PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang
Instalasi pusat sterilisasi memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya untuk
melayani dan membantu semua unit rumah sakit yang membutuhkan barang dan
alat medik dalam kondisi steril. Pedoman ini dibuat supaya seluruh petugas yang
bekerja di unit CSSD dapat bekerja dengan baik sehingga pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit juga dapat berjalan dengan baik.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman ini dibuat dengan tujuan supaya pelayanan strilisasi alat dan
bahan berjalan dengan baik, sehingga dapat menekan kejadian infeksi di rumah
sakit. Secara khusus juga sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
sterilisasi rumah sakit, untuk menegakkan pengawasan da control mutu terhadap
hasil sterilisasi, dan sebagai sebuah panduan kerja bagi tenaga pelaksana dalam
memberikan pelayanan pusat sterilisasi.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pelayanan CSSD adalah semua kegiatan sterilisasi alat dan
bahan yang diperlukan di Rumah Sakit. Alat dan bahan tersebut diproses mulai
dari dekontaminasi, pencucian, pengeringan, pensortiran, pengemasan,
pensterilan, penyimpanan, dan distribusi alat dan bahan steril.
D. Batasan Operasional
Central Supply Sterilization Departement adalah unit penunjang yang
berada di bawah koordinasi Bidang Keperawatan yang bertugas untuk
melakukan proses sterilisasi alat dan bahan kesehatan.
Staff CSSD adalah petugas yang sudah terlatih dalam bekerja untuk
mensterilkan alat dan bahan kesehatan.
Steril adalah suatu kondisi dari alat dan atau bahan kesehatan yang telah
dilakukan porses sterilisasi dengan mempunyai 2 indikator steril
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia no 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan
2
2. Undang-Undang Republik Indonesia no 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia no 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran
4. Undang-Undang Republik Indonesia no 38 tahun 2014 tentang
Keperawatan
5. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatra Selatan
tentang kebijakan Pelayanan Medis
6. SK Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Sumatra Selatan
tentang kebijakan Pelayanan Keperawatan
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Tenaga yang bertugas di CSSD didistrubusi melalui bagian Sumber Daya
Manusia sesuai dengan permintaan Kepala Bidang Keperawatan. Dalam
memberikan pelayanan CSSD, ketenagaan di CSSD di bagi menjadi 2 (dua)
shift. Shift pagi dimulai pukul 07.00 – 14.00 dan shift siang dimulai pukul 14.00 –
21.00. Petugas CSSD juga berkoordinasi dengan petugas laundry dan Petugas
Kamar Jenasah.
4
C. PENGATURAN JAGA
Kepala CSSD berkewajiban untuk mengatur tugas jaga staff CSSD.
Seluruh tenaga yang bertugas di CSSD harus mempunyai jadwal kerja.
Kepala CSSD mengatur jadwal kerja disesuaikan dengan beban kerja setiap
harinya. Jadwal kerja dibuat dalam kurun waktu 1 (satu) bulan dan diserahkan
kepada atasan langsung dan bagian SDM
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan
B. Standar Fasilitas
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruangan pemakai alat atau
bahan steril terbesar di rumah sakit. Penetapan atau pemilihan lokasi yang tepat
berdampak pada efeisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi, yaitu
meminimalkan resiko terjadinya kontaminasi silang serta mengurangi lalu lintas
transportasi alat steril. Pada prinsipnya desain CCSD terdiri dari ruangan kotor dan
ruangan bersih yang dibuat sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya
kontaminasi silang dari ruang kotor ke ruang bersih. Ruang CSSD secara umum
dibagi sebagai berikut:
1. Ruang Dekontaminasi
Pada ruang ini terjadi proses penerimaan barang kotor, dekontaminasi dan
pembersihan. Ruang dekontaminasi harus direncanakan, dipelihara dan dikontrol
untuk mendukung efisiensi proses dekontaminasi dan untuk melindungi pekerja dari
benda-benda yang dapat menyebabkan infeksi, racun, dan hal-hal berbahaya
lainnya.
Ventilasi
Udara dan partikel-partikel debu dapat membawa mikro organisme dari satu
tempat ketempat lainnya sehingga dapat meningkatkan bioburden dan
mengkontaminasi alat-alat kesehatan yang sudah didekontaminasi, alat-alat yang
siap disterilkan, dan bahkan yang sudah disterilkan. Karenanya, sistem ventilasi
harus didesain sedemikian rupa sehingga udara di ruang dekontaminasi harus :
Dihisap keluar atau kesistem sirkulasi udara yang mempunyai filter.
Diganti 10x dalam 1 jam
Tekanan udara harus negatif tidak mengkontaminasi udara ruangan lainnya.
Pada ruang dekontaminasi tidak dianjurkan menggunakan kipas angin.
6
Suhu dan kelembaban yang direkomendasikan adalah:
0 0
Suhu udara antara 18 C - 22 C
Kelembaban udara antara 35% - 65%
Kebersihan
Debu, serangga, dan vermin adalah pembawa mikroorganisme, sehingga
kebersihan ruang dekontaminasi sangatlah penting, karena hal tersebut dapat
menyebabkan infeksi yang berbahaya. Secara umum, praktek kebersihan sebaiknya
mencakup:
Setidaknya sekali sehari dipel atau divacum basah.
Setidaknya sekali sehari membersihkan dan mendisinfeksi tempat mencuci,
meja kerja, peralatan.
Langsung membersihkan dan mendisinfeksi tumpahan darah dengan
desinfektan yang terdaftar menurut peraturan yang ada.
Secara teratur membersihkan rak-rak penyimpanan, dinding, langit-langit,
ventilasi AC, dan fiktur lainnya ( lampu, sprinkler, dukting, kipas exhaust, dan
sebagainya )
Prosedur kontrol terhadap binatang perusak ( serangga, tikus, dan
sebagainya )
Setidaknya sekali sehari sampah dibuang, dan lain-lain kotor diganti.
Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.
7
diperlukan, seperti di ruang dekontaminasi perlu kontainer perendaman, tempat
pencucian perlu adanya sumber air yang terus mengalir dan zink sendangka di
ruangan pengeringan diperlukan udara tekan untuk mengeringkan alat-alat bila
diperlukan.
2. Ruang Pengemasan Alat dan Pembuatan serta penyimpanan bahan
Di ruang ini dilakukan proses pengemasan alat untuk bongkar pasang
maupun penyimpanan barang bersih. Dimana terdapat tempat-tempat penyimpanan
barang tertutup, serta dilakukannya proses pembuatan bahan-bahan seperti kain
khassa, tampon, deppers dan lipat linen untuk persiapan sterilisasi. Ruangan
pengemasan dilengkapi dengan :
- Alat packing atau pouches
- Meja
- Kursi
- Mesin jahit
- Rak atau lemari
- Alat kikir
- Dan lain-lain
3. Ruang Sterilisasi
Di ruang ini dilakukan proses sterilisasi alat / bahan. Disinilah tempat berada mesin
atau alat sterilisasi sesuai dengan jenis dan macamnya. Untuk sterilisasi etilen
oksida, sebaiknya dibuatkan ruang tersendiri dan dilengkapi dengan saluran
pembuangan (exhaust). Mesin sterilisasi ditempatkan di ruangan ini. Tekanan dan
voltase listrik sangat penting untuk diperhatikan mengingat alat sterilisasi sangat
berpengaruh terhadap kekuatan atau daya listrik
8
Kelembaban 35% - 65%
Tekanan Udara Positip dengan efisiensi filtrasi partikular antara 90% -95%
Jarak Penyimpanan barang steril diukur dengan ketentuan sebagai berikut:
Dari lantai berukuran antara 19 -24 Cm
Dari langit-langit berukuran 43 Cm
Dari dinding berukuran 5 Cm
Metode seperti ini bertujuan untuk menghindari terjadinya penumpukan debu
pada kemasan, sehingga mengurangi jumlah partikular-partikular yang ada.
Ruangan ini dilengkapi dengan lemari atau rak untuk menyimpan alat-alat yang
sudah steril.
5. Ruang Distribusi
Di ruang ini terjadi proses serah terima alat dan bahan steril kepada
pengguna alat atau bahan steril tersebut. Ruangan ini terhubung langsung dengan
ruang tempat penyimpanan alat dan bahan steril. Ruangan ini dilengkapi dengan
meja, kursi dan 1 set komputer.
9
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
Bahan dan peralatan medik pada umumnya diproses disetiap unit / bagian
yang ada pada setiap rumah sakit bersangkutan. Kelemahan dengan sistem ini
adalah terjadinya duplikasi bahan dan peralatan serta sulit untuk
mempertahankan standar/kualitas yang baik untuk proses sterilisasi maupun
proses pre sterilisasi seperti pembersihan, maupun disinfeksinya.
Dengan semakin berkembanganya prosedur operasi maupun
kompleksitas peralatan medik, maka diperlukan proses sterilisasi yang
tersentralisasi sehingga keseluruhan proses menjadi lebih efisien, ekonomis dan
keamanan pasien semakin terjamin. Istilah untuk pusat sterilisasi (CSSD)
bervariasi, mulai dari Central Service (CS), Central Suplay (CS), Central
Processing Departement (CPD ) dan lain-lain, namun kesemuanya mempunyai
fungsi yang sama yaitu menyiapkan alat-alat bersih dan steril untuk keperluan
keperawatan pasien di rumah sakit. Secara lebih rinci fungsi dari bagian
sterilisasi adalah menerima, memproses, memproduksi, mensterilkan,
menyimpan serta mendistribusikan peralatan medis ke berbagai ruangan di
rumah sakit untuk kepentingan perawatan pasien.
10
5. Memberi label : setiap kemasan harus mempunyai label yang menjelaskan
isi dari kemasan, cara sterilisasi, tanggal sterilisasi dan kadarluarsa proses
sterilisasi.
6. Pembuatan : membuat dan mempersiapkan kassa serta perlengkapan jenis
lainnya, yang kemudian akan disterilkan.
7. Sterilisasi : sebaiknya diberi tanggung jawab kepada staf yang terlatih.
8. Penyimpanan : harus diatur secara baik dengan memperhatikan kondisi
penyimpanan yang baik.
9. Distribusi : dapat dilakukan berbagai sistim distribusi sesuai dengan rumah
sakit masing-masing.
Untuk melaksanakan aktivitas tersebut diatas dengan lancar dan baik
sesuai dengan tujuan bagian sterilisasi maka diperlukan kontrol dan
pemeliharaan yang teratur terhadap mesin/alat sterilisasi.
11
PENGUMPULAN
PEMBERSIHAN
PENGERINGAN
PEMILIHAN
PENGEMASAN/PENYUSUSNAN
STERILISASI/SELESAI
PENYIMPANAN
DISTRIBUSI
12
b. Perendaman
Disini perendaman bertujuan untuk :
Mencegah terjadinya pengeringan materi protein, kotoran dan darah
Memperlunak materi protein atau darah sehingga memudahkan pada saat
pembersihan.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan dibawah permukaan air pada baskom yang bertujuan
untuk:
Menghindari terjadinya aerosol yang dapat terisap oleh pencuci.
( Perilaku pemakaian APD untuk pencegahan )
d. Pembilasan
Dalam melakukan tindakan ini di perlukan beberapa tahap pembilasan yaitu :
Pembilasan pertama dengan menggunakan air biasa
Pembilasan kedua menggunakan air deionisasi untuk menghindari
terbentuknya noda-noda pada alat steinless dan pyrogen yang mungkin ada
2. Desinfektan
Pemilihan agen disinfektan didasarkan pada tujuan :
Pemakaian dan derajat disinfeksi yang diharapkan
Kompatibilitas disinfektan dengan alat medis
Cost / harga
Keamanan dan kemudahan penggunaannya.
Rasionalisme pendekatan dalam pemilihan disinfektan menurut Dr.E.H. Spaulding
dalam mengklasifikasikan peralatan medis menjadi 3 ( tiga ) kategori, yaitu :
1. Alat-alat yang sifatnya kritis
2. Alat-alat yang sifatnya semi kritis
3. Alat-alat yang sifatnya tidak kritis
13
ida 3-6% Tinggi sampai menengah
2. Hidrogen 1 - 8 % Tinggi sampai rendah
peroksida Variabel Tinggi
3. Formaldehi Variabel Tinggi
da 500 - 5000 mg Menengah
4. Chlorinedio
ksida chlorine bebas/liter
5. Asam
Peracetic 70 % Menengah
6. Senyawa
Chlorin, misalnya
Na-Hipochlorit, 0,5 – 3 % Menengah sampai rendah
Ca-Hipochlorit 30 – 50 % mg yodium Menengah sampai rendah
7. Alkohol bebas/liter Rendah
- Ethy Alkohol 0,1 – 0,2 %
- isopropyl alkohol
8. senyawa
phenol
9. senyawa
yodium
10. senyawa
ammonium
kwarterner
14
Ad. 2. Alat-alat kedokteran yang sifatnya semi kritis
Yang dimaksud dengan alat-alat kedokteran yang sifatnya semi kritis adalah
alat-alat kedokteran yang dalam penggunaanya akan menempel pada
membran mukosa tubuh manusia tetapi tidak sampai menembus pembuluh
darah atau masuk kedalam area yang sifatnya steril.
Contoh : enoskopi serta optik yang sifatnya fleksibel, laringoskop, spekulum
vagina, alat-alat pernafasan buatan pada anestesia, alat kedokteran gigi,
termometer, alat untuk mengukur tonus bola mata.
Pada penggunaan alat-alat kedokteran yang sifatnya semi kritis diharapkan
mekanisme pertahanan tubuh dapat melindungi tubuh manusia terhadap
sejumlah kecil mikoorganisme dari luar, tetapi alat kedokteran ini tidak boleh
terkontaminasi oleh berbagai bakteri. Alat-alat ini memerlukan proses
desinfeksi tingkat menengah.
17
Cara yang paling efesien dan murah adalah tindakan sterilisasi dengan
penggunakan autoclave atau gas etilen oksida. Bila hal ini tidak mungkin
dilakukan maka prosedur minimum adalah desinfeksi tingkat tinggi. Uji
mikrobiologi dapat dilakukan beberapa bulan sekali. Hasil dinyatakan baik bila
didapatkan bakteri vegetatif setelah tindakan desinfeksi.
b. Alat-alat indoskopi
Alat-alat endoskopi termasuk golongan alat-alat kritis atau semi kritis.
Untuk menghilangkan mikroorganisme yang ada, digunakan cara desinfeksi
dan bukan sterilisasi basah tingkat tinggi. Cara terbaik untuk meyakini
keberhasilan desinfeksi adalah mengikuti prosedur pencucian dan desinfeksi
dengan ketat. Bila prosedur tersebut telah diikuti dengan baik, maka uji
mikrobiologi secara rutin tidak perlu dilakukan. Apabila dilakukan uji
mikrobiologi maka kriteria yang baik adalah hilangnya bakteri vegetatif dari
endoskop.
Cara pencegahan kontaminasi yang dilakukan terhadap bahan, alat dan
lingkungan kerja secara fisika dan kimia harus tidak mempengaruhi bahan
dan alat yang desinfeksi. Untuk itu diperlukan langkah-langkah agar dapat
menghilangkan atau memperkecil kandungan mikroorganisme dalam bahan,
alat dan lingkungan kerja.
Pengurangan mikro-organisme padapermukaan dilakukan dengan
menggunakan desinfektan, sedang teknik sterilisasi dari bahan dan alat
dilakukan dengan bahan kimia, panas, uap panas, penyinaran dan
penyaringan.
Pada kegiatan desinfeksi selain menggunakan desinfeksi dapat juga
digunakan bahan antiseptik. Antiseptik adalah suatu bahan yang tergantung
dari sifat dan cara pemakaiannya ditujukan untuk mencegah pertumbuhan
atau pembunuh kuman khususnya diterapkan pada jaringan hidup sehingga
dapat mencegah sepsis/ pembusukan atau pelarutan.
e) Minyak essential
Yaitu minyak yang diperoleh dari tumbuh-tumbuhan.
Efek :
Dapat bersifat antiseptik / germisida / bacteriostatik / bakterisid / anti
jamur .
f) Alkohol
Cara kerja dengan denaturisasi mempengaruhi metabolisme kuman,
mempunyai daya lisis (menghancurkan)
Daya antiseptik terhadap: Spora bakteri
Spora jamur
Virus
Mencegah infeksi
Pembersih kulit
Pembersih alat-alat
h) Salep antiseptik
20
Salep phenol
21
Adcorbit acid
Chloroform
Enzym
Ethanol
Ether
Ethylene oxide
Formaldehid
Glycol
Liquar antiseptik
Methanol
Monoxu chlorosene
Mustard
Phenol
Salisilat
Surface active agent
j) Ikatan perak
Berbentuk garam perak misalnya perak nitrat
Cara kerja dengan jalan partikel perak kedalam kulit / terus kejaringan
dan darah dalam bentuk hidroksida atau ion perak yang akan
melakukan presipitasi protein kuman.
22
(8) Ikatan logam / metal dengan chlorida memperkecil partikel
endapan logam (pada perak) sehingga memperlunak
permukaan lautan.
(9) Ion logam atau ion kompleks
I. Persiapan
a. Persiapan bahan antiseptik
Bahan anti septik disiapkan sesuai dengan prosedur penyiapan bahan
tergantung dari antiseptik yang akan dipakai. Jumlah antiseptik yang
harus disiapkan atau yangakan dipakai tergatungdari banyaknya
bahan alat atau benda yang akan diantiseptikkan. Penempatan
antiseptik degan wadah yang sesuai dengan bahan antiseptik serta
proses pengerjaan antiseptik.
b. Persiapan bahan atau benda yang akan di antiseptikan
Bahan / alat atau benda yangakan di antiseptikan dibersihkan lebih
dahulu dengan cara pembersihan biasa misalnya dengan mencuci
dengan air dibersihkan dengan lap atau kertas tissue kemudian
dikeringkan serta disusun sebagaimana mestinya.
Prosedur.
Cara pengantiseptikan bahan / alat atau benda dengan cara mengaplikasikan
antiseptik kepada bahan alat atau benda yang akan diantiseptikan. Dibiarkan
23
antiseptik kontak dengan bahan / alat atau benda tersebut untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan jenis antiseptiknya, untuk memberikan kesempatan
antiseptik bekerja untuk membunuh kuman. Setelah itu simpan bahan / alat
atau benda yang telah diantiseptik, kemudian bila bahan /alat atau benda
tersebut akan ditribusikan, maka pendistribusian bahan/ alat atau benda
tersebut hendaknya dijaga atau dicegah kemungkinan untuk terjadinya
rekontaminasi.
Pengujian
Pengujian bahan antiseptiknya atau pengujian hasil proses pengganti-
septikan bahan, alat atau benda – lihat cara pengujian desinfeksi dan
sterilisasi.
II. Pengemasan
Bahan pengemasan yang lazim digunakan di rumah sakit adalah :
- Kertas perkamen rangkap 2
- Kain tenun rangkap 2
Pengemasan dilakukan terhadap barang bersih artinya barang yang sudah
dikurangi jumlah mikroorganismenya seminimal mungkin dengan cara
dekontaminasi menggunakan surfaktan dan desinfeksi menggunakan
desinfekan.
Pengemasan dibuat rangkap adalah dengan tujuan menjaga tidak terjadinya
filtrasi kuman terhadap barang atau bahan yang sudah disterilkan.
Cara Pengemasan :
a. Pengemasan kassa
Menggunakan Pouches kedap air.
b. Pengemasan tenun bedah
Tenun sesudah dilipat dengan lipatan khusus sesuai dengan fungsi
dan cara penggunaan maka tenun tersebut diset dan dibungkus
dengan kain pembungkus rangkap 2 (dua) yang terbuat dari tenun.
c. Penandaan / pemberian label.
Penandaan atau lebih dikenal dengan pengetiketan harus dilakukan
terhadap masing-masing bungkusan yang siap diseterilkan.
Etiket / tanda harus mencantumkan minimal :
24
- Nama barang, ukuran barang yang dibungkus.
- Tanggal penyeterilan.
- Tanggal kadarluarsa
- Nama petugas yang melakukan pengemasan.
III. Penyimpanan
Barang-barang yang sudah diseterilkan sebaiknya disimpan diruangan steril.
Apabila kondisi tersebut tidak dapat dicapai maka setidaknya barang steril
harus disimpan ditempat yang bersih dengan kondisi :
Bebas dari debu
Bebas dari serangga
Mempunyai tekanan positif, sedapat mungkin dilengkapi dengan
AC, pengatur kelembaban
25
Efektivitas kematian mikroorganisme karena panas dipengaruhi oleh derajat
panas, waktu pemanasan dan waktu kedap uap air. Proses kematian
mikroorganisme disebabkan oleh karena terjadinya koagulasi dan oksidasi dari
protein mikroorganime. Koagulasi dapat terjadi pada temperatur tertentu dengan
adanya uap air. Sedangkan oksidasi akan terjadi kalau uap air sedikit atau tidak
ada sama sekali. Teknik sterilisasi panas dibagi atas panas basah dan panas
kering. Panas basah menggunakan autoclave, wadah yang dapat dialiri oleh uap
air atau tempat perebusan. Bahan yang diseterilkan adalah bahan yang tidak
tahan panas tinggi tetapi tahan terhadap uap air dan tidak tahan pemijaran.
Biasanya menggunakan oven atau pembakaran langsung dengan api.
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran :
Alat yang digunakan :
Api gas yang tidak berwarna, contoh api dari Bunsen
Api spiritus
Syarat :
- Seluruh benda yang diseterilkan berhubungan langsung api
- Lama pemijaran tidak kurang dari 2 detik
Keuntungan :
- Pelaksanaannya cepat dan sederhana
- Hasil yang diperoleh terjamin sterilitasnya .
Kerugiannya :
- Penggunaan terbatas pada beberapa alat yang terbuat dari logam dan
porselin
- Benda yang diseterilkan dengan cara ini harus segera dipakai
b. Menggunakan udara kering
Alat yang digunakan OVEN
Keuntungan :
- hasil yang diperoleh
- dapat digunakan pada benda yng tahan panas tetapi tidak tahan
pemijaran
Kerugiannya :
- waktu penyeterilan lama karena diperlukan panas pendahuluan ( untuk
menyamakan panas benda yang disterilkan dengan panas
26
thermometer, dan panas pendahuluan ini tergantung pada jenis dan
jumlah benda yang disterilkan.
- Tidak dapat digunakan untuk benda yang tidak dapat ditembus oleh
udara kering maupun benda yang bukan pengatar panas. (misalnya
karet )
Suhu dan waktu penyeterilan dengan cara ini :
- 150˚ C – 60 – 150 menit
- 160˚ C – 45 – 120 menit
- 170˚ C – 20 – 60 menit
- 180˚ C – 20 – 30 menit
Yang perlu diperhatikan pada cara ini adalah :
1 Waktu sterilisasi harus dihitung sejak suhu tercapai .
2 Penggunaannya lebih ditujukan pada sterilisasi alat-alat gelas dan
sediaan
farmasi ( bahan dasar salep, bahan minyak, serbuk ).
27
- Uap air mempunyai daya bacterisida yang lebih kuat
dibandingkan dengan udara kering. Sehingga waktu
sterilisasinya lebih singkat.
- Uap air yang dapat menempati seluruh ruangan alat
penyeterilan dengan merata sehingga diperoleh pemanasan
yang merata.
c. Dengan menggunakan uap air jenuh pada tekanan tinggi
Alat yang digunakan : AUTOCLAVE
Caranya :
Cara ini memberikan jaminan penyeterilan yang paling baik, karena
dapat mencapai sterilitas bahan dengan baik. Disini pemusnahan
mikro-organisme berdasarkan penggumpalan zat putih telurnya
(protein). Alat ini dilengkapi dengan alat pengisap uap air yang bekerja
pada waktu penyeterilan sudah selesai. Dengan demikian bahan atau
alat yang telah disterilkan menjadi kering.
28
/ alat, hanya dapat untuk mengurangi jumlah mikro-organisme. Bahan –
bahan ini biasa disebut desinfektan.
29
SERAH TERIMA/PENCATATAN
KEMASAN
PERENDAMAN /DESINFEKSI
INSTRUMEN INFEKSI
PENCUCIAN/PEMBERSIHAN
PENGERINGAN/ PENYUSUNAN
PENGEPAKAN/PENGEMASAN
PEMBERIAN LEBEL
PROSES STERILISASI
PENDISTRIBUSIAN
PENCATATAN
30
BAB V
LOGISTIK
3. Pendekatan Mutu :
Produk-produk yang dihasilkan oleh bagian sterilisasiharus melalui proses
yang ketat sampai menjadi produk yang steril. Setiap proses sterilisasi
31
berjalan selalu dilengkapi dengan indikator kimia, biologi dan fisika. Test
mikrobiologi masih dalam tahap perencanaan, menuju agar dapat dilakukan
di RSP sendiri. Diharapkan dengan control yang ketat, produk yang
dihasilkan akan terjamin kualitas sterilisasinya, yang pada akhirnya dapat
menekan angka kejadian infeksi di rumah sakit.
32
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Setiap staf yang bekerja di rumah sakit pasti ingin memberikan yang terbaik
dan teraman untuk pasien. Tetapi supaya keselamatan pasien ini bisa
dikembangkan dan semua staf merasa mendapatkan dukungan, keselamatan
pasien ini harus menjadi prioritas strategis dari rumah sakit atau unit pelayanan
kesehatan lainnya. Tanggung jawab keselamatan pasien tidak bisa didelegasikan
dan staf rumah sakit memegang peran kunci dalam membangun dan
mempertahankan keselamatan asien di rumah sakit.
Rumah sakit sebagai institusi kesehatan bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan
rumah sakit (pasal 29b UU no 44 tahun 2009). Rumah sakit juga bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang yang
dilakukan tenaga kesehatan di RS (pasal 46 UU no 44 tahun 2009). Tetapi disatu
sisi Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melaksanakan tugas dalam rangka
menyelamatkan nyawa manusia. (pasal 45 (2) UU no 44 tahun 2009).
Sesuai dengan UU no 44 tahun 2009 setiap pasien mempunyai hak
memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional. Setiap pasien mempunyai hak memperoleh layanan
yang efektif dan efisien sehingga terhindar dari kerugian fisik dan materi. Setiap
pasien mempunyai hak tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, resiko dan
komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
serta perkiraan biaya pengobatan. Setiap pasien mempunyai hak menggugat dan /
atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan
yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata maupun pidana. Pimpinan
Rumah Sakit harus melakukan monitoring dan evaluasi pada unit-unit kerja di rumah
sakit, terkait dengan pelaksanaan keselamatan pasien di unit kerja.
33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Kebersihan
Yang harus dibersihkan setiap hari adalah :
Recording charts
Jarum Petunjuk
Gasket pintu
Bagian dalam chamber
Permukaan luar lainnya
Pemeliharaan
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan alat adalah :
Perbaikan komponen umum oleh tenaga elektromedis atau tenaga yang
sudah dilatih oleh pihak supplier.
Perbaikan komponen rutin dilakukan oleh tenaga yang berkompeten / ME
Selalu melibatkan staf tehnisi dalam hal pemeliharaan peralatan yang
bekerjasama dengan pihak pembuat mesin sterilisasi / alat.
Penggantian komponen-komponen yang sudah aus seperti :
Filter
Perangkap steam( steam traps )
Pipa drainase
Valve
Gasket pintu
34
Pencegahan Kerusakan
Agar komponen-komponen kritis berfungsi dengan baik dan mencegah
terjadinya kegagalan proses sterilisasi serta kegagalan pembecaan parameter
proses sterilisasi, maka yang harus diperhatikan dalam upaya pencegahan tersebut
adalah :
Kondisi lingkungan, suhu dan kelembaban terukur sesuai dengan standar
CSSD
Tersedianya satbilisator voltase serta saklar otomatis ke generator yang
berfungsi sebagai keperluan darurat dalam hal gangguan voltase pada saat
proses sterilisasi.
Melakukan kontrak sesvis kepada suplier dan teknisi yang berkompeten.
Tersedianya suku cadang yang esensial
Memperhatikan adanya garansi masa tertentu performa mesin
Kalibrasi Alat
Untuk menjaga dan menjamin agar mesin sterilisasi bekerja dengan baik dan
efektif serta dapat diandalkan, maka kalibrasi alat dilakukan secara periodik dalam
waktu yang telah ditentukan serta setelah alat dilakukan perbaikan-perbaikan.
Beberapa contoh item alat yang harus dikalibrasi adalah:
Pengukur suhu
Tekanan
Timer
Elemen pencatat lainnya.
Pendokumentasian
Dokumentasi pemeliharaan /perawatan mesin dengan riwayat
pelaksanaannya dilakukan oleh supervisor mesin sterilisasi dan teknisi rumah sakit,
adapun beberapa informasi dan laporan yang di sediakan adalah :
Tanggal permohonan servis mesin
Model dan nomor mesin
Nama pemohon dan pemberi izin servis
35
Alasan permohonan servis
Deskripsi servis yang dilakukan
Jenis dan kuantitas suku cadang yang diganti
Nama orang yang melakukan servis
Tanggal perbaikan
WORK ORDER
Ruangan : No :
Tanggal :
N JENIS PEKERJAAN CITO/ BISA SOLUSI KETERANGAN
O DITUNDA
36
Alat Pelindung Diri
Agar semua petugas terlindung dari paparan suatu mikroorganisme, cairan tubuh
ataupun bahan-bahan kimia lainnya, maka pelindung diri di instalasi CSSD selalu
diharuskan untuk dipakai oleh staf saat melakukan prosedur kerja. Adapun
perlengkapan alat pelindung diri tersebut adalah:
Penutup kepala
Masker
Kaca mata Gogle
Gaun pelindung / apron
Sepatu tahan air
Sarung tangan panjang dari karet dan sarung tangan bahan tahan api.
37
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
38
(d) Nama operator Mesin Sterilisator
(e) Data hasil pengujian biologis.
(f) Data respons terhadap indikator kimia
(g) Data hasil dari uji bowie-Dick
3. Waktu kedaluwarsa
Waktu kedaluwarsa suatu bahan steril sangat tergantung kepada
beberapa hal yaitu :
1. Cara pengemasan dari pemilihan jenis pembungkus steril sehingga
dapat mempertahankan nilai sterilitas yang sudah dicapai.
2. Teknik sterilisasi yang dipilih.
3. Pelaksanaan sterilisasi dan monitoring.
4. Tempat penyimpanan yang sesuai untuk hasil akhir yang steril.
1. Indikator Fisika.
39
Teknik sterilisasi panas menggunakan indikator temperatur.
Sedangkan untuk sterilisasi cara radiasi, dipakai dosimeter yang dapat
mengukur dosis penyinaran.
Sterilisasi cara penyaringan menggunakan cairan yang dapat diamati
ukuran pancarannya bila diberi tekanan.
2. Indikator Kimia.
Penggunaan bahan kimia sebagai indikator berdasar atau terjadinya
perubahan warna karena adanya panas, radiasi atau gas. Ada
beberapa macam indikator kimia yang sesuai dengan masing –masing
cara sterilisasi , contohnya : Tabung Browne’s yang berwarna kuning
dan akan berubah menjadi hijau jika dipanaskan pada temperatur 114
derajat Celcius selama 3 menit. Ada juga contoh lain, berupa pita
kertas untuk Autoclave.
Bowie Dick test paper yang berwarna kuning muda dan garis miring
berwarna lebih muda. Jika terkena panas dari autoclave, garis miring
tersebut akan berubah warna menjadi coklat sampai hitam.
3. Indikator Biologi
Indikator biologi berupa kultur dalam bentuk kertas / lempeng / agar
atau cairan yang mengandung mikro organisme tertentu. Pemilihan
mikroorganisme dilakukan sesuai dengan metode sterilisasi. Cara
penggunaannya adalah kultur disterilkan bersama-sama alat atau
bahan yang akan disterilkan. Kemudian kultur diinkubasi dengan
kondisi yang sesuai dengan kondisi pertumbuhan mikroorganisme.
Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan koloni pada kultur yang
diinkubasikan.
Proses sterilisasi dapat dikatakan berjalan dengan baik jika pada
pengamatan tidak ditemukan adanya pertumbuhan koloni
mikroorganisme.
40
Pada hakekatnya semua manusia adalah tenaga kesehatan hendaknya belajar terus
menerus agar dapat menghasilkan perubahan pada diri individu, yaitu
didapatkannya kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relatif lama salah
satu bentuk belajar adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang diharapkan dan
cara-cara yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satu tujuan
pendidikan dan latihan adalah untuk meningkatan kemampuan dan keterampilan
bagi tenaga-tenaga yang bekerja di bagian sterilisasi dan institusi kesehatan lainnya
agar mereka memiliki bekal profesional yang memungkinkan mereka mampu
menciptakan hasil kerja yang optimal untuk kepentingan pasien dan kepentingan
rumah sakit. Pembinaan dan pendidkan tenaga kesehatan dapat dilakukan melalui
pendidikan formal maupun non formal dan pelaksanaannya menggunakan kurikulum
pelatihan yang baku, sehingga mutu pelatihan dapat dipertanggungjawabkan.
Program pendidikan dan pelatihan untuk Kepala instalasi sterilisasi berbeda dengan
staf yang bekerja di bagian sterilisasi. Diklat untuk kepala instalasi lebih bersifat
manajerial sedangkan staf lebih bersifat teknis.
41
BAB IX
PENUTUP
42
DAFTAR PUSTAKA
Pedoman Teknis Pengelolaan Limbah klinis dan Desinfeksi dan Sterilisasi di Rumah
Sakit. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Pemukiman ( PPM & PLP ).1996
43