Anda di halaman 1dari 16

4

STERILISASI DAN DESINFEKSI


DASAR DIAGNOSIS MIKROBIOLOGI.

Disusun oleh:
Lisa Desti Riani 17310151
Listya Dini Putri 17310153
Mega Siti Rohima 17310159
Melliana 17310160
Merryshol Okhi 17310162

Universitas malahayati
Jl. Pramuka No 27 Kemiling – Bandar lampung, Lampung , Indonesia

ii
i

DAFTAR ISI

Cover .................................................................................................................................. 1
Daftarisi ............................................................................................................................... i
Kata pengantar .................................................................................................................... ii

Bab 1 Pendahuluan ............................................................................................................. 4


1.1 Latar belakang ........................................................................................................ 5
1.2 Rumusan masalah................................................................................................... 6
1.3 Tujuan ....................................................................................................................
Bab 2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................................... 7
2.1 Sterilisasi .......................................................................................................................
2.2 Desinfeksi ......................................................................................................................
2.3 kriteri ............................................................................................................................
2.4 Dasar-dasar diagnosis mikrobiologi…………………………………………….
Bab 3 Penutup ..................................................................................................................... 12
3.1 kesimpulan ....................................................................................................................
3.2 saran ..............................................................................................................................
Daftar pustaka .................................................................................................................... 13

i
4

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi keguruan.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Bandar Lampung,Agustus 2018

Penyusun

ii
1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyeban telah menjadi


pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenali. Berbagai
macam subtansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna
menghilangkan pencemaran oleh jasad renik terhadap benda baik hidup
ataupun mati.

Dasar pemeriksaan mikrobiologi pun sangat dibutuhkan guna


mengetahui seberapa perkembangan mikroorganisme tersebut. Hasol
pemeriksaan mikrobiologi suatu bahan pemeriksaan klinik,bukanlah
mutlakmerupakan karya dari mikrobiolog, tetapi ia adalah merupakan hasil
karya gabungan. Konsep steril atau bersih, untuk membantu proses
pemeriksaan dan lebih spesifiknya, untuk mengendalilakan dan mencegah
infeksi.

Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah karya
tulis yang mambahas tentang sterilisasi dan desinfeksi dasar diagnosis
mikrobiologi dalam makalah ini.

1.1. Rumusan masalah

1. Definisi dari sterilisasi?


2. Definisi dari desinfeksi?
3. Apa saja kriteria yang ideal?
4. Dasar-dasar diagnosis mikrobiologi?

1
2

1.2 Tujuan

2. Bagaimana konsep sterilisasi dan desinfeksi yang digunakan.


3. Mempelajari pengertian dan macam-macamnya.
4. Mengetahui dasar diagnosis mikrobiologi.
Bab II
PEMBAHASAN
2. Pengertian sterilisasi dan desinfeksi dasar pemeriksaan mikrobiologi
2.1. Pengertian sterilisasi
Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang
membebaskan sesuatu (alat, bahan, dan lain-lain) dari mikroorganisme
yang tidak diharapkan keberadaannya baik yang patogen maupun
yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai prosese untuk
membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk
vegetative maupun bentuk spora¹.
Prosese sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk
mencegah pencemaran organisme luar, pada pembuatan makan dan
obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
mikroorganisme dan didalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini
juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik
maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk
membunuh kuman patogen atau kuman apatogen beserta spora yang
terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi
antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas
(formalin H2 O2), dan radiasi ionnisasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap dipakai, bersih, dan
masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label
yang jelas dengan menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan
tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.

3
d. Tidak boleh menambahkan peralatan dalam sterilisator sebelum
waktu mensteril selesai.
e. Memindahkan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang
steril
f. Saat mendinginkan alat steril tiboleh dibuka pembungkusnya, bila
terbuka harus dilakukan sterilisasi ulang.

2.2 Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme patogen
penyebab penyakit (kecuali spora kuman) dengan cara fisik atau
kimia; hal ini dilakukan dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalan membunuh mikroorganisme parogen . Desinfektan adalah
zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud desinfeksi, yang tidak
berbahaya bagi permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini
dinamankan antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat
atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup, sedangkan
desinfeksi digunakan untuk benda mati. sebelum dilakukan desinfeksi,
Penting untik membersikan alat-alat tersebut dari debirs organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi¹.
Disinfekan dapat membunuh mikroorganisme patogen dan
benda mati. Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya
membunuh beberpa kelompok mikroorganisme, disinfektan “tingkat
tinggi” dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes,
tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipaki salahsatu dari tiga
desinfeksi seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk
mendesinfeksik permukaan, umumnya dapat dipakai satu dari tiga
desinfeksi diatas. Tiap desinfeksitan tersebut memiliki efektifitas

4
“tingkat menengah” bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.

2.3 Kriteria desinfeksi yang ideal:


Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada
suhu
1. Kamar
2. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik pH,
temperatur dan kelembabpan
3. Tidak toksi pada hewan dan manusia
4. Tidak bersifat korosif
5. Tidak berwarna dan tidak meninggalkan noda
6. Tidak berbau atau baunya disenangi
7. Bersifat biodegradle atau mudah diurai
8. Larutan stabil
9. Mudah digunakan dan ekonomis

Macam-macam sterilisasi:
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan denga 3 cara yaitu secara mekanik,
fisik dan kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22
mikron atau 0,45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut, proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang yang peka panas
misalnya, larutan enzim dan antibiotik.
2. Sterilisasi cara fisik
a. Pemanasan
1. Pemijaran (dengan api langsung)
2. Panas kering
3. Uap air panas
4. Uap air panas bertekanan

5
b. Pasteurisasi
c. Penyinaran dengan sinar UV
d. Sinar ion bersifat hiperaktif
3. sterilisasi secara kimia:
1. Rongga (space) yang cukup diantara alat-alat yang didesinfeksi,
sehingga seluruh permukaan alat-alat tersebut dapat berkontak
dengan desinfektan.
2. Sebaiknya desinfektan yang dipakaibersifat membunuh (gesmisid).
3. Waktu (lamanya) desinfektan harus tepat, alat-alat yang desinfeksi
jangan diangkat sebelum waktunya.
4. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya
bersifat sangat mudah menguap sehingga ventilasi ruangan perlu
diperhatikan.
5. Pengenceran desinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan,
dengan setiap kali harus dibuat pengenceran baru. Desinfekan yang
sudah menunjukan tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan
harus diganti dengan yang baru.
6. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan stelah
berkontak dengan desinfektan.

Macam-macam desinfektan yang digunakan:


1. Antiseptik kimia

Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap


seperti halnya alkohol. Umumnya isopropil alkohol 70-90%.
2. Halogen
Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan iodium, baik yang
organik maupun inorganik.
3. Iodium
Solusi Iodium, baik dalam air maupun dalamalkohol bersifat
sangat antiseptik. Iodium juga efektif terhadap berbagai protonzoa
seperti misalnya amuba yang menyebabkan disentri.
4. Klorin

6
Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang tajam.
Sudah sejak lama klorin dikenal sebagai deodoran dan desinfektan
yang sangat baik. Kebanyakan rumah sakit memakai klorin sebagai
mendesinfektan ruangan dan permukaan-permukaan serta alat-alat
non bedah.
5. Alkohol
Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan
untuk sterilisasi sterilisasi dan desinfeksi. Jenis alkohol yang
dipergunakan yaitu metanol CH3OH, etanol, CH3CH2OH, dan
isopropanol (CH3)2CHOH. Dalam bentuk kombinasi alkokol
sering dipakai sebagai sedinfektan kulit.
6. Fenol
Fenol (asam karbol) untuk pertama kalinya dipergunakan Lister di
dalam ruang bedah sebagai germicide untuk mencegah timbulnya
infeksi pasca bedah.
Heksaklorofen merupakan derivat fenol yang paling berguna.
Dikombinasikan dengan sabun akan merupakan desinfektan kulit
yang sangat efektif, tetapi lambat kerjanya.
7. Peroksida
Peroksida hidrogen (H2O2) merupakan antiseptik yang efektif dan
nontoksik. Molekulnya tidak stabil, dan apabila dipanaskan akan
terurai menjadi air dan oksigen. Terdapat bukti bahwa H2O2 10%
bersifat virusid dan sporosid. Larutan 3% biasa dipakai untuk
mencuci dan memdesinfektan luka karena kuman-kuman anaerob
terutama sangat peka terhadap oksigen.
8. Zat warna
Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat
pertumbuhan kuman (bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan
zat warna rosanilin. Akriflvin (campuran derivat akridin dengan
senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang luas, dan telah
dipergunakan untuk mengobati infeksi traktus urinarius.

9. Deterjen
Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya,
dapat berkaitan dengan air dan dengan molekul-molekul organik
nonpolar. Deterjen mungkin bermuatan listrik (ionik). Dari yang
ionik, maka yang bermuatan negatif biasanya lemah sifat
bakterisidnya. Sedangkan yang bermuatan positif sangat kuat sifat
bakterisidnya terutama terhadap stafilokokus dan beberapa virus,
meskipun tidak efektif terhadap spora.
10. Logam-logam berat
Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat
mempresipitasikan enzim-enzim atau lain-lain protein esensial

7
dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipergunakan adalah
Hg, Ag, As, Zn, dan Cu.
11. Adelhida
Adelhida juga membunuh sel dengan mendenaturasi protein.
Larutan formaldehid 20% dalam 65-70% alkohol merupakan cairan
pensteril yang sanagt baik apabila alat-alat direndam selam 18
jam¹.

Dasar pemeriksaan pemeriksaan kuman-kuman aerob, mikroarofil dan


anaerob
Hasil pemeriksaan mikrobiologik sesuati bahan pemeriksaan
klinik,bukanlah mutlak merupakana karya dari mikrobiologi, tetapi ia
adalah merupakan hasil karya gabungan, mikrobiolog, klinikus dan
paramedic yang mendampingi klinikus. Klinikus berperan dalam
menentukan jenis serta cara pengambilan bahan pemeriksaan, yang
disesuaikan dengan dugaan sakit yang diderita penderita. Paramedis
berperan pada perawatan bahan tersebut sebelum dan sewaktu
pengiriman bahan, agar bahan yang dikirim tersebut tetap dalam
keadaan prima.
Beberapa hal harus dilakukan sebelum melakukan pekejaan isolas
dan identifikasi kuman dari bahan pemeriksaan:
1. Pengamatan bahan yan akan dikerjakan, apakah bahan tersebut masih
baik(prima), apakah jenis bahan yang dikirimkan sesuai dengan apa yang
tercantum pada surat pengantar, memperhatikan jenis pemeriksaan
mikrobiologik yang mana yang dimintakan (aerob/mikroaerofilik atau
anaerob). Dasri hasil pengamatan ini akan diperoleh kesimpulan, bahan
dapat diterima untuk diperiksa atau harus ditolak,karena tidak memenuhi
persyaratan. Dengan diketahuinya kuman apa yang akan diharapkan, maka
memudahkan pengarahan serta persiapan pemeriksaan yang akan
dilakukan.
2. Pengolahan bahan adakalanya bahan pemeriksaan yang diterima harus
melalui pengolahan terlebih dahulu sebelum ditanamkan pada perbenihan.
Pengolahan ini bertujuan untuk mendapatkan hasil isolasi yang baik dan
tepat dengan cara yang mudah.

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KUMAN AEROB MIKROFILIK DAN


ANAEROB
Pada umumnya cara(bagan kerja) mengasingkan ketiga jenis kuman tersebut dapat
dikatakan sama saja. Perbedaan yang utama, hanya terletak pada cara
mendapatkan suasana lingkungan pertumbuhan yang diinginkan oleh masing-
masing jenis kuman tersebut, dan jenis perbenihan yan dibutuhkan untuk
kesuburan pertumbuhannya. Kuman aerob dapat tumbuh dengan mudahnya pada
suasanaalam bebas, kuman mikroaerofilik, membutuhkan lingkungan kada O2
yang rendah,serta kadarCO2 yang tinggi (5-10%).

8
LANGKAH-LANGKAH YANG DITEMPUH DALAM MENGASINGKAN
KUMAN (AEROB/ANAEROB)
1. Terhadap bahan pemeriksaan dilakukan:
a. Pengamatan secara mikroskopis,dengan membuat sediaan ulas,
dengan pengecatan menurut cara gram.Tujuan yang akan dicapai
adalah untuk mendapatkan gambaran morfologik dan sifat gram
kuman yang akan dikemukakan kelak.
b. Penanaman kuman pada perbenihan-perbenihan untuk keperluan
isolasi/identifikasi serta percobaan kepekaan kuman terhadap
antimikroba.
2. Pengeraman pada incubator.Bahan pemeriksaan yan telah ditanamkan lalu
dieramkan pada incubator. Suasana lingkungan, suhu pengeraman serta
lama pengeraman disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kuman
yang diinginkan (aerob/mikroaerofilik atau anaerob)
3. Pengamatan hasil kerja tersebut ( 1 dan 2 ) diatas dengan cara :
a. Mengamati pertumbuhan kuman pada perbenihan kuman.
b. Memilih bentuk dan sifat koloni kuman yang diinginkan.
c. Dari setiap koloni dilakukan :
- Pemeriksaan mikroskopik dengan cara membuat sediaan apa
dan dengan pewarnaan gram dilihat dibawa mikroskop.
- Memperbanyak kuman, dengan menanamkan pada perbenihan-
perbenihan tertentu yang disesuaikan dengan keinginan
kumannya.
d. Kuman-kuman yang telah diasingkan dikeram dalam incubator.
4. Lanjutan

Terhadap kuman yang telah diperbanyak, dilakukan pengamatan


apakah kuman yang tumbuh tersebut merupakan biakan murni atau tidak,
caranya dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis, membuat sediaan
dengan pewarnaan gram.
5. Bila hasil (4) ternyata ditemukan:
a. Biakan tidak murni, maka untuk hasil seperti ini, kita harus
melakukan tindakan pemurniaan akan kuman tersebut.
b. Biakan murni, terhadap hasil ini dilakukan tindakan:
- Identifikas kuman, dengan cara cepat (mempergunakan kit
yang telah tersedia misalnya kit entero-tube untuk kuman
aerob: API-20 atau RAPIDIANA untuk kuman anaerob), atau
mempergunakan cara konvensional.
- Uji coba kepekaan kuman, untuk ini dapat ditempuh dengan
dua cara, pertama dengan mempergunakan cara cakram (

9
diskdiffusion) agar dilution (pengenceran antimikroba dalam
agar atau cara pengenceran tabung)
6. Pembacaan hasil isolasi dan identifikasi serta hasil uji coba kepekaan
kuman terhadap antimikroba.

2.4 Diagnosis Lab. Penyakit

1.Bacteriologic Approach
2.Immunologic ( serologic ) Approach
 Bacteriologic approach
1. Memilih spesimen klinik yang sesuai, untuk pyg, ini perlu
memahami patogenesis dari infeksinya
2. Pengambilan spesimen dengan benar untuk menghindari
terkontaminasi dengan flora normal normal
3. Pengiriman spesimen secepatnya ke Lab atau di simpan di lemari
es.
4. Informasi klinis yang diperlukan,untuk memilih metode
/prosedur yang tepat.
Umumnya bacteriologic laboratory work dibagi dalam 3 tahap , yaitu :
• Observasisediaan yang diwarnai secara mikroskopis( direct microscopic
exam. )
•Memperolehbiakanmurni(pureculture) dari Memperoleh biakan murni
(pure culture) dari mikroorganisme dengan membiakkan spesimen
klinik di media Idtifikiilttlid
• Identifikasi isolat, antara lain dengan : »Uji biokimia »Pertumbuhan di
media selektif »Aglutinasi ,co-aglutinasi, latex aglutinasi
»Immunofluorescence »DNAprobes »DNA probes

 Pemeriksaanawal:
•Directmicroscopicexamination: Direct microscopic examination :
•Pemeriksaan sediaan basah (wet mount)
•Pemeriksaansediaanyangdifiksasidandiwarnai: Pemeriksaan sediaan yang
di fiksasi dan diwarnai:
–Pewarnaan Gram
–Pewarnaan tahan asam
–Fluorescent antibody test

10
 Tahap-tahap diagnosis Lab

1.Pengambilan spesimen klinis


2.Pemeriksaan sediaan yang diwarnai dengan Gram, Z-N, dll
3.Pembiakan spesimen klinis di media tertentu untuk medapatkan
biakan murni ( isolated colony )
4.Identifikasi isolat
5.Antibiotic susceptibility tests

 Metode Bakteriologi:
1. Biakan darah
2. Biakan usap tenggorok
3. Biakan sputum
4. Biakan cairan spinal
5. Biakan tinja ( feses)
6. Biakan air kemih
7. Biakan sekret tractus genitalis
8. Biakan luka dan abses

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sterilisasi adalah setiap proses (kimia atau fisik) yang membebaskan
sesuatu (ala, bahan, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan
keberadaannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Biasanya strilisasi ini
dilakukan di rumah sakit. Adapun hal-hal yang harus di perhatikan saat strilisasi
salah satunya adalah sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap dipakai, bersih,
dan masih berfungsi. Kemudian desinfeksi ini untuk membunuh mikroorganisme
yang dapat menyebabkan penyakit, sedangkan desinfektan adalah zat yang
dipakai untuk desinfeksi adalah antiseptik. Antiseptik adalah zat yang dapat
menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan hidup,
sedangkan desinfeksi digunakan untuk benda mati sebelum dilakukan desinfeksi.
Kemudian ada macam-macam sterilisasi yaitu strerilisasi secara
mekanik,sterilisasi secara fisik, sterilisasi secara kimia. Macam – macam
antiseptik yaitu antiseptik kimia,
halogen,iodium,klorin,alkohol,fenol,peroksida,zat warna, deterjen,logam-logam
berat,adelhida.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak tertuang dapat di
pertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah dijelaskan. Untuk bagian terakhir dari makalah adalah
daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya jelaskan tentang daftar pustaka
makalah

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas indonesia. Buku ajaran
Mikrobiologi Keokteran. Edisi Revisi. Jakarta: Universitas Indonesia.
2. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 25.
Jakarta: penerbit EGC Kedokteran.

13

Anda mungkin juga menyukai