Anda di halaman 1dari 18

Makalah Sterilisasi dan Desinfeksi

STERILISASI DAN DESINFEKSI


(MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI)

Dosen Pembimbing
Dewi Yudha Puspitasari, A.Md. Keb
Dr. Farah Annisa
DI SUSUN OLEH:
1. Moh Nasir
2. Moh Rohman
3. Moh Yanto
4. Monica David Utami
5. Muhammad Ilham Akbar
6. Muhammad Masykurillah
7. Muryana
8. Riska Febriani
9. Rika Amalia
10. Robi Dwi Anggriawan
11. Robiatul Adawiyah
12. Safiuddin

AKADEMI KEPERAWATAN
NAZHATUT THULLAB SAMPANG 2013-2014
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat
serta hidayah-Nya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga penulis dapat menyelesaikan mata
kuliah“MIKROBIOLOGI DAN PARASITOLOGI”. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-
qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata
kuliahMIKROBIOLOGI di program studi Akademi
keperawatan Nazhatut Thullab sampang. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
ibu “DEWI YUDHA PUSPITASARI DAN DR. FARAH
ANNISA“selaku dosen pembimbing mata kuliah Agama dan
kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa banyak terdapat
kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang konsruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sampang, 13 Mei 2014

DAFTAR ISI
COVER................................................................................................... I
Kata pengantar........................................................................................ II
Daftar isi.................................................................................................. III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sterilisasi...................................................................... 6
2.2 pengertian Desinfeksi.................................................................... 12
2.3 Pengertian Antisepsis..................................................................... 13
2.4 Pengertian Antiseptik.................................................................... 13
2.5 Pengertian Desinfektan.................................................................. 13
2.6 Pengertian Mikroba Secara Fisik................................................... 17
2.7 Pengertian Mikroba Secara Kimia................................................. 20
2.8 Pembuangan Limbah..................................................................... 21
2.9 Jenis-jenis Limbah.......................................................................... 27
2.10 Macam-macam Penanganan Limbah............................................. 30

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................... 33
3.2 Saran.............................................................................................. 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 34

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menghilangkan dan
membinasakan semua alat dan media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus,
bakteria dan spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi merupakan suatu metode atau cara
yang digunakan untuk mengeliminasi semua mikroorganisme. Semua bahan dan alat dalam
media kultur maupun dalam kegiatan praktikum harus dalam keadaan steril. Termasuk
dengan media yang penting dalam kultur dan juga alat-alat yang menunjang seperti pipet,
tabung, jarum inokulasi dan peralatan lainnya serta area kerja. Sterilisasi dilakukan
menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan panas bertekanan,pemanas
kering(oven),sterilisasi kimiawi (seperti glutaraldehid atau formaldehid) dan secara fisik.
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.Disinfeksi adalah membunuh
mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Disinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak mungkin dikerjakan, meliputi :
penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang ada tanpa tindakan khusus
untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.Alternatif yang sering dilaakukan
adalah dengan cara DTT (Disinfeksi Tingkat Tinggi)

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa pengertian sterilisasi?
2. Apa pengertian desinfeksi?
3. Apa pengertian antisepsis?
4. Apa pengertian antiseptic?
5. Apa pengertian desinfektan?
6. Bagaimana pengendalian mikroba secara fisik?
7. Bagaimana pengendalian mikroba secara kimia?
8. Bagaimana pembuangan limbah?
9. Apa saja jenis-jenis limbah?
10. Apa saja macam-macam penanganan limbah?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami tentang sterilisasi
2. Mengetahui dan memahami tentang desinfeksi
3. Mengetahui dan memahami tentang antisepsis
4. Mengetahi dan memahami tentang antiseptic
5. Mengetahui dan memahami tentang desinfektan
6. Mengetahui dan memahami cara pengendalian mikroba secara fisik
7. Mengetahui dan memahami cara pengendalian mikroba secara kimia
8. Mengetahui dan memahami tentang pembuangan limbah
9. Mengetahui dan memahami jenis-jenis limbah
10. Mengetahui dan memahami macam-macam penanganan limbah

BAB II
PEMBAHASAN

STERILISASI DAN DESINFEKSI


2.1 Pengertian Sterilisasi
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobilogi, sterilisasi sangat
diutamakan baik alat-alat yang dipakai maupun medianya. Bila penanaman spesimen dalam
media, petri, ose maupun media yang digunakan tidak steril, maka sangat tidak mungkin
untuk membedakan apakah kuman yang berhasil diisolasi tersebut berasal dari penderita atau
merupakan hasil kontaminasi dari alat-alat atau media yang digunakan.
Suatu alat atau bahan dikatakan steril bila alat/bahan tersebut bebas dari mikroba baik
dalam bentuk vegetatif maupun sopra. Tindakan untuk membebaskan alat atau media dari
jasad renik disebut sterilisasi. Ada beberapa cara sterilisasi, untuk pemilihannya tergantung
dari bahan/alat yang akan disterilkan. Secara garis besar sterilisasi dapat dibagi sebagai
berikut:
a. Pemanasan
b. Filtrasi
c. Penyinaran dengan sinar gelombang pendek (radiasi)
d. Kimia (khemis)
2.1.1 Sterilisasi dengan Pemanasan

2.1.1.1 Dengan pemanasan kering


1. Pembakaran
Alat yang digunakan adalah lampu spiritus/bunsen. Pembakaran dapat dilakukan dengan
cara:
1. Memijarkan
Pembakaran dengan cara ini hanya cocok untuk alat-alat logam (ose, pinset, dll), yang
dibiarkan sampai memijar. Dengan cara ini seluruh mikroorganisme, termasuk spora, dapat
dibasmi.
2. Menyalakan
Dapat diartikan suatu pelintasan alat gelas (ujung pinset, bibir tabung, mulut erlenmeyer, dll)
melalui nyala api. Cara ini merupakan hal darurat dan tidak memberikan jaminan bahwa
mikroorganisme yang melekat pada alat dengan pasti terbunuh.
3. Dengan udara panas (hot air oven)
Cara ini menggunakan udara yang dipanaskan dan kering, serta berlangsung dalam
sterilisator udara panas (oven). Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi
alat-alat laboratorium dari gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk
bahan-bahan minyak dan powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak
dapat ditserilkan dengan cara ini. Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan
dan dibungkus dengan kertas tahan panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan
pada temperatur antara 150 - 170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu
diperhatikan adalah bahwa di antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup,
untuk menjamin agar pergerakan udara tidak terhambat.
2.1.1.2 Dengan pemanasan basah
1. Dengan merebus
Digunakan untuk mensterilkan alat-alat seperti gunting, pinset, skalpel, jarum, spuit injeksi
dan sebagainya dengan cara direbus dalam suasana mendidih selama 30-60 menit.
2. Dengan uap air panas
Digunakan terutama untuk mensterilkan media-media yang akan mengalami kerusakan bila
dikerjakan dengan sterilisasi uap air panas dengan tekanan (autoklav) ataupun untuk alat-alat
tertentu. Cara ini dijalankan dengan pemanasan 100ºC selama 1 jam. Perlu diingat bahwa
dengan cara ini spora belum dimatikan, dan ada beberapa media yang tidak tahan pada panas
tersebut (misalnya media Loewenstein, Urea Broth). Media tersebut disterilkan dengan cara
sterilisasi bertingkat ataupun filtrasi. Alat yang digunakan adalah sterilisator, autoklav,
dimana tekanan dalam autoklav dijaga tetap 1 atmosfer (klep pengatur tekanan dalam
keadaan terbuka).
3. Dengan uap air bertekanan (Autoklav)
Dengan cara pengatur tekanan dalam autoklav, maka dapat dicapai panas yang diinginkan.
Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi
biasanya dijalankan dengan menggunakan panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung
kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan
autoklav :
a. harus ditunggu selama bekerja
b. hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan
secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas dapat
pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih
telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi putih
telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada keadaan
kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
2.1.1.3 Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC
selama 30 menit.
2.1.2 Sterilisasi dengan Filtrasi
Sterilisasi dengan cara ini dilakukan dengan mengalirkan cairan atau gas pada saringan
berpori kecil sehingga dapat menahan mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Kegunaan:
a. untuk sterilisasi media yang tidak tahan terhadap pemanasan, misalnya Urea Broth ataupun
untuk sterilisasi vaksin, serum, enzim, vitamin.
b. Meminimalkan kuman udara masuk untuk ruangan kerja secara aseptis
c. Virus seperti mikroorganisme tanpa dinding sel (mikroplasma) umumnya tidak dapat ditahan
oleh filter.
2.1.3 Sterilisasi dengan Penyinaran (radiasi)
Sterilisasi dengan cara ini diperlukan jika sterilisasi panas maupun dinding tidak dapat
dilakukan. Beberapa macam radiasi mengakibatkan letal terhadap sel-sel jasad renik dan
mikroorganisme lain. Jenis radiasi termasuk bagian dari spkterum elektromagnetik, misalnya
: sinar ultraviolet, sinar gamma, sinar x dan juga sinar katoda elektro kecepatan tinggi. Sinar
ultraviolet mempunyai panjang gelombang 15-390 nm. Lampu sinar ultraviolet dengan
panjang gelombang 260 – 270 nm, dimana sinar dengan panjang gelombang sekitar 265 nm
mempunyai daya bakterisid yang tinggi. Lampu ultraviolet digunakan untuk mensterilkan
ruangan, misalnya di kamar bedah, ruang pengisian obat dalam ampul dan flakon di industri
farmasi, juga bisa digunakan diperusahaan makanan untuk mencegah pencemaran
permukaan.
Sinar x mempunyai daya penetrasi lebih besar dibanding dengan sinar ultraviolet. Sinar
gamma mempunyai daya penetrasi lebih besar dibandingkan dengan sinar x dan digunakan
untuk mensterilkan material yang tebal, misalnya bungkusan alat-alat kedokteran atau paket
makanan. Sinar katoda biasa dipakai menghapus hama pada suhu kamar terhadap barang-
barang yang telah dibungkus.
2.1.4 Cara Kimia (Khemis)
Merupakan cara sterilisasi dengan bahan kimia. Beberapa istilah yang perlu difahami:
a. Desinfektan adalah suatu bahan kimia yang dapat membunuh sel-sel vegetatif dan jasad
renik. Biasanya digunakan untuk obyek yang tidak hidup, karena akan merusak jaringan.
Prosesnya disebut desinfeksi.
b. Antiseptik adalah suatu bahan atau zat yang dapat mencegah, melawan maupun membunuh
pertumbuhan dan kegiatan jasat renik. Biasanya digunakan untuk tubuh. Prosesnya disebut
antiseptis.
c. Biosidal adalah suatu zat yang aksinya dipakai unhtuk membunuh mikroorganisme, misal :
bakterisid, virosid, sporosid.
d. Biostatik adalah zat yang aksinya untuk mencegah/menghambat pertumbuhan organisme,
misal : bakteriostatik, fungistatik.
e. Ada beberapa zat yang bersifat anti mikroba.
a) Fenol dan derivatnya
Zat kimia ini bekerja dengan cara mempresipitasikan protein secara aktif atau merusak
selaput sel dengan penurunan tegangan permukaan. Fenol cepat bekerja sebagai desinfektan
maupun antiseptik tergantung konsentrasinya. Daya antimikroba fenol akan berkurang pada
suasana alkali, suhu rendah, dan adanya sabun.
b) Alkohol
Alkohol beraksi dengan mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi dan melarutkan lemak
sehingga membran sel rusak dan enzim-enzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Etil alkohol
(etanol) 50-70% mempunyai sifat bakterisid untuk bentuk vegetatif. Metanol daya
bakterisidnya kurang dibandingkan etanol, dan beracun terhadap mata.
c) Halogen beserta gugusannya
Halogen beserta gugusannya ini mematikan mikroorganisme dengan cara mengoksidadi
protein sehingga merusak membran dan menginaktifkan enzim-enzim. Misalnya:
1. Yodium dipakai untuk mendesinfeksi kulit sebelum dilakukan pembedahan
2. Hipoklorit digunakan untuk sanitasi alat-alat rumah tangga. Yang umum dipakai adalah
kalsium dipoklorit dan sodium hipoklorit.
d) Logam berat dan gugusannya
Logam berat dapat memprestasikan enzim-enzim atau protein esensial lain dalam sel
sehingga dapat berfungsi sebagai anti mikroba.
Contoh :
1. Merkurokrom, merthiolat sebagai antiseptik.
2. Perak nitrat sebagai tetes mata guna mencegah penyakit mata pada bayi (Neonatol
gonococcal ophthalmitic).
e) Deterjen
Dengan gugus hipofilik dan hidrofilik, deterjen akan merusak membran sitoplasma.
f) Aldehid
Aldehid mendesinfeksi dengan cara mendenaturasi protein. Contoh : formalin (formaldehid)
g) Gas sterilisator
Digunakan untuk bahan/alat yang tidak dapat disterilkan dengan panas tinggi atau dengan zat
kimia cair. Pada proses ini material disterilkan dengan gas pada suhu kamar. Gas yang
dipakai adalah ethilen oksida. Keuntungannya adalah ethilen oksida mempunyai daya
sterilisasi yang besar dan daya penetrasinya besar. Sedangkan kekurangannya adalah ethilen
oksida bersifat toksis dan mudah meledak
2.2 Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam
membunuh mikroorganisme patogen. Desinfeksi dilakukan apabila sterilisasi sudah tidak
mungkin dikerjakan, meliputi : penghancuran dan pemusnahan mikroorganisme patogen yang
ada tanpa tindakan khusus untuk mencegah kembalinya mikroorganisme tersebut.
2.3 Pengertian Antisepsis
Proses suatu bahan atau zat dalam mencegah, melawan, maupun membunuh
pertumbuhan dan kegiatan jasad renik.
2.4 pengertian Antiseptik
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme
pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya
2.5 Pengertian Desinfektan
Desinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau
menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan
untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
A. Kriteria suatu desinfektan dikatakan ideal, yaitu:
1. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. Tidak toksik pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. Tidak berbau/ baunya disenangi
7. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis
10. Aktivitas berspektrum luas
B. Variabel dalam desinfektan
1. Konsentrasi (Kadar)
Konsentrasi yang digunakan akan bergantung kepada bahan yang
akan didesinfeksi dan pada organisme yang akan dihancurkan.
2. Waktu
Waktu yang diperlukan mungkin dipengaruhi oleh banyak variable.
3. Suhu
Peningkatan suhu mempercepat laju reaksi kimia.
4. Keadaan Medium Sekeliling
pH medium dan adanya benda asing mungkin sangat mempengaruhi proses disinfeksi.
C. Macam-Macam Desinfektan
1. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil saja
dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan
dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan
alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang
masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
2. Zat Perwarna
Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya kerja ini
biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah
dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat
pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme reproduksi sel.
Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan sebagai
bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
3. Klor dan senyawa klor
Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur atau
dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat makan
dan minum.
4. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis
Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik khasiatnya
daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan kresol; lisol
lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah nama lain
untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga desinfektan
menjadi menarik.
5. Kresol
Destilasi destruktif batu bara berakibat produksi bukan saja fenol tetapi juga beberapa
senyawa yang dikenal sebagai kresol. Kresol efektif sebagai bakterisida, dan kerjanya tidak
banyak dirusak oleh adanya bahan organic. Namun, agen ini menimbulkan iritasi (gangguan)
pada jaringan hidup dan oleh karena itu digunakan terutama sebagai disinfektan untuk benda
mati. Satu persen lisol (kresol dicampur dengan sabun) telah digunakan pada kulit, tetapi
konsentrasi yang lebih tinggi tidak dapat ditolerir.
6. Alkohol
Sementara etil alcohol mungkin yang paling biasa digunakan, isoprofil dan benzyl alcohol
juga antiseptic. Benzyl alcohol biasa digunakan terutama karena efek preservatifnya (sebagai
pengawet).
7. Formaldehida
Formaldehida adalah disinfektan yang baik apabila digunakan sebagai gas. Agen ini sangat
efektif di daerah tertutup sebagai bakterisida dan fungisida. Dalam larutan cair sekitar 37%,
formaldehida dikenal sebgai formalin.
8. Etilen Oksida
Jika digunakan sebagi gas atau cairan, etilen oksida merupakan agen pembunuh bakteri,
spora, jamur dan virus yang sangat efektif. Sifat penting yang membuat senyawa ini menjadi
germisida yang berharga adalah kemampuannya untuk menembus ke dalam dan melalui pada
dasarnya substansi yang manapun yang tidak tertutup rapat-rapat. Misalnya agen ini telah
digunakan secara komersial untuk mensterilkan tong-tong rempah- rempah tanpa membuka
tong tersebut. Agen ini hanya ditempatkan dalam aparatup seperti drum dan, setelah sebagian
besar udaranya dikeluarkan dengan pompa vakum, dimasukkanlah etilen oksida.
9. Hidogen Peroksida
Agen ini mempunyai sifat antseptiknya yang sedang, karena kemampuannya mengoksidasi.
Agen ini sangat tidak stabil tetapi sering digunakan dalam pembersihan luka, terutama luka
yang dalam yang di dalamnya kemungkinan dimasuki organisme aerob.
10. Betapropiolakton
Substansi ini mempunyai banyak sifat yang sama dengan etilen oksida. Agen ini mematikan
spora dalam konsentrasi yang tidak jauh lebih besar daripada yang diperlukan untuk
mematikan bakteri vegetatif. Efeknya cepat, ini diperlukan, karena betapropiolakton dalam
larutan cair mengalami hidrolisis cukup cepat untuk menghasilkan asam akrilat, sehingga
setelah beberapa jam tidak terdapat betapropiolakton yang tersisa.
11. Senyawa Amonium Kuaterner
Kelompok ini terdiri atas sejumlah besar senyawa yang empat subtituennya mengandung
karbon, terikat secara kovalen pada atom nitrogen. Senyawa – senyawa ini bakteriostatis atau
bakteriosida, tergantung pada konsentrasi yang digunakan; pada umumnya, senyawa-senyawa
ini jauh lebih efektif terhadap organisme gram-positif daripada organisme gram-negatif.
12. Sabun dan Detergen
Sabun bertindak terutama sebagai agen akti-permukaan;yaitu menurunkan tegangan
permukaan. Efek mekanik ini penting karena bakteri, bersama minyak dan partikel lain,
menjadi terjaring dalam sabun dan dibuang melalui proses pencucian.
13. Sulfonamida
Sejak 1937 banyak digunakan persenyawaan-persenyawaan yang mengandung belerang
sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dan lagipula tidak merusak jaringan manusia.
Terutama bangsa kokus seperti Sterptococcus yang mengganggu tenggorokan,
Pneumococcus, Gonococcus, dan Meningococcus sangat peka terhadap sulfonamide.
14. Antibiotik
Antibiotik ialah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme, dan zat-zat itu dalam jumlah
yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan mikroorganisme yang lain.
2.6 Pengendalian Mikroba Secara Fisik
1. Suhu Rendah
Suhu rendah tidak membunuh mikroorganisme tetapi menghambat perkembangbiakannya.
Dengan demikian, pertumbuhan mikroorganisme semakin berkurang seiring dengan semakin
rendahnya suhu dan akhirnya di bawah “suhu pertumbuhan minimum”
perkembangbiakannya akan berhenti. Suhu terlalu rendah hingga di bawah suhu optimum
dapat menekan laju metabolism Staphylococcus Aurebius, Clostridium
Perfringens dan Bacillus Cereus hingga laju berhenti. Namun, beberapa mikroba mempunyai
kemampuan untuk bertahan hidup pada keadaan yang sangat dingin. Mikroba yang ada pada
kondisi beku dianggap dorman karena tidak terdeteksi adanya aktivitas metabolic. Hal ini
merupakan dasar bagi berhasilnya pengawetan pangan dengan suhu rendah.
2. Pengeringan
Pengeringan identik dengan pengurangan aktivitas air dan pada saat ini mikroorganisme
dalam keadaan tertidur. Apabila terjadi rekontruksi (penyerapan air kembali) maka flora yang
ada dalam bahan makanan dapat kembali beraktivitas. Secara umum pengeringan dibedakan
menjadi pengeringan di bawah tekanan udara dan pengeringan vakum. Proses yang khusus
adalah kombinasi antara pembekuan dan penghilangan air dengan atau tanpa vakum.
Pengeringan dengan udara dilakukan dalam udara yang bergerak, dalam ruangan pengeringan
yang dipanaskan, dll.
Factor yang mempengaruhi lamanya mikroorganisme mati setelah dilakukan pengeringan:
a) Macam mikroorganisme
b) Bahan pembawa yang akan dipakai untuk mengeringkan mikroorganisme
c) Kesempurnaan proses pengeringan
d) Kondisi fisik (cahaya, suhu dan kelembapan yang dikenakan pada mikroorganisme yang
dikeringkan)
3. Radiasi
1. Radiasi Ultraviolet
Ultraviolet merupakan unsure bakterisidal utama pada sinar matahari yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam sel berupa:
1) Denaturasi protein
2) Kerusakan DNA
3) Hambatan replikasi DNA
4) Pembentukan H2O2 dan peroksida organic di dalam pembenihan
5) Merangsang pembentukan kolisin pada kuman kolisignetik dengan merusak penghambatnya
di dalam sitoplasma
Lampu ultraviolet digunakan untuk:
1) Membunuh mikroorganisme
2) Membuat vaksin kuman dan virus
3) Mencegah infeksi melalui udara pada ruang bedah, tempat-tempat umum dan laboratorium
bakteriologi.
Radiasi sinar ultraviolet dapat mengurangi atau menginaktivkan jenis kapang perusak pada
gandum seperti, Penicillium Rubrum, dan Penicillium Purpurogenum yang terdapat dalam
udara penyimpanan gandum (siagian 2002). Proses ini dilakukan pada gandum karena kadar
air gandum yang rendah, sehingga proses ini mampu menghambat aktivitas pertumbuhan
mikroba pada gandum.
2. Radiasi Sinar X dan Pengion lainnya
Radiasi pengion memiliki kapasitas lebih besar untuk menginduksikan perubahan-perubahan
yang mematikan pada DNA sel. Cara ini berguna untuk sterilisasi barang-barang sekali pakai
misalnya benang bedah, sempirit sekali pakai, pembalut lekat dan lain-lain.
4. Filtrasi
1. Kegunaan cara ini:
1) Larutan antibiotika, serum, larutan karbohidrat dan lain-lainnya
2) Memisahkan kuman dari toksin dan bakterifage
3) Menyaring kuman yang jumlahnya sedikit di dalam suatu cairan.
2. Kerugian cara penyaringan :
Virus dan mikoplasma dapat melewati saringan kuman, sehingga serum yang telah di saring
tidak cukup aman untuk dipakai didalam klinik karena mungkin masih mengandung virus
atau mikoplasma. Jenis-jenis saringan kuman ialah:
1) Tabung porselen misalnya Berkefeld atau Chamberland
2) Filter piringan asbes misalnya Seitz
3) Filter dari gelas berlubang
4) Filter membran atau koloidon
3. Pembersihan Secara Fisik
Hal yang harus dilakukan ketika mengolah dan menyajikan makanan untuk mencegah
penularan penyakit menular yaitu:
1) Selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan, minuman dan peralatan. Karena tangan
dapat memindahkan kuman (bibit penyakit) dari sampah, daging mentah, piring kotor
ataupun dari kotoran hidung maupun tenggorokan kedalam makanan.
2) Memotong kuku agar tetap pendek dan tidak menggunakan cat kuku dan selalu mencuci
tangan menggunakan sabun dan air hangat. Gosok tangan terutama dibawah kuku selama 20
detik dengan sabun, kemudian bersihkan dengan menggunakan air hangat. Jika tidak ada
kertas toilet bisa menggunakan pengering tangan dan tidak boleh menggunakan apron
(celemek) atau lap cuci untuk mengeringkan tangan. Pencucian tangan perlu dilakukan
kembali setelah menggunakan kamar kecil ataupun setelah kontak dengan cairan tubuh ketika
batuk atau bersin,Setelah makan, merokok, memegang daging mentah, membuang sampah
atau memindahkan piring kotor.
2.7 Pengendalian Mikroba Secara Kimia
Saat ini, telah banyak agen kimia yang berpotensi untuk membunuh atau menghambat
mikroba. Penelitian dan penemuan senyawa kimia baru terus berkembang.Agen kimia yang
baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang
rendah tanpa merusak bahan atau alat yang didisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen
kimia ini digolongkan menjadi:
1. Agen kimia yang merusak membran sel mikroba.
1) Golongan Surfaktans (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan
nonionik.
2) Golongan fenol.
2. Agen kimia yang merusak enzim mikroba.
1) Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dll.
2) Golongan oksidator seperti golongan halogen, peroksida hidrogen dan formaldehid.
3. Agen kimia yang mendenaturasi protein.
Agen kimiawi yang menyebabkan terjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti
alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas agen kimia di dalam mengendalikan
mikroba, yaitu :
1. Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya
semakin meningkat.
2. Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka
hasilnya akan semakin baik.
3. Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora lebih resisten dibandingkan
yang berkapsul dan berspora.
4. Adanya bahan organik dan ekstra. Adanya bahan-bahan organik dapat menurunkan
efektivitas agen kimia.
5. pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan
pH.
2.8 Pembuangan Limbah
A. Pembuangan limbah non-racun
Material non-racun yang mudah terbakar dan tidak terkontaminasi seperti kertas, sarung
tanagn,
plastic, dll. Dapat dibuang sesuai dengan cara pembuangan limbah biasa yang diatur ol
eh otoritas local. Bisa melalui pembakaran langsung, atau ditempatkan pada container yang
tepat,
dipindahkan dari lokasi dan kemudian dibakar atau diambil dari tanah sesuai dengan p
etunjuk atau peraturan nasional. Material yang tidak mudah terbakar seperti barang pecah-
belah, kaleng, batere usang, kaleng aerosol dan bahan lainnya harus ditempatkan di kontainer
yang sesuai dan diangkut dari tanah sesuai dengan peraturan nasional. Barang “tajam” seperti
semprotan hypodermik dan jarum, pisau bedah, kanula dan barang pecah belah seperti pipet
berkapiler dan slide mikroskop,dll. Semua barang ‘tajam’ baik itu digunakan untuk material
yang mudah menyebar atau bukan, harus dihancurkan didalam kontainer plastik “sharpsbin”
yang didesain untuk tujuan yang sesuai dan dibuang seperti penjelasan dibawah. Semua
senyawa yang tidak berbahaya dan kuantitas yang kecil kecuali dari racun berskala tinggi
dan material yang beracun dapat dibuang melalui pipa buangan lab. Petunjuk kerja yan
g ada
menyatakan untuk mengalirinya dengan sejumlah air. Asam yang kuat, alkalis, dll haru
s diencerkan sedikitnya 10kali sebelum pembuangan kedalam pipa lab.
B. Limbah mikrobiologi
Semua limbah yang terkontaminasi mikrobiologi dan yang berpotensi terkontaminasi harus
dibuat aman dengan salah satu metode yang tepat untuk pembuangan dibawah ini:
1. Limbah Cairan
Limbah cairan yang terkontaminasi mikrobiologi harus ditangani dengan autoclaving terlebih
dahulu kemudian dibuang ke saluran pipa buangan. Metode disinfeksi yang tepat mungkin
harus dipakai pada kasus dimana autoclave tidak bisa dipakai.
Notol dan vessel lainnya yang mengandung cairan untuk autoclaving tidak boleh ditutu
p terlalu ketat.
2. Limbah Padat
Seluruh material terkontaminasi atau yang berpotensi terkontaminasi dari lab, termasuk
bahan pecah-belah, harus terlebih dahulu di-autoclave kemudian dibuang. Kantong
autoclave atau tas autoclave harus digunakan dalam pentransferan material limbah untu
k proses autoclave. Material harus dihancurkan “secara kecil dan berkala” dibanding
pencurahan dalam skala besar. Material limbah harus ditempatkan dalam container terpisah,
yang bisa diidentifikasi, ditutup
dengan perekat autoclave dan aman bagi pengangkut atau operator autoclave/mesin
pembakar untuk penanganan sebelum dan sesudah container telah diatuoclave. Material ini
tidak boleh dibuka sebelum proses autoclave selesai. Setiap instruksi penting bagi operator
dari autoclave atau mesin pembakar harus ditulis secara jelas pada kontanier dan setiap
kontainer harus diberi label secara jelas sehingga operator autoclave bisa menentukan
kontainer yang tepat, misal dengan nomer lab dan inisial pekerja yang telah mengirim
kontainer untuk proses autoclave. Tas yang digunakan untuk autoclaving harus ditutup dan
ditandai dengan perekat autoclave. Perhatian harus diberikan untuk sejumlah cairan yang
mungkin akan dilepaskan dari bahan pada tekanan 1260C/20lb dan untuk uap
terkondensasiyang terbentuk pada saat autoclave. Artikel nitrat selulosa seperti tabung
sentrifugal tidak boleh diautoclave. Semua material limbah dari lab pertahanan level3 harus
di-autoclave terlebih dahulu sebelum dibuang. Kantong autoclave dan kontainer benda
‘tajam’ dari area tersebut harus didisinfeksi permukaannya terlebih dahulu sebelum disimpan.
Autoclave dan mesin pembakar harus dioperasikan hanya oleh staff terlatih.
Metode keamanan yang lain harus dipakai setelah konsultasi bersama spervisor atau
manajer.
C. Pembuangan benda ‘tajam’
Benda ‘tajam’ seperti semprotan hipodermik, jarum, piasu bedah, kanula, dan barang pecah
belah seperti pipet berkapiler dan slide mikroskop, dll. Semua barang ‘tajam’ baik itu
digunakan untuk material yang mudah menyebar atau bukan, harus dihancurkan didala
m
kontainer plastik “sharpsbin” yang didesain sesuai dengan tujuan. Jika mungkin, kontai
ner plastik “sharpsbin” harus dibakar di area tersebut.
Jika “sharpsbin” ini harus dipindahkan dari lokasi dan ditransfer ke dalam sebuah mesi
n
pembakar, dan jika barang ‘tajam’ telah digunakan untuk material yang cepat menyeba
r, maka kontainer plastik “sharpsbin” harus diautoclave sebelum dibakar. Kontainer berikut
tersedia di pasaran. Penggunaannya sebagai berikut :
1) Setiap kontainer harus diberi label yang jelas dengan nomer ruangan
2) Semua semprotan jika memungkinkan, harus dihancurkan sebagai satu unit, tanpa
penutup kembali, pada area penggunaan
3) Jarum tidak boleh di-guillotin
4) Jangan melakukan pengisian berlebihan pada container
5) Gunakan pegangan yang disediakan selama transport dari kontainer.
Setiap kontainer harus ditutup terlebih dahulu sebelum dibuang.
D. Limbah kimia beracun
Metode pembuangan harus memiliki protokol yang spesifik dan prosedur kerja.
Limbah kimia beracun tidak bisa dipindahkan oleh kolektor sampah dan staff tidak bol
eh
membiarkan lingkungan perairan dikontaminasi oleh pembuangan limbah. Petunjuk untu
k jenis material yang tidak boleh dibuang ke dalam pipa pembuangan ditunjukkan pada
apendiks 1 yang merupakan bahan dengan resiko tertinggi berada pada daftar I dan
pembuangan ke lingkungan perairan harus dihindari. Pembuangan yang sama untuk material
daftar II harus disimpan untuk absolut minimum.
1. Limbah cairan
limbah berbahaya dan beracun tinggi tidak boleh dibuang melalui pipa buangan. Perhatian
lebih harus diberikan untuk memastikan limbah hasil distilasi dan evaporasi yang
membutuhkan bahan pelarut, akan terjebak dan tidak diperbolehkan memasuki saluran
pembuangan. Sama halnya dengan metal biosid dan kuat yang harus dijauhkan dari system
aliran karena bisa mengintervensi setiap praktek atau harus diminimalisir hanya untuk
penggunaan khusus saja, untuk menghindari overload pada system hidrolik dari proses
perawtan. Saluran buangan limbah digunakan hanya untuk menampung limbah buangan cair
atau bahan kimia umum yang telah diencerkan.
Hanya bahan pelarut organik yang dibuang dengan mengalirkannya di saluran pembuangan ,
di dalam area berventilasi dengan sejumlah larutan :
1) Aseton
2) Asam asetik
3) Ethanol
4) Methanol
5) Spirit methylated industri (IMS)
Limbah berbahaya dan beracun tinggi harus diasingkan dan dibuang dengan cara yang
sesuai dan aman menurut petunjuk kerja legislatif lokal. Hidrokarbon halogen tidak bol
eh
dibuang ke saluran pembuangan dalam kondisi apapun dan harus tetap diasingkan dari
limbah cair lainnya. Limbah seperti itu harus dikumpulkan dan
disimpan dalam kontainer yang sesuai sampai tiba waktunya untuk dibuang secara aman di
area secara langsung atau menggunakan kontraktor limbah yang sesuai.
2. Limbah padat
Pembuangan dari semua limbah yang berpotensi bahayadan sensitif, termasuk metal berat,
harus diatur melalui kontraktor yang sesuai yang bisa membuang limbah melalui
pembakaran yang tepat, dll. Hal ini juga termasuk bahan kimia organik dan anorganik atau
limbah lab yang meliputi bahan pecah belah, karet, plastik, metal, tanaman, batang,
saringan, dll yang terkontaminasi secara kimia. (limbah harus dibungkus dalam cara ya
ng
tepat untuk menghindari tumpahan, dll). Material yang mudah terbakar atau limbah lai
n dengan properti yang berbahaya harus dipisahkan dan disatukan
dengan jenisnya sendiri.
Limbah terkontaminasi yang besar dan yang ringan harus dipisahkan dari limbah
terkontaminasi.
3. limbah merkuri
tumpahan merkuri, pertama-tama harus diserap menggunakan bahan reaksi misal
“mercurisorb roth”. Termometer yang rusak dan limbah merkuri dari thermometer yang
pecah, piranti vakum dan tumpahan, dll harus ditempatkan pada kontainer yang
tepat dan pengaturan yang tepat ditujukan untuk pembuangan secara aman.
E. Limbah radioaktif
Pembuangan dari limbah radioaktif secara umum bersubjek pada kondisi peraturan legislatif
nasional dan kontrol pembuangan yang ketat.
1. Limbah cairan
peraturan umum berikut harus memenuhi:
1) limbah cairan hanya boleh dituang kedalam saluran pembuangan didalam area radiasi
atau melalui saluran desain terpusat.
2) Limbah radioaktif cair yang terkontaminasi secara mikrobiologi tidak boleh diautoclave
, limbah seperti itu ditangani dengan metode disinfeksi lebih dahulu sebelum dibuang.
3) Pembuangan yang tertunda, limbah cairan harus disimpan dalam kontainer anti bocor
yang berselubung dan diberi label terkemuka.
4) Limbah cairan seperti bahan organik dan air tidak boleh dicampur kecuali terpaksa. Limbah
asam dan bahan pelarut tidak boleh dicampur, juga setiap limbah yang mengandung Iodin
yang bisa berubah menjadi asam.
a) limbah cair – cairan berair bisa dihancurkan kedalam sistem buangan utama melalui
saluran yang telah didesain.
b) Limbah organik – limbah cairan organik harus disimpan dalam penyimpanan yang mudah
terbakar sampai bisa dipindahkan dan ditransport kedalam mesin pembakar.
2. Limbah padat
Limbah yang tidak terkontaminasi dan berlevel rendah seperti sarung tangan, kertas, dll bisa
dibuang melalui cara biasa yang disediakan yaitu jumlah total dari nukleotida lainnya
seperti 125I, 32P, 35S tidak melewati 400 KBq (10.8 µCi) di setiap 0.1 m3sampah (satu
kantong pasir atau karung). Limbah padat yang terkontaminasi harus disimpan didalam
kantong plastik anti bocor didalam kontainer berselubung. Tas harus disegel sebelum
pembuangan untuk menghindari penyebaran kontaminasi. Alternative lain, kontainer
“sharpsafe” bisa digunakan. Semua limbah padat harus dipisahkan tergantung dari nuklida
yang digunakan misalnya125I, 32P, 35S yang harus dipisahkan, 14C dan H yang bisa dibuang
bersamaan. Limbah padat bisa dibakar atau dibuang dari tanah tergantung isotop, aktivitas
yang terlibat dan petunjuk kerja dari otoritas lokal.
3. Limbah khusus
Limbah tertentu diklasifikasikan sebagai limbah khusus dan tidak boleh dibuang tanpa
sertifikasi yang tepat dan otoritas. Limbah seperti ini termasuk sampel tes dari kontrol
kualitas, vaksin yang telah lewat tanggal berlaku, produk farmasi dan terapi lainnya, dll.
Walaupun limbha seperti itu tidak menghasilkan bahaya, bisa menimbulkan resiko jika
ditemukan di area lahan terbuka. Untuk itu, limbah seperti itu harus dibuang yang
dihubungkan dengan prosedur spesifik serta pembuangan yang telah dicatat.
2.9 Jenis-jenis Limbah
A. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Sumbernya
a) Limbah domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah limbah yang berasal dari kegiatan pemukiman penduduk (rumah
tangga) dan kegiatan usaha seperti pasar, restoran, dan gedung perkantoran.
b) Limbah industry
Limbah industri merupakan sisa atau buangan dari hasil proses industri.
c) Limbah pertanian
Limbah pertanian berasal dari daerah atau kegiatan pertanian maupun perkebunan.
d) Limbah pertambangan
Limbah pertambangan berasal dari kegiatan pertambangan. Jenis limbah yang dihasilkan
terutama berupa material tambang, seperti logam dan batuan.
e) Limbah pariwisata
Kegiatan wisata menimbulkan limbah yang berasal dari sarana transportasi yang membuang
limbahnya ke udara, dan adanya tumpahan minyak dan oli yang dibuang oleh kapal atau
perahu motor di daerah wisata bahari.
f) Limbah medis
Limbah yang bersal dari dunia kesehatan atau libah medis mirip dengan sampah domestik
pada umumnya. Obat-obatan dan beberapa zat kimia adalah contoh limbah medis.
B. Pengelompokan Limbah Berdasarkan Jenis Senyawanya
a) Limbah organic
Limbah organik merupakan limbah yang berasal dari makhluk hidup (alami) dan sifatnya
mudah membusuk/terurai.
b) Limbah anorganik
Limbah anorganik merupakan segala jenis limbah yang tidak dapat atau sulit terurai/busuk
secara alami oleh mikroorganisme pengurai.
c) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. PENGERTIAN
Limbah bahan berbahaya dan beracun adalah kelompok limbah yang secara langsung
maupun tidak langsung dapat mencemarkan, membahayakan lingkungan, kesehatan dan
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan limbah B3 menurut
BAPEDAL (1995) adalah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability,
reactivity. dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya tidak langsung dapat merusak,
mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia. Menurut Peraturan
Pemerintah RI NO. 18 Tahun 1999, B3 adalah semua bahan/senyawa baik padat, cair ataupun
gasyang mempunya potensi merusak terhadap kesehatan manusia serta lingkungan akibat
sifat-sifat yang dimiliki senyawa tersebut.
2. Sifat limbah B3
Dalam UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, dikenal sampah spesifik, yaitu
sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mengandung satu atau lebih senyawa berikut ini
:
1) Mudah meledak (explosive)
2) Pengoksidasi (oxidizing)
3) Beracun (moderately toxic)
4) Berbahaya (harmful)
5) Korosif (corrosive)
6) Bersifat mengiritasi (irritant)
3. Macam - macam limbah B3
A. Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dikelompokkan menjadi:
a) Primary sludge
b) Chemicial sludge
c) Excess actived sludge
d) Digested sludge
B. Berdasarkan karakteristiknya tersebut, limbah B3 dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Limbah mudah meledak
b) Limbah mudah terbakar
c) Limbah reaktif
d) Limbah beracun
e) Limbah yang menyebabkan infeksi
f) Limbah yang bersifat korosif
4. Senyawa B3
Contoh limbah B3 antara lain logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn
serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol, dan lain sebagainya.
5. Limbah B3 dalam rumah tangga
Contoh produk limbah rumah tangga berpotensi B3, yaitu sebagai berikut:
a) Dapur: pembersih lantai, kompor gas, pembersih kaca, plastik, racun tikus, dan bubuk
pembersih.
b) Tempat cucian: pembersih, detergen, pembersih lantai, bahan pencelup, dan pembuka
sumbat saluran air kotor.
c) Kamar mandi: aerosol, disifektan, hair spray, pewarna rambut, pembersih toilet, dan
medicated shampoo.
d) Kamar tidur: kamper, obat anti nyamuk, baterai, cat kuku, dan pembersih.
e) Garasi dan gudang: oli dan aki mobil, minyak rem, catwax, pembesih karburator, cat dan
tiner, lem, pembunuh tikus, semir sepatu, dan genteng asbes.
f) Ruang tamu: pembersih karpet, pembersih lantai, pembersih perabotan, pembersih kaca,
pengharum ruangan.
g) Taman: pupuk dan insektisida.
h) Ruang makan: bumbu dan obat
2.10 Macam-macam Penanganan Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). Limbah padat lebih dikenal
sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik
dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu
dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh
limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. Pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. Pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat
selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan
sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni
rumah, seperti jamban misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit
penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu
memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan
sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan
sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat
pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah
pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh
masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan
upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran
drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke
badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung
limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki
kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam
jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi dan desinfeksi dalam kesehatan itu sangat perlu dilakukan agar keselamatan
klien bisa terjamin.
Sterilisasi adalah tindakan yang dilskukan untuk menghilangkan semua
mikroorganisme (bakteri,jamur,perasit dan virus) termasuk endospora bakteri dari benda-
benda mati / instrument.
Desinfeksi tinggkat tinggi merupakan tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan
semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri dengan cara merebus atau kimiawi.
Peran tenaga kesehatan dalam sterilisasi dan disinfeksi adalah sebagai pencegah infeksi
(PI). Dengan adanya pencegahan infeksi dapat mencegah mikroorganisme berpindah dari
satu individu ke individu lainnya (ibu,bayi baru lahir(BBL),dan para penolong persalinan)
sehingga dapat memutus rantai penyebaran infeksi.
Tindaka- tindakan pencegahan infeksi termasuk hal-hal berikut:
a. Cuci tangan
b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung lainnya
c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
d. Memproses alat bekas pakai
e. Menangani peralatan tajam dangan aman
f. Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan(termasuk pengelola sampah secara benar)
3.2 Saran
Lakukanlah prosedur sterilisasi dan desinfeksi dalam menangani masalah pasien agar
terhindar dari infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Daftar pustaka :

http://muhammadmasykurillah.blogspot.co.id/2015/04/makalah-sterilisasi-dan-desinfeksi.html

Anda mungkin juga menyukai