Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN CSSD DAN LOUNDRY

DI RS SAHABAT

JL.Surabaya - Malang KM 50, Suwayuwo-Sukorejo-Pasuruan, Tlp/Fax : (0343) 6743777


Email :rs_sahabat@rssahabat.com, Website : www.rssahabat.com,Kodepos:6716
BAB 1

PENDAHULUAN

CSSD (CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTMENT) atau Instalasi pusat sterilisasi adalah

unit pelayanan non structural yang berfungsi memberikan pelayanan sterilisasi yang sesuai

standar dan memenuhi kebutuhan barang steril di rumah sakit. Instalasi Pusat Sterilisasi

ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit. Kepala Instalsi Pusat Strilisasi dibantu oleh tenaga-tenaga

fuungsional dan non medis.

Tujuan dari instalasi pusat sterilisasi yaitu membantu unit lain di rumah sakit yang

membutuhkan kondisi steril, untuk mencegah terjadinya infeksi, menurunkan angka kejadian

infeksi dan membentu mencegah serta menanggulangi infeksi nasokomial,efisiensi tenaga medis/

paramedis untuk kegiatan yang berorientasi pada pelayanan terhadap pasien serta menyediakan

dan menjamin kualitas hasil sterilisasi terhadap produk yang dihasilkan.

1.1 LATAR BELAKANG


Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan rawat darurat.

Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit wajib berupaya untuk mencegah resiko

terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas, termasuk komunitas yang lain. Salah satu

indikator keberhasilan ini adalah rendahnya angka infeksi nosokomial atau Healthcare

Associated Infections (HAIs). Dan untuk mencapai keberhasilan tersebut, maka dilakukan

pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.


Pusat sterilisasi (CSSD) merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk

pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan angka kejadian infeksi. Untuk

melaksanakan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung pada unit penunjang
yang lain seperti laundry, sanitasi, IPSRS, farmasi dan lain-lain. Apabila terjadi hambatan

pada salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan mengganggu proses dan hasil

sterilisasi.
Dengan mempertimbangkan banyaknya volume, alat dan bahan yang harus di sterilkan,

dan untuk mewujudkan tujuan/pencapaian tersebut, maka RS SAHABAT membentuk unit

baru yaitu Unit Sterilisasi Pusat (CSSD) yang mandiri dan independent yang berada dibawah

dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur. Unit pusat sterilisasi (CSSD) bertugas

untuk memberikan pelayanan terhadap semua kebutuhan alat dan bahan dalam kondisi steril

secara cepat dan tepat, melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional,

dengan tujuan utama untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien, penunggu dan

pengunjung serta pegawai RS SAHABAT.


Adanya ruang CSSD di RS SAHABAT diantaranya untuk mencegah terjadi infeksi silang

anatara petugas dan pasien. Dimana tidak dipungkiri angka IDO di RS SAHABAT hampir

setiap bulan terjadi, hal ini salah satunya disebabkan karena kurangnya kesterilan alat dan

keterbatasan alat yang digunakan saat oprasi. Dimana jumlah alat yang digunakan berjumlah

1:3, tetapi di RS SAHABAT jumlah alat oprasi belum memenuhi standart. Oleh karena itu

dibentuknya CSSD guna memperbaiki mutu rumah sakit dan menekan angka HAIs yang

salah satunya dengan cara mensentral penyeterilan alat di CSSD.


1.2 TUJUAN
1.2.1 Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian

infeksi di RS SAHABAT.
1.2.2 Khusus :
1. Mengurangi terjadinya infeksi silang antara petugas dan pasien.
2. Meningkatkan mutu pelayanan dan mengurangi terjadinya angka HAIs
3. Meminimalisir terjadi kerusakan dan kehilangan alat
4. Menjaga kesterilan alat
1.3 MANFAAT
Meningkatkan efisiensi pada instrument bedah, bahan / peralatan untuk sterilisasi, dan

standarisasi dalam mutu produk steril, serta peran dalam pencegahan infeksi nosokomial

sehingga dapat mengurangi resiko kontaminasi terhadap barang yang sudah disterilkan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
CENTRAL STERIL SUPPLY DEPARTMENT (CSSD) adalah Pusat Pelayanan Sterilisasi

dari satu unit atau departemen dari rumah sakit yang menyelenggarakan proses pencucian,

pengemasan, sterilisasi terhadap semua alat atau bahan yang membutuhkan kondisi steril.

Rumah sakit sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah risiko

terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indikator keberhasilan

dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit.
untuk mencapai keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah

sakit.
2.2 PERAN DAN FUNGSI
CSSD memberikan pelayanan pemrosesan barang dan instrumen kotor menjadi barang

bersih maupun steril. Unit dekontaminasi melakukan pembersihan barang dan instrumen

kotor agar aman bagi pekerja dan siap dilakukan pengemasan. Unit pengemasan

melakukan pengecekan barang dan instrument mengenai kelayakan barang tersebut serta

melakukan pengemasan agar sterilitas dapat terjaga. Unit sterilisasi melakukan sterilisasi

barang dan instumen yang telah dikemas dengan menggunakan metode yang tepat agar

mencapai sterilisasi yang optimal. Unit penyimpanan melakukan penyimpanan barang steril

dan melakukan penjaminan kualitas barang dan instrumen steril.


Unit distribusi mengirimkan suplai kepada kustomer yang membutuhkan barang

tersebut. Komunikasi antar unit di CSSD harus berjalan dengan baik agar tidak terjadi saling

lempar tanggung jawab. Komunikasi yang efektif juga dapat mencegah terjadinya

miskomunikasi dalam membedakan barang yang sudah disterilkan dengan yang belum

disterilkan. Kondisi steril merupakan jaminan, CSSD merupakan bagian yang harus

memberikan jaminan sterilitas. Fungsi CSSD antara lain:


1. Memberikan supply barang dan instrument ke area yang membutuhkan.
2. Memberikan suplai barang steril meliputi instrument dan barang-barang steril lainnya.
3. Melakukan pencatatan yang akurat terhadap kegiatan dekontaminasi, pencucian,

sterilisasi, dan pengiriman barang steril.


4. Melakukan pengetatan keseragaman dan kemudahan dalam rak instrumen dan set oprasi

di seluruh lingkungan rumah sakit.


5. Mempertahankan jumlah inventaris barang dan instrument.
6. Melakukan monitoring dan control terhadap tindakan pengendalian infeksi sesuai

dengan arahan PPI.


7. Membuat dan mempertahankan standart sterilisasi dan distribusinya.
8. Beroprasi secara efisien dalam rangka pengurangan biaya operasional.
9. Melakukan pengembangan sesuai dengan metode yang terbaru dan peraturan yang

berlaku.
10. Melakukan evaluasi berkala untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
11. Memberikan pelayanan konsultasi kepada bagian lain yang membutuhkan pemrosesan

dan sterilisasi instrument meliputi penjelasan peraturan, prosedur yang digunakan dan

implementasi metode baru.


12. Fungsi lainnya dapat berkembang sesuai dengan perkembangan metode sterilisasi dan

perkembangannya.
13. Memberikan penyuluhan tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi.
2.3 DENAH RUANGAN CSSD
Alur aktivitas fungsional CSSD dimulai dari proses pembilasan, pembersihan

/dekontaminasi, pengeringan, inspeksi dan pengemasan, member label, sterilisasi,

penyimpanan sampai proses distribusi. Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan

pemakai alat/bahan steril terbesar di rumah sakit. Dengan pemilihan lokasi seperti ini maka

selain meningkatkan pengendalian infeksi dengan meminimalkan resiko kontaminasi silang,

serta meminimalkan lalu lintas transportasi alat steril (Depkes RI, 2009).
Ketersediaan ruangan CSSD yang memadai merupakan suatu keharusan untuk

keefisienan dan keoptimalan fungsi kerja CSSD, untuk menghindari terjadinya kontaminasi

silang dari ruang kotor ke ruang bersih (Depkes RI, 2009).


Ruangan CSSD memakai prinsip yang mendasar pada umumnya terbagi 3 ruang yaitu:
1. Ruang Dekontaminasi
Ruang dekontaminasi adalah diamana proses penerimaan barang kotor, melakukan

dekontaminasi dan pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara,

dan dikontrol untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi

pekerja dari benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun dan hal-hal berbahaya

lainnya. Sistem ventilasi harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang

dekontaminasi harus:
 Dihisap keluar atau ke sistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
 Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
 Tidak dianjurkan menggunakan kipas angina
2. Ruang Bersih
Didalam ruang bersih digunakan untuk produksi, proses pengemasan, dan strerilisasi
3. Ruang Steril
Dimana tempat untuk penyimpanan barang steril.
Penyimpanan merupakan kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat kesehatan

steril di dalam ruangan atau tempat penyimpanan sesuai standar yang dapat menjamin

mutu alat kesehatan yang steril.


Berikut denah CSSD sesuai dengan standart

2.4 KLASIFIKASI ALAT-ALAT MEDIS


1. Peralatan Kritis
Peralatan kritis merupakan peralatan medis yang masuk kedalam jaringan tubuh steril

atau sistem pembuluh darah. Pengelolaan peralatan dengan cara sterilisasi


Contoh: instrumen bedah, kateter intravena, kateter jantung.
2. Peralatan Semi Kritis
Peralatan semi kritis merupakan peralatan yang masuk / kontak dengan membran mukosa

tubuh dengan pengelolaan peralatan medis dengan disinfeksi tingkat tinggi.


Contoh: endotracheal tube, endoscopi, nasogastric tube

3. Peralatan Non Kritis


Peralatan medis yang kontak dengan permukaan kulit yang utuh. Pengelolaan peralatan

medis dengan cara disinfeksi tingkat intermediate / tingkat rendah.


Contoh: Tensimeter, stetoscope, bedpan, urinal.
Alur proses alat medis bekas pakai

PRE CLEANING

PEMBERSIHAN
(Cuci bersih, Tiriskan, Keringkan)
STERILISASI DESINFEKSI TINGKAT DESINFEKSI TINGKAT
Peralatan Kritis TINGGI RENDAH
(Masuk dalam pembuluh Peralatan Semi Kritikal Peralatan Non Kritikal
darah/jaringan tubuh) (Masuk dalam mukosa tubuh) (Hanya pada permukaan tubuh
2.5 PELAYANAN
Instrumen Bedah STERILISASI (PENYEDIAAN BARANG/ALAT
Endotracheal tube, NGT STERIL) yang utuh )
Sterilisasi adalah suatu proses menghilangkan/memusnahkanTensisemua bentuk
meter, termhometer
Endotracheal tube, NGT
mikroorganisme pada peralatan medis termasuk endospora yang dapat dilakukan melalui

proses fisika dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator.


Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghilangkan / memusnahkan mikroorganisme

virus, bakteri, parasit, fungi dan sejumlah spora pada peralatan medis dengan menggunakan

cairan disinfektan.

Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kimia dari disinfektan adalah :
 Pembersihan yang baik.
 Beban kandungan materi organik.
 Tipe dan jumlah mikroorganime.
 Suhu dan Waktu.
 Tingkat keasaman atau kebasahan (pH).
 Tingkat kekerasan air (hardness of water)
Dalam proses sterilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain :
1. Uap air panas dengan tekanan (Autoclave)
2. Panas kering dengan tekanan normal
3. Radiasi pengion (radiasi gamma atau pancaran sinar elektron)
4. Sterilan seperti etilenoksida, glutaraldehyde
Chemical Disinfectants (desinfektan kimia)
1. Ideal dalam desinfektan
 Harus memiliki aktivitas kuman yang tinggi
 Dapat membunuh dengan cepat berbagai mikroorganisme termasuk spora
 Secara kimiawi stabil
 Efektif adanya nyawa organic
 Kompatibel dengan permukaan yang didesinfeksi
 Memiliki kemampuan menembus kedalam celah-celah (yang di inginkan)
 Murah dan dapat diterima secara estetika
2. Faktor yang dapat berpengaruh dalam desinfektan
 Jumlah mikroorganisme
 Masalah dengan bahan organic
 Resistensi mikroorganisme terhadap bahan kimia agen
 Konsentrasi agen
 Factor fisik dan kimia
 Durasi pemaparan
 Stabilitas
Macam-macam Chemical Desinfeksi Tingkat Tinggi
1. Glutaraldehyde merupakan desinfektan golongan aldehyde, termasuk desinfektan

yang kuat, spektrum aplikasi luas, dapat membunuh mikroorganisme dan virus.

Bekerja dengan cara denaturasi protein dan umum digunakan dalam campuran air

konsentrasi 0,5% – 5%. Keunggulan golongan aldehyde adalah sifatnya yang stabil,

persisten, efek samping minimal, dapat dibiodegradasi dan tidak menyebabkan

kerusakan pada material peralatan. Larutan glutaraldehyde 2% efektif terhadap

bakteri vegetative seperti Mycobacterium tuberculosis, fungi dan virus akan mati

dalam waktu 20–90 menit. Pada bahan kimia ini terdapat bau yang menyengat,

membutuhkan activator dan bertahan selama 14-28 hari.


2. Ortho-phtalaldehyde (OPA) adalah senyawa kimia dengan rumus C6H4 (CHO) 2.

Sering disingkat OPA, molekulnya adalah dialdehida, terdiri dari dua gugus formil

(CHO) yang terikat pada pusat karbon yang berdekatan pada cincin benzen. Padatan

kuning pucat ini merupakan blok pembangun dalam sintesis senyawa heterosiklik dan

pereaksi dalam analisis asam amino. OPA larut dalam larutan air pada pH <11,5.
Solusi-solusinya menurun pada pencahayaan UV dan paparan udara. Dalam bahan

kimia bau tidak menyengat, tidak perlu activator dan bertahan 14 hari.
3. Asam Peracetic adalah agen pengoksidasi yang bertindak mirip dengan hidrogen

peroksida. tersedia dalam bentuk cair dan bubuk dan pH bervariasi antara produsen.
Instruksi untuk penggunaan pada mesin otomatis yang menggunakan asam peracetic

dan tersedia untuk “mensterilkan” instrumen medis secara kimia, termasuk endoskop.

Solusi tersedia untuk pencelupan barang secara manual setelah dibersihkan.

Konsentrasi dalam penggunaan asam peracetic konsentrasi 0,1% hingga 0,2%

dengan waktu kontak 5 hingga 15 menit. Setelah disiapkan, rekomendasi pabrikan

saat ini adalah harus digunakan dalam 24 jam dan Indikator biologis tidak cocok

untuk pemantauan rutin.


Chemical Desinfeksi Tingkat Rendah
1. Alcohol kelompok senyawa yang mengandung satu atau lebih gugus fungsi hidroksil

(-OH) pada suatu senyawa alkana. Alkohol dapat dikenali dengan rumus umumnya R-

OH. Alkohol merupakan salah satu zat yang penting dalam kimia organik karena

dapat diubah dari dan ke banyak tipe senyawa lainnya. Reaksi dengan alkohol akan

menghasilkan 2 macam senyawa. Reaksi bisa menghasilkan senyawa yang

mengandung ikatan R-O atau dapat juga menghasilkan senyawa mengandung ikatan

O-H.
2. Klorin adalah unsur kimia dengan simbol Cl dan nomor atom 17. Senyawa ini

adalah halogen kedua paling ringan, berada diantara fluor dan bromin dalam tabel

periodik dan sifat-sifatnya sebagian besar di antara mereka.


Klorin berwujud gas berwarna kuning-hijau pada suhu kamar. Unsur ini merupakan

elemen sangat reaktif dan oksidator kuat: klorin mempunyai afinitas elektron tertinggi

dan elektronegativitas ketiga tertinggi di belakang oksigen dan fluor.


3. Hydrogen peroxide 3% adalah zat kimia bersifat asam lemah berupa cairan tak

berwarna, agak lebih kental daripada air, namun merupakan oksidator atau agen
pemutih yang kuat. Hidrogen peroksida terbuat dari hidrogen (H2) dan oksigen (O2).

Selain digunakan sebagai pemutih, hidrogen peroksida juga digunakan

sebagai antiseptik dan beberapa produk industri rumahan. Hidrogen peroksida dengan

konsentrasi rendah (3-9%) biasanya digunakan sebagai campuran aplikasi obat,

pemutih pakaian, hingga bleaching rambut.


Proses pembersihan adalah barang yang akan disterilkan di bagian unit sterilisasi dapat

berasal dari kamar bedah, ruang-ruang perawatan, rawat jalan, bagian gawat darurat dan

kamar cuci, berupa instrumen, sarung tangan dan linen. Barang/alat kesehatan pakai ulang

yang sudah terkontaminasi harus ditangani, dikumpulkan dan dibawa ke ruang

dekontaminasi unit sterilisasi sedemikian rupa sehingga tidak mengkontaminasi pasien,

petugas dan barang-barang lainnya. Beberapa hal yang harus diperhatikan pada waktu

pengumpulan dan penerimaan barang adalah sebagai berikut:


1. Penerimaan tersebut juga harus dicatat dalam buku register. Peralatan pakai ulang

dipisahkan dari limbah/buang di tempat pemakaian (point of use) oleh petugas yang

mengetahui potensi terjadinya infeksi dari benda-benda tersebut.


2. Peralatan yang terkontaminasi dipisahkan dengan alat-alat yang bersih.
3. Benda-benda tajam dipisahkan dan ditempatkan di dalam kontainer yang tidak dapat

ditembus benda tajam (safety box).


4. Peralatan yang terkontaminasi dibungkus dalam kantong plastik tertutup dan tahan bocor

atau kontainer untuk menghindari tumpahan atau penguapan dan dibawa segera mungkin

setelah digunakan ke ruang dekontaminasi dengan kereta tertutup. Setiap kontainer diberi

label untuk memudahkan proses. Peralatan harus dijaga kelembabannya supaya kotoran

tidak mengering yang nantinya akan sukar dibersihkan.


5. Alat-alat yang tidak dipakai dan tidak dibuka yang dikembalikan ke ruang dekontaminasi,

harus disterilkan ulang sebelum didistribusikan kembali.


6. Petugas yang menangani, mengumpulkan dan membawa alat-alat harus memakai

pelindung untuk mencegah kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.
7. Petugas yang menyerahan barang/instrumen ke unit sterilisasi harus menanda tangani dan

menulis nama jelas pada buku penerimaan barang onsteril dan petugas Unit sterilisasi

harus menulis unit / bagian, jenis barang , kemasan dan jumlah barang / instrumen yang

dikirim.
8. Petugas unit sterilisasi juga harus menandatangani dan menulis nama jelas pada buku

penerimaan barang on steril.

Alat Pelindung Diri ( APD CSSD ) adalah seperangkat alat yg digunakan tenaga kerja

untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya penyakit

maupun alat yg di gunakan karena petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan

kepada tugas yg berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yg membahayakan.

resiko pekerjaan yg umum dihadapi oleh petugas pelayanan kesehatan adalah kontak dengan

darah dan tubuh sewaktu perawatan rutin pasien. Pemaparan terhadap patogen ini

meningkatkan resiko mereka terhadap infeksi yg serius dan kemungkinan kematian.

Sebelum melakukan proses sterilisasi dan pencucian alat petugas CSSD diwajibkan untuk

memakai APD guna melindungi kulit dan membran mukosa dari resiko pajanan darah.

Penggunaan APD pada ruang CSSD harus sesuai dengan ruang kerja yang ditentukan yaitu

ruang dekontaminasi, ruang bersih, dan ruang steril.


Prosedur memakai APD ruang bersih:
1. Gunakan skort kain
2. Gunakan Hair cover
3. Gunakan Masker
4. Gunakan Sendal tertutup
Prosedur memakai APD ruang steril:
1. Gunakan Skort kain
2. Gunakan Hair cover
3. Gunakan Masker
4. Gunakan Sarung tangan
5. Gunakan Sendal tertutup
Prosedur memakai APD ruang dekontaminasi
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan karet
3. Gunakan masker
4. Gunakan pelindung mata (kacamata goggle)
5. Gaun pelindung (Celemek)
6. Gunakan penutup kepala
7. Gunakan sepatu boot
Proses pencucian alat (manual cleaning) adalah proses pencucian alat secara manual

dengan tangan dan membutuhkan operator yang terlatih untuk mengenakan yang tepat. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat sebelum melakukan pencucian alat:

1. Gunakan APD (alat pelindung diri)

2. Buka semua engsel pada perangkat dan lalu bersihkan

3. Encerkan deterjen yang akurat sesuai dengan pedoman pabrik

4. Dibawah permukaan air suhu tidak ≥50°C

5. Saat menyikat alat gunakan sikat nilon lembut untk menghilangkan kotoran.

6. Inspeksi visual untuk engsel, gigi dan tepi bergerigi harus dilakukan

Metode dalam perendaman alat:

1. Isi bak cuci atau baskom lain yang sesuai dengan air hangat yang cukup untuk

merendam perangkat sepenuhnya.

2. Tambahkan jumlah deterjen yang sesuai dengan instruksi dosis pabrik

3. Bersihkan perangkat di bawah permukaan air sehingga aerosol tidak diproduksi

4. Gunakan sikat yang tepat untuk membersihkan kunci kotak, lumens, dan area lain yang

sulit dibersihkan dengan benar, gunakan sikat bulu lembut (nilon) agar permukaan

instrumen tidak rusak. Sikat yang digunakan untuk membersihkan lumens harus
berdiameter sama dengan instrumen untuk memastikan bahwa semua permukaan internal

dapat dijangkau.

5. Sikat juga harus cukup panjang untuk keluar dari ujung instrument

6. Di bak cuci atau baskom lain, rendam perangkat sepenuhnya dalam air bersih bersih dan

bilas perangkat secara menyeluruh.

7. Kering secara mekanis jika ini tidak tersedia atau tidak direkomendasikan oleh pabrikan,

keringkan udara atau keringkan tangan dengan sekali pakai menggunakan kain bersih

non-linting.

Proses pengeringan (drying) adalah langkah penting yang mencegah pertumbuhan

mikroba dan pengenceran bahan kimia desinfektan, yang mungkin membuat mereka tidak

efektif. Perangkat harus dikeringkan dengan udara atau dikeringkan dengan tangan

menggunakan kain bersih, non-linting dan sebaiknya digunakan sekali saja.

Proses pengemasan dapat dilakukan dengan cara mensortir terlebih dahulu layak / tidak

alat dan bahan yang akan dipakai, catat alat tanggal dan nama alat yang akan dikemas,

masukkan telebih dahulu indikator internal dan indikator eksternal.

Beberapa indikator sebelum melakukan proses sterilisasi

Pelayanan sterilisasi bertujuan untuk menyediakan produk dan alat medik yang steril,

untuk menjamin suatu sterilisasi berjalan dengan baik perlu dilakukan pemeriksaan uji

sterilitas dan melakukan monitoring sterilisasi. Monitoring sterilisasi dapat dilakukan

dengan menggunakan indikator kimia dan indikator biologi. Indikator kimia Internal bentuk

strip memberikan informasi secara visual pada produk yang telah melewati proses sterilisasi,
dengan terjadinya perubahan warna pada indikator tersebut. Pada tahapan penelitian

meliputi: uji cemaran mikroba ruang Laminar Air Flow (LAF), formulasi sediaan infus

NaCl 0,9%, Aplikasi indikator biologi spore strip dan indikator kimia internal bentuk strip

dalam proses sterilisasi panas basah, evaluasi sediaan infus NaCl 0,9%. Dari uji cemaran

mikroba ruang LAF tidak ditemukan adanya pertumbuhan mikroba. Indikator kimia internal

bentuk strip berubah warna menjadi hitam dimulai dari waktu sterilisasi 5 menit. Hasil uji

sterilitas indikator biologi dan sediaan memberikan hasil yang sama yaitu tidak terdapat

pertumbuhan mikroba dimulai dari waktu sterilisasi 9 menit. Hasil ini membuktikan bahwa

penggunaan indikator kimia internal bentuk strip pada sterilisasi panas basah efektif pada

suhu 121 C selama 10 menit.

1. Indikator kimia adalah Indikator yang tidak menggunakan darah asli namun

menggunakan protein yang bersifat mirip dengan darah. Penggunaan dalam indikator ini

yaitu untuk monitoring pencucian di washer disinfector dan ultrasonic washer, indikator

tersebut terdiri dari indikator untuk permukaan dan indikator untuk hollow / lumen.

 Indikator kimia – washer disinfector (Permukaan)

1. Di lakukan sesuai EN ISO15883 untuk pengujian washer disinfector

2. Ketika card diletakkan di holder, bagian merah tertutup setengahnya

mensimulasikan joint di instrument

3. Parameter yang dimonitor adalah

4. Waktu, Suhu, Transducers & Sabun.

5. Apabila bagian berwarna semua hilang menunjukkan keefektifan pembersihan


6. Rekomendasi penggunaan

7. Setiap hari sebagai bukti mesin dapat dipergunakan, dipergunakan dengan

chamber kosong (seperti bowie dick).

8. Setiap siklus, untuk membuktikan batch sudah bersih

 Indikator kimia – ultrasonic (permukaan)

1. Di lakukan untuk memenuhi EN ISO15883

2. Parameter yang dimonitor adalah Waktu, Suhu, Transducers, kavitasi & Sabun.

3. Rekomendasi penggunaan setiap hari sebagai bukti mesin dapat dipergunakan,

dipergunakan dengan chamber kosong (seperti bowie dick).

4. Setiap siklus, untuk membuktikan batch sudah bersih .

5. Rotasi indikator dapat dilakukan

 Indikator kimia ultrasonic – lumen merupakan indikator yang di desain untuk

monitor pembersihan di dalam lumen di instrumen washer atau ultrasonic cleaner.

Keduanya memiliki cara kerja yang sama dengan wash monitor yang sudah

dijelaskan sebelumnya.

Macam-macam sterilisasi suhu tinggi (High Temperature Sterilization)

1. Steam Gravity adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu

benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi dan udara dalam ruang autoklaf

dipindahkan hanya berdasarkan gravitasi. Dengan prinsip memanfaatkan keringanan uap


dibandingkan dengan udara, sehingga udara terletak di bawah uap. Cara kerjanya

dimulai dengan memasukan uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara tertekan ke

bawah. Secara perlahan, uap mulai semakin banyak sehingga menekan udara semakin

turun dan keluar melalui saluran di bagian bawah autoklaf, selanjutnya suhu meningkat

dan terjadi sterilisasi. Autoklaf ini dapat bekerja dengan suhu antara 121-134 °C dengan

waktu 10-30 menit.

Pada Proses pendinginan pintu mesin sterilisasi biarkan terbuka  mencegah

terjadinya kondensasi  mengurangi risiko terkontaminasi, diamkan set dan instrumen

tetap didalam chamber selama 15-20 menit untuk menunggu suhu turun, pack atau set

dikeluarkan dari dalam chamber dan tempatkan pada lokasi yang minimal lalu lintas

staff.

2. Steam High Vacum merupakan proses sterilisasi yang terdapat udara lalu dikeluarkan

dengan proses vakum dan uap dimasukkan. Proses lebih cepat dan penetrasi lebih baik,

proses vakum membutuhkan Suhu dan tekanan lebih tinggi; 134°C pada 30 psi, dengan

waktu sterilisasi 3 (tiga) menit. tidak digunakan untuk sterilisasi cairan karena kemasan

dapat pecah karena proses vakum. Pilihan utama sterilisasi instrumen, BMHP steril dan

linen.

3. Dry Heat Sterilization adalah mensterilkan alat dengan Membutuhkan oven dengan

udara panas. Alat yang dapat disterilkan dengan menggunakan dry heat sterilization untuk

peralatan gelas/ kaca, logam, serbuk dan minyak. Waktu sterilisasi membutuhkan waktu

dua jam pada 160°C dan satu jam pada 180°C. alat dan bahan yang tidak di perbolehkan

seperti Plastik, karet, kertas dan kain tidak dapat disterilkan dengan metode ini. Resiko

kebakaran.
Macam-macam sterilisasi suhu rendah (Low Temperature Sterilization)

Sterilisasi suhu rendah hanya digunakan untuk instrumen yang tidak tahan panas atau

tidak tahan kelembaban. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam sterilisasi

menggunakan suhu rendah:

1. Kualifikasi petugas, pelatihan dan kompetensi

2. Persiapan dan metode pengemasan

3. Prosedur mesin sterilisasi suhu rendah

4. Monitoring dan dokumendasi

5. K3 rumah sakit untuk penanganan bahan kimia

6. Penyimpanan bahan kimia, sesuai dengan instruksi pabrikan

7. Regulasi Lokal

Sterilisasi suhu rendah harus dilakukan secara otomatis pada chamber mesin yang

tertutup untuk menjamin keamanan petugas dan proses yang tepat berikut beberapa cara

untuk sterilisasi dengan menggunakan suhu rendah:

1. EtO adalah gas yang kompatabilitasnya paling sempurna dengan hampir semua jenis

barang dan bahan pengemas. Dalam proses sterilisasi yang sebenarnya Eto memasuki

ruangan melalui penguapan dengan sejumlah uap untuk menjaga tingkat kelembaban dan

memastikan EtO mencapai seluruh bagian beban. Bila konsentrasi yang dibutuhkan

dalam ruang dan beban tercapai tahap sterilisasi aktual dimulai. Semakin rendah
konsentrasi gas dalam ruangan semakin lama waktu sterilisasi. Karena EtO diserap oleh

berbagai jenis bahan plastik, penting untuk menjaga konsentrasi pada tingkat yang tepat.

Untuk mencapai EtO ini terkadang ditambahkan ke chamber setelah beberapa saat. Hal

ini sangat penting untuk memastikan tingkat konsentrasi EtO yang tepat di dalam ruangan

untuk mencapai sterilisasi yang efektif dan aman. Dan tidak disarankan EtO digunakan

untuk mensterilkan bahan cair karena akan bereaksi membentuk senyawa yang tidak

diinginkan dan EtO Tidak dapat digunakan untuk mensterilkan bahan kulit karena akan

beaksi membentuk klorhidrin.

 EtO adalah gas yang tidak berwarna, mudah terbakar dan mudah meledak.

Terdapat 4 parameter dalam menggunakan EtO:

1. gas concentration (450 to 1200 mg/l);

2. temperature (37 to 63°C);

3. relative humidity (40 to 80%)(water molecules carry ETO to reactive sites);

4. and exposure time (1 to 6 hours).

 Tidak tergantikan di industri alat kesehatan

 ETO diabsorbsi banyak bahan sehingga harus diaerasi

 Siklus aerasi tidak boleh gagal

2. Hidrogen Peroksida (Plasma) merupakan H2O2 kompatibel untuk banyak material,

kecuali powder dan bahan yang mudah meyerap seperti kertas dan linen.H 2O2 membunuh

mikro organisma pada konsentrasi 58-95% dengan waktu paparan yang singkat. Terdapat

pembatasan terhadap diameter dan panjang lumen. H2O2 tidak memiliki kemampuan
penetrasi yang sama dengan EtO. H2O2 akan melarut dalam kelembaban, pastikan kondisi

instrumen kering sempurna. Molekul yang terbentuk sangat rapuh dan mudah rusak

sehingga fungsi sterilisasi akan berkurang/hilang. Untuk meningkatkan kemampuan

penetrasi maka ditingkatkan konsentrasi atau menggunakan sistem booster. dalam

sterilisasi menggunakan plasma sebaiknya tetap menggunakan ruangan khusus dengan

ventilasi dan pertukaran udara yang baik serta monitoring paparan lingkungan dan

petugas menggunakan gas detector. Pengelolaan sterilan mengikuti MSDS dan

tersedianya eyewas.

3. Ozon merupakan suatu bentuk oksigen alotropis (gabungan beberapa unsur) yang setiap

molekulnya memuat tiga jenis atom. Formula ozon adalah O,, berwarna biru pucat dan

merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sangit serta dapat mendidih pada suhu +

111,9"C (+ 169,52"F), mencair pada suhu 192,5"C (- 314'F) dan memiliki gravitasi 2,144.

Penghancuran bakteri pada sterilisasi menggunakan ozon terjadi melalui proses oksidasi

langsung. Kekuatan oksidasi ozon dapat merusak membran sel, dinding bagian luar sel

mikroorganisme (cell lysis) dan juga dapat membunuhnya (nekrosls). Ketika ozon kontak

dengan bakteri, satu atom oksigen akan melepaskan diri dan mengoksidasi pelindung

protein bagian luar yaitu phospholipid dan lipoprotein dari bakteri tersebut, kemudian

atom oksigen yang lain akan berubah menjadi gas oksigen. bakteri dapat dihancurkan

akibat adanya kebocoran pada sitoplasma (Anonim, 2006).

 Ozon Bersifat oksidator

 Mekanisme membunuh kuman hampir sama dengan EtO dan H2O2

 Terdapat 4 parameter yang harus diperhatikan:


1. Waktu

2. Temperature 41 C

3. Konsentrasi O3

4. Kelembaban relative

 Penetrasi sama dengan H2O2

 Ada batasan terhadap panjang dan diameter lumen

2.6 PROSES PENYIMPANAN

Penyimpanan merupakan serangkaian kegiatan dalam pengaturan dan penyusunan alat

kesehatan steril didalam ruangan atau tempat penyimpanan yang sesuai standar yang dapat

menjamin mutu alat kesehatan yang steril.

Tujuan penyimpanan adalah mencegah dari kontaminasi mencegah dari kerusakan,

kehilangan, memudahkan dalam pencarian, dan terutama menjaga sterilitas isinya sampai

kemasan dibuka.

Hal yang perlu di perhatikan dalam standarisasi penyimpanan antara lain:

a. Desain seperti kamar operasi (temperatur , kelembaban, HEPA Filter)

b. Memiliki akses masuk dan keluar yang berbeda (sliding door) & penggunaan pass-box

c. Penempatan rak/lemari/meja penyimpanan

d. Uniform petugas

Suhu penyimpanan dalam ruang steril:

1. Suhu 18 - 22 0 C
2. Kelembaban 35 - 75 %

3. Penyimpanan di rak:

 8 “ (20,3 cm) dari lantai

 2 ” (4,5 cm) dari dinding

 18 “ (45,7 cm) dari langit –langit

2.7 PROSES DISTRIBUSI

Dalam prosedur pendistribusian ke unit layanan yaitu gunakan prosedur penyerahan

alat/set, distribusikan sesuai kebutuhan, lakukan pendokumentasian yang baik, pastikan

produk steril tidak jalan-jalan.

Prosedur khusus dalam pendistribusian alat:

• Re call

• KLB Infeksi dan disasster/bencana


BAB III

METODE YANG DILAKUKAN

Metode yang digunakan dalam pelaksaan ini adalah dengan resosialisasi terhadap tiap unit

dan monitoring evaluasi setiap bulan.


BAB IV

KESIMPULAN

1. Instrument CSSD belum tersentral untuk pensterilannya

2. Jumlah instrument dan linen belum 1:3

3. Bangunan CSSD belum adanya passbox

4. Masing-masing unit belum faham tentang CSSD

5. Ruang penyimpanan instrument dan linen belum tertata rapi, dikarenakan kurangnya

fasilitas

6. Belum adanya alat steril suhu rendah


BAB VI
PLANNING

1. Sosialisasi fungsi CSSD dan cara perawatan alat


2. Pengajuan jumlah instrument dan linen dengan perbandingan 1:3
3. Melakukan kultur untuk mengukur batas kesterilan alat
4. Pengajuan passbox
5. Pengajuan fasilitas untuk menyimpan alat steril

BAB VII
LAMPIRAN GAMBAR
MENGGUNAKAN INDIKATOR KIMIA
PENATAAN INSTRUMEN

KONTENER BOX DIBEDAKAN KOTOR DAN STERIL


TROLI TRANSPORTASI ALAT STERIL TEMPAT PENYIMPANAN ALAT STERIL

TEMPAT MENYETERILKAN ALAT

Anda mungkin juga menyukai