Anda di halaman 1dari 26

BAB I

DEFINISI

Rumah Sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan selain


merupakan pusat rujukan medik, juga berpotensi terhadap resiko penularan
infeksi yang sering disebut dengan Healthcare Associated Infections (HAIs) .
HAIs adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas pelayanan kesehatan lain yang tidak ditemukan dan tidak dalam
masa inkubasi saat pasien masuk rumah sakit. HAIs dapat disebabkan oleh
flora endogen atau karena mikroorganisme dilingkungan institusi penyedia
pelayanan kesehatan.
Keberhasilan dalam pelayanan kesehatan salah satu indikatornya
adalah angka HAIs rendah oleh sebab itu maka diperlukan upaya pencegahan
dan pengendalian resiko penularan secara terpadu mulai dari tingkat
pelaksana,manager unit kerja dan pimpinan rumah sakit agar pasien, keluarga
pasien, masyarakat yang berkunjung maupun petugas rumah sakit tidak
terkena infeksi . Secara terstruktur dalam upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi di Rumah Sakit adalah dengan memberdayakan secara optimal
pelayanan sterilisasi yang diselenggarakan oleh CSSD (Central Sterile Supply
Departement) melalui proses sterilisasi yang tersentralisasi dalam satu atap
managemen agar kualitas barang steril yang dihasilkan dapat terstandarisasi
dengan mutu terjamin sehingga terjadi efisiensi biaya dalam pelayanan
sterilisasi di Rumah Sakit.
Central Sterile Supply Departement (CSSD) merupakan unit kerja yang
berfungsi dalam memutus mata rantai infeksi dan berperan dalam upaya
menekan kejadian infeksi di Rumah sakit . Untuk melaksanakan tugas dan
fungsi sterilisasi, CSSD sangat tergantung pada unit penunjang lain seperti
unsur pelayanan medik, unsur penunjang medik maupun unit kerja/instalasi

1
lainnya di rumah sakit seperti instalasi farmasi , instalasi pemeliharaan sarana ,
unit Laundri dan Unit sanitasi .Apabila terjadi hambatan pada salah satu unit
diatas maka pada akhirnya akan mengganggu proses sterilisasi dan berdampak
terhadap barang steril yang dihasilkan .
Central Sterile Supply Departement ( CSSD) mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam mendukung keselamatan pasien oleh sebab itu barang
barang steril yang dihasilkan harus dijamin kesterilannya secara kontinue dan
konsisten dalam memenuhi keperluan perawatan pasien baik untuk keperluan
darurat maupun keperluan rutin ruangan
Dalam memenuhi standar akteriditasi dalam Pelayanan sterilisasi ,
CSSD harus di kelola secara profesional dibawah seorang Manager yang
mempunyai pengetahuan ,kompetensi dan ketrampilan di bidang sterilisasi
dengan kualitas SDM CSSD yang sudah tersertifikasi melalui pendidikan dan
pelatihan khusus tentang CSSD . Disamping itu fasiltas CSSD juga menjadi
prioritas seperti bangunan ,ruangan operasional (area kotor,area bersih,area
steril), peralatan sterilisasi , air, listrik, sarana ruangan (AC,Hepafilter ,
termometer), sarana penunjang (bak pencucian , meja pengemasan dll) dan
kualitas barang yang akan dilakukan proses sterilisasi baik barang habis pakai
maupun peralatan instrument karena hasil proses sterilisasi sangat tergantung
dari fasilitas yang tersedia bila fasilitas tidak sesuai standar maka barang steril
yang dihasilkan tidak bermutu dan tidak steril.
Di RSU Kasih Ibu pelayanan CSSD dilakukan oleh instalasi yang
diberi nama Ruang SterilisasiRSU Kasih Ibu, yang dipimpin oleh seorang
kepala instalasi. Di RSU Kasih Ibu pelayanan sterilisasi alat di lakukan di
ruang sterilisasi yang meliputi unit rawap inap, rawat khusus, poli, radiologi
dan home care. Tujuan dari buku panduan pelayanan unit sterilisasi yaitu
sebagai panduan dalam pengelolaan pelayanan sterilisasi diRumah Sakit
Umum Kasih Ibu.
Adapun Landasan Hukumnya sebagai berikut: Undang-Undang
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Keputusan Menteri Kesehatan

2
R.I. Nomor 382/Menkes/SK/III/2007 tanggal 27 Maret 2007 tantang Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah sakit dan Fasilitas kesehatan
lainnya, Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Supply
Department / CSSD) di Rumah Sakit, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Jakarta 2009, Permenkes No. 27 tahun 2017 tentang Pedoman
Pencegahan dan Pegendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Adapun istilah atau pengertian dari pelayanan unit sterilisasi ialah:
Autoclave adalah suatu alat / mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan
menggunakan uap yang bertekanan. Plasma adalah suatu alat / mesin yang
digunakan untuk menyetril dengan menggunakan cairan hydrogen peroksida
yang berbentuk kaset dengan suhu rendah. Indikator biologi: perangkatuntuk
memantauproses-prosessterilisasi. Perangkatterdiri daristandar, populasi
mikroorganisme(bakteri sporabiasanya)yang diketahui resistenterhadapproses
sterilisasiyang dipantau.
Indikatorbiologisdimaksudkanuntuk
menunjukkanapakahkondisimemadaiuntuk mencapaisterilisasi. Indicator
biologis negative tidak membuktikan bahwasemua item
dalamkeadaanyangsteril ataubahwa merekasemua dalam kondisisterilisasiyang
memadai. Indikator kimia: perangkat untuk memantau proses sterilisasi.
Perangkat dirancang untuk merespon dengan bahan kimia, karakteristik atau
kondisi fisik dalam ruang sterilisasi. Indikator kimia dimaksudkan untuk
mendeteksi kegagalan sterilisasi potensial yang bisa dihasilkan dari kemasan
yang salah, kelebihan atau kekurangan berat dari sterilisasi, atau malfungsi
alat sterilisasi. respon lulus dari indikator kimia tidak membuktikan item
disertai dengan indikator steril. asosiasi untuk kemajuan instrumen medis telah
ditetapkan dalam lima kelas indikator kimia: Kelas 1 (indikator proses), kelas
2 (indikator uji bowie-dick), kelas 3 (indikator parameter tunggal), kelas 4
(indikator multi-parameter) dan kelas 5 (indikator terpadu).
Indikator mekanik adalah penunjuk suhu, tekanan, waktu pada mesin
sterilisasi yang  menunjukkan mesin berjalan normal.Sterilan adalah zat yang

3
mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.Sterilisasi adalah proses
penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora melalui cara fisika atau
kimia. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk
spora.Tanggal kadaluarsa adalah tanggal yang menyatakan batas waktu
terakhir barang masih memenuhi persyaratan steril selama disimpan sesuai
dengan cara yang benar.Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik atau obat
untuk membasmi kuman penyakit. Pengertian lain dari disinfektan adalah
senyawa kimia yang bersifat toksik dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme yang terpapar secara langsung oleh disinfektan. Disinfektan
tidak memiliki daya penetrasi sehingga tidak mampu membunuh
mikroorganisme yang terdapat di dalam celah atau cemaran mineral Selain itu
disinfektan tidak dapat membunuh spora bakteri sehingga dibutuhkan metode
lain seperti sterilisasi.
Pembersihan dapat dilakukan dengan detergen atau larutan enzym
pembersih, yang dapat membersihakn darah, subtansi protein, mikroorganisme
dan kotoran lain di permukaan, celah-celah, gerigi, sambungan, dan lumen
instrumen, perangkat dan peralatan dengan proses manual atau mesin yang
dipersiapkan untuk penanganan item yang aman dan atau
dekontaminasi.Dekontaminasi menggunakan cara fisika atau kimia untuk
menghapus, menon-aktifkan, atau merusak pathogen bloodborne pada suatu
permukaan atau item pada intinya mereka tidak mampu lagi menularkan
partikel infeksi dan permukaan atau itema menjadi aman untuk diberikan
penanganan. Pada fasilitas kesehatan, syarat umum mengacu pada semua
pathogen organisme.
Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang
melalui disinfeksi dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi. Kontaminasi
kondisi yang actual atau berpotensi kontak dengan mikroorganisme, seperti
yang digunakan dalam menjaga kesehatan, syarat umum mengacu pada

4
keberadan mikroorganisme yang dapat menyebakan penyakit atau
infeksi.Area dekontaminasi Area dari fasilitas kesehatan yang didesain untuk
mengumpulkan, retensi, dan membersihkan debu atau item yang
terkontaminasi. Kultur pertumbuhan mikrorganisme dalam atau pada medi
nutrisi; untuk pertumbuhan dalam atau pada sebuah media (Media kultur
adalahsubtansi atau preparat untuk menumbuhkan atau menanam
mikroorganisme). Inkubator adalah aparatus untukmempertahankan suhu
konstandan cocok untukpertumbuhan danbudidayamikroorganisme.
Antiseptik substansi untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan atau
aktivitas mikroorganisme dengan menghambat aktivitas atau merusaknya.
Istilah itu digunakan khususnya untuk preparat yang diaplikasikan ke
kulit/jaringan.

5
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Manajemen
1. Tujuan , Tugas pokok dan Fungsi
a. Tujuan
- Terselenggaranya pusat pelayanan sterilisasi sesuai
standar
- Tercapainya peningkatan mutu dan perluasan cakupan
pelayanan sterilisasi di RSU Kasih Ibu melalui kerjasama
dengan semua unit kerja.
- Tersedianya alat kesehatan steril untuk seluruh pelayanan
- Tercapainya peningkatan kompetensi sumber daya
manusia dibidang sterilisasi

b. Tugas pokok
- Menyediakan dan menyelenggarakan kegiatan sterilisasi
alat, bahan dan linen steril kebutuhan pasien di rumah
sakit.
- Membantu menyediakan kebutuhan instalasi yang
memerlukan barang steril
- Menyelenggarakan standarisasi mulai dari proses
dekontaminasi, pengemasan sampai dengan sterilisasi.
- Memelihara dan melakukan inventaris peralatan sterilisasi
secara akurat.
- Memelihara efektifitas secara akurat terhadap berbagai
proses pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi.

6
- Memberikan kontribusi dalam pengembangan pelayanan
mutu di Rumah Sakit yang terkait dengan pengendalian
HAIs.
- Mengefisienkan tenaga paramedis dalam kegiatan
sterilisasi di unit kerja
c. Fungsi
- Merencanakan, mengkordinasikan, melaksanakan dan
mengawasi serta mengevaluasi kegiatan sterilisasi.
- Merencanakan kebutuhan barang medis, bahan pengemas
yang berkualitas untuk produksi barang medis steril.
- Menyediakan dan mendistribusikan barang steril ke Unit
Kerja yang membutuhkan.
- Melakukan inventaris semua peralatan sterilisasi yang
digunakan di Rumah Sakit
- Mendokumentasikan setiap aktivitas penyelenggaraan
proses sterilisasi sebagai bagian dari program
pengendalian mutu

B. Fasilitas
1. Area Umum
Untuk kegiatan manajemen, ruang staf , ruang sebaguna, pantry,ruang
ganti baju, toilet, dan loker.
2. Area khusus
Pada area ini prinsipnya terdiri dari ruang kotor, ruang bersih, dan
ruang steril ( ruang penyimpanan alat steril)
Ruang sterilisasi dibagi menjadi 4 ( empat ) ruangan yaitu :
a. Ruang dekontaminasi
Pada ruangan ini terjadi proses penerimaan barang kotor,
dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus
direncanakan, dipelihara, dan dikontrol untuk mendukung efisiensi

7
proses dekomtaminasi dan untuk melindungi pekerja dari benda-
benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal
berbahaya lainnya.
b. Ruang pengemasan alat
Di ruangan pengemasan alat dilakukan proses pengemasan alat,
untuk alat bongkar pasang maupun pengemasan dan penyimpanan
barang bersih. Di ruangan ini juga terdapat ruangan yang
digunakan untuk menempatkan peralatan steril suhu rendah
c. Ruang sterilisasi
Di ruangan ini dilakukan proses sterilisasi alat dan bahan. Bahan
yang sudah dikemas di ruangan pengemasan kemudian dipilah-
pilah sesuai dengan cara melaukan sterilisasinya.
d. Ruang penyimpanan barang steril
Alat steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm dan minimum 43 cm
dari langit-langit serta 5 cm dari dinding/tembok serta diupayakan
untuk menghindari terjadinya penumpukan debu pada kemasan.
Alat steril tidak boleh disimpan dekan dengan wastafel atau saluran
pipa lainnya. Bahan yang disimpan dalam ruangan ini dikemas
dengan 3 jenis kemasan yaitu : kemasan dengan kertas dengan
masa kadaluarsa 5 hari, kemasan dengan kantong/pouches dengan
masa kadaluarsa 14 hari. Masa kadaluarsa kemasan alat disamping
berdasarkan waktu juga berdasarkan kejadian yang menimpa alat
tersebut seperti : kemasan robek, basah, terkontaminasi, berubah
warna, penempatan yang tidak sesuai dengan standar dll juga
dikatagorikan kadaluarsa dan harus dilakukan proses ulang. Akses
keruang penyimpanan steril dilakukan oleh petugas khusus yang
terlatih, bebas dari penyakit menular dan menggunkan pakaian
yang sesuai dengan persyaratan.
Penggunaan alat pelindung diri

8
Instalasi Sterilisasi Sentral harus dilengkapi dengan alat pelindung
diri, pemakaian alat pelindung diri disesuikan dengan area kerja :
 Area kotor alat pelindung diri yang digunakan : petugas dan
pengunjung (apron, topi, masker, kaca mata (goglle), sarung
tangan, pelindung kaki /sepatu boot, untuk melindungi petugas
dari kontaminasi dari bahan infeksius maupun bahan beracun)
 Area bersih alat pelindung diri yang digunakan : petugas (topi,
masker dan sandal khusus di ruang steril)
 Area penyimpanan alat steril alat pelindung diri yang
digunakan : petugas (topi, masker dan sandal khusus di ruang
steril)
3. Peralatan dan perlengkapan
a. Jumlah mesin sterilisasi 2 buah
1) Mesin tuttnauer manual tipe 3870M
2) Mesin Sterrad 100S gas plasma sterilization
b. Jenis alat yang dikelola oleh ruang steril
1) Set alat kamar operasi ( set bedah, set ortopedi, set saraf, set
transpenoid, set bedah minor, set exterpatie, set SC, set
THT,set anastesi)
2) Set heacting dari rawai inap
3) Set heacting rawat khusus
4) Set HSG radiologi
5) Set poli, homecare

C. Ruang lingkup kegiatan


1. Barang habis pakai ( kasa,tampon hidung, lidi kapas )
2. Linen bersih
Linen yang dikelola di ruang steril adalah linen yang sudah bersih
melalui proses pencucian di instalasi binatu (laundry). Sebelum
dilakukan proses penyusunan dan pengemasan linen, linen terlebih

9
dahulu dilakukan pemilahan dari segi jenisnya (Linen draping, waslap,
dan jas operasi) dan juga dari segi keutuhan linen (robek, keutuhan tali
pengikat, noda, sisa temepelan stiker). Setelah melewati proses
tersebut yang dikelola selanjutnya adalah linen yang tidak robek,
talinya masih utuh sesuai dengan fungsinya, bersih tanpa noda dan
tanpa tempelan stiker. Selanjutnya linen akan dikemas dengan
menggunakan kemasan kertas dan kantung/pouches dan siteril dengan
menggunakan sterilisasi suhu tinggi.
3. Instrumen
a) Pre-cleaning
Prabilas (Pre-Cleaning) adalah proses yang membuat benda mati
lebih aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan,
mengurangi jumlah mikroorganisme yang mengkontaminasi,
mengaktifasi virus HBV, HCV dan HIV.
b) Cleaning
Pembersihan (Cleaning) adalah proses secara fisik membuang
semua kotoran dan sejumlah mikroorganisme dari alat kesehatan
untuk menguragi risiko bagi petugas selanjutnya
c) Pengemasan
Pengemasan adalah kegiatan membungkus alat kesehatan yang
sudah bersih dan kering untuk dilakukan proses sterilisasi
d) Labeling / penandaan
Penandaan adalah kegiatan pemberian label/etiket atau catatan
yang dilakukan terhadap masing-masing kemasan dari instrumen
yang akan melalui proses sterilisasi
e) Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses menghilangkan/memusnahkan semua
bentuk mikroorganisme pada instrument atau alat kesehatan
termasuk endospora yang dapat dilakukan secara fisika atau kimia
meggunakan alat sterilisator

10
f) Penyimpanan
Penyimpanan instrumen steril dan bahan medis habis pakai steril
adalah proses penempatan dan pengaturan instrumen dan bahan
medis habis pakai steril
g) Pendistribusian
Pendistribusian barang steril adalah kegiatan menyerahkan
instrumen dan Bahan habis pakai steril kepada unit kerja pengguna
sesuai aturan yang berlaku.

11
BAB III
TATALAKSANA

A. Sentralisasi
Sentralisasi pelayana sterilissi adalah pelayanan sterilisasi yang berpusat di
satu instalasi dan dilakukan oleh tenaga keperawatan di ruang sterilisasimulai
dari penerimaan, validasi, produksi, pengemasan, sterilisasi, penyimpanan,
dan distribusi. Instalasi ruang sterilisasi adalah instalasi pelayanan struktural
yang di tempatkan di kamar operasi,berfungsi memberikan pelayanan
sterilisasi yang sesuai dengan standar/pedoman dan memenuhi kebutuhan
barang steril di RSU Kasih Ibu.

B. Jam Buka / Operasional


Jam operasional pelayanan ruang sterilisasi 24 jam. Pada ruang sterilisasi
untuk pelayanan dibagi menjadi 3 shift yang mengikuti jadwal harian
keperawatan, yaitu sif pagi, sore dan malam.

C. Pembagian Jam Kerja

Untuk pelayanan sterilisasi di bagi menjadi dua, sterilisasi unit kamar operasi
dilakukan diruang sterilisasi kamar operasi, dan steril alat ruangan rawat khusus,
rawat inap, poliklinik, UGD, radiografi , homecare dilakukan diruang sterilisasi
poli.

12
D. Adapun Proses atau Bahan yang masuk ke dalam proses sterilisasi antara
lain:
a) Bahan Habis Pakai
1. Kasa
Kasa setelah dikemas dengan mengunkan kemasan kantung/pouches
disteril dengan menggunakan sterilisasi suhu tinggi. Suhu yang
direkomendasikan adalah suhu 121° C dengan lama pemaparan panas
selama minimal 30 menit dan denga tekanan minimal 1 barr, atau disteril
dengan suhu 134 – 136 ° C dengan lama pemaparan panas selama
minimala 5 menit dengan tekanan minimal 2 barr. Kasa setelah proses
sterilisasi dengan kemasan pouches memiliki masa kadaluarsa selama 14
hari
2. Kapas
Kapas setelah dikemas dengan mengunkan kemasan kantung/pouches
disteril dengan menggunakan sterilisasi suhu tinggi. Suhu yang
direkomendasikan adalah suhu 121° C dengan lama pemaparan panas
selama minimal 30 menit dan denga tekanan minimal 1 barr, atau disteril
dengan suhu 134 – 136 ° C dengan lama pemaparan panas selama
minimala 5 menit dengan tekanan minimal 2 barr. Kapas setelah proses
sterilisasi dengan kemasan pouches memiliki masa kadaluarsa selama 14
hari

b) Linen
Linen setelah dikemas dengan mengunkan kemasan kertas dan
kantung/pouches disteril dengan menggunakan sterilisasi suhu tinggi.
Suhu yang direkomendasikan adalah suhu 121°C dengan lama pemaparan
panas selama minimal 30 menit dan denga tekanan minimal 1 barr, atau
disteril dengan suhu 134 – 136 ° C dengan lama pemaparan panas selama
minimala 5 menit dengan tekanan minimal 2 barr. Linen setelah proses
sterilisasi dengan kemasan pouches memiliki masa kadaluarsa selama 14

13
hari sedangkan linen yang dibungkus dengan kertas memiliki masa
kadaluaarsa selama 5hari.

c) Instrumen
1. Sterilisasi suhu tinggi ( steam)
Instrumen yang tahan dengan panas setelah dikemas dengan
mengunakan kemasan kertas, kantung/pouches, dan konteiner disteril
dengan menggunakan sterilisasi suhu tinggi. Suhu yang
direkomendasikan adalah suhu 121°C dengan lama pemaparan panas
selama minimal 30 menit dan denga tekanan minimal 1 barr, atau
disteril dengan suhu 134 – 136 ° C dengan lama pemaparan panas
selama minimala 5 menit dengan tekanan minimal 2 barr. Instrumen
setelah proses sterilisasi dengan kemasan pouches memiliki masa
kadaluarsa selama 14 hari sedangkan linen yang dibungkus dengan
kertas memiliki masa kadaluaarsa selama 5hari.
2. Sterilisasi suhu rendah (plasma)
Instrumen yang tidak tahan panas setelah dikemas dengan
mengunakan kemasan kertas, kantung/pouches, dan konteiner disteril
dengan menggunakan plasma. Instrumen setelah proses sterilisasi
dengan kemasan pouches memiliki masa kadaluarsa selama 14 hari

14
BAB V
DOKUMENTASI

A. Monitoring kualitas (pengawasan mutu)


1. Prinsip :Pengawasanmutu proses sterilitas merupakan kegiatan monitoring
mutu disetiap tahap proses sterilisasi.
2. Persyaratan pengawasan mutu :
a. Dilakukan secara visual
b. Menggunakan alat bantu (indicator dalam dan luar )
c. Melihat hasil kerja alat (mekanik).
d. Dilakukan oleh petugas yang terlatih
3. Tujuan :
a. Memastikan semua proses sterilisasi berjalan sesuai standar.
b. Memberikan jaminan mutu terhadap barang steril yang dihasilkan
4. Uji Bahan Medis Habis Pakai (BMHP)
a. Terbuat dari bahan 100% kapas
Ambil sepotong kasa, bakar bagian ujungnya, perhatikan warna dan bau
asap serta abunya.
Kasa yang berbaik berasap putih, berbau kertas terbakar dan abu yang
halus.
Kasa yang buruk berasap hitam, berbau plastik terbakar dan abu
menggumpal karena mengandung bahan sintetis.
b. Tidak mengandung pemutih
Tempatkan kasa di ruang gelap, paparkan lampu ultra violet.
Kasa yang baik tidak akan berpendar sama sekali.
Kasa yang buruk berpendar secara tersamar sampai sangat kuat.
c. Tidak mengandung zat asing/kanji
Ambil sepotong kasa, teteskan cairan iodium.
Kasa yang baik warna iodium tidak berubah.

15
Kasa yang buruk, warna iodium menjadi kebiruan karena bereaksi
dengan kanji.
d. Bahan baku berserat panjang
Ambil kasa, perhatikan fisiknya, raba dan ditepuk-tepuk.
Kasa yang baik benangnya padat, rapi dan debu sangat minimal.
Kasa yang buruk benangnya rapuh, tidak beraturan dan debunya banyak.
e. Memiliki daya serap yang baik
Ambil kasa, lipat, teteskan darah atau betadin, perhatikan daya serapnya.
Kasa yang baik daya serapnya cepat.
Kasa yang buruk daya serapnya kurang karena bercampur bahan sintetis.
Kasa dengan daya serap yang baik apabila ditaruh diatas air maka kasa
akan tenggelam dalam hitungan kurang dari 10 detik, bila kasa
tenggelam dalam hitungan lebih dari 10 detik maka kasa tersebut daya
serapnya kurang baik.
5. Monitoring Pelaksanaan Proses Sterilisasi
a. Uji visual terhadap instrumen untuk mengetahui instrumen layak atau
tidak layak diproses sesuai IK Uji Visual, dilakukan pada :
- Loket penerimaan instrumen kotor
- Loket penerimaan instrumen bersih
- Selesai proses pembersihan (cleaning)
- Selesai proses sterilisasi
- Sebelum instrumen didistribusikan
b. Uji Mekanik terhadap alat yang digunakan untuk proses sterilisasi
sebelum penggunaan alat agar diketahui kelayakan alat, dilakukan pada :
- Mesin sealing pouches
- Mesin sterilisasi uap panas
- Mesin sterilisasi plasma
c. Uji Biologi terhadap mesin sterilisasi dilakukan setiap hari dan setiap
loading sterilisasi alat implantasi sesuai IK Uji Biologi, dilakukan pada :
- Mesin sterilisasi plasma

16
d. Pemantauan proses sterilisasi dilakukan saat mesin sterilisasi berjalan,
pemantauan dengan melihat print out proses yang dilakukan mesin sesuai
IK Pemantauan in proses mesin sterilisasi, dilakukan pada :
- Mesin sterilisasi plasma
6. Monitoring setelah pelaksanaan proses sterilisasi
Uji mikrobiologi terhadap produk sterilisasi sesuai jenis kemasan untuk
menentukan dan memastikan masa kadaluarsa produk sesuai IK Uji
Mikrobiologi, dilakukan pada :
- Hasil sterilisasi dengan pengemas pouches
- Hasil sterilisasi dengan pengemas kertas

B. Evaluasi
1. Manajemen
2. Sarana dan Prasarana
a. Semua instrumen diproses secara sentral, jika tidak memungkinkan maka
kebijakan dan prosedur harus konsisten untuk semua satelit.
b. Luas CSSD sesuai dengan kebutuhan dan desain
c. Area precleaning dan cleaning cukup untuk peralatan yang dibutuhkan
dan memiliki tempat khusus untuk menggunakan dan melepaskan APD
d. Sink untuk dekontaminasi terdiri dari 3 sink untuk perendaman,
pembersihan dan pembilasan
e. Tersedia emergency eye washyang bisa dicapai dalam 10 detik dan
mengalirkan air selama minimal 15 menit
f. Pada alur kerja terdapat dinding pemisah antara ruang kotor dan bersih,
pass box untuk menghindari lorong dan tidak terbuka
g. Suhu dan kelembaban dimonitor di ruang dekontaminasi, area bersih dan
ruang penyimpanan steril dan dicatat setiap hari
h. Tersedia traffic control, kebijakan dan prosedur berkaitan dengan hal
yang boleh atau tidak boleh dan seragam

17
i. Lantai dan dinding terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, plafon
mempunyai permukaan yang rata dan terbuat dari material yang tidak
mudah rontok
j. Tekanan positif untuk area bersih dan tekanan negatif untuk area
precleaning dan cleaning serta pencahayaan yang cukup untuk semua
area kerja
3. Organisasi
4. Sumber Daya Manusia
a. Kebijakan tertulis :
- Personal hygiene
- Kepatuhan dalam berpakaian
- Kepatuhan dalam penggunaan APD
b. Status kesehatan :
- Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-ray untuk
TBC, paling sedikit sekali setahun.
- Status immunisasi untuk Hepatitis B, tetanus, typhoid fever
- Laporan mengenai sakit yang dialami
c. Supervisor Sterilisasi :
- Memiliki standar minimal kualifikasi
- Meningkatkan kompetensi
- Berpartisipasi dalam pendidikan berkelanjutan
d. Teknisi Sterilisasi :
- Memiliki standar minimal kualifikasi
- Bersertifikat atau sesuai standar lokal
- Sertifikasi kompetensi khusus (mis: operator mesin PLASMA)
e. Seluruh personel :
- Memperoleh orientasi lengkap tentang Sterilisasi
- Mendapatkan pelatihan tahunan sesuai standar minimal
- Diuji kompetensinya setiap tahun
- Pelatihan tahunan tentang mesin dan alat langsung dari produsen

18
7. Proses
a. Pre Cleaning
- Instrumen bekas pakai dibersihkan langsung di tempat pemakaian
- Alat disposable yang terkontaminasi sudah dibuang termasuk jarum
dan benda tajam
- Kotoran pada instrumen segera dibersihkan apabila tidak segera bisa
diproses cleaning
- Instrumen kotor diusahan tetap lembab misalnya dengan
menggunakan handuk basah dll
- Tersedia kontainer khusus yang aman untuk instrumen kotor
- Gunakan kontainer yang tidak mudah tembus dan tidak mudah bocor
untuk instrumen kotor
- Instrumen kotor harus dibawa dalam kontainer tertutup saat
transportasi
- Pengangkutan instrumen kotor harus menghindari area umum yang
ramai
- Trolley pengangkut harus tertutup dan bisa mencegah instrumen
berjatuhan dan tumpah
- Tersedia kebijakan dan prosedur untuk pengangkutan instrumen
terkontaminasi antar gedung
b. Cleaning
- Tersedia kebijakan dan prosedur tertulis untuk proses pembersihan
dan dekontaminasi
- Kalau memungkinkan pre-cleaning menggunakan larutan enzimatik
- Instrumen dilepas (sesuai petunjuk pabrik) agar semua permukaan
terkena proses pembersihan
- Bahan pencuci digunakan menururt aturan dari pabrik (misalnya
pengenceran dan suhu larutan)
- Cara pembersihan manual dan mekanik yang digunakan sesuai dengan
petunjuk dari pabrik dan telah difahami bagian dekontaminasi

19
- Sikat pembersih yang digunakan dibuat khusus untuk peralatan
medik, sebaiknya sekali pakai tetapi apabila dipakai berulang maka
harus dibersihkan minimal satu kali sehari
- Cara pembilasan manual dan mekanik telah difahami dan
dilaksanakan sesuai petunjuk dari pabrik
- Bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi dan sterilisasi sesuai
dengan petunjuk dari pabrik
- Tersedia alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker, pelindung
mata, pelindung kaki
2. Pengemasan
- Pastikan bahwa instrumen bersih dan kering sebelum dikemas
- Periksa instrumen dari kemungkinan kurang atau rusak. Periksa
adanya karat, goresan, korosif, torehan, retak, kotor dipermukaan
plate. Pemeriksaan menggunakan kaca pembesar
- Pastikan bahwa setiap instrumen :
 Ujung pemotong tajam
 Bagian – bagian tertentu bisa digerakan dengan bebas
 Instrumen yang butuh perbaikan telah dipisahkan untuk diperbaiki
atau diganti
 Ikuti petunjuk yang diminta untuk lubrikasi instrumen setelah
dibersihkan
- Preparasi dan pemasangan
 Instrumen yang tajam harus terlindungi saat dipasang ulang.
Pelindung yang digunakan harus bisa disterilkan.
 Instrumen yang terbuka seperti gunting dan klem dalam keadaan
tidak terkunci dan posisi terbuka
 Instrumen dengan banyak bagian yang dilepaskan saat sterilisasi
harus dipastikan bisa dipasangkan kembali secara aseptik

20
 Instrumen berat ditempatkan pada tempat yang tidak menyebabkan
kerusakan pada instrumen yang halus
- Peralatan berlumen :
 Harus dilepaskan secara hati-hati misalnya kateter, needle
 Pelembut untuk lumen harus dianjurkan sesuai petunjuk dari pabrik
 Instrumen yang kompleks seperti endoskopi atau instrumen yang
berlobang harus dipersiapkan sesuai dengan petunjuk dari pabrik
- Bengkok/Baskom :
 Dibedakan dalam diameter
 Gunakan nonlinting material adsorben diantara bengkok
 Pengemasan tidak melebihi 3,5 kg
 Kontainer set intrumen tidak boleh lebih dari 12,5 kg
 Penggunaan pengemas rigid harus disesuaikan dengan berat dan
densitas dari set instrumen
- Check List Pengemasan
 Bahan pengemas harus terpapar minimal dua jam pada suhu dan
kelembaban yang disarankan sebelum digunakan
 Bahan pengemas diperiksa secara berkala kalau kemungkinan
rusak seperti bocor, kotor dll
- Penutup pengemasan :
- Pengemas kertas/pouches :
 label ditempelkan pada sisi plastik
 Pada kemasan terbungkus : penulisan dilakukan pada indikator
tape atau pakai label khusus
3. Proses Sterilisasi
- Ikuti petunjuk dari produsen
 Tersedia petunjuki tertulis dari pabrik untuk parameter setiap siklus
 Petunjuk untuk mengukur parameter setiap siklus dilakukan sesuai
petunjuk pabrik

21
 Tersedia petunjuk tertulis untuk menentukan parameter sterilisasi
setiap siklus untuk setiap alat kedokteran termasuk set yang
dipinjamkan dan item spesial atau instrumen kompleks
- Loading sterlisisasi mengikuti instruksi tertulis dari produsen
a. Parameter yang sama untuk semua grup item yang sama
- Sterilisasi menggunakan tray :
b. Tersedia jarak antar kemasan
c. Tidak bertumpuk
d. Tidak menyentuh dinding chamber
e. Pada loading campuran, tempatkan item logam di bawah kemasan
linen, kertas dan pouches
f. Panci, mangkok dan tray padat ditempatkan miring menghadap ke
satu arah
g. Pouches ditempatkan pada tray khusus untuk penempatan miring
h. Penempatan pembungkus kain tegak lurus pada keranjang
i. Pada rigid kontainer terdapat beberapa bagian yang perlu jadi
perhatian, ikuti instruksi produsen
- Unloading Proses Sterilisasi
a. Hasil sterilisasi : tidak mengandung air atau basah karena lembab
dianggap sebagai kontaminasi
b. Hasil sterilisasi harus didinginkan minimal 30 menit dan tidak
boleh disentuh.
c. Tempatkan tray pada area khusus jauh dari AC atau van
d. Item emergency harus segera digunakan tanpa harus disimpan
- Monitor Fisik, Indikator Kimia dan Indikator Biologi
a. Parameter tiap cycle bisa didapat dari printout mesin seperti
minimum tempratur, lama terpapar, tanda tangan dan tanggal
b. Setiap kemasan menggunakan indikator kimia eksternal (tape atau
label)
c. Indikator kimia internal

22
d. Indikator ditempatkan dalam setiap kemasan dilokasi tersulit, pada
kontainer rigid letakan indikator internal pada setiap diaginalnya
e. Untuk tiap loading alat implant lakukan uji biologi dan indikator
f. Untuk non implan perlu ditambahkan monitoring dengan Uji
biologi atau indicator Kemampuan mesin sterilisasi diuji dengan uji
Biologi rutin setiap hari
- Kontrol uji biologi dan hasil
a. Kontrol uji biologi diinkubasi dalam incubator menggunakan no lot
yang sama dengan sampel uji biologi
b. Uji biologi dilakukan setiap hari
- Uji Kualifikasi
a. Pada kerusakan mesin sterilisasi atau setelah perbaikan stem
lakukan 3 kali uji biologi (pada mesin plasma )
- Perawatan mesin sterilisasi
a. Permukaan bagian dalam dan luar mesin sterilisasi dibersihkan
secara rutin
4. Penyimpanan dan Distribusi
- Penyimpanan Produk Steril
a. Kebijakan dan SOP tertulis tersedia untuk penentuan masa
kadaluarsa produk, masa kadaluarsa terdapat pada pengemasan
b. Akses terbatas pada tempat penyimpanan produk steril
c. Kardus dan karton tidak boleh digunakan di area penyimpanan
d. Suhu ruang penyimpanan kurang dari 18 - 230C dan kelembaban
relative kurang dari 35 - 70%
e. Produk steril disimpan pada jarak 19 – 24 cm diatas lantai, 43 cm
dibawah plafond dan 5 cm dari dinding
f. Instrumen medic termasuk rigid container tidak disimpan pada
tempat yang mudah basah
g. Perlengkapan disimpan dengan baik diatas rak bukan dilantai
h. Sistem penyimpanan container tidak bertumpuk

23
- Distribusi
a. Peralatan ditangani dengan hati-hati
b. Pengemasan harus diperiksa secara visual untuk memastikan label
tercantum baik
c. Troley untuk ditribusi harus mempunyai jarak antara bagian bawah
trolley dengan lantai.
d. Penutup harus dicuci setiap habis digunakan
e. Troley harus didekontaminasi dan dikeringkan sebelum digunakan
kembali untuk alat steril
5. Dokumentasi
- Dokumentasi Peralatan dan Dokumentasi Siklus
a. Dokumentasi untuk tiap mesin sterilisasi termasuk hasil untuk
setiap load, misalnya monitoring hasil
- Untuk hasil printout setiap siklus :
a. Periksa dan pastikan bahwa awal siklus tercatat, siklus yang dipilih
cocok untuk isi load, suhu yang diinginkan serta waktu sterilisasi
tercapai, tidak ada error pada proses sterilisasi
- Catat untuk setiap siklus berupa :
a. Nomor lot, isi loading, lama terpapar dan suhu berapa, nama atau
inisial petugas sterilisasi
b. Hasil uji biologi jika memungkinkan
c. Laporkan kalau ada kesalahan dalam hasil uji
- Produk Recall
a. Kebijakan dan prosedur singkat dan jelas
b. Pencatatan dilakukan
c. Penandaan load control termasuk nomor mesin, tanggal, siklus, dan
kadaluarsa

24
- Kegagalan proses sterilisasi :
a. Jika kegagalan tidak bisa langsung diketahui, proses ulang seluruh
load dan tarik kembali produk untuk disterilkan kembali
menggunakan mesin dengan uji biologi negatif

25
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/10027173/CSSD_Central_Steril_Supply_Depa
rtment_atau_Instalasi_Pusat_Sterilisasi
https://gianyarkab.go.id/assets_subdomain/10/download/PPI%20%20PMK
%2027%20TH%202017%20PEDOMAN%20PPI_414041.pdf

26

Anda mungkin juga menyukai