Anda di halaman 1dari 8

PROPOSAL

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DM TIPE 2

DI RUANG PENYAKIT DALAM DI RS Z “

OLEH

RAMADHANI RISKA SUCIANTI

183110229

3B

PRODI D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan


kenaikan gula darah karena terganggunya hormon insulin yang berfungsi
sebagai hormon untuk menjaga homeostatis tubuh dengan cara penurunan
kadar gula darah (American Diabetes Association, 2017:16) dalam (Widiyoga
et al., 2020). Komplikasi yang ditimbulkan akibat dari diabetes melitus
diantaranya adalah sistem mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi
dalam sistem mikrovaskuler mencangkup retinopati diabetik, nefropati dan
neuropati diabetik (waspadji, 2006) dalam [ CITATION sup17 \l 1057 ].

Penyakit makrovaskuler merupakan komplikasi yang sering


mengakibatkan kematian. Penyakit makrovaskuler yang muncul pada
penderita diabetes melitus tipe 2 diantaranya penyakit arteri koroner, penyakit
serebrovaskuler, dan penyakit arteri perifer. Penyakit makrovaskuler
disebabkan oleh adanya aterosklerosis pada pembuluh darah besar pada
penderita diabetes melitus tipe 2. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh
darah besar ekstermitas bawah merupakan penyebab meningkatnya insiden
penyakit arteri perifer pada penderita diabetes melitus tipe 2. Dampak yang
paling umum ditimbulkan adalah timbul ulkus, gangren, dan penyembuhan
luka yang lambat akibat sirkulasi darah yang buruk pada ekstermitas (Smeltzer
& Bare, 2002) dalam [ CITATION sup17 \l 1057 ]

Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus adalah masalah pada kaki
diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah
mengalami luka, dan akan cepat berkembang menjadi ulkus kaki (Monalisa
dan Gultom, 2009). Pengontrolan gula darah merupakan cara yang dapat
dilakukan karena menurut ilmu kedokteran bahwa penderita DM tidak akan
pernah sembuh dari penyakitnya dan penyakit DM merupakan penyakit yang
dibawa seumur hidup (Pratita, 2012). Terkontrolnya kadar gula darah
tergantung pada penderita itu sendiri (Pratita, 2012). Hal ini dapat dilakukan
penderita dengan cara mematuhi peraturan pengobatan. Sedangkan
pengobatan yang bersifat non farmakologis berupa menjalankan gaya hidup
sehat seperti: mengkonsumsi makanan bergizi dan mengurangi mengkonsumsi
makanan yang mengandung lemak serta istirahat yang cukup yang dilanjutkan
dengan olahraga teratur.(Imelda, 2019) .

Menurut International Diabetes Federation Pada tahun 2017, sekitar


425 juta orang di seluruh dunia menderita DM. Jumlah terbesar orang dengan
DM yaitu berada di wilayah Pasifik Barat 159 juta dan Asia Tenggara 82 juta.
China menjadi negara dengan penderita DM terbanyak di dunia dengan 114
juta penderita, kemudian diikuti oleh India 72,9 juta, lalu Amerika serikat 30,1
juta, kemudian Brazil 12,5 juta dan Mexico 12 juta penderita. Indonesia
menduduki peringkat ke tujuh untuk penderita DM terbanyak di dunia dengan
jumlah 10,3 juta penderita (International Diabetes Federation (IDF, 2017)
dalam (Azis et al., 2020) .

Pada tahun 2015 Indonesia berdiri pada posisi ketujuh dengan jumlah
penderita sebanyak 10 juta jiwa. Jumlah penderita DM ini diperkirakan akan
meningkat pada tahun 2040, yaitu sebanyak 16,2 juta jiwa penderita, dapat
diartikan bahwa akan terjadi peningkatan penderita sebanyak 56,2% dari tahun
2015 sampai 2040. Indonesia juga merupakan negara ketiga yang jumlah
orang dengan gangguan toleransi glukosa (20-79 tahun) pada tahun 2015 yaitu
sebesar 29 juta jiwa orang (IDF, 2015) dalam (Azis et al., 2020)

Provinsi Sumatera Barat berada diurutan ke 14 dari 33 provinsi


dengan prevalensi total penderita yaitu sebanyak 1,3%. Penderita diabetes
mellitus tersebut paling banyak terjadi dalam rentang usia 56-64 tahun
dengan prevalensi sebesar 4,8%, angka ini menunjukkan bahwa Sumatera
Barat masih menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki penderita
diabetes tertinggi. Presentase tersebut seharusnya menjadi acuan bagi semua
pihak termasuk pelayanan kesehatan untuk melakukan penatalaksaan yang
tepat untuk mengurangi angka penderita diabetes terkhusus diabetes melitus
tipe 2, dimana 90% penderita diabetes yang ada di dunia merupakan diabetes
melitus tipe 2 (Kemenkes, 2014) dalam(Belakang, 2015) .

RSUP M. Djamil Padang merupakan rumah sakit rujukan untuk


wilayah Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan data yang di dapatkan dari
poliklinik penyakit dalam RSUP M. Djamil Padang, didapatkan bahwa total
jumlah penderita diabetes mellitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan dari
bulan Januari sampai bulan April yaitu 1.173 orang. Pada bulan Januari
sebanyak 272 orang, Februari 291 orang, Maret 300 orang dan April 310
orang. Dari jumlah diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah penderita diabetes
mellitus tipe 2 yang melakukan rawat jalan mengalami peningkatan setiap
bulannya dalam (Belakang, 2015)

Penyakit DM dibagi atas 2 tipe, yakni tipe dapat menyebabkan


perubahan patofisiologi pada berbagai sistem organ seperti mata, ginjal,
ekstremitas bawah. Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang
penyakit DM adalah ulkus diabetikum. Ulkus diabetikum disebabkan adanya
tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemik, neuropati dan infeksi.
Faktor risiko terjadi ulkus diabetikum pada penderita penyakit DM adalah
jenis kelamin & lama penyakit. Jenis kelamin laki-laki menjadi faktor
predominan berhubungan dengan terjadinya ulkus. Menurut Prastica dkk
pasien ulkus diabetikum yang diteliti di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang
adalah laki-laki (56,3%). Faktor resiko yang kedua yaitu lamanya durasi DM
menyebabkan keadaan hiperglikemia yang lama. Keadaan hiperglikemia yang
terus menerus menginisiasi terjadinya hiperglisolia yaitu keadaan sel yang
kebanjiran glukosa. Hiperglosia kronik akan mengubah homeostasis
biokimiawi sel tersebut yang kemudian berpotensi untuk terjadinya perubahan
dasar terbentuknya komplikasi kronik DM. Seratus pasien penyakit DM
dengan ulkus diabetikum, ditemukan 58% adalah pasien penyakit DM yang
telah menderita penyakit DM lebih dari 10 tahun. Hasil analisis regression
kepada semua pasien rawat jalan di klinik penyakit dalam Veteran Affairs,
Washington menyimpulkan bahwa rerata lama pasien penyakit DM ulkus
diabetikum sebanyak 162 orang adalah 11.40 tahun dengan RR 1.18 (95% CI)
[ CITATION Roz15 \l 1057 ].

Salah satu upaya pencegahan terjadinya luka kaki diabetik diperlukan


tindakan perawatan kaki (foot care behavior) yang sangat baik pada pasien
diabetes melitus (Sari, Haroen, & Nursiswati, 2017). Hasil penelitian
Rohmayanti dan Handayani (2017) mendapatkan empat hal penting dalam
perawatan luka yaitu pemeriksaan luka, jenis balutan modern, cara perawatan
luka, dan pengaruhnya terhadap luka. Bates-Jensen Wound digunakan untuk
pemeriksaan luka, jenis perban yang digunakan adalah hidrogel dan salep
luka, pendekatan manajemen TIME digunakan dalam perawatan luka, dan
perawatan luka mempengaruhi penurunan ukuran luka, proliferasi dan
granulasi luka [ CITATION Ang19 \l 1057 ].

Berdasarkan fenomena diatas peneliti tertarik Melakukan penelitian


tentang “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di RS Z
tahun 2020”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan peneliti maka rumusan


masalah yang didapatkan peneliti adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan
pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di RS Z pada tahun 2020”.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum penelitian adalah Mendeskripsikan “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Diabetes Melitus tipe II di RS Z pada tahun 2020”
2. Tujuan khusus
a. Mendiskripsikan Hasil Pengkajian “Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus tipe II di RS Z pada tahun 2020”
b. Mendiskripsikan Rumusan Diagnosa keperawatan pada “Pasien
Diabetes Melitus tipe II dengan di RS Z pada tahun 2020
c. Mendiskripsikan Tindakan keperawatan pada “Pasien Diabetes
Melitustipe II dengan di RS Z pada tahun 2020”
d. Mendiskripsikan Rencana “Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes
Melitus tipe II di RS Z pada tahun 2020”
e. Mendiskripsikan Evaluasi tindakan pada “Pasien Diabetes Melitus tipe
II dengan di RS Z pada tahun 2020”

D. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
Dapat Menambah Wawasan Peneliti dan Mengaplikasikan dalam
kenyataan Asuhan keperawatan pada “Pasien Diabetes Melitustipe II
dengan di RS Z pada tahun 2020”
2. RS.Z
Diharapkan dapat memberikan ide, inspirasi, atau masukan bagi
Direktur RS. X, beserta petugas pelayanan keperawatan dalam
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien Pasien Diabetes
Melitus tipe II dengan.
3. Institusi Poltekkes
Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran oleh mahasiswa
Prodi D-III Keperawatan Padang untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Widiyoga, C. R., Saichudin, & Andiana, O. (2020). Hubungan Tingkat


Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Melitus pada Penderita terhadap
Pengaturan Pola Makan dan Physical Activity. 2(2), 152–161.

supriyadi. (2017). Panduan Praktis Skrining Kaki Diabetes Melitus. Yogyakarta:


CV Budi Utama.

Imelda, S. I. (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya diabetes


Melitus di Puskesmas Harapan Raya Tahun 2018. Scientia Journal, 8(1), 28–
39. https://doi.org/10.35141/scj.v8i1.406

Azis, W. A., Muriman, L. Y., & Burhan, S. R. (2020). Hubungan Tingkat


Pengetahuan dengan Gaya Hidup Penderita Diabetes Mellitus. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 2(1), 105–114.
https://doi.org/10.37287/jppp.v2i1.52

Belakang, A. L. (2015). Pofil kesehatan provinsi sulawesi tenggara tahun 2017.


Dm.

Anggraeni, N. C., Widayati, N., & Sutawardana, J. H. (2020). Peran Perawat


sebagai Edukator terhadap Persepsi Sakit pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Kabupaten Jember. https://doi.org/10.17509/jpki.v6i1.24364

Roza, R. L., Afriant, R., & Edward, Z. (2015). Faktor Risiko Terjadinya Ulkus
Diabetikum pada Pasien Diabetes Mellitus yang Dirawat Jalan dan Inap di
RSUP Dr. M. Djamil dan RSI Ibnu Sina Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas , 4 (1), 243-248.

Wirda Faswita, N. Mk. (2019). Gambaran Kualitas Hidup Penderita Diabetes


Melitus Tipe II. Jurnal Online Keperawatan Indonesia, 2(1), 131–138.

Anda mungkin juga menyukai