Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bakteri semakin hari semakin tak dapat terkontrol. Beberapa bahan
obat dan produk kesehatan misalnya kateter, jarum suntik, sarung tangan bedah dan
hemodialiser pada penggunaannya berkontak langsung dengan jaringan atau cairan tubuh.
Olehkarena itu produk tersebut harus steril atau bebas dari mikroorganisme hidup terutama
yang bersifat patogen. Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan,
media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang
pathogen maupun yang nonpatogen.
Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk
membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari
ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu
mikrobiologi. Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi
infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan
mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan
asuhan kebidanan.
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besar bagi
dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa
ilmuan besar. Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan
dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan
pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Dari uraian diatas, makalah ini akan membahas tentang sterilisasi dan
desinfeksi. Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dalam dunia kebidanan.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi?
2. Apa tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi?
3. Macam-macam sterilisasi?
4. Macam-macam desinfeksi?
5. Tindakan pencegahan infeksi?
6.
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
a. Makalah ini dibuat agar mahasiswa mengerti tentang Sterilisasi dan Desinfeksi.
b. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi tentang Sterilisasi dan
Desinfeksi.
Tujuan khususu
a. Untuk mengetahui pengertian sterilisasi dan desinfeksi
b.   Untuk mengetahui macam-macam sterilisasi dan desinfeksi
c.   Untuk mengetahui sterilisasi dengan cara mekanik, fisik, dan kimia
d.   Untuk mengetahui tujuan sterilisasi dan desinfeksi
e.   Untuk mengetahui tindakan untuk pencegahan infeksi

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi


2.1.1 Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan,media, dan lain-
lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun
yang apatogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari
semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaanaseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
miroorganisme dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Steralisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, steralisasi gas (Formalin H2 O2), dan radiasi
ionnisasi.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam steralisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril.
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

2.1.2 Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia
atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan
membunuh mikroorganisme pathogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan
tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Antiseptik adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme
pada jaringan hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula
digunakan sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya. Sebelum
dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris organik dan
bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfeksi.
Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga
untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya.
Disinfeksi berhubungan erat dengan sanitasi. Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam
pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan
kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia Pada proses sanitasi, populasi mikroorganisme direduksi
sampai mencapai level atau tingkatan yang dianggap aman oleh standar kesehatan
masyarakat. Agen sanitasi disebut sanitizer. Contoh sanitizer yang digunakan adalah sanitizer
untuk membersihkan peralatan makan di restoran
Disinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati. Disinfektan
dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok mikroorganisme,
disinfektan tingkat tinggi dapat membunuh virus seperti virus influenza dan herpes, tetapi
tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis Batau M. tuberculosis.
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan,
umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut memiliki
efektifitas tingkat menengah bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk waktu 10 menit.
Kriteria desinfeksi yang ideal:
a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban.
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h. Larutan stabil
i. Mudah digunakan dan ekonomis.

2.2 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi


Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah :
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Mencegah makanan menjadi rusak
3. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4.  Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam melakukan biakan murni.

2.3 Macam-Macam Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan
kimiawi:
2.3.1 Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron)
sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
yang peka panas, misal nya larutan enzim danantibiotik. Cara kerja dari sterilisasi ini berbeda
dari metode lainnya karena sterilisasi ini menghilangkan  mikroorganisme melalui
penyaringan dan tidak menghancurkan mikroorganisme tersebut. Penghilangan
mikroorganisme secara fisik melalui penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang tidak
membiarkan mikroorganisme untuk dapat melaluinya.
Cara sterilisasi ini untuk produk berupa cairan yang dapat disaring atau bahan yang
tidak tahan terhadap panas dan tidak dapat disterilkan dengan cara sterilisasi lain. Teknologi
tinggi membran filtrasi meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi, khusunya jika digunakan
berpasangan dengan sistem proses aseptik.
Keefektifan sterilisasi filtrasi dapat merupakan fungsi magnitude dari beban
mikroorganisme, selama tersumbat pada penyaring dapt terjadi pada konsentrasi yang tinggi
dari mikroorganisme. Tekanan, laju aliran, dan karakteristik dari peenyaring adalah
parameter yang harus dikontrol untuk mencapai sterilisasi pada produk yang dapat diprediksi
dan reproduksibel. Ukuran nominal pori penyaring 0,2 μm atau kurang dan penyaring dibuat
dari berbagai jenis bahan seperti selulosa asetat, selulosa nitrat, florokarbonat, polimer
akrilik, polikarbonat, poliester, polivinil klorida, vinil, nilon, politef, dan berbagai tipe bahan
lain termasuk memban logam.
Ada beberapa macam cara penyaringan salah satu nya yaitu dengan menggunakan
penyaringan (filtrasi) membran. Prinsip tekhnik filtrasi membran ini adalah dengan
menyaring cairan sampel melewati saringan yang sangat tipis dan yang terbuat dari bahan
sejenis selulosa.
Membran ini memiliki pori-pori berukuran mikroskopis dengan diameter lebih kecil
daripada ukuran sel mikroba pada umumnya. Jadi selama proses penyaringan berlangsung,
sel-sel yang terdapat pada sempel akan terjebak dari peralatan filtrasi kedalam cawan petri
berisi media. Kertas membran ini bersifat solid sehingga dapat menahan sel yang terjebak
tetap pada posisinya dan kemudian dapat berkembang tanpa bercampur dengan sel lain yang
ikut terjebak juga. Nutrisi yang terdapat pada media akan berdifusi dan terserap kedalam
kertas membrane sehingga sel-sel yang tersebar acak dan kasat mata itu dapat tumbuh
menjadi koloni yang dapat dihitung dengan mata telanjang setelah melewati masa waktu
inkubasi tertentu.
Bentuk, warna dan sifat lain dari masing-masing koloni tergantung kepada jenis
mikroba yang berada pada kertas membran.

2.3.2 Sterilisasi secara fisik


Dapat dilakukan dengan pemanasan dan penyinaran :
A.Pemanasan
1.Pemanasan Kering
a. Flaming (Flambir)
Flaming diterapkan terhadap skalpel, jarum, mulut tabung biakan, kaca objek dan kaca
penutup. Benda-benda ini dijilatkan pada api bunsen, tanpa membiarkan memijar. Dapat
juga diulakukan dengan mencelupkannya kedalam spirtus bakar, kemudian dibakar,
tetapi cara ini tidak menghasilkan suhu yang cukup tinggi untuk sterilisasi. Cara ini
diterapkan terhadap permukaan baskom dan mortir.
b. Pembakaran
Membakar alat pada api secara langsung dengan bunser burner, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas penggunaanya
c. Udara Panas.
Sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat
yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu relatif lama sekitar
1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan waktu dan suhu yang digunakan, apabila waktu
dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasi pun tidak akan bisa dicapai
secara sempurna.
Pemanasan dengan udara panas dugunakan untuk sterilisasi alat-alat laboratorium dari
gelas misalnya : petri, tabung gelas, botol pipet dll, juga untuk bahan-bahan minyak dan
powder misalnya talk. Bahan dari karet, kain, kapas dan kasa tidak dapat ditserilkan dengan
cara ini.
Setelah dicuci alat-alat yang akan disterilkan dikeringkan dan dibungkus dengan kertas tahan
panas, kemudian dimasukkan dalam oven dan dipanaskan pada temperatur antara 150 -
170ºC, selama kurang lebih 90 – 120 menit. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa di
antara bahan yang disterilisasi harus terdapat jarak yang cukup, untuk menjamin agar
pergerakan udara tidak terhambat.

2.Secara Panas Basah


a. Merebus (boiling)
Teknik disinfeksi termurah, waktu 15 menit setelah air mendidih, beberapa bakteri tidak
terbunuh dengan teknik ini contohnyaClostridium perfingens dan Cl. Botulinum. Missal
Pisau operasi, Gunting, Pinset, Kocher, Korentan.
Persiapan:
1. Peralatan yang akan dibersihkan
2. Tempat pencucuian dengan air yang mengilir atau baskom berisi air bersih.
3. Sabun cuci
4. Sikat halus
5. Bengkok (nierbekken)
6. Lap kering
7. Larutan desinfektan
8. Kain kasa
9. Stalisator dalam keadaan siap pakai.
Pelaksanaan:
Peralatan yang sudah dipergunakan, dibilas air (sebaiknya dibawah air mengalir) untuk
menghilangkan kotoran yang melekat, kemudian direndam didalam larutan desinfektan
sekurang-kurangnya dua jam. Khusus peralatan yang telah dipergunakan pada pasien
berpenyakit menular, harus direndam sekurang-kurangnya 24 jam.
Peralatan disabuni satuper satu, kemudian dibilas. Selanjutnya disterilkan dengan cara
merebus didalam sterilisator yang telah diisi air secukupnya, dimasak sampai mendidih.
Setelah air mendidih kurangnya 15 menit baru diangkat. Peralatan yang telah disterilkan,
diangkat atau dipindahkan dengan korentang steril ketempat penyiumpanan yang steril.
b. Dengan uap air panas
Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan penangas air yang bagiannya diberi
lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian alat yang akan disterilkan. Lamanya
sterilisasi adalah 30 menit, cara ini tidak bisa digunakan untuk spora tetapi untuk bentuk
vegetatif.
c. Uap air panas bertekanan
Menggunalkan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan tekanan 15 lbs, apabila sedang
bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui autoklaf berfungsi dengan baik
digunakan Bacillus stearothermophilus. Bila media yang telah
distrerilkan, diinkubasiselama 7 hari berturut-turut apabila selama 7 hari. Media keruh
makaotoklaf rusak Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, keterkaitan antara
suhu dan tekanan dalam autoklaf. 
Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan ini adalah mengatur tekanan dalam autoklav,
maka dapat dicapai panas yang diinginkan. Cara ini dipakai untuk sterilisasi media yang
tahan terhadap pemanasan tinggi. Sterilisasi biasanya dijalankan dengan menggunakan
panas 120ºC selama 10 – 70 menit tergantung kebutuhan. Hal yang perlu diperhatikan
bila mengerjakan sterilisasi dengan menggunakan autoklaf :
1. Harus ditunggu selama bekerja
2. Hati-hati bila mengurangi tekanan dalam autoklav (perubahann temperatur dan tekanan
secara mendadak dapat menyebabkan cairan yang disterilkan meletus dan gelas-gelas
dapat pecah).
Pada sterilisasi dengan pemanasan kering, bakteri akan mengalami proses oksidasi putih
telur, sedang dengan sterilisasi panas basah, akan mengakibatkan terjadinya koagulasi
putih telur bakteri. Dalam keadaan lembab jauh lebih cepat menerima panas daripada
keadaan kering sehingga sterilisasi basah lebih cepat dibanding oksidasi).
d. Pasteurisasi
Digunakan untuk mensterilkan susu dan minuman beralkohol. Panas yang digunakan 61,7ºC
selama 30 menit. Pertama dilakukan oleh Pasteur. Membunuh kuman: tbc, brucella,
Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman yang berasal dari
sapi/pemerah). Digunakan untuk peralatan terapi pernapasan.
e.Tyndalisasi
Dilakukan pemanasan basah pada suhu 800C selama 30 menit yang dilakukan selama 3 hari
berturut-turut. Caranya : Hari 1 dilakukan sterilisasi dengan uap air selama 30 menit pada
1000C. Kemudian dimasukkan inkubator selama 24 jam. Hari 2  dilakukan pemanasan dan
inkubasi lagi, begitu jug hari ke 3.

B. Radiasi
1. Penyinaran dengan sinar UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari
lampu UV Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.
Panjang gelombang yang paling efektif untuk membunuh bakteri adalah 240-280 nm.
Pada panjang gelombang 260 nm merupakan panjang gelombang yang maksimum diabsorbsi
oleh DNA bakteri. Tidak dapat digunkan untuk material tertutup dan endospora. Digunakan
untuk sterilisasi udara, ruangan perawatan, dan ruang operasi. Kontak yang lama dengan UV
dapat merusak mata, luka bakar dan kanker kulit.
Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
a. Memiliki daya antimikrobial sangat kuat
b. Absorbsi asam Nukleat
c. Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
d. Penetrasi lemah kelemahan

2. Sinar ion bersifat hiperaktif


Sering digunakan pada sinar Gamma, daya kerjanya sterilisasi bahan makanan, terutama
bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan  Bahan disposable: alat
suntikan cawan petri dapat disterilkan dengan teknik ini. Sterilisasi dengan sinar gamma
disebut juga “sterilisasi dingin”.
Penggunaan teknik ini radiasi gamma dari kobalt-60, lebih kuat daya tembusnya
dibandingkan dengan sinar UV dan tidak dilakukan dalam laboratorium. Metode sterilisasi ini
ditujukan untuk merusak asam nukleat mikroorganisme dan digunakan untuk bahan-bahan
yang tidak dapat disterilisasi menggunakan panas, contohnya bahan plastik sekali pakai
(disposable plasticware), antibiotik, hormon, dan jarum suntik.

2.3.3 Sterilisasi dengan Cara Kimia


a. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
1. Rongga (space)
2. Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
3. Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
4. Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
5. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah
menguap
6. Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan
b.Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia
1. Jenis bahan yang digunakan.
2. Konsentrasi bahan kimia
3. Sifat Kuman
4. pH
5. Suhu
2.4  Macam-macam Desinfeksi
Macam-macam desinfektan yang digunakan :
1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol
yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan, namun tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan
oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.

2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi,
baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan,
diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan
akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa,
operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan
glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus
akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam

3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan control plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen
digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air
digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan
sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun
Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada
hidroksiapatit dan salivary mucus.

4. Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh
bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).

5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak olm bneh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh
oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium

6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai
desinfektan (misalnya Dettol).

Macam-Macam Desinfektan Dan Antiseptik dari sumber lain :


a. Garam Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil
saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali ditunjukkan
dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itu mudah merusak kulit, makan
alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahal harganya. Meskipun demikian, orang
masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat) sebagai desinfektan. Hanya untuk
tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom, metafen atau mertiolat.
b. Zat Perwarna

Zat perwarna tertentu untuk pewarnaan bakteri mempunyai daya bakteriostatis. Daya
kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram positif, walaupun beberapa khamir dan
jamur telah dihambat atau dimatikan, bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut.
Diperkirakan zat pewarna itu berkombinasi dengan protein atau mengganggu mekanisme
reproduksi sel. Selain violet Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang
digunakan sebagai bakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.

c. Klor dan senyawa klor

Klor banyak digunakan untuk sterilisasi air minum. persenyawaan klor dengan kapur
atau dengan natrium merupakan desinfektan yang banyak dipakai untuk mencuci alat-alat
makan dan minum.

d. Fenol dan senyawa-senyawa lain yang sejenis

Larutan fenol 2 – 4% berguna sebagai desinfektan. Kresol atau kreolin lebih baik
khasiatnya daripada fenol. Lisol ialah desinfektan yang berupa campuran sabun dengan
kresol; lisol lebih banyak digunakan daripada desinfektan-desinfektan yang lain. Karbol ialah
nama lain untuk fenol. Seringkali orang mencampurkan bau-bauan yang sedap, sehingga
desinfektan menjadi menarik.

2.5 TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI


a. Cuci tangan
Cuci tangan merupakan prosedur paling penting dari pencegahan penyebaran infeksi
yang meyebabkan menyebarnya mikroorganisme.
b. Memakai sarung tangan dan perlengkapan pelindung diri
 Sarung tangan/ handscoon
Pakailah sarung tangan sebelum menyentuh sesuatu yang basah (kulit tak utuh,
selaput mukosa, darah atau cairan tubuh lainnya), peralatan, atau sampah yang
terkontaminasi.Jika sarung tangan diperlukan ganti sarung tangan untuk setiap pasien
untuk menghindari kontaminasi silang atau gunakan sarung tangan yang berbeda
untuk situasi berbeda.
Gunakan sarung tangan steril/ DTT untuk prosedur yang mengakibatkan kontak
dengan jaringan dibawah kulit (persalinan, heating, pengambilan darah).
 Alat pelindung diri
1. Kaca mata pelindung/ google
2. Penutup kepala
3. Masker wajah
4. Sepatu boot atau sepatu tertutup
5. Celemek/ barack short
c. Menggunakan teknik asepsis atau aseptic
 Antisepsis adalah tindakan yang dilakukan untuk mencegah infeksi dengan cara.
membunuh atau mengurangi mikroorganisme pada jaringan tubuh atau kulit,
karena kulit dan mukosa tidak dapat disterilkan maka penggunaan antiseptik akan
sangat mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminasi luka
terbuka dan penyebab infeksi. Cuci tangan secara teratur diantara kontak dengan
setiap pasien ,membantu untuk menghilangkan sebagian besar mikroorganisme
pada kulit.
 Antiseptik merupakan larutan yang digunakan pada kulit atau jaringan yang tidak
mampu menahan konsentrasi bahan aktif yang terlarut dalam larutan
disinfeksi.Sedangkan larutan disinfeksi dipakai juga untuk mendekontaminasi
peralatan atau instrument yang digunakan dalam prosedur bedah.
d. Memproses alat bekas pakai
Tiga proses pokok yang direkomendasi untuk proses peralatan dan benda-benda lain dalam
upaya pencegahan infeksi adalah:
A. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah langkah penting pertama untuk menangani peralatan,
perlengkapan, sarung tangan dan benda-benda lain yang terkontaminasi. Dekontaminasi
membuat benda-benda lebih aman untuk ditangani dan dibersihkan oleh petugas. Untuk
perlindungan lebih jauh pakai sarung tangan karet yang tebal atau sarung tangan rumah
tangga yang terbuat dari bahan lateks jika akan menangani peralatan bekas pakai atau kotor
segera setelah digunakan,masukkan benda-benda yang terkontaminasi ke dalam larutan klorin
0,5% 10 menit. Selama prosedur ini dengan cepat memastikan virus hepatitis B dan HIV.
Pastikan bahwa benda yang terkontaminasi terendam seluruhnya oleh larutan klorin. Daya
kerja larutan klorin, cepat mengalami sehingga harus diganti paling sedikit setiap 24 jam atau
lebih cepat terlihat kotor atau steril. Tujuan dari dekontaminasi :
 Untuk mencegah penyebaran infeksi melalui alat atau suatu permukaan benda
 Mematikan mikroorganisme dan kotoran lain yang tidak tampak
 Mempersiapkan permukaan alat untuk kontak langsung dengan desinfektan atau
bahan sterilisasi
 Melindungi petugas kesehatan dari bahaya  infeksi
Dekontaminasi dapat dilakukan dengan  : Larutan klorin 0,5 %-0,1 %,   Etil 70 %, bahan
fenolik atau karbol 0,5 % - 3 %.
Langkah dekontaminasi :
 Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya dengan larutan
desifektan (klorin 0,5 %) selama 10 menit
 Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk
menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh.
 Jarum habis pakai da semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untuk dikubur.
 Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi maka selanjutnya di proses
dengan aman untuk dilakukan pencucian.
B. Cuci dan bilas
Pencucian adalah cara paling efektif untuk menghilangkan sebagian besar
mikroorganisme pada peralatan / perlengkapan yang kotor atau yang sudah digunakan. Baik
sterilisasi maupun disinfeksi tingkat tinggi menjadi kurang efektif tanpa proses pencucian
sebelumnya. Sebagian besar (hingga 80%) mikroorganisme yang terdapat dalam darah dan
bahan-bahan organik lainnya bisa dihilangkan melalui proses pencucian. Jika perlengkapan
untuk proses sterilisasi tidak tersedia, pencucian secara seksama merupakan proses fisik satu-
satunya untuk menghilangkan sejumlah endospora bakteri.
C. Desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi
Proses DTT membunuh semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakterial.
DTT dapat diperoleh dengan merebus dalam air mendidih, mengukus (dengan uap panas),
atau merendam alat dalam disinfektan kimiawi. Desinfeksi Tingkat Tinggi dengan Perebusan
atau Pengukusan suhu tertinggi yang dapat dicapai oleh air mendidih atau uap tekanan rendah
adalah 100 °C pada permukaan laut. Sebaiknya merebus atau mengukus alat untuk DTT
sekurang-kurangnya 20 menit.
Menangani peralatan tajam dengan aman

Untuk menangani peralatan tajam, perlu diperhatikan pedoman berikut ini:

 Letakkan benda-benda tajam di atas baki steril atau disinfeksi tingkat tinggi atau dengan
manggunakan “daerah aman“ yang sudah ditentukan (daerah khusus untuk meletakkan
dan mengambil peralatan tajam).
 Jika benda-benda tajam tidak bisa di buang secara aman dengan cara insinerasi, bilas tiga
kali dengan larutan klorin 0,5% (dekontaminasi), tutup kembali menggunakan teknik satu
tangan dan kemudian dikubur.

Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan (termasuk pengelola sampah secara benar).

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mengatur kebersihan dan kerapian:

 Segera bersihkan percikan darah dengan menuangkan larutan klorin 0,5% pada percikan
tersebut kemudian seka dengan air.
 Setiap selesai menggunakan tempat tidur, meja dan troli segera seka permukaan dan
bagian-bagian peralatan tersebut dengan kain yang dibasahi klorin 0,5% dan deterjen.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua
bentuk kehidupan.Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan
bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalam membunuh mikroorganisme patogen.
2. Tujuan sterilisasi yaitu : Mencegah terjadinya infeksi, mencegah makanan menjadi
rusak, mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri, mencegah kontaminasi
terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.
3. Macam-macam sterilisasi yaitu : Sterilisasi secara mekanik (filtrasi), Sterilisasi secara fisik,
dan Sterilisasi dengan Cara Kimia.
4. Desinfektan yang biasa digunakan yaitu : Garam Logam Berat, zat pewarna, klor dan
senyawa klor, fenol dan senyawa lain yang sejenis, kresol, alcohol, formaldehida, etilen
oksida, hydrogen peroksida, betapropiolakton, senyawa amonium kuaterner, sabun dan
detergen, sulfonamida, dan antibiotic.
5. Tindakan pencegahan infeksi yaitu dengan cara : Cuci tangan, memakai sarung tangan dan
perlengkapan pelindung diri, memproses alat bekas pakai, menggunakan teknik asepsis atau
aseptic

3.2 Saran

Tiada kesempurnaan di dunia ini, penyusun sangat mengharapkan saran dari makalah
ini, tujuannya hanya demi kesempurnaan. Semoga makalah ‘’Sterilisasi dan Desinfeksi’’ ini,
pembaca mendapatkan pengetahuan baru dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai