


 Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat
guna meminimalkan risiko infeksi di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan.
Tujuan Khusus :
 Sebagai pedoman dalam memberikan
pelayanan pusat sterilisasi di Puskesmas
 Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol
mutu terhadap hasil sterilisasi.
 Sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga
pelaksana memberikan pelayanan sterilisasi

III. SASARAN
Sasaran dari penggunaan pedoman ini adalah Kepala
Kecamatan Grogol Petamburan, Ka Sub Bagian Tata
Usaha, Kepala satuan pelayanan dan TIM Layanan
CSSD Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


IV. LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 27 tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


BAB II
KONSEP LAYANAN STERILISASI (CSSD)
DI PUSKESMAS

I. Pengelolaan Peralatan Alat Medis


Pengelolan peralatan perawatan pasien dan alat medis
Iainnya adalah proses pengelolaan, dekontaminasi dan
pengemasan berdasarkan kategori kritikal, semi kritikal
dan non kritikal.Bertujuan untuk mencegah peralatan cepat
rusak, menjaga tetap dalam keadaan terdekontaminasi
sesuai kategorinya, menetapkan produk akhir yang sudah
steril dan aman serta tersedianya peralatan perawatan
pasien dan alat medis Iainnya dalam kondisi bersih dan
steril saat dibutuhkan.
Jenis peralatan kesehatan menurut Dr. Earl Spaulding,
berdasarkan penggunaan dan risiko infeksinya, sebagai
berikut:
1. Peralatan kritikal adalah alat-alat yang masuk ke
dalam pembuluh darah atau jaringan lunak. Semua
peralatan kritikal wajib dilakukan sterilisasi yang
menggunakan panas, contoh: sernua instrumen
bedah, periodontal scalier dan lain lain.

2. Peralatan semi-kritikal adalah alat-alat yang kontak


dengan membran mukosa saat dipergunakan. Semua
peralatan semikritikal wajib dilakukan minimal
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99
Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau apabila terdapat
alat yang tahan terhadap panas, maka dapat
dilakukan sterilisasi menggunakan panas, contoh
Ambu bag, ETT, handpiece, speculum.
3. Peralatan non kritikal adalah peralatan yang saat
digunakan hanya menyentuh permukaan kulit saja
(kulit utuh), contoh: tensimeter, stethoscope dan lain
lain.
II. Aktivitas Fungsional CSSD
1.Menggunakan APD
Petugas memakai APD sesuai indikasi dan jenis paparan
terdiri dari topi, gaun atau apron, masker, sarung tangan
rumah tangga dan sepatu tertutup.

Gambar . Penggunaan APD saat pengelolaan peralatan


2. Alur aktivitas CSSD
1. Penerimaan instrumen
Alat kotor dari berbagai unit pelayanan diterima oleh
petugas CSSD.Pencatatan; alat yang masuk ke
CSSD dicatat dalam buku ekspedisi alat masuk.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


2. Pemilahan Instrumen
Alat dikelompokan berdasarkan jenisnya Peralatan
Kritikal,semi krtikal dan non kritikal.
3. Pencucian
Proses yang secara fisik membuang semua kotoran,
darah, atau cairan tubuh Iainnya dari permukaan benda
mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme
untuk mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh
kulit atau menangani objek tersebut. Proses ini adalah
terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau
detergen dan air atau menggunakan enzim, kemudian
membilas dengan air bersih, dan dikeringkan.
Pembersihan dapat dilakukan, sebagai berikut:
Pembersihan manual dengan mengunakan sikat
(sesuai kebutuhan) Selanjutnya dicuci, dibilas dengan
air mengalir kemudian tiriskan (keringkan) untuk proses
selanjutnya.
4.Pengeringan
Pengeringan; dilakukan sampai kering betul dengan
menggunakan handuk bersih.
5. Pengemasan
Pastikan semua peralatan yang akan disterilkan
dilakukan pengemasan dengan membungkus semua
alat-alat untuk menjaga keamanan dan efektivitas
sterilisasi dengan menggunakan pembungkus kertas
khusus atau kain (linen), dengan prinsip sebagai
berikut:

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Prosedur pengemasan harus mencakup: label nama
alat, tanggal pengemasan, metode sterilisasi, tipe dan
ukuran alat yang dikemas, penempatan alat dalam
kemasan
Pengemasan sterilisasi harus dapat menyerap dengan
baik dan menjangkau seluruh permukaan kemasan dan
isinya.
Kemasan harus mudah dibuka dan isinya mudah
diambil saat akan digunakan tanpa menyebabkan
kontaminasi. (iv) Harus dapat menjaga isinya tetap
steril hingga kemasan dibuka dan dilengkapi masa
kadaluwarsa.
Kemasan harus mudah dibuka, isinya mudah diambil
tanpa menyebabkan kontaminasi dan dapat menahan
mikroorganisme, kuat, tahan lama, mudah digunakan,
tidak mengandung bahan beracun, segelnya baik.
Bahan untuk pengemasan dapat berupa: bahan kertas
film, bahan Plastik atau bahan kain (linen).

6.Inspeksi dan Labelling

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Pengamatan dan pengesetan; alat dicek fungsi dan
diperiksa kelengkapannya. Dilakukan pengesetan
sesuai kebutuhan dan jenis alat. Labelling; setiap
kemasan diberi label yang menjelaskan isi set alat,
tanggal sterilisasi, dan indikator sterilisasi.
7.Sterilisasi Instrumen dengan Autoclave
Penyimpanan; penyimpanan alat dan bahan steril pada
rak bersih, dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan
8. Distribusi
Dilakukan sesuai kebutuhan unit khusus dengan
memperhatikan kebutuhan.
Pembersihan dan kontrol alat sterilisasi; dilakukan
pemeliharaan alat sterilisasi rutin setiap 2x dalam
setahun yang dilakukan oleh pihak vendor untuk
maintenance berkala.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


ALUR CENTRAL STERILE SUPPLY DEPARTEMENT
(CSSD)

PENGUMPULAN
INSTRUMEN
KOTOR

PEMILAHAN
INSTRUMEN

PENCUCIAN

PENGERINGAN

PENGEMASAN

INSPEKSI DAN
LEBEL

STERILISASI
INSRTUMEN DENGAN
AUTOCLAVE

PENYIMPANAN

DISTRIBUSI

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


III. Prinsip Dasar Operasional
Setiap puskesmas harus memiliki pusat sterilisasi mandiri
yang mampu memberikan pelayanan sterilısasi puskesams
dengan baik.
Memberikan pelayanan sterilisasi bahan dan alat medik
untuk kebutuhan unit-unit di puskesmas.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


BAB III
MEKANISME LAYANAN CSSD DAN TATA LAKSANA
LAYANAN CSSD

I.MEKANISME LAYANAN CSSD


Pelayanaan sterilisasi melayani semua unit di puskesmas
yang membutuhkan kondisi steril. Dalam melaksanakan
tugas sehari-hari pusat sterilisasi selalu berhubungan
dengan:
 Layanan Gigi
 Layananan Ruang Bersalin
 Layanan Keluarga Berencana(KB)
 Layanan 24 jam
 Prosedur sterilisasi pada peralatan Kritikal
Sterilisasi peralatan kritikal dapat menggunakan autoklaf
atau panas kering adalah proses menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk
endospora dengan menggunakan uap tekanan tinggi, panas
kering (oven).
Proses sterilisasi dilakukan dengan ketentuan, sebagai
berikut:
Jika menggunakan sterilisasi dengan pemanasan uap
(Steam sterilization or autoklaf)
Pastikan temperatur uap maksimum, yaitu sekitar 250 OF
(121 oc) dengan tekanan 15 Psi (Pounds per square Inch)
dalam waktu 15-20 menit atau dalam suhu 273 OF (134 oc)
dengan tekanan 30 Psi dalam waktu 3-5 menit.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Proses sterilisasi dengan autoklaf membutuhkan waktu 30
menit dihitung sejak suhu mencapai 121 oc.
Semua instrumen dengan engsel dan kunci harus tetap
terbuka dan tidak terkunci selama proses sterilisasi dengan
autoklaf.
Tulis tanggal sterilisasi dan kadaluwarsa pada kemasan
setelah dilakukan sterilisasi.
Jika menggunakan proses sterilisasi panas kering (dry heat
sterilization)
Pastikan semua instrumen kritikal sudah dibersihkan awal
(pre-cleaning) sebelum dilakukan proses setrilisasi.
Penggunaan sterilisasi pemanasan kering pada temperatur
340 OF (170 oc) dalam waktu 1 jam atau temperatur 320 OF
(160 oc) dalam waktu 2 jam.

Contoh sterilisator panas kering


 Proses desinfeksi peralatan semi kritikal
Desinfeksi peralatan semi kritikal dilakukan melalui proses
DTT adalah proses menghilangkan semua mikroorganisme,
kecuali beberapa endospora bakterial dihilangkan dengan
merebus dan menguapkan atau memakai desinfektan
kimiawi. Disinfeksi dilakukan setelah proses pre-cleaning
dan cara pembersihan, sebagai berikut:

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Proses DTT dengan perendaman dilakukan menggunakan
cairan disinfektan (natrium hypochlorite 5,25% yang ada di
pasaran) atau Glutaraldehyde 2 % atau peroxide hydrogen 6
% selama 15 — 20 menit. Pastikan seluruh permukaan
peralatan terendam dalam cairan tersebut. Lihat instruksi
dari pabrikan sesuai disinfektan yang dipilih untuk menjaga
risiko kerusakan peralatan.
Proses DTT dengan cara perebusan dan pengukusan
dilakukan dalam waktu 20 menit dihitung setelah air
mendidih atau sampai terbentuknya uap yang diakibatkan
oleh air yang mendidih.Tidak diperkenankan menambah air
atau apapun apabila proses perebusan atau pengukusan
belum selesai.Catatan: uap air panas pada 100 oc, akan
membunuh semua bakteri, Virus, parasit, dan jamur dalam
20 menit
 Peralatan Non Kritikal
Peralatan non kritikal adalah pengelolaan peralatan/bahan
dan praktik yang berhubungan dengan kulit utuh yang
merupakan risiko terendah. Proses pencucian, disinfeksi dan
pembersihan pada peralatan non kritikal dengan cara,
sebagai berikut:
Pencucian dilakukan dengan detergen dan air mengalir
kemudian keringkan dengan cara digantung, misalnya
manset tensimeter dan Iain Iain.
Desinfeksi dilakukan dengan alkohol swab 70 0/0, misalnya
stetoscope, termometer dan Iain Iain.
Pembersihan dilakukan menggunakan kain bersih yang
sudah dilembabkan (disemprot) dengan cairan klorin 0,05

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


0
/0, gosok dan lap semua permukaan yang dibersihkan,
misalnya permukaan tempat tidur, meja dan Iain Iain.
Tabel Jenis peralatan dan prosedur pengelolaannya

 Penyimpanan instrumen atau peralatan steril


Penyimpanan instrumen atau peralatan steril dengan benar
sangat penting untuk menjaga tetap steril. Oleh karena itu
perlu ditulis tanggal sterilisasi dan tanggal kedaluwarsa pada
bungkus alat yang steril sebelum penyimpanan. Instrumen
atau peralatan steril dikemas dan disimpan di lingkungan
yang bersih.
Hal yang perlu diperhatikan pada pengelolaan peralatan
alat medis yang telah dipergunakan, sebagai berikut:
Pastikan petugas kesehatan pada saat mengelola peralatan
kesehatan bekas pakai menggunakan APD seperti topi,
gaun/apron, masker dan sarung tangan rumah tangga serta
sepatu tertutup atau sepatu boot.

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Faktor-faktor yang memperngaruhi proses cleaning antara
lain bahan kimia (jenis detergen) yang digunakan, waktu dan
suhu perendaman serta air yang digunakan (idealnya air
dengan kandungan mineral rendah 70-150 mg/L/soft water).
Tersedia ruangan khusus pengelolaan, dekontaminasi dan
pengemasan peralatan perawatan pasien dan alat medis
lainnya setelah dipergunakan serta harus dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi dalam
pengelolaan dekontaminasi peralatan.
Design ruangan pengelolaan peralatan alat kesehatan,
sebagai berikut:
Area kotor (unclean area) adalah daerah untuk menerima
barang kotor, ruang tersendiri, lantai mudah dibersihkan,
tersedia bak untuk desinfeksi dan sirkulasi udara yang baik.
Area bersih (clean area) untuk mempersiapkan barang yang
akan di setting, packing dan disterilkan dengan sirkulasi
udara bertekanan seimbang
Area steril (steril/e area) untuk menyimpan alat atau barang
yang sudah steril, ruang udara bertekanan positif, (jika tidak
memungkinkan minimal di tempatkan pada area
penyimpanan alat yang bersih, tertata baik dengan sirkulasi
udara yang baik, tertutup rapat dengan lantai menggunakan
Vinyl dengan ujung 'antai melengkung untuk menghindari
debu dan dapat ditambahkan penggunaan (AC).
Lama waktu penyimpanan peralatan steril, sebagai berikut:

Tabel . Lama waktu penyimpanan peralatan steril

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Dl SIMPAN
JENIS Dl LETAKKAN
DAIAM
PEMBUNGKUS DALAM RAK
TEMPAT
TERBUKA
TERTUTUP
Dibungkus tunggal 1 minggu 2 hari
(1 lapis)
Dibungkus double 3 minggu 2 minggu
(2 lapis)

ll. TATA LAKSANA CSDD


Untuk mengunakan layanan cssd,harus memgetahui
Langkah-langkah sterilisasi dengan Autoclave MELAG
TYPE VACUKLAVE 43B,sebagai berikut :
1. Operator mesin mengisi air non mineral melalui pengisian
air tangka di bagian atas autoclave sampai pada level
“max”, ini dilakukan selalu pada saat pengoperasian
autoclave karena autoclave tidak akan berfungsi apabila
tidak ada air
2. Tekan saklar main switch onn/off (posisi saklar ini tepat
dibawah pada bagian samping autoclave)
3. Mengaktifkan program steril 
4. Buka pintu autoclave / tekan keypad open, pintu
autoclave terbuka dan masukkan barang-barang yang
akan disteril sesuai besar kcilnya alat, yang paling besar
harus diletakkan di posisi bawah
5. Dorong pintu autoclave , pintu akan tertutup secara
otomatis
6. Tekan keypad start , program sterilisasi sedang berjalan 
7. Operator mesin menunggu sampai proses steril berakhir
ditandai dengan indikator lampu mesin berubah menjadi
hijau dengan keterangan program running 100%
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99
8. Proses program steril selesai dan tekan keypad Open
kemudian pintu akan terbuka
9. Operator mesin membuka pintu mesin,kemudian
menunggu kurang lebih 5 menit
10. Operator mesin mengeluarkan alat/ barang steril dari
mesin autoclave dan control satu persatu / perkemasan
terhadap perubahan indicator
11. Operator mesin meletakkan alat/ barang steril pada
ruang penyimpanan alat

BAB IV

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


MONITORING EVALUASI PROSES STERILISASI

Tujuan pelayanan sterilisasi adalah untuk menyediakan produk


bahan / alat medik yang steril namun bukan berarti sekedar
menghasilkan barang-barang yang sterıl. Sterilan harus ada
jaminan dapat mensterilkan bahan/alat yang telah disterilkan
benar-benar steral. Untuk menjamin sterilitas alat / bahan
diperlukan mekanisme yang ketat.
Kontrol Kualitas Sterilisasi
Kontrol proses sterilisasi yang ketat akan memberikan
jaminan bahwa peralatan medis yang kita sediakan adalah
benar-benar steril. Caranya adalah dengan melakukan kultur
atau uji sterilitas dari setiap produk yang disterilkan.
Sayangnya cara ini sangat tidak praktis dan juga mahal untuk
dilakukan di puskesmas Oleh karenanya, sebagai jalan
keluar kita perlu melakukan apa yang disebut sebagai
monitoring proses sterilisasi, yaitu memonitor proses
sterilisasi yang kita lakukan untuk memberikan jaminan
bahwa parameter-parameter yang ditentukan dalam proses
sterilisasi sudah dipenuhi dengan baik.

BAB V
PENUTUP
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99
Undang-undang Nomor 8Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi para
praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita juga dituntut
memberikan pelayanan yang profesional dengan
diberlakukannya undang-undang tentang Praktek Kedokteran
yang ditujukan bagi kepastian hukum baik bagi penerima
pelayanan kesehatan maupun pemberi pelayanan kesehatan.
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi(PPI) merupakan
suatu kegiatan yang sangat penting dan salah satu faktor yang
mendukung untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan erat
kaitannya dengan citra puskesmas Oleh sebab itu
pencegahan dan pengendalian infeksi perlu diperhatikan.
Dengan adanya peningkatan tuntutan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan maka puskesmas membuka layanan
Pusat Steriliasi (Central Sterile Supply Department (CSSD)
di puskesmas, melalui layanan ini diharapkan untuk
menekan kejadian infeksi nosokomial di puskesmas,
sehingga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pelayanan di Puskesmas.

KATA PENGANTAR
Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan
Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayahnya, kami
dapat menyusun Pedoman Pusat Steriliasi (Central Sterile
Supply Department (CSSD) di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan. Pedoman ini diharapkan menjadi acuan
bagi seluruh petugas kesehatan dan pegawai Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan dalam mengupayakan untuk
menekan kejadian infeksi di puskesmas,dan sebagai bagian
dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi(PPI) yang
disediakan oleh Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan.

Layanan sterilisasi (CSSD) merupakan bagian dari


pelayanan penunjang kesehatan di Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan. Oleh karena itu, Layanan sterilisasi
(CSSD) akan memeberikan pelayanan yang sesuai standar
agar mendaptkan hasil yang baik sehingga dapat menekan
angka infeksi di puskesmas .

Masyarakat menghendaki pelayanan kesehatan yang aman


dan bermutu, dan dapat menjawab kebutuhan mereka,

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Untuk itu upaya peningkatan mutu, dan Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi(PPI) dalam hal ini layanan sterilisasi
dalam perlu diterapkan dalam pengelolaan pelayanan
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan yang
komprehensif kepada pelanggan.

Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan


ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi hingga selesainya buku pedoman ini. Kami
menyadari pedoman ini belum sepenuhnya sempurna,
sehingga masukan yang bersifat membangun sangat kami
harapkan.

Jakarta,
Kepala Pusat Kesehatan
Masyarakat
Kecamatan Grogol Petamburan

dr. Yefy Eskar, M.AP


NIP. 1971010220002121002

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


Nomor : .../PED/ PKM-
Dokumen GP/20
Nomor
:
Revisi
Tanggal
:
Terbit
Jumlah
:
Halaman

PEDOMAN LAYANAN CSSD


(Central Sterile Supply Department )

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99


KECAMATAN GROGOL PETAMBURAN

DINAS KESEHATAN

PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

Daftar Pustaka

1. Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan


Masyarakat

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 11


tentang Keselamatan Pasien, 2017
4. Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Tahun 2020
5. Pedoman CSSD Departemen Kesehatan Tahun 2009
6. Permenkes No. 27 tahun 2017 ttg Pedoman
Ppencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasyankes ·

Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD) 99

Anda mungkin juga menyukai