Anda di halaman 1dari 6

MENGIDENTIFIKASI FAKTOR PRESISPOSISI

DAN FAKTOR PRESPITASI

DI SUSUN OLEH
RAISA ROSSELINI

DOSEN PENGAJAR : Ns.Ira Kusumawaty S.Kep. M.Kep

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
PALEMBANG
2020
Pengertian
Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor-faktor yang mempermudah


terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nilai-nilai, tradisi, dan sebagainya
Faktor predisposisi (Predisposing Factors) yaitu faktor yang mempermudah dan
mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu.Merupakan anteseden dari perilaku yang
menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan kebutuhan
yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak.
Mereka sebagian besar berada dalam domain psikologi. Secara umum,dapat dikatakan
faktor predisposisi sebagai pertimbangan-pertimbangan personal dari suatu individu atau
kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku. Pertimbangan tersebut dapat
mendukung atau menghambat terjadinya perilaku. Yang termasuk dalam kelompok faktor
predisposisi adalah pengetahuan, sikap, nilai-nilai budaya, 13 persepsi,beberapa
karakteristik individu, misalnya umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan
Sedangkan faktor predisposisi yang mencetuskan akan terjadinya kekambuhan
gangguan jiwa antara lain adalah adanya tanda tanda gejala utama atau gejala yang paling
menonjol pada gangguan jiwa terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya
mungkin dibadan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik), ataupun psikis
(psikogenik), Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab
sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan, lalu timbullah gangguan badan ataupun gangguan jiwa.Menurut Stuart &
Sundeen (2008)

faktor presipitasi
faktor presipitasi adalah faktor pemungkin timbulnya gangguan jiwa atau secara
umum adalah klien gangguan jiwa timbul gangguan setelah adanya hubungan yang
bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya.
Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping yang dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan ( Kelliat, 2006 ). Menurut Larasita (2015) bahwa faktor
presipitasi adalah suatu faktor yang memberikan pemungkin timbulnya gangguan jiwa
Menurut Keliat bahwa faktor presipitasi adalah faktor pemungkin timbulnya
gangguan jiwa atau secara umum adalah klien gangguan jiwa timbulnya gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stresor dan masalah koping
dapat mengindikasikan kemungkinan kekambuhan , dan faktor ini akan menjadikan
gangguan jiwa dapat terulang dengan faktor presipitasi dimana kekambuhan yang terjadi
dapat diosebabkan oleh presipitasi. Asumsi peneliti adanya hubungan antara gangguan
jiwa dengan faktor presipitasi dikarenakan adanya yang mendukung seperti adanya
ingatan yang mungkin timbul akibak kekambuhan sehingga gangguan jiwa merasa
dirinya berada dalam keadaan tidak stabil dan seakan akan kondisi seperti itu muncul
kembali. Keadaan ini juga di dukung oleh Nilai Odds Ratio yang diperoleh 0,994 dapat
diartikan bahwa responden yang memiliki faktor presipitasi yang tidak dominan akan
memiliki peluang sebanyak 0,918 kali untuk tidak terjadi kekambuhan penyakit
gangguan jiwanya

Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh normanorma sosial dan
kebudayaan yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon
yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan budaya setempat.
Respon maladaptif antara lain :

1. Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis. Individu yang tidak berhasil memecahkan


masalah akan meninggalkan masalah, karena merasa tidak mampu mengembangkan
koping yang bermanfaat sudah tidak berguna lagi, tidak mampu mengembangkan koping
yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.

2. Kehilangan, ragu-ragu Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-citanya tidak tercapai.
Misalnya : kehilangan pekerjaan dan kesehatan, perceraian, perpisahan individu
akan merasa gagal dan kecewa, rendah diri yang semuanya dapat berakhir dengan bunuh
diri.
a. Depresi Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai
dengan kesedihan dan rendah diri. Biasanya bunuh diri terjadi pada saat individu ke luar
dari keadaan depresi berat.
b. Bunuh diri Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengkahiri kehidupan. Bunuh diri merupakan koping terakhir individu untuk
memecahkan masalah yang dihadapi (Laraia, 2005).

B. Etiologi

Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :

1. Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.

2. Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan

3. interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti.

4. Perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

5. Cara untuk mengakhiri keputusasaan.

C. Faktor Predisposisi Menurut Stuart Gw & Laraia (2005), faktor predisposisi bunuh
diri antara lain :

1. Diagnostik > 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri,
mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat membuat individu
beresiko untuk bunuh diri yaitu gangguan apektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.

a. Sifat kepribadian Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, implisif dan depresi.

b. Lingkungan psikososial Seseorang yang baru mengalami kehilangan,


perpisahan/perceraian, kehilangan yang dini dan berkurangnya dukungan sosial merupakan
faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.

c. Riwayat keluarga Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor resiko penting untuk prilaku destruktif. 10

d. Faktor biokimia Data menunjukkan bahwa secara serotogenik, apatengik, dan


depominersik menjadi media proses yang dapat menimbulkan prilaku destrukif diri.

D. Faktor Presipitasi Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah:

1. Perasaan terisolasi dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal


melakukan hubungan yang berarti.

2. Kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi stres.


3. Perasaan marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri.

4. Cara untuk mengakhiri keputusan.


DAFTAR PUSTAKA

Akdon, dan Riduwan. 2007. Rumus Dan Data Dala Aplikasi Statistik. Bandung: Alfabeta.

Alimul, Aziz. 2002. Buku Saku Pratikum Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
------------2004.

Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. -------------2005. Pengantar


Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. ------------2008.

Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba. Arikunto, Suharsimi. 2006.

Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Berhrman, Nelson. 1988.

Ilmu Kesehatan Jiwa Anak. Jakarta: EGC. Ester, Monica. 2005. Pedoman Keperawatan Pasien.
Jakarta: EGC. Keliat, Budi Ana. 1987.

Penatalaksanaan Stres. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian


Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Nursalam. 2008.

Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Saleba
Medika.

Perry, Potter. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika. Rasmun. 2004.

Stres, Koping, Dan Adaptasi. Jakarta: Sagung Seto. Sacharin, Rosa. 1993.

Prinsip Keperawatan Psikiatrik Edisi 2. Jakarta: EGC. Setiadi. 2007.

Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Medika. Sudden, Stuart.
1998.

Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3. Jakarta: EGC. Wartonah, dan Tarwanto. 2010.

Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai