Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

Mata Kuliah Manajemen Patient Safety

“Konsep Sterilisasi dan Dinsinfeksi”

Disusun Oleh :

Kelompok 3 (Kelas 1B Keperawatan)

Rimuna (P00320022051) Putrian (P00320022079)

Wulandari (P00320022062) Puput Mooliango(P00320022081)

Sindi Safitri (P00320022064) Waode Sitti Fadilla (P00320022055)

Selviana (P00320022061) Parhan (P00320022091)

Waode Nurhanisa (P00320022094) Rendi (P00320022093)

Widi Asmaidar (P00320022092) Riswan (P00320022076)

Suci Anugrah (P00320022095) Ruslan (P00320022089)

Okta Amalia (P00320022066) Nur Baroqah (P00320022084)

POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Tak lupa pula Shalawat dan Salam semoga selalu tercurahkan kepada
junjungan kita semua yaitu Nabi Muhammad SAW. Makalah ini disusun atas dasar
tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah “Manajemen Patient Safety” tentang
“Konsep Sterilisasi dan Desinfeksi”.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Aamiin.

Kendari, 27 Februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................

DAFTAR ISI..........................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
C. Tujuan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi...............................................................


2. Jenis-jenis Sterilisasi dan Desinfeks.................................................................
3. Cara Sterilisasi dan Desinfeksi.........................................................................
4. Syarat Sterilisasi dan Desinfeksi......................................................................
5. Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksası dalam keseharian dunia Keperawatan...

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
. .Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau pengahncuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun
kimiawi Strelisisasi juga dapat dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh
kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan
atau kedokteran dengan cara merembus, menggunakan panas tinggi, atau bahan
kimia. Sterilisasi adalah tahap awal yang penting dari proses pengujian
mikrobiologi.

Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada


objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri Desinfeksi
juga dikatakan suatu tindakan yang dilakhkan untuk membunuh kunan patogen
dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang terdapat pada alat
perawatan ataupun kedokteran.

Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui mecuci,


mengoles, merendam dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi,
dan mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai Kemampuan desinfeksi
ditentukan oleh waktu sebelum pembersihan obyek, kandungan zat organik. tipe
dan tingkat kontaminasi mikroba, konsentrasi dan waktu pemaparan, suhu, dan
derajat keasaman (pH) Cuci tangan secara benar masih merupakan cara yang
paling penting untuk mencegah infeksi silang. Memakai sabun biasa (kalau ada
PH netral) tanpa zat tambahan apapun seperti pewangi yang keras atau
menggunakan alkohol yang cenderung mengeringkan kulit terutama bagi
mereka yang frekuensi mencuci tangan senng Mencuci tangan yang benar, tidak
cukup hanya sekedar mencuci tangan saja tetapi harus disertai dengan kapan
cuci tangan itu sendiri diperlukan dan bagaimana cara mengeringkan tangan
setelah dicuci.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka kami mengambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1) Bagaimana Pengertian Dan Tujuan Sterilisasi Dan Desinfeksi?
2) Terdapat Berapa Jenis Sterilisasi Dan Desinfeksi?
3) Bagaimana Cara Sterilisasi Dan Desinfeksi?
4) Bagaimana Syarat Sterilisasi Dan Desinfeksi?
5) Bagaimana Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksasi Dalam Keseharian Dunia
Keperawatan?

C. TUJUAN

a) Untuk Mengetahui Pengertian Dan Tujuan Sterilisasi Dan Desinfeksi.


b) Untuk Mengetahui Jenis Sterilisasi Dan Desinfeksi.
c) Untuk Mengetahui Bagaimana Cara Sterilisasi Dan Desinfeksi
d) Untuk Mengetahui Bagaimana Syarat Sterilisasi Dan Desinfeksi
e) Untuk Mengetahui Bagaimana Aplikasi Sterilisasi Dan Desinfeksasi Dalam
Keseharian Dunia Keperawatan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi

A. Pengertian Sterilisasi

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media dan


lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang patogen Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu
benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.

sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah Aganisme luar,


pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan asept pada pembuatan makanan dan
obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mireorganisme dan di
dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting

Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagas tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.

 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya


a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas
dengan menyebutkan jenis pera,latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan
sterilisasi

c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril. d. Tidak boleh
menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.

e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang step

f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila


terbuka maka dilakukan steralisasi ulang.

B. Pengertian Desinfeksi

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan mia atau


secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi gat jalam membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik Antiseptik adalah zat yang dapat
menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hideg, sedang desinfeksi
digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan sebagai antiseptik atau
sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari


debnis organik dan bahan – bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.

Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati Disinfektan


dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kehampok mikroorganisme,
disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virts influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M. tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit Untuk mendesinfeksi permukaan,
umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut
memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.

 Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah


- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah makanan menjadi rusak
- Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industry
- Mencegah kontaininasi terhadap bahan bahan yg dipakai dalam
melakukan biakan murni.

C.Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan
suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.

Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan


bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen. Dari kedua pengertian di atas bisa kita
simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap
memiliki tujuan yang sama. Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan
desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

2. Jenis-jenis Sterilisasi dan Desinfeksi

 Macam – macam Sterilisasi


 Sterilisasi Fisik
1. Pemanasan Kering
a. Udara Panas Oven
Bahan yang karakteristik fisikanya tidak dapat disterilisasi dengan uap
destilasi dalam udara panas - oven. Yang termasuk dalam bahan ini adalah
minyak lemak, paraffin, petrolatum cair, gliserin, propilen glikol. Serbuk
steril seperti talk kaolin dan
ZnO, dan beberapa obat yang lain. Sebagai tambahan sterilisasi panas kering
adalah metode yang paling efektif untuk alat-alat gelas dan banyak alat-alat
bedah. Ini harus ditekankan bahwa minyak lemak, petrolatum, serbuk kering
dan bahan yang sama tidak dapat disterilisasi dalam autoklaf. Salah satu
elemen penting dalam sterilisasi dengan menggunakan uap autoklaf. Atau
dengan adanya lembab dan penembusannya ke dalam bahan yang telah
disterilkan. Sebagai contoh, organisme pembentuk spora dalam medium
anhidrat tidak dibunuh oleh suhu sampai 121 oC (suhu yang biasanya
digunakan dalam autoklaf bahkan setelah pemanasan sampai 45 menit).
Untuk alasan ini, autoklaf merupakan metode yang tidak cocok untuk
mensterilkan minyak, produk yang dibuat dengan basis minyak, atau bahan-
bahan lain yang mempunyai sedikit lembab atau tidak sama sekali.

Selama pemanasan kering, mikroorganisme dibunuh oleh proses oksidasi.


Ini berlawanan dengan penyebab kematian oleh koagulasi protein pada sel
bakteri yang terjadi dengan sterilisasi uap panas. Pada umumnya suhu yang
lebih tinggi dan waktu pemaparan yang dibutuhkan saat proses dilakukan
dengan uap di bawahtekanan. Saat sterilisasi di bawah uap panas dipaparkan
pada suhu 121 °C selama 12 menit adalah efektif. Sterilisasi panas kering
membutuhkan pemaparan pada suhu 150 °C sampai 170 °C selama 1 - 4
jam. Oven digunakan untuk sterilisasi panas kering biasanya secara panas
dikontrol dan mungkin gas atau elektrik gas.

b. Minyak dan penangas lain


Bahan kimia dapat disterilisasi dengan mencelupkannya dalam penangas
yang berisi minyak mineral pada suhu 162 °C. larutan jenuh panas dari
natrium atau ammonia klorida dapat juga digunakan sebagai pensterilisasi.
Ini merupakan metode yang mensterilisasi alat-alat bedah. Minyak dikatakan
bereaksi sebagai lubrikan, untuk menjaga alat tetap tajam, dan untuk
memelihara cat penutup.

c. Pemijaran langsung
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang
gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial,
dan labu ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak
hancur dengan pemijaran langsung. Papan salep, lumping dan alu dapat
disterilisasi dengan metode ini.

2. Panas lembab
a. Uap bertekanan
Stelisisasi dengan menggunakan tekanan uap jenuh dalam sebuah autoklaf.
Ini merupakan metode sterilisasi yang biasa digunakan dalam industri
farmasi, karena dapat diprediksi dan menghasilkan efek dekstruksi bakteri,
dan parameterparameter sterilisasi seperti waktu dan suhu dapat dengan
mudah dikontrol dan monitoring dilakukan sekali dalam satu siklus yang
divalidasi.

b. Uap panas pada 100 °C


Uap panas pada suhu 100 °C dapat digunakan dalam bentuk uap mengalir
atau air mendidih. Metode ini mempunyai keterbatasan penggunaan uap
mengalir dilakukan dengan proses sterilisasi bertingkat untuk mensterilkan
media kultur.

c. Pemanasan dengan bakterisida


Pemanasan ini menghadirkan aplikasi khusus dari pada uap panas pada 100
°C. adanya bakterisida sangat meningkatkan efektifitas metode ini. Metode
ini digunakan untuk larutan berair atau suspensi obat yang tidak stabil pada
temperatur yang biasa diterapkan pada autoklaf.

d. Air mendidih
Penangas air mendidih mempunyai kegunaan yang sangat banyak dalam
sterilisasi jarum spoit, penutup karet, penutup dan alat-alat bedah. Bahan-
bahan ini harus benar-benar tertutupi oleh air mendidih dan harus mendidih
paling kurang 20 menit. Setelah sterilisasi bahan-bahan dipindahkan dan air
dengan pinset yang telah disterilisasi menggunakan pemijaran. Untuk
menigkatkan efisiensi pensterilan dari air, 5 % fenol, 1 – 2 % Na-carbonat
atau 2 – 3 % larutan kresol tersaponifikasi yang menghambat kondisi bahan-
bahan logam.

3. Cara Bukan Panas


a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet umumnya digunakan untuk membantu mengurangi
kontaminasi di udara dan pemusnahan selama proses di lingkungan. Sinar
yang bersifat membunuh mikroorganisme (germisida) diproduksi oleh
lampu kabut merkuri yang dipancarkan secara eksklusif pada 253,7 nm.
b. Aksi letal
Ketika sinar UV melewati bahan, energi bebas ke elektron orbital dalam
atom-atom dan mengubah kereaktivannya. Absorpsi energi ini menyebabkan
meningginya keadaan tertinggi atom-atom dan mengubah kereaktivannya.
Ketika eksitasi dan perubahan aktivitas atom-atom utama terjadi dalam
molekul-molekul mikroorganisme atau metabolit utamnya, organisme itu
mati atau tidak dapat berproduksi. Pengaruh utamanya mungkin pada asam
nukleat sel, yang diperhatikan untuk menunjukkan lapisan absorpsi kuat
dalam rentang gelombang UV yang panjang.

c. Radiasi pengion
Radiasi pengion adalah energi tinggi yang terpancar dari radiasi isotope
radioaktif seperti kobalt-60 (sinar gamma) atau yang dihasilkan oleh
percepatan mekanis elektron sampai ke kecepatan den energi tinggi (sinar
katode, sinar beta). Sinar gamma mempunyai keuntungan mutlak karena
tidak menyebabkan kerusakan mekanik. Namun demikian, kekurangan sinar
ini adalah di hentikan dari mekanik elektron akselerasi (yang dipercepat)
keuntungan elektron yang dipercepat adalah kemampuannya memberikan
output laju doisis yang lebih seragam. (Hadada, A W, 2009).

 Sterilisasi Kimiawi
Sterilisasi kimiawi bisa diklasifikasikan atas 3 golongan, yaitu:
1. Golongan zat yang menyebabkan kerusakan membran sel.
2. Golongan zat yang menyebabkan denaturasi protein.
3. Golongan zat yang mampu mengubah grup protein dan asam amino yang
fungsional

Sterilisasi Secara Kimia, dapat dilakukan dengan cara Sterilisasi Gas


digunakan dalam pemaparan gas atau uap untuk membunuh mikroorganisme
dan sporanya. Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori dan
serbuk padat,sterilisasi adalah fenomena permukaan dan mikroorganisme
yang terkristal akan dibunuh.

Gas yang biasa digunakan adalah etilen oksida dalam bentuk murni atau
campuran dengan gas inert lainnya. Gas ini sangat mudah menguap dan
sangat mudah terbakar. Merupakan agen alkilasi yang menyebabkan
dekstruksi mikroorganisme termasuk sel-sel spora dan vegetatif. Sterilisasi
dilakukan dalam ruang atau chamber sterilisasi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi ini termasuk kelembaban,


konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam chamber pengsterilan.
Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban, gas dan suhu
dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada pengemas
pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada bahan
pengemas ( Hadada, A W, 2009 )

 Sterilisasi Mekanik
Sterilisasi Mekanik adalah sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti
misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan
dengan penyaringan. Dasar metode ini semata - mata ialah proses mekanis
yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme hidup
dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan
saringan Seitz (Elektromedik, 2011).

 Macam-macam Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme
patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang
dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan
indup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati Desinfektan dapat pula
digunakan bag antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat


tersebut dari debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat
menghambat proses disinfeksi

 Macam-macam desinfektan yang digunakan:


1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi
kulit Alkohol yang dicampur dengan aldehad digunakan dalam bidang
kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak
menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh
karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada
kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid
merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk
mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa seril
kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan Akuades,
karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi
kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri
vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-
20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.

3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas
dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya
0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2%
klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak
(Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai
desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+)
maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan
oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide
Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam
dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos,
dan Betadin).

5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh
zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun
karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan
dirumah sakit dan laboratorium.

6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutätt yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan
penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

 Desinfeksi permukaan
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda matı
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa
kelompok mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh
Virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus
polio, hepatitis B atau M. tuberculosis
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga
desinfektan seperti iodophor, derivate fenol atau sodium hipokrit:
 Iodophor dilarutan menurut petunjuk pabrik Zat ini harus dilarutkan
baru setiap hari dengan aktades. Dalam bentuk larutan, desinfektan
ini tetap efektif namun kurang efektif bagi kain ou bahan plastik.

 Derivat fenol (O-fenil fenol 9% dan O-bensil-P klorofenol 1%)


dilarutkan dengan perbandingan 1 32 dan larutan tersebut tetap stabil
untuk waktu 60 hari Keuntungannya adalah "efek tinggal" dan
kurang menyebabkan perubahan warna pada instrumen atau
permukaan keras.

 Sodium hipoklorit (bahan pemutih pakaian) yang dilarutkan dengan


perbandingan 1 10 hingga 1: 100, harganya murah dan sangat
efektif. Harus hati-hati untuk beberapa jenis logam karena bersifat
korosif, terutama untuk aluminium. Kekurangannya yaitu
menyebabkan pemutihan pada pakaian dan menyebabkan baru
ruangan seperti kolam renang.

Untuk mendesinfeksi permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari


tiga desinfektan diatas. Tiap desmfektan tersebut memiliki efektifitas
"ingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.

3. Cara Sterilisasi dan Desinfeksi

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap:


 Pembersihan sebelum sterilisasi
 Pembungkusan
 Proses sterilisasi
 Penyimpanan yang aseptik.

Ada 3 proses Desinfeksi :

1 Desinfeksi tingkat rendah, dipakai untuk membunuh sebagun


bakteri. tidak memiliki daya bunuh terhadap spora bakteri semua
fungsi maupun semua virus kurang kecil juga maupun ukuran
sedang.

2 Desinfeksi tingkat Rendah, Membunuh mikroba vegetatif fungi


mikobacterium tubercolosis, virus ukuran kecil dan sedang tapetidak
pada spora.

3 Desinfeks tingkat Tinggi, Dapat menghancurkan semua mikroba


vegetatif fungi, virus, ukuran kecil dan sedang kecuali sejumlah
spora bakteri.

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik
dan kimiawi:

a. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)


menggunakan suatu saringan yang berpon sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45
mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan
untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotic.
b. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan &penyinaran
Pemanasan

Pemujaran (dengan api langsung) membakar alat pada api secara langsung, contoh
alat jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya.
Panas kering sterilisasi dengan oven kira-kira 60-180°C. Sterilisasi panas kering cocok
untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif
lama sekits 1-2 jam, Kesterilaln tergnatung dengan waktu dan suhu yang digunakan,
apabila wakit dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka, sterilisasi pun tidak akan bisa
dicapai secara sempurna.

Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjach dehidrasi Teknik disinfeksi termurah
Waktu 15 menit setelah air mendidih Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan teknik in:
Clostridium perfingens dan Cl. Botulinum.

Uap air panas bertekanan menggunakan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan
tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui
autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus Bila media yang
telah distrerilkan dinkubasi selama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari: Media keruh
maka otoklaf rusak Media jemi maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu
dan tekanan dalam autoklaf.

Pasteurisasi Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu


Membunuh kuman tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, sallmonela, sighela
dandifleri (kuman yang berasal dari sapi /pemerah) dengan suhu 65 derajat celcis/ 30 menit.

 Penyinaran dengan sinar UV


Sinar ultra violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikrobah yang menemperl pada permukaan interior savety cabinet dengan
disinari lampu UV sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alcohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:

 Memiliki daya anti microbial sangat kuat


 Daya kerja absorsi as nukleat
 Daya kerja absorbsi as Nukleat
 Panjang gelambang: 220-290 mm paling efektif 253.7 rum
 Kelemahan penetrasi lemah

 Sinar Gamma Daya kerjanyao ion bersifat hiperaktif Sefing digunakan pada
sterilisasi bahan makanan, terutama bila panas menyebabkan perubahan
rasa, rupa atau penampilan Bahan disposahle alat suntan cawan petri dpt :
distrelkan dengan teknik ini. Sterilnasi dengan sinar amma disebut jugs
"sterilisasi dingin"

3. Sterilisasi dengan Cara Kimia

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada duinfeksi kimia


 Rongga (space)
 Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
 Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
 Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
 Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya
bersifat sangat mudah menguap
 Sebaiknya menyediakan handlation Omerawat tangan setelah berkontak
dengan disinfekstan

 Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia :


1. Jenis bahan yang digunakan
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu

 Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi


 Alkohol
- Paling efektif utk sterilisasi dan desinfeksi
- Mendenaturası protein dengan jalan dehidrasi ◊ membran sel rusak &
enzim tidak aktif

• Halogen
- Mengoksidasi protem kuman

 Yodium
- Konsentrasi yg tepat tidak mengganggu kulit
- Efektif terhadap berbagai protozoa

 Klorin
- Memiliki warna khas dan bau tajam
- Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
 fenol (as. Karbol)
- Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel
menurunkan tegangan permukaan.
- Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan

 Peroksida (H202)
- Efektif dan nontoksid
- Molekulnya tidak stabil
- Menginaktif enzim mikroba

 Gas Etilen Oksida


- Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastic.

4. Syarat Sterilisasi dan Desinfeksi

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya :

a Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.

b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera,latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.

c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.

d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.

e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril f Saat


mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang Kriteria desinfeksi yang ideal:
a. Bekerja dengan cepat untuk menginakası mikroorganisme pada suhu kamar.
b. b Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban.
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia d Tidak bersifat korosif
d. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
e. Tidak berbau baunya disenangi g Bersifat biodegradable/ mudah diurai
f. Larutan stabil
g. Mudah digunakan dan ekonomis J Aktivitas berspektrum luas

5. Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia Keperawatan

Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk


kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara
merebus, stoom, menggunakan paras tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H:O:).

Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti :

 Mengisap jalan napas pasien


 Memasukkan kateter urinarius
 Mengganti balutan luka

Daerah steril biasanya dibatasi dengan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin
atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steril dikemas Banyak rumah sakit mempun pu
penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta desterilkan.
Hasil proses ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur. Kecenderungan di
rumah sakit untuk menggunakan alat-alat sert bahan yang dijual dalam keadaan steril dan
sekali pakai, seperti alat suntik. jarum, srung tangan dan masker, tidak saja mengurangi
waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta mensterilkan peralatan,
tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi silang.

 Sanitasi lingkungan rumah sakit

Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh


mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurang
pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari
permukaan. Pinggan pinggan petri yang m menunjukan adanya pertumbuhan mikrobe
sebelum dan sesudah

pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan untuk melatih para petugas
yang baru Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling bajk dicapai dengan kombinasi
pergeseran dan penggosokan, serta air dan Aeterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila
spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan
digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan desinfektan,
misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar. Kam pel hatas di
cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi pencemaran. Seember larutan
dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk membersihkan permukaan benda lain
selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai seharian, maka dapat mengakibatkan
pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah dibandingkan sebelum di bersihkan.

Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah
dicapai. Universal Precaution pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular
malah darah Berlaku universal tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun
tidak tahu status infeksinya Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien
berpotensi menularkan berbagai penyakit.

 Cuci Tangan

Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau yang lainya (cuci
tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).

Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:

1. Gown/barakschort:

2. Masker:

3. Sarung Tangan

4. Kaca mata pelindung/goggles

 Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah

Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak berdekatan
dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi arang.

 Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis

Desinfekatan :

a. Aseptik/Asepsis
- Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya
kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam
area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
- Tujuannya Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada
permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat
dengan aman digunakan.
b. Antisepsis Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit,
selaput lendir atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan
antimikrobial (antiseptik).

c. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DIT).


Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan
desinfektan kimia Sterilisasi.
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg
dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi. Proses yang menghilangkan
semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering
(oven), sterilan kimia atau radiasi.
 Pemprosesan Alat
a. Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan.
Tujuan dan tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas
kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian
berlangsung.
b. Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau
cairan tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme
untuk mengurangi resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya
terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas
dengan air bersih dan mengeringkannya.
c. Sterilisasi/DTT
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan. Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen 2. Beberapa tujuan sterilisasi dan
desinfekst Mencegah terjadinya infeksi, Mencegah makanan menjadi rusak Mencegah
kontaminasi mikroorganisme dalam industri Mencegah kontaminasi terhadap bahan bahan
yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Adapun
desinfeksi dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan seperti iodophor, derifat fenol atau
sodium hipokrit
DAFTAR PUSTAKA

Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Jakarta Salemba

Ester, Monica 2005 Pedoman Perawatan Pasien Jakarta: EGC Jawetz, J. Melnick, EX
Adeberg (1986), Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan, EGC, Jakarta.

http://irwanto-fk04usk blogspot.com 26.09.08 sterilisasi-dan-desinfeksi.htm di akses pada


tanggal 30 Maret 2015 pukul 21.33

http://kumpulan-materi-kuliah-slken

blogspot.com/2011/03/resime pengendalian infeksi.html di akses pada tanggal 30 Maret


pukul 21.54

Anda mungkin juga menyukai