PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui apa itu sterilisasi
b) Agar dapat mengetahui tujuan dari sterilisasi
c) Untuk mengetahui syarat syarat mensterilkan alat kesehatan
d) Untuk mengetahui hal – hal apa saja yang diperhatikan dalam sterilisasi
e) Untuk mengetahui alat alat kesehatan apa saja yang dapat disterilkan
f) Agar dapat mengetahui langkah langkah dalam melakukan sterilisasi alat
kesehatan
g) Agar mengetahui metode dari sterilisasi
h) Untuk mengetahui pelaksanaan cara sterilisasi alat alat kesehatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 211oC
selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri
patogen dan spora bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metode sterilisasi
yang paling umum dilakukan adalah menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack
(Yuyun dan Gunaisa, 2011)
3
penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi,
2008).
2. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan
kimia atau secara fisik yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya
infeksi dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen (Melnick, 2010).
Untuk mendesinfeksi permukaan dapat dipakai salah satu dari tiga desinfektan
seperti iodophor, derifat fenol atau sodium hipokrit. Untuk mendesinfeksi permukaan,
umumnya dapat dipakai satu dari tiga desinfektan diatas. Tiap desinfektan tersebut
memiliki efektifitas "tingkat menengah" bila permukaan tersebut dibiarkan basah untuk
waktu 10 menit.
5
B. Perbedaan Sterilisasi dan Desinfeksi
Sterilisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan
lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen
maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan
suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit
dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi
dengan jalan membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi
memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama. Namun
sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman
penyebab penyakit.
6
b. Sterilisasi dengan pemanasan basah
1) Dimasak dalam air biasa
Suhu tertinggi 100 ºC, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan
tetapi bentuk yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh
spora maka dapat ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
2) Dengan uap air
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dan
dang/panci dengan pemanas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar
uap air dapat mengalir pada bagian alat yang akan disterilkan. Waktu yang
digunakan untuk sterilisasi adalah 30 menit.
3) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan
dalam setiap rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
7
e. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara
disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Sterilisasi dengan penyaringan
dilakukan untuk mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena panas, atau
mudah menguap (volatile) dan bahan yang tidak tahan panas, misalnya larutan
enzim dan antibiotik. Dengan menggunakan metode ini virus tidak dapat tersaring.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi:
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses
ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotic
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
a. Pemanasan
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung
contoh alat: jarum inokulum, pinset, batang L, dll. 100 % efektif namun terbatas
penggunaanya.
Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. Waktu
relatif lama sekitar 1-2 jam. Kesterilan tergantung dengan waktu dan suhu yang
digunakan, apabila waktu dan suhu tidak sesuai dengan ketentuan maka sterilisasipun
tidak akan bisa dicapai secara sempurna.
Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih
tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. Teknik disinfeksi
termurah waktu 15 menit setelah air mendidih. Beberapa bakteri tidak terbunuh dengan
teknik ini: Clostridium perfingens dan Cl. botulinum
Uap air panas bertekanan : menggunakan autoklaf menggunakan suhu 121 C dan
tekanan 15 lbs, apabila sedang bekerja maka akan terjadi koagulasi. Untuk mengetahui
autoklaf berfungsi dengan baik digunakan Bacillus stearothermophilus. Bila media
yang telah distrerilkan diinkubasi selama 7 hari berturut-turut.
Apabila selama 7 hari:
a) Media keruh maka otoklaf rusak
8
b) Media jernih maka otoklaf baik, kesterilalnnya, Keterkaitan antara suhu dan
tekanan dalam autoklaf
b. Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu Membunuh kuman:
tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri (kuman
yang berasal dari sapi/pemerah) dengan Suhu 65 C/ 30 menit
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan
disinari lampu UV. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa
desinfektan antara lain alkohol. Beberapa kelebihan sterilisasi dengan cara ini:
d. Sinar Gamma
Daya kerjanya ion bersifat hiperaktif. Sering digunakan pada sterilisasi bahan makanan,
terutama bila panas menyebabkan perubahan rasa, rupa atau penampilan. Bahan
disposable: alat suntikan cawan petri dapat distrerilkan dengan teknik ini. Sterilisasi
dengan sinar gamma disebut juga “sterilisasi dingin”
9
e) Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap
f) Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan
disinfekstan
a) Alkohol
1. Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi
2. Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi membran sel rusak & enzim tidak aktif
b) Halogen
1. Mengoksidasi protein kuman
c) Yodium
1. Konsentrasi yang tepat tidak mengganggu kulit
2. Efektif terhadap berbagai protozoa
d) Klorin
1. Memiliki warna khas dan bau tajam
2. Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
e) Fenol (as. Karbol)
1. Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan
permukaan
2. Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
f) Peroksida (H2O2)
1. Efektif dan nontoksid
2. Molekulnya tidak stabil
3. Menginaktif enzim mikroba
10
g) Gas Etilen Oksida
Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik
Macam-macam Desinfeksi
1. Aseptik /Asepsis
Merupakan suatu upaya untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area
tubuh manapun yang sering menyebabkan infeksi. Tujuannya adalah untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat
kesehatan dapat aman digunakan.
2. Antisepsis
Merupakan proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik).
3. Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Merupakan proses yang menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa
endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau menggunakan
desinfektan kimia.
11
mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan
sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif
seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang
spora baru alan mati setelah 10 jam.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada
detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada
larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih
tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri
Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh
absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4. Senyawa halogen
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide. Walaupun
murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan
oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5. Fenol
Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat
yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat
virusidal dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat
dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6. Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai
antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas
sebagai desinfektan (misalnya Dettol).
12
c. Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d. Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e. Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f. Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.
13
a. DTT dengan merebus
1) mulai menghitung waktu saat air mulai mendidih.
2) Merebus 20 dalam panci tertutup
3) Seluruh alat harus terendam
4) Jangan mennambah alat apapun ke air mendidih.
5) Pakai alat sesegera mungkin atau simpan wadah tertutup dan kering yang telah
di DTT maksimal 1 minggu.
b. DTT dengan mengukus.
1) Selalu kukus 20 dalam kukusan.
2) Kecilkan api hingga air tetap mendidih.
3) Waktu dihitung mulai saat keluarnya uap.
4) Jangan pakei lebih dari3 panci uap.
5) Keringkan dalam kontainer DTT.
c. DTT dengan kimia
1) Desinfektan kimia untuk DTT (klorin 0,1%,formaldehid 8%,Glutaraldehid 2%)
2) Langkah-langkah DTT kimia:
a. Dekontaminasi cuci+bilas keringkan
b. Rendam semua alat dalam larutan desinfektan selama 20.
c. Bilas dengan air yang telah direbus dan di keringkan di udara
d. Segera dipakai atau disimpan dalam kontainer yang kering dantelah di DTT.
2. Definisi tingkat sedang: Membunuh bakteri kebanyakan jamur kecuali spora bakteri.
3. Desinfeksi tingkat rendah: Membunuh kebanyakan bakteri beberapa virus dan
beberapa jamur tetapi tidak dapat membunuh mikrorganisme yang resisten seperti
basil tuberkel dan spora bakteri.
14
merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain
sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain
menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
a. Mengisap jalan napas pasien
b. Memasukkan kateter urinarius
c. Mengganti balutan luka
Daerah steril biasanya dibatasi dengan duk steril atau lapisan tebal kertas berlilin
atau kemasan terbuka tempat bahan-bahan steril dikemas. Banyak rumah sakit mempunyai
pusat penyedian, yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta
desterilkan. Hasil proses ini dimonitor oleh laboratorium mirobiologi secara teratur.
Kecenderungan di rumah sakit untuk menggunakan alat-alat serta bahan yang dijual
dalam keadaan steril dan sekali pakai, seperti alat suntik, jarum, srung tangan dan masker,
tidak saja mengurangi waktu yang diperlukan untuk membersihkan, menyiapkan, serta
mensterilkan peralatan, tetapi juga mengurangi pemindah sebaran patogen melalui infeksi
silang.
15
membersihkan permukaan benda lain selain lantai. Bila larutan yang sam dipakai
seharian, maka dapat mengakibatkan pencemaran oleh mikrobe yang lebih parah
dibandingkan sebelum di bersihkan.
Dengan keadaan yang bersih di rumah sakit maka keadaan asepsis lebih mudah
dicapai.
2. Universal Precaution
Pengendalian infeksi untuk penyakit-penyakit yang menular malalui darah .Berlaku
universal ,tidak memandang apa atau siapa yang dirawat, tahu ataupun tidak tahu status
infeksinya. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi
menularkan berbagai penyakit.
a. Cuci Tangan
Adalah pencegahan infeksi yang paling penting Harus merupakan kebiasaan yang
mendarah daging bagi tenaga kesehatan Harus selalu dilakukan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan keperawatan walaupun memakai sarung tangan atau
yang lainya (cuci tangan tidak bisa digantikan dengan sarung tangan).
Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan
prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:
a) Gown/barakschort
b) Masker
c) Sarung Tangan
d) Kaca mata pelindung/goggles
16
a) Suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi
untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun
yg sering menyebabkan infeksi.
b) Tujuannya: Mengurangi jumlah mikroorganisem baik pada permukaan
hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman
digunakan.
2) Antisepsis
Proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau
bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
3) Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
Proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora
bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan
desinfektan kimia
Sterilisasi :
Upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg
dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi.
Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan
parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan
tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
Pemprosesan Alat
a.Dekontaminasi :
Proses yg membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan dari
tindakan ini dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman,
terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.
b.Pencucian/ bilas
Proses yg secara fisik membuang semua debu yg tampak, kotoran, darah, atau cairan tubuh
lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk mengurangi
resiko bagi mereka yg menangani objek tersebut. Prosesnya terdiri dari mencuci
17
sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan
mengeringkannya.
c.Sterilisasi/DTT
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesterilan peralatan medis perlu dijaga terus, mengingat resiko kontaminasi kembali
saat penyimpanan dan terutama pada saat akan digunakan dalam tindakan medis. Sebelum
melakukan proses sterilisasi terlebih dahulu sebaiknya dilakukan langkah-langkah seperti
dekontaminasi, pencucian dan disinfeksi. Terdapat tiga metode yang biasa digunakan untuk
proses sterilisasi diantaranya metode fisika, kimia dan mekanik. Selain menjaga kesterilan alat-
alat medis tersebut, sangat penting juga petugas kesehatan meggunakan alat pelindung diri
ketika akan melakukan tindakan kesehatan karena itu adalah kepentingan pasien maupun
petugas itu sendiri. Alat pelindung diri yang biasa digunakan adalah sarung tangan, masker,
respirator, goggles, kap, gaun bedah, jas bedah, dan lain-lain.
B. Saran
1. Petugas kesehatan perlu menjaga kesterilan alat-alat yang akan digunakan untuk menangani
pasien karena itu bisa mempengaruhi kesehatan pasien.
2. Dalam melakukan tindakan, hendaknya petugas kesehatan menggunakan alat pelindung diri
karena akan berfungsi melindungi baik diri petugas sendiri juga diri pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Materi Pelatihan Pelayanan Sentral Sterilisasi Alkes Di Rumah Sakit,
Seminar CSSD, Yogyakarta
Ester, Monica. 2008. Pedoman Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Anonim, 2001, Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) Di Rumah Sakit,
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik, Jakarta
Azis, alimul H.2006.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Salemba
20