Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan berupaya untuk mencegah


resiko terjadinya infeksi bagi pasien dan petugas rumah sakit. Salah satu indicator
keberhasilan dalam pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di
rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama perawatan atau
pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya (Endarini, 2006).
Sterilisasi merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dan pengendalian
infeksi di rumah sakit (Darmadi, 2008). Central Sterile Supply Departement (CSSD)
merupakan salah satu unit pelayanan penunjang medic di rumah sakit yang menghasilkan
produk steril (dapat berupa linen, instrument medic pakai ulang, sarung tangan, dan bahan
habis pakai). Upaya menghasilkan produk yang steril bertujuan untuk membantu
meningkatkan kualitas pelayanan pasien dan mencegah dampak merugikan bagi pasien
(Anonim, 2006).
Sebelum proses sterilisasi, instrument pakai ulang akan melewati berbagai tahap di
antaranya berupa pengumpulan, pencucian, pengeringan, pemilihan, pengemasan, dan
sterilisasi. Setelah proses sterilisasi selesai, instrument pakai ulang sebelum digunakan
disimpan terlebih dahulu pada ruang penyimpanan dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Penyimpanan dilakukan pada ruang dengan kelembaban antra 35-75%, suhu antara 18-22
derajat Celsius, serta bertekanan positif sehingga mengalir keluar dari almari penyimpanan
(Anonim, 2001).
Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam sterilisasi sangat diutamakan baik
alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila
alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetative maupun spora.
Secara umum, sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya
mikroba dalam suatu wadah ataupun peralatan kesehatan. Ada tiga cara utama yang umum
digunakan dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, penggunaan bahan kimia, dan
penyaringan (filtrasi).

1
B. RUMUSAN MASALAH

a) Bagaimana pengertian dan tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi?


b) Terdapat berapa jenis Sterilisasi dan Desinfeksi?
c) Bagaimana cara Sterilisasi dan Desinfeksi?
d) Bagaimana syarat Sterilisasi dan Desinfeksi?
e) Bagaimana aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia keperawatan?

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum

a) Untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme pathogen


termasuk spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan
perawatan yang dipakai.
b) Demi keamanan dan kenyamanan bagi pihak tenaga kesehatan maupun pasien
pada penggunaan alat kesehatan selama proses tindakan medis agar tidak terjadi
infeksi atau penularan bakteri, virus, kuman yang tertinggal dari penggunaan
alat kesehatan sebelumnya.

b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui apa itu sterilisasi
b) Agar dapat mengetahui tujuan dari sterilisasi
c) Untuk mengetahui syarat syarat mensterilkan alat kesehatan
d) Untuk mengetahui hal – hal apa saja yang diperhatikan dalam sterilisasi
e) Untuk mengetahui alat alat kesehatan apa saja yang dapat disterilkan
f) Agar dapat mengetahui langkah langkah dalam melakukan sterilisasi alat
kesehatan
g) Agar mengetahui metode dari sterilisasi
h) Untuk mengetahui pelaksanaan cara sterilisasi alat alat kesehatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi


1. Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses penghilangan semua jenis organisme hidup, dalam hal ini
adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang terdapat
dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik
dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Sterilisasi di
desain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target suatu metode
inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganisme yaitu tergantung dari asam
nukleat, protein atau membran mikroorganisme tersebut. Agen kimia untuk sterilisasi
disebut sterilant (Pratiwi, 2006)

Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan


mikroba, termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa
pemanasan, pemberian zat kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner,
2006).

Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211oC
selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri
patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metode sterilisasi
yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack
(Yuyun dan Gunaisa, 2011)

Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode


memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi
adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang
dipilih sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan
metodenya, harus tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi
peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali saat

3
penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi,
2008).

Sterilisasi adalah penghancuran atau pemusnahan seluruh mikroorganisme,


termasuk spora. Penguapan dengan tekanan, gas etilen oksida (ETO), dan kimia
merupakan agens sterilisasi yang paling umum (Potter & Perry, 1999)

Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi diantaranya :


a) Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih dan masih berfungsi
b) Peralatan yang akan di sterilisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis peralatan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.
c) Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril
d) Tidak boleh menambah alat dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai
e) Memindahkan alat steril ketempatnya dengan korentang steril
f) Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila dibuka
harus dilakukan sterilisasi ulang. (Endarini, S., 2006)

2. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen (Melnick, 2010).

Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan


kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan
jalan membunuh mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi
permukaan tubuh dapat digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik. Antiseptik
adalah zat yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroorganisme pada jaringan
hidup, sedang desinfeksi digunakan pada benda mati. Desinfektan dapat pula digunakan
sebagai antiseptik atau sebaliknya tergantung dari toksisitasnya.

Sebelum dilakukan desinfeksi, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari


debris organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses
4
desinfeksi. Desinfektan dapat membunuh mikroorganisme patogen pada benda mati.
Disinfektan dibedakan menurut kemampuannya membunuh beberapa kelompok
mikroorganisme, disinfektan "tingkat tinggi" dapat membunuh virus seperti virus
influenza dan herpes, tetapi tidak dapat membunuh virus polio, hepatitis B atau M.
tuberculosis.

Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan,
umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut
memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.

Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah:


a. Mencegah terjadinya infeksi
b. Mencegah makanan menjadi rusak
c. Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
d. Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam melakukan
biakan murni

5
B. Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan
suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi
memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun
sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman
penyebab penyakit.

C. Macam-Macam Sterilisasi dan Desinfeksi


Macam-Macam Sterilisasi
Menurut Ester (2008), macam-macam sterilisasi adalah sebagai berikut :
a. Sterilisasi dengan pemanasan kering
1) Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,
namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda
dari logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.
2) Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini
memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi
pemanasan basah. Adapun alat yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu
benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk, talk, vaselin, dan kaca.

6
b. Sterilisasi dengan pemanasan basah
1) Dimasak dalam air biasa
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan
tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh
spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
2) Dengan uap air
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dan
dang/panci dengan pemanas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar
uap air dapat mengalir pada bagian alat yang akan disterilkan. Waktu yang
digunakan untuk sterilisasi adalah 30 menit.
3) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan
dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.

c. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia.


Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara
ini dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak
bisa dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane,
Cidex.

d. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet


Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet biasanya digunakan di tempat-tempat khusus.
Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi, dan ditempat yang udaranya harus steril.
Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air sterilization) yang memakai
radiasi ultraviolet.

7
e. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara
disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Sterilisasi dengan penyaringan
dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas, atau
mudah menguap (volatile) dan bahan yang tidak tahan panas, misalnya larutan
enzim dan antibiotik. Dengan menggunakan metode ini virus tidak dapat tersaring.

Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi:

1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses
ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotic
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
a. Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung
contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
penggunaanya.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu
relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan waktu dan suhu yang
digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun
tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. Teknik disinfeksi
termurah waktu 15 menit setelah air mendidih. Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan
teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan
tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui
autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus. Bila media
yang telah distrerilkan diinkubasi selama 7 hari berturut-turut.
Apabila selama 7 hari:
a) Media keruh maka otoklaf rusak

8
b) Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan
tekanan dalam autoklaf

b. Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman:
tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman
yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit

c. Penyinaran dengan sinar UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:

1) Memiliki daya antimikrobial sangat kuat


2) Daya kerja absorbsi as. Nukleat
3) Panjang gelombang: 220-290 nm paling efektif 253,7 nm
4) Kelemahan penetrasi lemah

d. Sinar Gamma
Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif. Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan. Bahan
disposable: alat suntikan cawan petri dapat distrerilkan dengan teknik ini. Sterilisasi
dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”

3. Sterilisasi dengan Cara Kimia


Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia:
a) Rongga (space)
b) Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
c) Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
d) Pengenceran harus sesuai dengan anjuran

9
e) Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap
f) Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan

Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia:

a) Jenis bahan yang digunakan


b) Konsentrasi bahan kimia
c) Sifat Kuman
d) pH
e) Suhu

Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi:

a) Alkohol
1. Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi
2. Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak & enzim tidak aktif
b) Halogen
1. Mengoksidasi protein kuman
c) Yodium
1. Konsentrasi yang tepat tidak mengganggu kulit
2. Efektif terhadap berbagai protozoa
d) Klorin
1. Memiliki warna khas dan bau tajam
2. Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
e) Fenol (as. Karbol)
1. Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan
permukaan
2. Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
f) Peroksida (H2O2)
1. Efektif dan nontoksid
2. Molekulnya tidak stabil
3. Menginaktif enzim mikroba

10
g) Gas Etilen Oksida
Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik

Macam-macam Desinfeksi

Menurut Tambayong (2009), macam-macam desinfeksi antara lain :

1. Aseptik /Asepsis
Merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area
tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesehatan dapat aman digunakan.
2. Antisepsis
Merupakan proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik).
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Merupakan proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau menggunakan
desinfektan kimia.

Macam-macam desinfektan yang digunakan:


1. Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol
yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk
mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk
mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2. Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat
disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang
dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat

11
mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif
seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang
spora baru alan mati setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada
detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada
larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih
tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri
Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh
absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan
oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat
dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas
sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

D. Syarat Sterilisasi dan Desinfeksi


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a. Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b. Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan sterilisasi.

12
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

Kriteria desinfeksi yang ideal:

a. Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g. Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h. Larutan stabil
i. Mudah digunakan dan sekonomis
j. Aktivitas berspektrum luas

E. Cara Sterilisasi dan Desinfeksi


Cara Sterilisasi

Sterilisasi dilakukan dalam 4 tahap :

1. Pembersihan sebelum sterilisasi.


2. Pembungkusan.
3. Proses sterilisasi.
4. Penyimpanan yang aseptik.
Cara desinfeksi
1. Desinfeksi tingkat tinggi: Membunuh semua organisme dengan perkecualian spora
bakteri.

13
a. DTT dengan merebus
1) mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih.
2) Merebus 20 dalam panci tertutup
3) Seluruh alat harus terendam
4) Jangan mennambah alat apapun ke air mendidih.
5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan kering yang telah
di DTT maksimal 1 minggu.
b. DTT dengan mengukus.
1) Selalu kukus 20 dalam kukusan.
2) Kecilkan api hingga air tetap mendidih.
3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap.
4) Jangan pakei lebih dari3 panci uap.
5) Keringkan dalam kontainer DTT.
c. DTT dengan kimia
1) Desinfektan kimia untuk DTT (klorin 0,1%,formaldehid 8%,Glutaraldehid 2%)
2) Langkah-langkah DTT kimia:
a. Dekontaminasi cuci+bilas keringkan
b. Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20.
c. Bilas dengan air yang telah direbus dan di keringkan di udara
d. Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dantelah di DTT.

2. Definisi tingkat sedang: Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
3. Desinfeksi tingkat rendah: Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan
beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikrorganisme yang resisten seperti
basil tuberkel dan spora bakteri.

F. Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksasi dalam keseharian dunia Keperawatan


Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk
kehidupan mikroba yang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara

14
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
a. Mengisap jalan napas pasien
b. Memasukkan kateter urinarius
c. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin
atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steril dikemas. Banyak rumah sakit mempunyai
pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta
desterilkan. Hasil proses ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual
dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker,
tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta
mensterilkan peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi
silang.

1. Sanitasi lingkungan rumah sakit


Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh
mikrobe dari permukaan. Untuk mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk
mengurangi pencemaran, dilakukan pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-
waktu dari permukaan. Pinggan-pinggan petri yang menunjukan adanya pertumbuhan
mikrobe sebelum dan sesudah pembersihan merupakan alat pengajar yang meyakinkan
untuk melatih para petugas yang baru.
Pengurangan kontaminasi oleh mikroba paling baik dicapai dengan kombinasi
pergeseran dan penggosokan, serta air dan deterjen. Ini sudah cukup, kecuali bila
spencemrannya hebat, maka perlu digunakan desinfektan. Agar efektif, desinfektan
digunakan dalam konsentrasi yang cukup selama waktu tertentu. Penggunaan
desinfektan, misalnya, membantu menjaga air untuk mengepel agar tidak tercemar.
Kain pel harus di cuci dan di keringkan baik-baik setiap hari untuk mengurangi
pencemaran. Seember larutan dan kain pel basah sering kali di gunakan untuk

15
membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai
seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah
dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah
dicapai.

2. Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku
universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status
infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi
menularkan berbagai penyakit.
a. Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau
yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
a) Gown/barakschort
b) Masker
c) Sarung Tangan
d) Kaca mata pelindung/goggles

3. Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah


Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak
berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai
menjadi arang.
a. Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
Desinfekatan :
1) Aseptik/Asepsis

16
a) Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun
yg sering menyebabkan infeksi.
b) Tujuannya: Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman
digunakan.
2) Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora
bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan
desinfektan kimia

Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg
dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan
tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
 Pemprosesan Alat
a.Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan dari
tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.

b.Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh
lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi
resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci

17
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
c.Sterilisasi/DTT

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesterilan peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali
saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. Sebelum
melakukan proses sterilisasi terlebih dahulu sebaiknya dilakukan langkah-langkah seperti
dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk
proses sterilisasi diantaranya metode fisika, kimia dan mekanik. Selain menjaga kesterilan alat-
alat medis tersebut, sangat penting juga petugas kesehatan meggunakan alat pelindung diri
ketika akan melakukan tindakan kesehatan karena itu adalah kepentingan pasien maupun
petugas itu sendiri. Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan, masker,
respirator, goggles, kap, gaun bedah, jas bedah, dan lain-lain.

B. Saran
1. Petugas kesehatan perlu menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan untuk menangani
pasien karena itu bisa mempengaruhi kesehatan pasien.
2. Dalam melakukan tindakan, hendaknya petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri
karena akan berfungsi melindungi baik diri petugas sendiri juga diri pasien.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2006, Materi Pelatihan Pelayanan Sentral Sterilisasi Alkes Di Rumah Sakit,
Seminar CSSD, Yogyakarta
Ester, Monica. 2008. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Anonim, 2001, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Jakarta
Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba

20

Anda mungkin juga menyukai