PEDOMAN PELAYANAN
INSTALASI CSSD
TAHUN 2017
i
LEMBAR PENGESAHAN
TENTANG
PEMBERLAKUAN DOKUMEN KOMITE
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
Pembuat
Endah Rohmatul Roisana, S.Kep.Ners
Dokumen
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
sehingga kami berhasil menyusun Buku Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD di RSUD dr. R.
Soedarsono Kota Pasuruan.
Harapan kami dengan adanya buku ini dapat menjadi pedoman bagi RSUD dr.
R.Soedarsono dalam meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan
kejadian infeksi di RSUD dr R Soedarsono Kota Pasuruan.yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pelayanab rumah sakit.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum sempurna, dan kami mengharapkan adanya
masukan bagi penyempurnaan buku ini dikemudian hari
Buku Pedoman Pelayanan Instalasi CSSD ini tersusun atas kerjasama dan dukungan dari
berbagai pihak. Tim penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga buku ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-baiknya.
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika.
Pusat sterilisasi (CSSD) merupakan salah satu mata rantai yang penting untuk
pengendalian infeksi dan berperan dalam upaya menekan angka kejadian infeksi. Untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya, pusat sterilisasi sangat tergantung pada unit
penunjang yang lain seperti laundry, sanitasi, IPSRS, farmasi dan lain-lain. Apabila
terjadi hambatan pada salah satu unit tersebut maka pada akhirnya akan mengganggu
proses dan hasil sterilisasi.
1
B. TUJUAN
Umum :
Untuk meningkatkan mutu pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di RSUD dr R Soedarsono Pasuruan
Khusus :
Pengertian :
4. Barang steril sekali pakai (Single-Use) adalah instrument / alat kesehatan yang
disediakan dan di produksi untuk sekali pakai atau habis di gunakan sekali pakai dalam
satu kemasan.
5. Barang steril yang dapat di pakai ulang (Re-Use) adalah instrument / alat
kesehatan sesudah digunakan dapat di pakai ulang lagi setelah melalui proses pre-
cleaning, cleaning, pengemasan, labeling, dan di sterilkan dengan mesin sterilisator yang
sesuai.
2
9. Goggle adalah alat pelindung/proteksi mata.
10. Incubator adalah alat yang digunakan untuk menghasilkan suhu tertentu secara
kontinyu untuk menumbuhkan kultur bakteri.
11. Infeksi Nosokomial adalah infeksi yang didapat di rumah sakit dimana pada saat
masuk rumah sakit tidak ada tanda/gejala atau tidak dalam masa incubasi.
13. Indikator biologi adalah sediaan yang berisi sejumlah tertentu mikroorganisme
spesifik dalam bentuk spesifik dalam bentuk spora yang paling resisten terhadap suatu
proses sterilisasi tertentu dan digunakan untuk menunjukkan bahwa sterilisasi telah
tercapai.
14. Indikator kimia adalah suatu alat berbentuk strip atau tape yang menandai
terjadinya pemaparan sterilan pada objek yang disterilkan, ditandai dengan perubahan
warna.
15. Indikator fisik adalah petunjuk suhu, tekanan, waktu dan lain lain pada mesin
sterilisasi yang menunjukkan mesin berjalan normal.
16. Steril adalah kondisi bebas dari semua mikroorganisme termasuk spora.
Penyediaan dan pembuatan bahan medis habis pakai serta Quality Assurance
dapat dilakukan di Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) dan unit kerja.Tahapan proses
sterilisasi yang dilakukan di Pusat Sterilisasi dan unit kerja disesuaikan dengan sarana
prasarana yang ada dengan koordinasi bersama Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS).
3
D. BATASAN OPERASIONAL
Sedangkan dalam bidang medis, sterilisasi merupakan suatu proses dengan metode
tertentu yang dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang
menunjukkan tidak ada lagi mikroorganisme hidup.Alur aktifitas fungsional dari pusat
sterilisasi secara umum, dapat digambarkan sebagai berikut :
E. LANDASAN HUKUM
4
4. Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.
5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. STATUS KESEHATAN
Kepada seluruh tenaga atau pegawai yang bekerja di CSSD rumah sakit dianjurkan
sebelum dan pada saat melakukan tugas sehari hari untuk :
a. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik, X-Ray untuk TBC, paling
sedikit sekali dalam setahun.
b. Status immunisasi untuk hepatitis B, tetanus, typhoid fever.
c. Laporan mengenai sakit yang dialami.
B. KUALIFIKASI SDM
1. Kualifikasi tenaga :
Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas
dan tanggungjawabnya, yang dibagi atas tenaga manager dan teknis pelayanan.
a. Kepala Instalasi CSSD.
Kualifikasi Tenaga :
1. Pendidikan terakhir minimal S1 Kesehatan .
2. Telah mendapat pelatihan CSSD.
3. Mempunyai kemampuan memimpin, membimbing dan mengajar
staff.
4. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
b. Penanggungjawab Mutu Sterilisasi dan Distribusi.
Kualifikasi Tenaga :
1. Pendidikan terakhir minimal D3 Kesehatan.
2. Telah mendapat pelatihan CSSD.
3. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktifitas dari
sub instalasi.
4. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
c. Staff di CSSD
Kualifikasi Tenaga :
1. Telah mendapat pelatihan CSSD.
2. Mempunyai kemampuan dan ketrampilan yag baik.
6
3. Telah mengikuti magang di rumah sakit lain yang telah lulus
Akreditasi paripurna.
4. Disiplin dalam mengerjakan tugas keseharian.
C. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Nama Tersedia
Sertifikasi
Jabatan Pendidikan
Jumlah Sertifikasi
D. JADWAL KEGIATAN
7
5. Apabila tiba – tiba tidak dapat melakukan tugas jaga sesuai jadwal yang telah
ditetapkan karena alasan penting ( tidak terencana ), maka tugas jaga digantikan
oleh jaga yang lain atas sepengetahuan Ka.Instalasi CSSD
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
1. Ruang kotor
Di dalam ruang kotor atau dekontaminasi digunakan untuk pre cleaning dan
pembersihan.
2. Ruang bersih
Di dalam ruang bersih digunakan untuk pengeringan, produksi, proses
pengemasan, dan strerilisasi.
3. Ruang steril
Di dalam ruang steril digunakan untuk penyimpanan bahan dan alat kondidi steril.
B. STANDAR FASILITAS
9
b. Peralatan medik
1. Set washer manual
2. Ultrasonik washer
3. Mesin washer desinfektan
4. Mesin sterilisasi
5. Mesin pengering
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Alur Kerja
USER
DEKONTAMINASI/
PERENDAMAN
PENGIRIMAN
SELEKSI DAN
PENCATATAN
PENCUCIAN
PENGERINGAN
PENGEMASAN
LABELING
STERILISASI
TIDAK
KONTROL
INDIKATOR
YA
TEMPAT PENYIMPANAN
ALAT STERIL DISTRIBUSI
11
B. Tata Laksana Pelayanan Instalasi CSSD
1. Pre Cleaning
a. Instrumen dibilas dengan air mengalir sampai kotoran hilang.
b. Direndam dengan larutan enzymatik sesuai dengan instruksi pabrik
dilakukan di ruangan bila diperlukan.
c. Dibilas dengan air mengalir sampai bersih.
d. Instrumen segera dikirim ke pusat sterilisasi
Tujuan :
- Melindungi petugas yang bersentuhan langsung dengan instrumen pada
proses selanjutnya.
- Menghilangkan kotoran yang terlihat dan tidak terlihat.
- Meningkatkan efektifitas proses cleaning, desinfeksi dan sterilisasi
Persyaratan :
- Ruangan dengan ventilasi baik, tekanan negatif, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75% terpisah dari area lain.
- Perendaman menggunakan kontainer yang di sesuaikan dengan ukuran
instrumen sehingga semua instrumen dapat terendam.
- Larutan perendaman berupa deterjen atau cairan enzimatik sesuai
rekomendasi produsen.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik.
- Prabilas harus di lakukan segera setelah penggunaan instrumen untuk
menghindari kotoran menjadi kuning.
2. Cleaning
12
Tujuan :
- Melindungi petugas yang bersentuhan langsung dengan instrumen pada
proses selanjutnya.
- Menghilangkan mikroorganisme berbahaya.
- Meningkatkan efektifitas proses desinfeksi dan sterilisasi.
Persyaratan :
- Ruang dengan ventilasi baik, tekanan negatif, kelembaban 35% - 75%
terpisah dari area lain.
- Perendaman menggunakan sink yang di sesuaikan dengan ukuran instrumen
sehingga semua instrumen dapat terendam.
- Larutan perendaman berupa cairan disinfektan.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik.
3. Pengemasan.
a. Linen
b. Instrumen
13
- Melakukan penyusunan bungkusan instrumen yang siap disterilkan
dan ditimbang.
c. Kasa
Tujuan :
- Menjamin sterilisasi instrumen dalam kemasan.
- Keamanan dan efektifitas perawatan.
- Mengetahui batas kadaluarsa alat yang di sterilkan.
Persyaratan :
- Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75%, bebas debu, terpisah dari ruangan pre-
cleaning / cleaning.
- Tersedia lemari penyimpan yang tertutup, bersih dan kering.
- Bahan pengemas :
Harus mempertahankan sterilisasi isinya hingga kemasan
dibuka dan harus mudah dibuka tanpa menyebabkan
kontaminasi.
Harus sesuai dengan metoda sterilisasi yang di pakai antara
lain tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban dan
tekanan pada proses sterilisasi.
Dipilih berdasarkan lama kadaluarsa proses penyimpanan
instrumen, misalnya pengemasan dengan linen atau kertas
wraping berkadaluarsa 1 minggu, dan pengemasan dengan
pouches berkadaluarsa 1 bulan.
14
4. Labeling (penandaan).
Labeling (Penandaan) adalah kegiatan pemberian label/ etiket atau catatan
yang dilakukan terhadap masing-masing kemasan dari instrumen yang akan
melalui proses sterilisasi.
Tujuan :
- Mengetahui batas kadaluarsa alat yang di sterill.
- Memudahkan dalam penelusuran atau penarikan kembali.
Persyaratan :
- Ruangan dengan tekanan positif, ventilasi baik, suhu 18°C - 22°C,
kelembaban 35% - 75%, bebas debu, terpisah dengan ruangan pre-
cleaning/ cleaning.
- Tersedia lemari penyimpanan yang tertutup, bersih dan kering.
- Penandaan mencantumkan minimal :
Tanggal sterilisasi.
Tanggal kadaluarsa.
Inisial nama pengemas.
Nomer mesin sterilisasi.
Nomer siklus.
Jumlah kali pemakaian re-use (untuk single use/ re-use)
- Semua kemasan instrumen harus di beri penandaan sebelum
dilakukan proses sterilisasi.
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan
pengendalian infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene
yang baik.
5). Sterilisasi.
Sterilisasi adalah proses menghilangkan / memusnahkan semua bentuk
mikroorganisme pada linen, instrumen atau alat kesehatan termasuk endospora
yang dapat dilakukan secara fisika atau kimia menggunakan alat sterilisator.
Tujuan :
- Membunuh / menghilangkan semua mikroorganisme, endospora pada
linen, instrumen atau alat kesehatan lainnya.
- Menghasilkan steril yang siap untuk kegiatan medis di Rumah Sakit.
Persyaratan :
- Ruangan dengan ventilasi baik, dengan suhu 18°C - 22°C, kelembaban
35% - 75%, bertekanan positif.
15
- Mesin sterilisasi :
Suhu tinggi panas kering digunakan untuk instrumen, linen dan alat
medis lain yang tahan pada suhu panas 121°C sampai 134°C.Harus
memenuhi uji kelayakan mesin sebelum di gunakan.
- Sterilisasi secara kimia dengan cairan hidrogen peroida digunakan untuk
instrumen atau alat kesehatan dengan klasifikasi semi kritikal .
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik
6). Penyimpanan.
Penyimpanan instumen/ alat-alat steril yang sudah steril adalah
penempatan dan pengaturan instrumen dan bahan medis habis pakai steril sesuai
persyaratan.
Tujuan :
- Menjaga sterilisasi alat / instrumen medis habis pakai yang sudah di
sterilkan.
- Memudahkan dalam pencarian sehingga mempercepat pelayanan.
Persyaratan :
- Ruangan dengan penanganan memadai, 18°C - 22°C, kelembaban 35% -
75%, ventilasi dengan tekanan positif.
- Dinding dan lantai terbuat dari bahan yang halus dan mudah dibersihkan.
- Penyimpanan menggunakan rak yang mudah dibersihkan, di simpan pada
jarak 19 -24 cm dari lantai dan minimum 43 cm dari langit-langit serta 5
cm dari dinding.
- Melakukan penyusunan barang steril dengan metode FIFO (first in first
out)
- Petugas harus terlatih, memahami konsep pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI) dan mempunyai personal hygiene yang baik..
7). Pendistribusian.
Pendistribusian barang steril adalah kegiatan menyerahkan instrumen atau
alat bahan medis habis pakai steril kepada instalasi pengguna sesuai aturan yang
berlaku.
Tujuan :
- Memenuhi kebutuhan unit kerja terhadap instrumen dan alat kesehatan
steril.
- Tertib administrasi.
16
Persyaratan :
- Menggunakan kontainer tertutup khusus barang bersih.
- Distribusi berdasarkan formulir permintaan sterilisasi barang re-use dari
unit kerja atau formulir permintaan bahan medis habis pakai steril.
- Pada saat serah terima kedua belah pihak harus meneliti dan memeriksa
bahan steril yang di serah terimakan berdasarkan jumlah dan kondisi fisik.
- Kedua belah pihak harus mencantumkan nama dan tanda tangan pada
lembar formulir saat serah terima.
a) Barang sengle use adalah suatu alat atau bagian dari suatu benda termasuk
segala macam komponen suku cadang, asessoris yang di tujukan untuk
sekali pakai dalam diagnosis atau terapi medis pada manusia yang di
kelompokan ke dalam peralatan kritis yang harus disediakan dalam
keadaan steril atau harus disediakan setelah di proses dengan disinfeksi
tingkat tinggi.
b) Barang steril sekali pakai yang dapat dipakai ulang harus melalui dari pre-
cleaning dan cleaning sampai proses bebas dari mikroorganisme dengan
cara Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) atau sterilisasi dengan mesin
sterilisator.
c) Tujuan sterilisasi barang single use untuk digunakan ulang adalah :
- Munurunkan biaya Rumah Sakit dalam penyediaan alat kesehatan.
- Memelihara efektifitas dan mutu alat kesehatan steril.
- Mengurangi resiko infeksi.
- Meningkatkan masa pakai alat kesehatan.
- Menjamin mutu pelayanan sterilisasi.
d). Syarat barang single use yang bisa di re-use yaitu :
- Instrumen single use yang di re-use adalah instrumen dengan harga
yang mahal.
- Terdapat literatur atau bukti yang menyatakan bahwa barang single
use dapat di re-use.
- Staf yang behak menyatakan bahwa instrumen masih baik dan dapat
dilakukan proses re-use adalah dokter terakhir yang menggunakan
alat.
- Instrumen single use yang di re-use harus ditandai dengan kode
warna sesuai aturan.
17
- Penanda yang dimaksud terbuat dari bahan karet atau selotip sesuai
kode warna pada penandaan.
- Staf yang berkewajiban memberikan tanda adalah penanggung
jawab alat di unit kerja.
- Proses untuk pre-cleaning, cleaning dan sterilisasi harus sesuai
dengan spesifikasi masing-masing alat.
18
BAB V
LOGISTIK
Kebutuhan akan barang dan ketersediaan alat sangat penting dalam rangka pelayanan dan
produksi di Instalasi Pusat Sterilisas (CSSD). Kebutuhan tersebut terpenuhi dari kesediaan
logistik yang diperuntukan dalam kegiatan di Instalasi CSSD.
a. Perencanaan
Dari semua kegiatan tersebut dapat dikelompokan jenis kebutuhan barang dan alat
yang diperlukan :
19
1. Kebutuhan ATK : Buku/alat tulis, blangko-blangko
2. Alat pelindung diri : Masker, sarung tangan, hand rub, tissue/
lap,kacamata geogle, penutup kepala.apron.
3. Bahan produksi : Kassa, kapas, packing, label
4. Bahan/zat : Detergen, desinfektan, larutan/enzim, indikator
biologi, indikator kimia eksternal dan internal
Untuk kebutuhan logistik dan stock inventory di Instalasi Pusat Sterilisasi (CSSD)
RSUD dr R Soedarsono Pasuruan , didapat dari gudang farmasi dan gudang materiil
RSUD dr R Soedarsono Pasuruan melalui mekanisme amprah barang atau amprah alat.
20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Petugas Pusat Sterilisasi mempunyai tanggung jawab dalam upaya mencegah
terjadinya kecelakaan pada pasien yang dirawat di rumah sakit sehubungan dengan alat-
alat/instrument yang digunakan. Melakukan proses dekontaminasi, disinfeksi,
pengemasan, sterilisasi dan penanganan barang steril secara tepat dan benar sesuai
dengan SPO yang ditetapkan merupakan cara terbaik bagi petugas untuk mencegah
terjadinya kecelakaan/resiko cedera pada pasien.
Pengguna barang/alat yang belum teruji kelayakan, fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Penggunaan alat/bahan yang
terkontaminasi ( On-Steril ) pada pasien dengan tindakan invasive dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pelayanan agar pasien dalam kondisi aman.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )
1. Hak pasien
2. Mendidik staff
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
21
C. Pencegahan kecelakaan pada pasien
Resiko :
Pengguna barang/alat yang belum teruji kelayakan, fungsi dan cara pakainya dapat
mengalami komplikasi maupun penundaan tindakan. Penggunaan alat/bahan yang
terkontaminasi ( On-Steril ) pada pasien dengan tindakan invasive dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.
A. Monitoring
22
2. Hal hal yang harus diperhatikan untuk kontrol kualitas adalah :
1. Nomor lot
4. Nama operator.
3. Waktu Kadaluarsa.
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada keadian yang
dialami oleh kemasan tersebut.
23
B. Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu dievaluasi pada tahap proses akhir seperti pada tahap
pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara keseluruhan dalam rangka
kinerja dari pengelolaan sterilisasi di RSUD dr R Soedarsono kota Pasuruan.
24
BAB VII
KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA
( K-3 )
A. PENDAHULUAN
Tanggung jawab untuk melaksanakan semua kegiatan secara aman dilingkungan
Pusat Sterilisasi menjadi tanggung jawab petugas pusat sterilisasi setelah dilakukan
pembekalan kepada petugas terhadap bahaya yang mungkin terjadi dilingkungan kerja.
Pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari dengan mengetahui potensi bahaya yang
dapat ditimbulkannya. Dengan memperhatikan secara seksama dan melatih teknik-teknik
bekerja secara aman maka resiko terjadinya kecelakaan kerja dapat diturunkan secara
signifikan.
B. TUJUAN
a. Petugas di instalasi sterilisasi didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas di instalasi sterilisasi didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi mengalami kecelakaan kerja, termasuk terinfeksi
penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya. Untuk menghindarkan paparan
tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution” dan
bekerja sesuai dengan SPO yang di sudah tetapkan.
25
Saran dan tindakan aman :
a. Gunakan alat perlindungan diri (APD) sebelum menyentuh bahan/alat yang
terkontaminasi.
b. Tuangkan cairan yang dapat mengganggu pengenalan secara visual alat-
alat, lalu pindahkan alat/instrument satu persatu, pastikan agar bagian yang
runcing dari instrument tidak mengarah ke tubuh kita terutama saat
transportasi.
c. Buang sampah benda tajam ke dalam wadah yang tahan tusukan
d. Pada saat memproses ulang benda tajam pakai ulang, pisahkan dari
instrument lain
e. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penggunaan zat kimia secara
aman, dan gunakan alat pelindung diri
f. Hati-hati didaerah dengan penggunaan air yang banyak, periksa kondisi
lantai untuk mencegah terjatuh/terpeleset akibat kondisi lantai yang licin,
bila perlu diberi peringatan.
g. Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
menggosok dibawah permukaan air guna mencegah aerosol yang dapat
terhirup.
26
g. Pada saat mencuci instrument di dalam bak cuci, perhatikan untuk selalu
menggosok dibawah permukaan air guna mencegah aerosol yang dapat
terhirup.
27
E. Penggunaan zat-zat kimia di pusat sterilisasi
Penanganan zat kimia di pusat sterilisasi perlu diperhatikan mengingat zat tersebut
bersifat toksik. Penanganan yang tidak baik akan berbahaya pada petugas maupun pasien.
1. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau isopropyl alcohol (60-90%) digunakan
sebagai disinfektan menengah dengan kemampuan bakterisidal, tuberkolosidal,
fungisidal dan virosidal
Tindakan pertolongan umum :
- Letakan korban di ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
- Berikan terafi suportif : jalan nafas, ventilasi dan oksigenasi,
penatalaksanaan sirkulasi
Tindakan khusus :
a. Pertolongan pada pemaparan mata
- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata
b. Pertolongan pada pemaparan kulit
- Bawa korban ke keran air terdekat
- Cuci bagian kulit yang terpapar dengan air mengalir minimal 10
menit
- Atau jika tidak ada air, bersihkan dengan lap atau kertas bersih
secara perlahan
2. Formaldehid
Adalah gas tidak berwarna dengan bau khas yang menyengat. Umumnya
digunakan untuk desinfektan. Formalin adalah larutan yang mengandung
formaldehid dan methanol dengan kadar bervariasi ( biasanya 12-15%)
28
10ppm. : Lakrimasi berat
10-20ppm : Susah bernapas, batuk,rasa panas di hidung
dan tenggorokan
Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi
Pertolongan Khusus :
a. Pertolongan pada pemaparan mata
- Tengadahkan kepala dan miringkan ke sisi mata yang terkena
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata
29
- Lap dengan handuk lembut
1. Etilen Oksida
Etilen Oksida Mereupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses
sterilisasi kimia pada alat-alat kesehatan
Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi
Pertolongan Khusus :
30
- Perlahan bukalah mata, lakukan irigasi dengan air bersih/ NaCl
0,9% perlahan selama 15-20 menit
- Lakukan lagi bila belum yakin bersih selama 10 menit
- Jangan biarkan korban menggosok mata
- Tutup mata dengan kasa steril, konsul ke dokter mata
2. Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resul, karbon kreolin, likresol, banyak di gunakan
dalam perawatandi rumah tangga (mengepel). Di bidang kesehatan digunakan
sebagai larutan desinfektan dengan konsentrasi 1-2%.
Bahaya utama pada kesehatan :
-. Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa, kadang kemerahan, luka bakar.
Kronis pada kulit : eritema, vesikel, dan dermatitis kontak
-. Pemaparan di mata : Iritasi konjungtiva, putih di kornea, edema palpebra, dan
iritasi
-. Pemaparan sistemik : Nyeri kepala, nausea, diare, lemah, pusing, dispnea,
penglihatan kabur, nyeri abdomen, muntah dan rash. Jika
31
konsentrasi fenol > 5% dapat menyebabkan luka bakar pada
mulut dan esophagus
-. Efek kardiopaskuler : Hipotensi dan syok
-. Efek pada ginjal : Urine warna gelap ( Hemoglobinuri )
-. Efek pada pernafasan : Depresi nafas sampai gagal nafas
Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi
Pertolongan Khusus :
32
3. Natrium Hipoklorit
Biasanya zat ini terkandung didalam larutan pemutih pakaian 5-10%. Pada
konsentrasi > 20% zat ini bersifat korosif, sangat berbahaya bila tertelan karena bila
kontak dengan asam lambung akan melepaskan asam klorat dan gas klor, dan jika
terhirup menyebabkan kerusakan organ paru.
Pertolongan umum :
a. Bawa korban ke tempatdengan sirkulasi ruangan yang baik
b. Berikan terafi suportip : Penatalaksanaan jalan nafas, ventelasi dan
oksigenasi, sirkulasi
Pertolongan Khusus :
33
- Lepaskan pakaian dan perhiasan yan terpapar
- Penolong menggunakan APD
- Lap dengan handuk lembut
34
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
A. Prinsip
Pengawasan mutu proses sterilisasi merupakan kegiatan monitoring mutu di setiap tahap
proses sterilisasi.
C. Tujuan.
1. Memastikan semua proses sterilisasi berjalan sesuai standar.
2. Memberikan jaminan mutu terhadap barang steril yang dihasilkan.
35
a. Ambil kasa, perhatikan fisiknya, raba dan tepuk-tepuk.
b. Kasa yang baik benangnya padat, rapi dan debu sangat minimal.
c. Kasa yang buruk benangnya rapuh, tidah beraturan dan debunya banyak.
5. Memiliki daya serap yang baik.
a. Ambil kasa, lipat, teteskan darah atau betadin, perhatikan daya serapnya.
b. Kasa yang baik daya serapnya cepat.
c. Kasa yang buruk daya serapnya kurang karena mengandung bahan
sintetis.
1. Uji Visual terhadap instrumen untuk mengetahui layak atau tidak layak diproses sesuai
Uji Visual, dilakukan pada :
a. Loket penerimaan instrumen kotor.
b. Loket penerimaan instrumen bersih.
c. Selesai proses pembersihan (cleaning).
d. Selesai proses sterilisasi.
e. Sebelum instrumen di distribusikan
2. Uji mekanik terhadap alat yang di gunakan untuk proses sterilisasi sebelum penggunaan
alat agar diketahui kelayakan alat sesuai Uji
3. Uji Bowie Dick sebelum proses sterilisasi untuk mengetahui kemampuan daya vakum dan
tekanan mesin sesuai IK Uji Bowie Dick, dilakukan pada mesin sterilisasi suhu tinggi
(Steam).
36
BAB IX
PENUTUP
Mengingat bahwa barang medis steril merupakan hasil akhir dari suatu proses sterilisasi
yang dilaksanakan dengan sistem secara utuh maka perlu menjadi perhatian bagi semua
komponen yang ada di rumah sakit dalam hal
1. Prinsip bangun Instalasi Sterilisasi Pusat harus berpedoman kepada perpindahan barang
satu arah.
2. Pemilihan dari bahan baku atau bahan pengemas (barang medis habis pakai) yang akan
disterilkan harus hasil mutu, tepat dan dapat mempertahankan nilai sterilisasi yang telah
dicapai.
3. Penyedian dan produksi kassa dan kapas steril harus tersentralisasi dengan pertimbangan
efisiensi baik tenaga, ruangan maupun sumber daya lainnya.
4. Proses sterilisasi single use dan barang re-use harus dilakukan sesuai dengan standar
operasional prosedur.
5. Pemilihan metode sterilisasi harus disesuaikan dengan spesifikasi barang yang akan
disterilkan apakah suhu tinggi atau rendah.
6. Kontrol kualitas harus dilakukan sebelum proses, dalam proses dan sesudah proses
disetiap tahap kegiatan.
7. Penyimpanan barang steril harus di area steril di susun pada rak khusus.
8. Distribusi barang medis steril dan penempatannya di unit pemakai.
9. Penggunakan barang medis steril di unit pemakai harus dalam kondisi kontaminasi yang
minimal.
Produk atau hasil akhir dari aktifitas fungsional Instalasi Pusat Sterilisai adalah barang
medis steril jadi. Pengertian steril adalah mutlak, tidak ada stengah steril atau agak steril. Yang
ada steril dan tidak steril. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam melaksanakan
sterlisasi baik di instalasi pusat sterilisasi maupun di unit unit dalam lingkungan Rumah Sakit.
37