Anda di halaman 1dari 41

RSUD dr. R.

SOEDARSONO KOTA PASURUAN

PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI CSSD

TAHUN 2017

i
LEMBAR PENGESAHAN

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


dr. R. SOEDARSONO KOTA PASURUAN
NOMOR : 188/ /SK.DIR/423.600.03/2017

TENTANG
PEMBERLAKUAN DOKUMEN KOMITE
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

PENGESAHAN DOKUMEN PEDOMAN


PELAYANAN INSTALASI CSSD
TANDA
NAMA KETERANGAN TANGGAL
TANGAN
Direktur RSUD
dr. Hendra Romadhon dr. R. Soedarsono
Kota Pasuruan

dr. Devvi Riasari, Sp.PK Authorized Person

dr. Zainudin Zuhri, Sp.PD.Finasim Ketua Pokja PPI

Pembuat
Endah Rohmatul Roisana, S.Kep.Ners
Dokumen

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
sehingga kami berhasil menyusun Buku Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD di RSUD dr. R.
Soedarsono Kota Pasuruan.

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan


paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.Rumah sakit
sebagai institusi penyedia pelayanan kesehatan wajib berupaya untuk mencegah risiko terjadinya
infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit.

Harapan kami dengan adanya buku ini dapat menjadi pedoman bagi RSUD dr.
R.Soedarsono dalam meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di RSUD dr R Soedarsono Kota Pasuruan.yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanab rumah sakit.

Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya
masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari

Buku Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD ini tersusun atas kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak. Tim penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.

Pasuruan, 15 Januari 2017

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul .. .............................................................................................................. i


Lembar Pengesahan ............................................................................................................ ii
Kata Pengantar .................................................................................................................... iii
Daftar Isi ............................................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
BAB II STANDAR KETENAGAAN .......................................................................... 6
BAB III STANDAR FASILITAS ................................................................................. 9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN ................................................................. 11
BAB V LOGISTIK ....................................................................................................... 19
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ............................................................................ 21
BAB VII KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K-3) ........................... 25
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU ............................................................................. 35
BAB IX PENUTUP ....................................................................................................... 37

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.

Rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan


kesehatan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat jalan, rawat inap dan
rawat darurat. Sebagai penyedia layanan kesehatan, rumah sakit wajib berupaya untuk
mencegah resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas, termasuk komunitas yang
lain. Salah satu indikator keberhasilan ini adalah rendahnya angka infeksi nosokomial
atau Healthcare Associated Infections (HAIs).Dan untuk mencapai keberhasilan tersebut,
maka dilakukan pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit.

Pusat sterilisasi (CSSD) merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan angka kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung pada unit
penunjang yang lain seperti laundry, sanitasi, IPSRS, farmasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan mengganggu
proses dan hasil sterilisasi.

Dengan mempertimbangkan banyaknya volume, alat dan bahan yang harus di


sterilkan, dan untuk mewujudkan tujuan/pencapaian tersebut, maka RSUD dr R
Soedarsono Pasuruan membentuk unit baru yaitu Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) yang
mandiri dan independent yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Direktur. Instalasi pusat sterilisasi (CSSD) bertugas untuk memberikan pelayanan
terhadap semua kebutuhan alat dan bahan dalam kondisi steril secara cepat dan tepat,
melaksanakan tugas sterilisasi alat atau bahan secara professional, dengan tujuan utama
untuk mencegah risiko terjadinya infeksi bagi pasien, penunggu dan pengunjung serta
pegawai RSUD dr R Soedarsono Pasuruan .

1
B. TUJUAN

Umum :

Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di RSUD dr R Soedarsono Pasuruan

Khusus :

1 Sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan pusat sterilisasi RSUD dr R


Soedarsono Pasuruan .
2 Untuk mengadakan pengawasan dan kontrol mutu terhadap hasil sterilisasi di
RSUD dr R Soedarsono Pasuruan .
3 Sebagai sebuah pedoman kerja bagi tenaga pelaksana dalam memberikan
pelayanan diinstalasi pusat sterilisasi (CSSD) RSUD dr R Soedarsono Pasuruan .

Pengertian :

1. Antiseptik adalah desinfektan yang digunakan pada permukaan kulit an membran


mukosa untuk menurunkan jumlah mikroorganisme.

2. Autoclave adalah suatu alat/mesin yang digunakan untuk sterilisasi dengan


menggunakan uap bertekanan.

3. Bioburden adalah jumlah mikroorganisme pada benda yang terkontaminasi.

4. Barang steril sekali pakai (Single-Use) adalah instrument / alat kesehatan yang
disediakan dan di produksi untuk sekali pakai atau habis di gunakan sekali pakai dalam
satu kemasan.

5. Barang steril yang dapat di pakai ulang (Re-Use) adalah instrument / alat
kesehatan sesudah digunakan dapat di pakai ulang lagi setelah melalui proses pre-
cleaning, cleaning, pengemasan, labeling, dan di sterilkan dengan mesin sterilisator yang
sesuai.

6. Dekontaminasi yaitu proses mengurangi jumlah pencemar mikroorganisme


atau substansi/unsur lain yang berbahaya sehingga aman untuk penanganan lebih lanjut.

7. Disinfeksi adalah proses inaktivasi mikroorganisme melalui sistim termal atau


kimia.

8. Distribusi adalah merupakan sebuah proses penyaluran barang/produk yang di


hasilkan agar sampai pada konsumen/unit yang membutuhkan dengan aman, sesuai
dengan teknik dan standar yang telah ditetapkan.

2
9. Goggle adalah alat pelindung/proteksi mata.

10. Incubator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan suhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.

11. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa incubasi.

12. Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora


melalui cara fisika atau kimia.

13. Indikator biologi adalah sediaan yang berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu
proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.

14. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan perubahan
warna.

15. Indikator fisik adalah petunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain lain pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.

16. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.

17. Sterilan adalah zat yang mempunyai karakteristik dapat mensterilkan.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN

Ruang lingkup pelayanan CSSD memberikan pelayanan yang sebaik baiknya


untuk melayani dan membantu semua unit pelayanan di rumah sakit dan pihak luar rumah
sakit yang membutuhkan instrumen medis, linen, dan bahan habis pakai dalam kondisi
steril.

Penyediaan dan pembuatan bahan medis habis pakai serta Quality Assurance
dapat dilakukan di Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) dan unit kerja.Tahapan proses
sterilisasi yang dilakukan di Pusat Sterilisasi dan unit kerja disesuaikan dengan sarana
prasarana yang ada dengan koordinasi bersama Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).

3
D. BATASAN OPERASIONAL

Sterilisasi adalah proses penghancuran semua mikroorganisme termasuk spora


pada permukaan benda mati melalui cara pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi atau
filtrasi.

Sedangkan dalam bidang medis, sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode
tertentu yang dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang
menunjukkan tidak ada lagi mikroorganisme hidup.Alur aktifitas fungsional dari pusat
sterilisasi secara umum, dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Pembilasan ( pre cleaning ) : Pembilasan instrumen – instrumen yang telah


digunakan dengan larutan enzim yang dilakukan di CSSD dan sebagian diruang
perawatan.
2. Pembersihan : Semua instrumen pakai ulang harus dibersihkan secara baik,
sebelum dilakukan proses desinfeksi dan sterilisasi.
3. Pengeringan : Dilakukan sampai kering.
4. Inspeksi dan pengemasan : Setiap instrumen bongkar pasang harus diperiksa
kelengkapannya, sementara untuk bahan linen harus diperhatikan densitas
maksimumnnya.
5. Memberi label : Setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan batch
record, kode mesin, tanggal steril, tanggal kadaluarsa dan nama petugas.
6. Pembuatan : Membuat dan mempersiapkan kapas serta kasa balut, yang kemudian
akan disterilkan.
7. Sterilisasi : Proses sterilisasi dilakukan oleh staff yang terlatih.
8. Penyimpanan : Harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan yang baik.
9. Distribusi : Dilakukan dengan menggunakan kotak tertutup pada distribusi pagi
hari, apabila ada keperluan diluar jadwal atau cito bisa setiap saat.

E. LANDASAN HUKUM

Sebagai acuan dalam pelayanan pusat sterilisasi (CSSD) RSUD dr R Soedarsono


Pasuruan adalah :

1. Undang – undang No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan


2. Undang – undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Undang – undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit

4
4. Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.

5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No 436 / Menkes / SK / VI / 1993 tentang


berlakunya Standar Pelayanan di Rumah Sakit

1. Keputusan Kementerian Kesehatan R.I. Nomor 382/Menkes/SK/III/2007


tanggal 27 Maret 2007 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas kesehatan lainnya.
2. Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik 29 Maret 1983 tentang
CSSD tidak di bawah Instalisasi Farmasi.
3. Farmacope Indonesia edisi IV tahun 1995.
4. Pedoman Instalisasi Pusat Sterilisasi (Central Sterile Suplay Departement/
CSSD) di Rumah Sakit, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jakarta 2009.
5. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Bangli.
6. SK Direktur Direktur RSUD dr R Soedarsono Pasuruan tentang Pedoman
Pelayanan Sterilisasi.

5
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. STATUS KESEHATAN
Kepada seluruh tenaga atau pegawai yang bekerja di CSSD rumah sakit dianjurkan
sebelum dan pada saat melakukan tugas sehari hari untuk :
a. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-Ray untuk TBC, paling
sedikit sekali dalam setahun.
b. Status immunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever.
c. Laporan mengenai sakit yang dialami.

B. KUALIFIKASI SDM

1. Kualifikasi tenaga :
Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas
dan tanggungjawabnya, yang dibagi atas tenaga manager dan teknis pelayanan.
a. Kepala Instalasi CSSD.
Kualifikasi Tenaga :
1. Pendidikan terakhir minimal S1 Kesehatan .
2. Telah mendapat pelatihan CSSD.
3. Mempunyai kemampuan memimpin, membimbing dan mengajar
staff.
4. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
b. Penanggungjawab Mutu Sterilisasi dan Distribusi.
Kualifikasi Tenaga :
1. Pendidikan terakhir minimal D3 Kesehatan.
2. Telah mendapat pelatihan CSSD.
3. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktifitas dari
sub instalasi.
4. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
c. Staff di CSSD
Kualifikasi Tenaga :
1. Telah mendapat pelatihan CSSD.
2. Mempunyai kemampuan dan ketrampilan yag baik.

6
3. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
4. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian.

C. DISTRIBUSI KETENAGAAN

Nama Tersedia
Sertifikasi
Jabatan Pendidikan
Jumlah Sertifikasi

Kepala  Pelatihan CSSD Basic 1  CSSD Basic


S1
Instalasi  Pelatihan CSSD Advance  CSSD Advance
Keperawatan  PPI Dasar
CSSD  Pelatihan PPI Dasar
 PPI Advance
 Pelatihan PPI Advance

PJ Mutu D3  Inhouse Training PPI.


1  PPI dasar
Sterilisasi Kesehatan  Inhouse Training CSSD
 CSSD
dan
Distribusi
 In house Training CSSD
 CSSD
Staf SMA 6
 In house Training PPI  PPI Dasar

D. JADWAL KEGIATAN

Sehubungan dengan keterbatasan sumber daya manusia (SDM) baik kualitas


maupun kuantitas, maka pola pengaturan ketenagaan di Instalasi Pusat Sterilisasi
(CSSD) RSUD dr R Soedarsono Pasuruan dilakukan se-efektif mungkin, yakni untuk
jam kerja dinas shift pagi dan sore.Untuk malam sewaktu-waktu bila di perlukan (ON-
Call) sesuai dengan daftar jaga yang sudah dibuat.

1. Pengaturan jadwal di CSSD dibuat dan di pertanggung jawabkan oleh Kepala


Instalasi CSSD
2. Jadwal jaga dibuat untuk jangka waktu satu bulan.
3. Jadwal jaga dilaksanakan dengan sistim panggilan (On-Call) malam hari.
4. Apabila ada tugas jaga karena sesuatu hal sehingga tidak dapat jaga sesuai jadwal
yang telah ditetapkan ( terencana ), maka yang bersangkutan harus memberitahu
Ka.Instalasi CSSD : 3 Hari sebelumnya untuk di carikan pengganti.

7
5. Apabila tiba – tiba tidak dapat melakukan tugas jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan karena alasan penting ( tidak terencana ), maka tugas jaga digantikan
oleh jaga yang lain atas sepengetahuan Ka.Instalasi CSSD

8
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANGAN CSSD

Sarana fisik di RSUD dr R Soedarsono masih memakai prinsip yang mendasar


yaitu terbagi 3 ruang :

1. Ruang kotor
Di dalam ruang kotor atau dekontaminasi digunakan untuk pre cleaning dan
pembersihan.
2. Ruang bersih
Di dalam ruang bersih digunakan untuk pengeringan, produksi, proses
pengemasan, dan strerilisasi.
3. Ruang steril
Di dalam ruang steril digunakan untuk penyimpanan bahan dan alat kondidi steril.

B. STANDAR FASILITAS

Instalasi CSSD RSUD dr R Soedarsono Pasuruan berlokasi di sebelah utara


gedung Paviliun Canna.Instalasi CSSD terbagi menjadi ruangan kotor atau
dekontaminasi, ruang bersih yang digunakan produksi, pengemasan, tempat mesin
sterilisator,dan ruang steril yang digunakan tempat penyimpanan alat dan bahan kondisi
steril.

1. Peralatan dan zat kimia CSSD.


a. Peralatan non medik
1. Meja
2. Kursi
3. Lemari linen
4. Lemari alat
5. APD
6. Bahan pengemas
7. Alat pemadam kebakaran.
8. Komputer
9. Higrometer dan termometer.
10. Sealer
11. Tempat tisue
12. Tempat hansrub

9
b. Peralatan medik
1. Set washer manual
2. Ultrasonik washer
3. Mesin washer desinfektan
4. Mesin sterilisasi
5. Mesin pengering

c. Bahan dan alat


1. Deterjen
2. Desinfektan
3. Kapas. kasa
4. Larutan ezymatik
5. Pembersih lantai

2. Pengujian alat sterilisasi dan kalibrasi alat.


Sebelum mesin sterilsasi dapat digunakan secara rutin maka harus
dilakukan pengujian terlebih dahulu sesuai dengan prosedur pada masing masing
mesin sterilisasi.
Kalibrasi secara periodik harus dilakukan sesuai dengan instruksi manual
dari produsen mesin.Kalibrasi ulang harus dilakukan apabila komponen –
komponen ini mengalami perbaikan.Contoh item : pengukur suhu dan tekanan,
timer dan elemen pencatat lainnya.Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang
terlatih khususnya terhadap jenis sterilisasi yang akan dikalibrasi. Kalibrasi
terhadap mesin sterilisasi sangnat penting untuk menjamin bahwa mesin sterilisasi
bekerja dengan baik dan efektif serta dapat diandalkan.

10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Alur Kerja

USER

DEKONTAMINASI/
PERENDAMAN

PENGIRIMAN

SELEKSI DAN
PENCATATAN

PENCUCIAN

PENGERINGAN

PENGEMASAN

LABELING

STERILISASI

TIDAK
KONTROL
INDIKATOR

YA
TEMPAT PENYIMPANAN
ALAT STERIL DISTRIBUSI

11
B. Tata Laksana Pelayanan Instalasi CSSD

1. Pre Cleaning
a. Instrumen dibilas dengan air mengalir sampai kotoran hilang.
b. Direndam dengan larutan enzymatik sesuai dengan instruksi pabrik
dilakukan di ruangan bila diperlukan.
c. Dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
d. Instrumen segera dikirim ke pusat sterilisasi

Tujuan :
- Melindungi petugas yang bersentuhan langsung dengan instrumen pada
proses selanjutnya.
- Menghilangkan kotoran yang terlihat dan tidak terlihat.
- Meningkatkan efektifitas proses cleaning, desinfeksi dan sterilisasi

Persyaratan :
- Ruangan dengan ventilasi baik, tekanan negatif, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75% terpisah dari area lain.
- Perendaman menggunakan kontainer yang di sesuaikan dengan ukuran
instrumen sehingga semua instrumen dapat terendam.
- Larutan perendaman berupa deterjen atau cairan enzimatik sesuai
rekomendasi produsen.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik.
- Prabilas harus di lakukan segera setelah penggunaan instrumen untuk
menghindari kotoran menjadi kuning.

2. Cleaning

a. Menerima instrumen medis on steril atau kotor.

b. Mencatat di formulir permintaan sterilisasi.

c. Memisahkan menurut derajat kekotoran.

d. Melakukan pencucian secara manual.

e. Melakukan pengeringan instrumen.

12
Tujuan :
- Melindungi petugas yang bersentuhan langsung dengan instrumen pada
proses selanjutnya.
- Menghilangkan mikroorganisme berbahaya.
- Meningkatkan efektifitas proses desinfeksi dan sterilisasi.

Persyaratan :
- Ruang dengan ventilasi baik, tekanan negatif, kelembaban 35% - 75%
terpisah dari area lain.
- Perendaman menggunakan sink yang di sesuaikan dengan ukuran instrumen
sehingga semua instrumen dapat terendam.
- Larutan perendaman berupa cairan disinfektan.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik.

3. Pengemasan.

Pengemasan adalah kegiatan membungkus alat kesehatan yang sudah


bersih dan kering untuk dilakukan proses sterilisasi.

a. Linen

- Menerima linen bersih dari laundry.

- Melakukan penataan linen sesuai dengan permintaan unit pengguna.

- Melakukan pengemasan dan memasang indikator kimia internal


dan eksternal

- Melakukan penyusunan bungkusan linen yang siap disterilkan dan


ditimbang.

b. Instrumen

- Melakukan penataan perangkat instrumen bersih.

- Melakukan pengecekan jenis dan jumlah instrumen.

- Melakukan pengemasan ( setting alat menurut jenis tindakan )

- Memasang indikator kimia eksternal dan eksternal

13
- Melakukan penyusunan bungkusan instrumen yang siap disterilkan
dan ditimbang.

c. Kasa

- Menerima kasa roll dari gudang farmasi, melakukan kontrol fisik


dan melakukan pencatatan.

- Melakukan pemotongan dan pelipatan kasa depres sesuai kebutuhan


ruangan.

- Melakukan pengemasan sesuai ukuran.

- Memasang indikator internal.

- Melakukan penyusunan bungkusan kasa yang siap disterilkan.

Tujuan :
- Menjamin sterilisasi instrumen dalam kemasan.
- Keamanan dan efektifitas perawatan.
- Mengetahui batas kadaluarsa alat yang di sterilkan.
Persyaratan :
- Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75%, bebas debu, terpisah dari ruangan pre-
cleaning / cleaning.
- Tersedia lemari penyimpan yang tertutup, bersih dan kering.
- Bahan pengemas :
 Harus mempertahankan sterilisasi isinya hingga kemasan
dibuka dan harus mudah dibuka tanpa menyebabkan
kontaminasi.
 Harus sesuai dengan metoda sterilisasi yang di pakai antara
lain tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan
tekanan pada proses sterilisasi.
 Dipilih berdasarkan lama kadaluarsa proses penyimpanan
instrumen, misalnya pengemasan dengan linen atau kertas
wraping berkadaluarsa 1 minggu, dan pengemasan dengan
pouches berkadaluarsa 1 bulan.

14
4. Labeling (penandaan).
Labeling (Penandaan) adalah kegiatan pemberian label/ etiket atau catatan
yang dilakukan terhadap masing-masing kemasan dari instrumen yang akan
melalui proses sterilisasi.
Tujuan :
- Mengetahui batas kadaluarsa alat yang di sterill.
- Memudahkan dalam penelusuran atau penarikan kembali.

Persyaratan :
- Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75%, bebas debu, terpisah dengan ruangan pre-
cleaning/ cleaning.
- Tersedia lemari penyimpanan yang tertutup, bersih dan kering.
- Penandaan mencantumkan minimal :
 Tanggal sterilisasi.
 Tanggal kadaluarsa.
 Inisial nama pengemas.
 Nomer mesin sterilisasi.
 Nomer siklus.
 Jumlah kali pemakaian re-use (untuk single use/ re-use)
- Semua kemasan instrumen harus di beri penandaan sebelum
dilakukan proses sterilisasi.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene
yang baik.

5). Sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan / memusnahkan semua bentuk
mikroorganisme pada linen, instrumen atau alat kesehatan termasuk endospora
yang dapat dilakukan secara fisika atau kimia menggunakan alat sterilisator.
Tujuan :
- Membunuh / menghilangkan semua mikroorganisme, endospora pada
linen, instrumen atau alat kesehatan lainnya.
- Menghasilkan steril yang siap untuk kegiatan medis di Rumah Sakit.
Persyaratan :
- Ruangan dengan ventilasi baik, dengan suhu 18°C - 22°C, kelembaban
35% - 75%, bertekanan positif.

15
- Mesin sterilisasi :
 Suhu tinggi panas kering digunakan untuk instrumen, linen dan alat
medis lain yang tahan pada suhu panas 121°C sampai 134°C.Harus
memenuhi uji kelayakan mesin sebelum di gunakan.
- Sterilisasi secara kimia dengan cairan hidrogen peroida digunakan untuk
instrumen atau alat kesehatan dengan klasifikasi semi kritikal .
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik

6). Penyimpanan.
Penyimpanan instumen/ alat-alat steril yang sudah steril adalah
penempatan dan pengaturan instrumen dan bahan medis habis pakai steril sesuai
persyaratan.
Tujuan :
- Menjaga sterilisasi alat / instrumen medis habis pakai yang sudah di
sterilkan.
- Memudahkan dalam pencarian sehingga mempercepat pelayanan.
Persyaratan :
- Ruangan dengan penanganan memadai, 18°C - 22°C, kelembaban 35% -
75%, ventilasi dengan tekanan positif.
- Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang halus dan mudah dibersihkan.
- Penyimpanan menggunakan rak yang mudah dibersihkan, di simpan pada
jarak 19 -24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5
cm dari dinding.
- Melakukan penyusunan barang steril dengan metode FIFO (first in first
out)
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik..

7). Pendistribusian.
Pendistribusian barang steril adalah kegiatan menyerahkan instrumen atau
alat bahan medis habis pakai steril kepada instalasi pengguna sesuai aturan yang
berlaku.
Tujuan :
- Memenuhi kebutuhan unit kerja terhadap instrumen dan alat kesehatan
steril.
- Tertib administrasi.

16
Persyaratan :
- Menggunakan kontainer tertutup khusus barang bersih.
- Distribusi berdasarkan formulir permintaan sterilisasi barang re-use dari
unit kerja atau formulir permintaan bahan medis habis pakai steril.
- Pada saat serah terima kedua belah pihak harus meneliti dan memeriksa
bahan steril yang di serah terimakan berdasarkan jumlah dan kondisi fisik.
- Kedua belah pihak harus mencantumkan nama dan tanda tangan pada
lembar formulir saat serah terima.

8). Proses Sterilisasi Single Use

a) Barang sengle use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk
segala macam komponen suku cadang, asessoris yang di tujukan untuk
sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia yang di
kelompokan ke dalam peralatan kritis yang harus disediakan dalam
keadaan steril atau harus disediakan setelah di proses dengan disinfeksi
tingkat tinggi.
b) Barang steril sekali pakai yang dapat dipakai ulang harus melalui dari pre-
cleaning dan cleaning sampai proses bebas dari mikroorganisme dengan
cara Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi dengan mesin
sterilisator.
c) Tujuan sterilisasi barang single use untuk digunakan ulang adalah :
- Munurunkan biaya Rumah Sakit dalam penyediaan alat kesehatan.
- Memelihara efektifitas dan mutu alat kesehatan steril.
- Mengurangi resiko infeksi.
- Meningkatkan masa pakai alat kesehatan.
- Menjamin mutu pelayanan sterilisasi.
d). Syarat barang single use yang bisa di re-use yaitu :
- Instrumen single use yang di re-use adalah instrumen dengan harga
yang mahal.
- Terdapat literatur atau bukti yang menyatakan bahwa barang single
use dapat di re-use.
- Staf yang behak menyatakan bahwa instrumen masih baik dan dapat
dilakukan proses re-use adalah dokter terakhir yang menggunakan
alat.
- Instrumen single use yang di re-use harus ditandai dengan kode
warna sesuai aturan.

17
- Penanda yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau selotip sesuai
kode warna pada penandaan.
- Staf yang berkewajiban memberikan tanda adalah penanggung
jawab alat di unit kerja.
- Proses untuk pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi harus sesuai
dengan spesifikasi masing-masing alat.

18
BAB V
LOGISTIK

Kebutuhan akan barang dan ketersediaan alat sangat penting dalam rangka pelayanan dan
produksi di Instalasi Pusat Sterilisas (CSSD). Kebutuhan tersebut terpenuhi dari kesediaan
logistik yang diperuntukan dalam kegiatan di Instalasi CSSD.

a. Perencanaan

1. Perencanaan kebutuhan pelayanan sterilisasi rumah sakit diusulkan oleh Instalasi


CSSD sebagai rekapitulasi usulan dari setiap unit kerja / instalasi / Bidang /
Bagian.
2. Perencanaan bahan baku dan pengemasan yang di butuhkan untuk produksi
barang medis steril secara periodik dengan memperhatikan efesien dan efektifitas
di teruskan ke bagian umum.
3. Perencanaan sarana dan prasarana dikirim ke Bagian pelayanan untuk diteruskan
ke Kasie sarana penunjang.

b. Pengadaan sarana dan prasarana

1. Pengadaan alat kesehatan / instrumen

- Mengajukan permintaan kebutuhan alat kesehatan / instrumen kepada


kepala bidang pelayanan sesuai permintaan unit pengguna

- Menerima alat kesehatan atau instrumen dari bagian perlengkapan.

- Menginventaris instrumen yang diterima oleh penanggung jawab


dekontaminasi.

- Mencatat di buku penerimaan dan kartu stok.

2. Pengadaan bahan habis pakai

- Mengajukan permintaan kebutuhan bahan habis pakai yang mendukung


kepada instalasi farmasi.

- Menerima bahan habis pakai :

- Mencatat di buku penerimaan barang

Dari semua kegiatan tersebut dapat dikelompokan jenis kebutuhan barang dan alat
yang diperlukan :

19
1. Kebutuhan ATK : Buku/alat tulis, blangko-blangko
2. Alat pelindung diri : Masker, sarung tangan, hand rub, tissue/
lap,kacamata geogle, penutup kepala.apron.
3. Bahan produksi : Kassa, kapas, packing, label
4. Bahan/zat : Detergen, desinfektan, larutan/enzim, indikator
biologi, indikator kimia eksternal dan internal

Untuk kebutuhan logistik dan stock inventory di Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD)
RSUD dr R Soedarsono Pasuruan , didapat dari gudang farmasi dan gudang materiil
RSUD dr R Soedarsono Pasuruan melalui mekanisme amprah barang atau amprah alat.

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian
Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai
dengan SPO yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya kecelakaan/resiko cedera pada pasien.

Pengguna barang/alat yang belum teruji kelayakan, fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Penggunaan alat/bahan yang
terkontaminasi ( On-Steril ) pada pasien dengan tindakan invasive dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.

Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pelayanan agar pasien dalam kondisi aman.

B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

Standar keselamatan pasien merupakan :

1. Hak pasien
2. Mendidik staff
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

21
C. Pencegahan kecelakaan pada pasien

Resiko :

Pengguna barang/alat yang belum teruji kelayakan, fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Penggunaan alat/bahan yang
terkontaminasi ( On-Steril ) pada pasien dengan tindakan invasive dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.

Saran dan tindakan aman :

1. Lakukan pengujian mikrobiologi secara acak terhadap instrument/alat sebelum


didistribusikan.
2. Pastikan bahwa semua barang/alat telah di dekontaminasi, bebas dari kotoran,
kerusakan, atau bahaya lain
3. Barang yang terkontaminasi selalu dalam keadaan tertutup pada saat transportasi
menuju daerah dekontaminasi
4. Pastikan komponen alat/instrument dalam keadaan lengkap dan berfungsi secara
baik
5. Pastikan mesin sterilisator termonitor secara visual selama proses sterilisasi
melalui tes indicator yang tersedia

Yang harus dilakukan di Instalasi CSSD untuk keselamatan pasien meliputi :

A. Monitoring

Upaya untuk mengamati pelayanan proses sterilisasi dan mencakup program


pelayanan proses sterilisasi seawal mungkin, untuk dapat menemukan dan selanjutnya
memperbaiki masalah dalam pelaksanaan program.

1. Tujuan monitoring adalah :

a. Untuk mengadakan perbaikan, perubahan orientasi atau desain dari sistem


pelayanan sterilisasi ( bila perlu )

b. Untuk menyesuaikan strategi atau pedoman pelayanan sterilisasi yang


dilaksanakan dilapangan, sesuai dengan temuan – temuan di lapangan.

c. Hasil analisisdari moitoring digunakan untuk perbaikan dalam memberikan


pelayanan sterilisasi di RSUD dr R Soedarsono Pasuruan.Monitoring
sebaiknya dilakukan sesuai keperluan dan diperlukan segera untuk
perbaikan program.

22
2. Hal hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :

a. Pemberian nomor lot pada setiap kemasan.

Pada item atau kemasan yang akan disterilkan harus


mencantumkan identitas berupa nomor lot yang mencakup nomor mesin
sterilisasi, tanggal proses sterilisasi, dan keterangan siklus keberapa dari
mesin sterilisasi.Pengidentifikasian ini akan memudahkan pada saat
diperlukannya melakukan recall atau penarikan kembali kemasan yang
sudah terdistribusikan.

b. Data mesin sterilisasi

Untuk setiap siklus sterilisasi yang dilakukan informasi berikut harus


didokumentasikan :

1. Nomor lot

2. Informasi umum kemasan ( misal : kemasan linen, atau kemasan


instrumen )

3. Waktu pemaparan dan suhu ( kalau belum tercatat oleh mesin


sterilisasi )

4. Nama operator.

5. Data hasil pengujian biologis.

6. Data respon terhadap indikator kimia.

7. Data hasil dari uji Bowie-Dick

Dokumentasi ini akan bermanfaat dalam monitoring proses dan


memastikan bahwa parameter pada setiap siklus proses sterilisasi telah tercapai
sehingga akuntabilitas proses terjamin. Dengan melakukan dokumentasi ini maka
apabila ada barang yang harus ditarik ulang akan menjadi lebih mudah.

3. Waktu Kadaluarsa.

Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada keadian yang
dialami oleh kemasan tersebut.

23
B. Evaluasi

Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RSUD dr R Soedarsono kota Pasuruan.

Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :

a. Meningkatan kinerja pengelolaan sterilisasi di RSUD dr R Soedarsono kota


Pasuruan.

b. Sebagai acuan dalam perencanaan sterilisasi, bahwa barang-barang yang di


sterilkan di jamin kesterilannya.

c. Sebagai acuan dalam perencanaan system pemeliharaan mesin-mesin sterilisasi.

d. Sebagai acuan perencanaan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber


daya manusia

24
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA
( K-3 )

A. PENDAHULUAN
Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan
Pusat Sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi setelah dilakukan
pembekalan kepada petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi dilingkungan kerja.

Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang
dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik
bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara
signifikan.

Kecelakaan kerja khususnya dilingkungan pusat sterilisasi sangat mungkin terjadi


baik karena mekanis (berhubungan dengan teknik kerja), resiko penularan infeksi maupun
karena paparan zat kimia.

Dengan mengetahui adanya factor resiko tersebut, maka perlu untuk


mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari
resiko kecelakaan kerja maupun penularan infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi
dikenal melalui “ Kewaspadaan Standar “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak
dikenalnya HAis yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.

B. TUJUAN
a. Petugas di instalasi sterilisasi didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas di instalasi sterilisasi didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi mengalami kecelakaan kerja, termasuk terinfeksi
penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya. Untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution” dan
bekerja sesuai dengan SPO yang di sudah tetapkan.

C. TINDAKAN YANG BERESIKO

1. Penerimaan barang kotor dan area dekontaminasi.


Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat
kimia.

25
Saran dan tindakan aman :
a. Gunakan alat perlindungan diri (APD) sebelum menyentuh bahan/alat yang
terkontaminasi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-
alat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu, pastikan agar bagian yang
runcing dari instrument tidak mengarah ke tubuh kita terutama saat
transportasi.
c. Buang sampah benda tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan
d. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari
instrument lain
e. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara
aman, dan gunakan alat pelindung diri
f. Hati-hati didaerah dengan penggunaan air yang banyak, periksa kondisi
lantai untuk mencegah terjatuh/terpeleset akibat kondisi lantai yang licin,
bila perlu diberi peringatan.
g. Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
menggosok dibawah permukaan air guna mencegah aerosol yang dapat
terhirup.

2. Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau,


jarum maupun alat tajam lainnya.
Saran dan tindakan aman :
a. Gunakan alat perlindungan diri (APD) sebelum menyentuh bahan/alat yang
terkontaminasi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-
alat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu, pastikan agar bagian yang
runcing dari instrument tidak mengarah ke tubuh kita terutama saat
transportasi.
c. Buang sampah benda tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan
d. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari
instrument lain
e. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara
aman, dan gunakan alat pelindung diri
f. Hati-hati didaerah dengan penggunaan air yang banyak, periksa kondisi
lantai untuk mencegah terjatuh/terpeleset akibat kondisi lantai yang licin,
bila perlu diberi peringatan.

26
g. Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
menggosok dibawah permukaan air guna mencegah aerosol yang dapat
terhirup.

3. Penyiapan proses sterilisasi, terutama pengoperasian mesin sterilisasi. Resiko yang


mungkin terjadi seperti sengatan listrik, luka bakar, kelalaian penggunaan zat
kimia.

Saran tindakan aman :


a. Gunakan sarung tangan tangan saat menangani kereta mesin sterilisasi atau
pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
b. Letakan kereta (trolly) yang panas ditempat yang aman, untuk menghindari
petugas lain menyentuhnya.
c. Hati-hati pada saat menggunakan sealer panas saat memotong kantong
steril (pouches)
d. Pengoperasian mesin sterilisasi dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih
atau terbiasa melakukan.
e. Untuk sterilisasi dengan sistim etilen oksida (uap kimia), perhatikan sistim
ventelasi/exhaust yang berhubungan langsung dengan udara luar gedung.
f. Pada saat memindahkan alat/bahan dari mesin sterilisator, jauhkan dari
badan dan usahakan tidak menhirup uap dari alat/bahan tersebut.
g. Pada saat transportasi alat, sebaiknya kereta ditarik (tidak sidorong)
h. Segera periksakan bila ada petugas yang terpapar dengan gas EO guna
penanganan lebih lanjut.

D. Prinsip Keselamatan Kerja


Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja
adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi
peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu

1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang


2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah
kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan
5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

27
E. Penggunaan zat-zat kimia di pusat sterilisasi
Penanganan zat kimia di pusat sterilisasi perlu diperhatikan mengingat zat tersebut
bersifat toksik. Penanganan yang tidak baik akan berbahaya pada petugas maupun pasien.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau isopropyl alcohol (60-90%) digunakan
sebagai disinfektan menengah dengan kemampuan bakterisidal, tuberkolosidal,
fungisidal dan virosidal
Tindakan pertolongan umum :
- Letakan korban di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
- Berikan terafi suportif : jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan khusus :
a. Pertolongan pada pemaparan mata
- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata
b. Pertolongan pada pemaparan kulit
- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih
secara perlahan

2. Formaldehid
Adalah gas tidak berwarna dengan bau khas yang menyengat. Umumnya
digunakan untuk desinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi ( biasanya 12-15%)

Bahaya terhadap kesehatan :

- Dosis Toksik : Dosis letal pada manusia secara oral 0,5-5g/kg BB


- Akut : 2-3ppm. : rasa gatal pada mata
4-5ppm. : Lakrimasi

28
10ppm. : Lakrimasi berat
10-20ppm : Susah bernapas, batuk,rasa panas di hidung
dan tenggorokan

50-100ppm : iritasi akut saluran nafas

- Lambat : Iritasi kulit


- Kronik : Karsinogenik, gangguan menstruasi dan
kesuburan, Kerusakan berat sampai permanen bila
terpapar di mata (buram-buta)
- Tertelan : Korosip pada mukosa Gastro-intestinal,
mual, muntah sampai perdarahan

- Terhirup : Iritasi saluran nafas, laringospasme


- Kontak kulit : Iritasi kulit

Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi

Pertolongan Khusus :
a. Pertolongan pada pemaparan mata
- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata

b. Pertolongan pada pemaparan kulit


- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih
secara perlahan
- Lepaskan pakaian dan perhiasan yan terpapar
- Penolong menggunakan APD

29
- Lap dengan handuk lembut

c. Pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


- Segera beri korban minum air atau susu ; 200 cc untuk dewasa, 100
cc untuk anak-anak
- Kontra-indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
- Dalam keadaan tertentu pasang NGT setelah pertimbangan
endoskopi

1. Etilen Oksida
Etilen Oksida Mereupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses
sterilisasi kimia pada alat-alat kesehatan

Bahaya yang mungkin di timbulkan terhadap kesehatan :


-. Inhalasi : Pemaparan jangka pendek berupa iritasi, daya penciuman menurun,
dispnea, nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan
keseimbangan tubuh, sianosis, kongesti paru, kejang dan gangguan
kesuburan.
Pemaparan jangka panjang berupa : potensial cancer
-. Kontak Kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi allergi, terasa panas, melepuh,
Frost bite
-. Kontak Mata : Pemaparan jangka pendek :Terasa panas, frost bite, mata berair.
Jangka Panjang : katarak
-. Tertelan : Pemaparan jangka pendek : Terasa terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah, forst bite,diare, nyeri perut, nyeri dada,
nyeri kepala, sianosis.
Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial Karsinogen

Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi

Pertolongan Khusus :

a. Pertolongan pada pemaparan mata


- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena

30
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata

b. Pertolongan pada pemaparan kulit


- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih
secara perlahan
- Lepaskan pakaian dan perhiasan yan terpapar
- Penolong menggunakan APD
- Lap dengan handuk lembut
c. Pertolongan pada pemaparan Gastrointestinal :
-. Kontraindikasi untuk induksi muntah
-. Aspirasi dan kumbah lambung tidak dianjurkan
-. Berikan karbon aktif dosis tunggal : 1 gr/kg BB atau dewasa 30-
100 gr dan anak-anak 15-30 gr.
Cara pemberian : campur rata dengan perbandingan 5-10 gr karbon
aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa : 10 gr tiap 20 menit, anak-
anak 5 gr tiap 20 menit.

2. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resul, karbon kreolin, likresol, banyak di gunakan
dalam perawatandi rumah tangga (mengepel). Di bidang kesehatan digunakan
sebagai larutan desinfektan dengan konsentrasi 1-2%.
Bahaya utama pada kesehatan :
-. Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa, kadang kemerahan, luka bakar.
Kronis pada kulit : eritema, vesikel, dan dermatitis kontak
-. Pemaparan di mata : Iritasi konjungtiva, putih di kornea, edema palpebra, dan
iritasi
-. Pemaparan sistemik : Nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea,
penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika

31
konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar pada
mulut dan esophagus
-. Efek kardiopaskuler : Hipotensi dan syok
-. Efek pada ginjal : Urine warna gelap ( Hemoglobinuri )
-. Efek pada pernafasan : Depresi nafas sampai gagal nafas

Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi

Pertolongan Khusus :

a. Pertolongan pada pemaparan mata


- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl 0,9%
perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata

b. Pertolongan pada pemaparan kulit


- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih secara
perlahan
- Lepaskan pakaian dan perhiasan yan terpapar
- Penolong menggunakan APD
- Lap dengan handuk lembut

c. Pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


- Segera beri korban minum air atau susu ; 250 cc untuk dewasa, 100
cc untuk anak-anak
- Kontra-indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
- Dalam keadaan tertentu pasang NGT setelah pertimbangan endoskopi

32
3. Natrium Hipoklorit

Biasanya zat ini terkandung didalam larutan pemutih pakaian 5-10%. Pada
konsentrasi > 20% zat ini bersifat korosif, sangat berbahaya bila tertelan karena bila
kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor, dan jika
terhirup menyebabkan kerusakan organ paru.

Bahaya utama terhadap kesehatan :

-. Inhalasi : tenggorokan terasa sakit, iritasi saluran nafas, edema paru

-. Kontak Kulit : Terasa perih, iritasi local, erupsi

-. Kontak : Mata merah, korosip, penglihatan kabur

-. Tertelan : Mulut dan tenggorokan terasa terbakar ( konsentrasi3-5% ),


iritasi mulut dan faring, edema faring dan laring, mual dan
muntah. Pada konsentrasi lebih pekat : nyeri menelan, salvias,
nyeri tenggorokan, nyeri dada dan perut.

Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi

Pertolongan Khusus :

a. Pertolongan pada pemaparan mata


- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl 0,9%
perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata

b. Pertolongan pada pemaparan kulit


- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih secara
perlahan

33
- Lepaskan pakaian dan perhiasan yan terpapar
- Penolong menggunakan APD
- Lap dengan handuk lembut

c. Pertolongan pada pemaparan gastrointestinal


- Segera beri korban minum air atau susu ; 250 cc untuk dewasa, 100
cc untuk anak-anak
- Kontra-indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon aktif
- Dalam keadaan tertentu pasang NGT setelah pertimbangan endoskopi
- Pengenceran dengan demulsen (susu/ antacid)

34
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

A. Prinsip
Pengawasan mutu proses sterilisasi merupakan kegiatan monitoring mutu di setiap tahap
proses sterilisasi.

B. Persyaratan pengawasan mutu :


1. Dilakukan secara visual.
2. Menggunakan alat bantu (indikator).
3. Melihat hasil kerja alat (mekanik).
4. Dilakukan oleh petugas yang sudah terlatih.

C. Tujuan.
1. Memastikan semua proses sterilisasi berjalan sesuai standar.
2. Memberikan jaminan mutu terhadap barang steril yang dihasilkan.

D. Uji Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).


1. Terbuat dari bahan 100% kapas.
a. Ambil sepotong kasa, bakar bagian ujungnya, perhatikan warna dan bau
asap serta abunya.
b. Kasa yang baik berasap putih, berbau kertas terbakar dan abu yang halus.
c. Kasa yang buruk berasap hitam, berbau plastik jika dibakar dan abu
menggumpal karena mengandung bahan sintetis.
2. Tidak mengandung pemutih.
a. Tempatkan kasa di ruang gelap, paparkan lampu ultra violet.
b. Kasa yang baik tidak akan berpendar sama sekali.
c. Kasa yang buruk berpendar secara tersamar sampai sangat kuat.

3. Tidak mengandung zat asing/ kanji.


a. Ambil spotong kasa, teteskan cairan iodium.
b. Kasa yang baik warna iodium tidak berubah.
c. Kasa yang buruk warna iodium menjadi kebiruan karena bereaksi dengan
kanji.
4. Bahan baku berserat panjang.

35
a. Ambil kasa, perhatikan fisiknya, raba dan tepuk-tepuk.
b. Kasa yang baik benangnya padat, rapi dan debu sangat minimal.
c. Kasa yang buruk benangnya rapuh, tidah beraturan dan debunya banyak.
5. Memiliki daya serap yang baik.
a. Ambil kasa, lipat, teteskan darah atau betadin, perhatikan daya serapnya.
b. Kasa yang baik daya serapnya cepat.
c. Kasa yang buruk daya serapnya kurang karena mengandung bahan
sintetis.

Monitoring Pelaksanakan Proses Sterilisasi.

1. Uji Visual terhadap instrumen untuk mengetahui layak atau tidak layak diproses sesuai
Uji Visual, dilakukan pada :
a. Loket penerimaan instrumen kotor.
b. Loket penerimaan instrumen bersih.
c. Selesai proses pembersihan (cleaning).
d. Selesai proses sterilisasi.
e. Sebelum instrumen di distribusikan

2. Uji mekanik terhadap alat yang di gunakan untuk proses sterilisasi sebelum penggunaan
alat agar diketahui kelayakan alat sesuai Uji

3. Uji Bowie Dick sebelum proses sterilisasi untuk mengetahui kemampuan daya vakum dan
tekanan mesin sesuai IK Uji Bowie Dick, dilakukan pada mesin sterilisasi suhu tinggi
(Steam).

4. Pemantauan proses sterilisasi dilakukan saat mesin sterilisasi berjalan, pemantauan


dengan melihat print out proses yang dilakukan mesin sesuai IK pemantauan in proses
mesin sterilisasi, dilakukan pada semua mesin yang ada pada Instalasi Sterilisasi Pusat.

5. Monitoring setelah pelaksanaan proses sterilisasi.


Uji mikrobiologi terhadap produk sterilisasi sesuai jenis kemasan untuk menentukan dan
memastikan masa kadaluarsa produk sesuai IK uji Mikrobiologi, dilakukan pada :
1. Hasil sterilisasi dengan pengemasan linen.
2. Hasil sterilisasi dengan pengemasan pouches.
3. Hasil sterilisasi dengan pengemasan countener steel.

36
BAB IX

PENUTUP
Mengingat bahwa barang medis steril merupakan hasil akhir dari suatu proses sterilisasi
yang dilaksanakan dengan sistem secara utuh maka perlu menjadi perhatian bagi semua
komponen yang ada di rumah sakit dalam hal

1. Prinsip bangun Instalasi Sterilisasi Pusat harus berpedoman kepada perpindahan barang
satu arah.
2. Pemilihan dari bahan baku atau bahan pengemas (barang medis habis pakai) yang akan
disterilkan harus hasil mutu, tepat dan dapat mempertahankan nilai sterilisasi yang telah
dicapai.
3. Penyedian dan produksi kassa dan kapas steril harus tersentralisasi dengan pertimbangan
efisiensi baik tenaga, ruangan maupun sumber daya lainnya.
4. Proses sterilisasi single use dan barang re-use harus dilakukan sesuai dengan standar
operasional prosedur.
5. Pemilihan metode sterilisasi harus disesuaikan dengan spesifikasi barang yang akan
disterilkan apakah suhu tinggi atau rendah.
6. Kontrol kualitas harus dilakukan sebelum proses, dalam proses dan sesudah proses
disetiap tahap kegiatan.
7. Penyimpanan barang steril harus di area steril di susun pada rak khusus.
8. Distribusi barang medis steril dan penempatannya di unit pemakai.
9. Penggunakan barang medis steril di unit pemakai harus dalam kondisi kontaminasi yang
minimal.

Produk atau hasil akhir dari aktifitas fungsional Instalasi Pusat Sterilisai adalah barang
medis steril jadi. Pengertian steril adalah mutlak, tidak ada stengah steril atau agak steril. Yang
ada steril dan tidak steril. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
sterlisasi baik di instalasi pusat sterilisasi maupun di unit unit dalam lingkungan Rumah Sakit.

37

Anda mungkin juga menyukai