Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Farmakologi”. Kemudian shalawat beserta salam tidak lupa pula kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman
hidup yakni Al Quran dan Sunnah untuk keselamatan umat didunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmakologi di program
studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa
selaku dosen program studi Keperawatan mata kuliah Farmakologi dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan – kekurangan dalam


penulisan makalah ini, maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 20 Februari 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….……...……1

Daftar Isi…………………………………………………………………....…….2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………….......3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………......4
C. Tujuan……………………………………………………………………..…...4

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian obat antimania………………………………..………………..…...5

B. Jenis - jenis obat antimania………………………………………..……….…..7

C. Profil efek samping…………………………………………………………....15

D. Interaksi obat………………………………………………………………….16

E. Cara penggunaan obat…………………………………………………………17

F. Perhatian khusus………………..……………………………………………...19

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………………………………………….…...20
B. Saran……………………………………………………………….…………..20

DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………………...21

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mania adalah alah satu gangguan jiwa yang ditandai dengan aktivitas fisik yang
berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Obat yang digunakan untuk
mengobati mania disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.
Penderita mania mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan
energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan,
kebanyakan bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal
dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan
sering kali perhatian sangat mudah dialihkan. Kadang juga dapat ditemukan harga diri
yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan
dengan bebas.
Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara menyeluruh semua
gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke keadaaan dan status mental
sebelumnya (keadaan paling baik). Mood, pikiran, dan kebiasaan harus dikembalikan
ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai tingkat keparahan yang
berbeda.
Antimania dikenal sebagai mood stabilizer karena kerjanya terutama mencegah
naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan bipolar (manik depresif). Obat
acuan utama adalah litium kabonat. Obat antimania tentunya memiliki efek samping
yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi
dan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat
antimania ini terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga mempunyai
kerugian yang menyertainya.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat anti mania ?
2. Apa saja jenis jenis obat-obatan anti mania ?
3. Bagaimana profil efek samping obat anti mania ?
4. Bagaimana interaksi obat anti mania ?
5. Bagaimana cara penggunaan obat anti mania ?
6. Bagaimana perhatian khusus obat anti mania ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami materi tentang obat anti mania.

2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian obat anti mania
b. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis obat anti mania
c. Mahasiswa dapat menjelaskan profil efek samping obat anti mania
d. Mahasiswa dapat menjelaskan interaksi obat anti mania
e. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penggunaan obat anti mania
f. Mahasiswa dapat menjelaskan perhatian khusus obat anti mania

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik
yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu
paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana
perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.

Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps
neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor
supersensitivity”. Lithium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan
sindroma mania akut dan profilaksis terhadap serangan sindroma mania yang kambuh
pada gangguan afektif bipolar.

Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan
bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang
tampaknya hanya menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode
depresi yang ringan atau singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan depresi. Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan
yang berat dan berkelanjutan akan mendorong seseorang untuk berobat ke dokter,
sedangkan kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena
penderita mania tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun
perilaku mentalnya.

NO Nama Generik Sediaan Dosis Anjuran

1. Litium Karbonat 250-500 mg

2. Haloperidol Tab 0,5 mg, 2mg, 4,5-15 mg


5mg

5
Liq 2 mg/hr

Injk 5 mg/ml

3. Karbamazepin Tab 200 mg 400-600 mg/hr

2-3x/hr

Mekanisme kerja

Efek antimania lithium disebabkan oleh kemampuannya


mengurangi ”dopaminereseptor supersensitivity” meningkatkan ”cholinergic
muscarinic activity” dan menghambat ”cyclic AMP” (adenosine monophospat).

Efek samping

1) Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien

2) Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus,
gastrointestinal distress (mual, muntah, diare feses lunak), kelemahan otot,
poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyta pada pasien usia lanjut dan
penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek
sedasi dan gangguan akstrapiramidal

3) Efek samping lain : hipotiroidisme,peningkatan berat badan, perubahan fungsi


tiroid, edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan
kosentrasi pikiran

4) Gejala intoksikasi

 Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran


menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil

 Dengan semangkin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun,


oliguria, kejang-kejang

 Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah

5) Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :

6
 Demam (berkeringat berlebihan)-

 Diet rendah garam

 Diare dan muntah-muntah

 Diet untuk menurunkan berat badan

 Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi non steroid

6) Tindakan mengatasi intoksikasi lithium

 Mengurangi faktor predisposisi

 Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak


10 ml

7) Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor


predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus
diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan
kontrol rutin

Kontra Indikasi

- Wanita hamil

B. Jenis-Jenis Antimania

1. Lithium Karbonat

Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut,
lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan lithium hampir serupa dengan
efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan
konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini harus dilakukan tes darah
secara teratur untuk menentukan kadar lithium mengingat dosis terapeutik lithium
berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana kerja lithium sebenarnya dalam
mengatasi mania belum diketahui secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek

7
menstabilkan mood dengan menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan
subsitusi satu dari dua ion magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan
enzim yang diyakinisebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.

Pendapat lain mengatakan bahwa efek antimania lithium disebabkan oleh


kemampuannya mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan
meningkatkan cholinergic-muscarinic activity dan menghambat Cyclic AMP.

 Indikasi

Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah
minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas
serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.

 Dosis

Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan dan
fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600-2400 mg per hari, meskipun
sebagian besar pasien akan stabil pada 600-1200 mg per hari. Untuk tablet atau kapsul
immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari. Sedangkan tablet controlled
release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam.

Pemberian dosis lithium harus dilakukan hati-hati dan individual, yakni


berdasarkan kadar dalam serum dan respon klinis.Pada mania akut, pasien biasanya
memberikan respon optimal terhadap lithium karbonat jika diberikan dosis 1800 mg
per hari, dengan dosis terbagi.

Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan
berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium yang
diinginkan adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya berkisar
900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum dilakukan setiap dua
bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya memperlihatkan tanda toksik pada
kadar lithium serum dibawah 1,0 mEq/l.5

 Interaksi obat

Penggunaan diuretik bersama lithium harus dilakukan hati-hati. Hal ini


dikarenakan diuretik yang menginduksi pengeluaran natrium, bisa mengurangi klirens

8
renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko
toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan beberapa
obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.

Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi jika
kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan obat lain,
maka lithium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat. Pemeriksaan
kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan pengaturan dosis.
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga bisa
mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan melalui air susu
ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang menyusui. Penggunaan
lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan mengingat data
keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum ada. Pemberian
lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan dosis.

2. Karbamazepin

Karbamazepin adalah suatu obat iminodibenzyl yang secara structural mirip


dengan imipramine (tofranil) dan disetujui digunakan di Amerika Serikat sebagai anti
epilepsi. Struktur molekul adalah serupa dengan struk trisiklik dari imipramin.

Karbamazepin sering digunakan sebagai terapi alternative pengganti lithium


walaupun efeknya tidak sekuat lithium. Cara kerja karbamazepin belum diketahui
dengan pasti, dapat digunakan sebagai antimania akut dan terapi profilaksis. Efek
sampingnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan lithium.

 Indikasi

Karbamazepin pertama-tama digunakan untuk pengobatan trigeminal neuralgia,


kemudian ternyata bahwa obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan
bangkitan tonik-klonik (antikonvulsan) dan sebagai mood modulator. Saat ini
karbamazepin merupakan antiepilepsi utama di Amerika Serikat untuk mengatasi
berbagai bangkitan kecuali bangkitan lena. Karbamazepin juga dapat digunakan
sebagai antimania dan terapi profilaksis.

Indikasi penggunaan terapeutik penggunaan karbamazepin adalah :

1. Epilepsi

9
2. Gangguan bipolar (mania, depresi)

3. Skizofrenia dan gangguan skizoafektif

4. Gangguan depresif

5. Gangguan pengendalian impuls

 Dosis

Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau
4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama
pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan
dan pasien tidak mempunyai efek intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat
ditingkatkan sampai 1600 mg per hari.

Dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali
pemberian.Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia
diterangkan bahwa dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari, anak
usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg
hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang
berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan 20-30 mg per KgBB untuk
anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6-8 g/ml.

 Interaksi Obat

Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin dapat
mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin. Karbamazepin
dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan menyebabkan perdarahan
banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama monoamin oksidase inhibitor
(MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurang- kurangnya dua minggu sebelum terapi
karbamzepin dimulai.

Fenobarbital dan Fenitoin dapat meningkatkan kadar karbamazepin, dan


biotransformasi karbamazepin dapat dihambat oleh eritromisin. Konversi primidon
menjadi fenobarbital ditingkatkan oleh karbamazepin, sedangkan pemberian
karbamazepin bersama asam valproat akan menurunkan kadar asam valproat.

10
3. Natrium Divalproex

Natrium divalproex adalah obat antikonvulsan, namun juga digunakan dalam


terapi mania dan untuk membantu mencegah sakit kepala migrain. Di Amerika
Serikat dijual dengan berbagai nama dagang seperti Depacon, Depakene, Depakote
dan Depakote sprinkle.

Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan asam
valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada tahun 1963
mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan
digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995
ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.

 Indikasi

Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks,
absen, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga
digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan
mencegah sakit kepala migrain.

Natrium divalproex juga merupakan alternatif terapi yang penting sebagai


pengganti lithium dalam penggunaan dengan tujuan pemeliharaan untuk kasus kasus
gangguan bipolar (terutama pada pasien dengan siklus berulang), penderita dengan
riwayat disforia atau mania campuran, gangguan anxietas, atau penyakit otak organik.

 Dosis

Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg, bentuk
kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi
diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan
sampai 1000 mg per hari.

 Interaksi Obat

Natrium divalproex dimetabolisme di hati. Konsentrasi obat lain dalam tubuh


yang dimetabolisme di hati dapat sangat menurun atau sangat meningkat bila
dikombinasikan dengan natrium divalproex. Tingkat konsentrasi natrium divalproex
dapat meningkat apabila dikombinasikan dengan felbamat, isoniazid, asam salisilat

11
(aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga meningkatkan
kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital dan zidovudin.
Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan bangkitan lena.
Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium
divalproex dalam darah.

4. Haloperidol

Haloperidol adalah turunan butiropenon yang mempunyai aktivitas sebagai


antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan mania. Reaksi
ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati dengan haloperidol.

Pada orang normal efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol


memperlihatkan efek antipsikotik yang kuat dan efektif untuk mania dan skizofrenia.
Efek penotiazin piperazin dan butiropenon berbeda secara kuantitatif karena
butiropenon selain menghambat efek dopamin, juga meningkatkan turn over ratenya.

Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih
dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam
hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi
haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari
sesudah pemberian dosis tunggal.

 Indikasi

Haloperidol diindikasikan pada keadaan:

1. Psikosis akut dan kronis

2. Halusinasi pada skizofrenia

3. Kelainan sikap dan tingkah laku pada anak

Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami


eksitasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding klorpromazin (CPZ),
sedangkan efek haloperidol terhadap EEG menyerupai CPZ yakni memperlambat
gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang

12
konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin da hipotalamus, juga
menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin

Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada antipsikotik
lain, walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan mata menjadi kabur
(Blurring of Vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang disebabkan
oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan

Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat hipotensi


akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardi meskipun kelainan EKG belum
pernah dilaporkan. Seperti halnya CPZ, haloperidol menyebabkan galaktore.

 Dosis

Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta
dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung
kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.

Untuk dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun :

 Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.

 Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.

Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg – 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3

dosis pemberian. Selanjutnya dosis secara bertahap disesuaikan dengan kebutuhan

dan toleransi tubuh.

 Interaksi Obat

Pemberian haloperidol dengan lithium akan mengurangi metabolisme


masing-masing obat, sehingga konsentrasi plasma kedua obat tidak akan meningkat.
Pemberian haloperidol bersama dengan methyldopa akan menimbulkan efek aditif
hipotensif. Pemberian haloperidol bersamaan dengan antikonvulsan, alkohol,
depresan sistem saraf pusat dan golongan opioid dapat menimbulkan efek potensiasi.
Amfetamin dapat menurunkan efek haloperido. Pembeian dengan epinefrin akan
menimbulkan hipotensi berat.

13
5. Asam Valproat

Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat
diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan sebagai
obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat dan
karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.

Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai
setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah
48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya
menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan
bahwa obat ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas.8
Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji darah komplit
dan pemeriksaan faal hepar.

 Indikasi

Indikasi pemberian asam valproat adalah :

1. Epilepsi

2. Gangguan bipolar

3. Gangguan skizoafektif

4. Gangguan mental lain : gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan stres
pasca trauma, gangguan bulimia nervosa, putus alkohol, dan hipnotik atau
ansiolitik dan gangguan eksplosif intermiten.

 Dosis

Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per 5
ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat
dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar
plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat
ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara 20- 30 mg per
KgBB per hari.

14
 Interaksi Obat

Asam valproat akan meningkatkan kadar fenobarbital 40% karena terjadi


penghambatan hidroksi fenobarbital. Sedangkan interaksinya dengan fenitoin terjadi
melalui mekanisme yang lebih kompleks. Fenitoin total dalam plasma akan turun,
karena biotransformasinya yang meningkat dan pergeseran fenitoin dari ikatan protein
plasma, sedangkan fenitoin bebas dalam darah mungkin tidak dipengaruhi.

C. Profil Efek Samping

Efek samping pada obat anti-mania (lithium) berhubungan erat dengan dosis dan

kondisi fisik pasien. GEjala efek samping yang dini (kadar serum lithium 0,8-1,2
mEq/L) :

1. Mulut kering

2. Haus

3. Gastrointestinal distress (mual, muntah, diare, feses lunak)

4. Kelemahan otot

5. Poli-uria

6. Tremor halus (fine tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan
bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan)

7. Tidak ada efek sedasi dan gangguan ekstrapiramidal

8. Hipotiroidisme

9. Peningkatan berat badan

10. Perubahan fungsi tiroid (penurunan kadar tiroksin dan peningkatan TSH)

11. Edema pada tungkai

12. “Metalic taste”

13. Leukositosis

14. Gangguan daya ingat dan konsentrasi pikiran

15
Gejala intoksikasi: (kadar serum Lithium >1,5 mEq/L)

 Gejala dini: muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak stabil.

 Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun


(confusional state) dapat sampai coma dengan hipertoni otot dan kedutan, oliguria,
kejang-kejang.

 Penting sekali monitoring kadar Lithium dalam darah (mEq/L)

Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium:

1. Demam (berkeringat berlebihan)

2. Diet rendah garam (pasien dengan hipertensi

3. Diare dan muntah-muntah

4. Diet untuk menurunkan berat badan

5. Pemakaian bersama diuretika, antirematika NSAID

Tindakan mengatasi intoksikasi Lithium:

1) Mengurangi factor predisposisi

2) Forced dieresis dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan i.v sebanyak 10
cc (1 ampul), bila perlu hemodialisis.

Tindakan pencegahan intoksikasi Lithium dengna edukasi tentang faktor


predisposisi, minum secukupnya (sekitar 2500 cc per hari), bila berkeringat dan
diuresis banyak harus diimbangi minum lebih banyak, mengenal gejala dini
intoksikasi, kontrol rutin kadar serum Lithium.

D. Interaksi Obat

1. Lithium + diuretika Thiazide = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium


sebanyak 50% risiko intoksikasi menjadi besar, sehingga dosis→ Lithium harus
dikurangi 50% agar tidak terjadi intoksikasi. Sedangkan “loop diuretics”, seperti
Furosemid, kurang mempengaruhi konsentrasi Lithium).

16
2. ACE inhibitors + Lithium = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium
sehingga menimbulkan gejala intoksikasi.

3. Haloperidol + Lithium = efek neurotoksis bertambah (dyskinesia, ataksia), tetapi


efek neurotoksis tidak tampak pada penggunaan kombinasi Lithium dengan
haloperidol dosis rendah (kurang dari 20 mg/h). Keadaan yang sama untuk
Lithium + Carbamazepine.

4. NSAID (e.g. Indometasin, ibuprofen) + Lithium = dapat meningkatkan


konsentrasi serum lithium, sehingga risiko intoksikasi menjadi besar.

5. Aspirin dan paracetamol (analgesics) tidak ada interaksi dengan lithium.

E. Cara Penggunaan Obat

a. Pemilihan Obat

Pada Mania akut diberikan: Haloperidol (IM) plus tablet lithium karbonat.
Haloperidol (IM) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas, dengan
onset of action yang cepat (kalau perlu dengan “rapit enuroleptization”). Lithium
karbonat efek anti-mania baru muncul stelah penggunaan 7-10→ hari.

1. Pada gangguan afektif bipolar (manic-depressive disorder)


dengan serangan-serangan episodic mania/depresi: Lithium
karbonat sebagai obat profilaksis terhadap srangan sindrom
mania/depresi dapat mengurangi frekuensi, berat, dan
lamanya suatu kekambuhan.
2. Bila oleh karena sesuatu hal (efek samping yang tidak
mampu ditolerir dengan baik, atau kondisi fisik yang kontra
indikatif tidak menggunakan obat alternative :
Carbamazepine, Valproic Acid, Divalproex Na, yang
terbukti juga ampuh untuk meredakna “sindrom mania
akut” dan profilaksis serangan sindrom mania/depresi pada
gangguan afektif bipolar.
3. Pada gangguan afektif unipolar (recurrent unipolar
depression), pencegahan kekambuhan dapat juga dengan

17
obat anti depresi SSRI (e.g. Fluoxetine, Sertraline) yang
lebih ampuh dari Lithium karbonat).
b. Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu dipertimbangkan :

1. Onset efek primer (efek klinis) : 7-10 hari (1-2 minggu)

2. Rentang kadar serum terapeutik = 0,8 – 1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis sekitar
2 atau 3 x 500 mg per hari).

3. Kadar serum toksik – di atas 1,5 mEq/L.

Biasanya preparat Lithium yang digunakan adalah “Lithium Carbonate” mulai


dengan dosis 250-500 mg/h diberikan 1-2 kali sehari, dinaikkan 250 mg/h setiap
minggu, diukur serum lithium setiap minggu sampai diketahui kadar serum lithium
berefek klinlis terapeutik (0,8 – 1,2 mEq/L). biasanya dosis efektif dan optimal
berkisar 1000-1500 mg/h. dipertahankan sekitar 2-3 bulan, kemudian diturunkan
menjadi “dosis maintenance”, konsentrasi serum Lithium yang dianjurkna untuk
mencegah kekambuhan (profilaksis) berkisar antara 0,5 – 0,8 mEq/L ini sama
efektifnya bahkan elebih efektif dari kadar 0,8 – 1,2 mEq/L dan juga untuk
mengurangi insidensi dari efek samping dan risiko intoksikasi.

Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan
dengan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu: sebelum makan obat dosis
pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari sebelumnya). Untuk mengurangi
efek samping pada saluran makanan (mual, muntah, diare), Lithium karbonat dapat
diberikan setelah makan

c. Lama Pemberian

Pada penggunaan untuk “Sindrom Mania Akut”, setelah gejala-gejala mereda,


Lithium carbonate harus diteruskan sampai lebih dari 6 bulan, dihentikan secara
gradual (tapering off) bila memang tidak ada indikasi lagi. Pada “Gangguan Afektif
Bipolar dan Unipolar” penggunaan harus diteruskan sampai beberapa tahun ,sesuai
dengan indikasi profilaksis serangan Sindrom Mania/Depresi. Penggunaan jangka

18
panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum, dengan kadar serum Lithium “terendah”
yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).

Sebelum dan selama penggunaan obat anti-mania Lithium Carbonate perlu

dilakukan pemeriksaan laboratorium secara periodik

F. Perhatian Khusus

1. Sebelum dan selama penggunaan obat anti-mania Lithium Carbonate perlu


dilakukan pemeriksaan laboratorium secara periodik

 Kadar serum Na dan K (Li dan Na saling mempengaruhi di tubulus


proximalis renalis). Kadar ini merendah pada pasien diet garam dan
menggunakan diuretika.

 Tes fungsin ginjal (serum kreatinin). Hampir semua kadar Lithium dalam
darah diekskresi melalui ginjal.

 Tes fungsi kelenjar tiorid (serum T3 dan T4). Lithium merendahkan kadar
serum yodium.

 Pemeriksaan EKG (lithium mempengaruhi “cardiac repolarization”)

2. Wanita hamil adalah kontraindikasi penggunaan Lithium karena bersifat


teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan masuk ke peredaran darah janin,
khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mania merupakan gangguan mood atau perasaan yang ditandai dengan aktivitas
fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan
tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi.

Obat yang digunakan untuk mengobati mania disebut mood modulators, mood
stabilizier atau anti manics.Obat anti mania yang ada diantaranya adalah lithium
karbonat, karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex.Obat anti
mania yang paling sering digunakan adalah lithium karbonat.

Pada penggunaan lithium perlu pengawasan khusus agar bila terjadi efek samping
obat dapat segera diatasi.Karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex adalah
obat antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania.Haloperidol mempunyai
aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan
mania.

B. Saran

Diperlukan pengawasan ketat pada penggunaan obat anti mania, khususnya


lithium karbonat mengingat efek samping yang akan terjadi.Tenaga kesehatan
meningkatkan kompetensinya mengenai obat-obat penanganan mania, sehingga
penatalaksanaan mania dan penanganan efek sampingnya dapat dilaksanakan dengan
baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Esa, Emy. Antipsikotik. [online]. Scribd 2010 [cited 2010 Okt 15]; [1].

Available from:URL:h ttp://www.scribd.com/doc/39228424/Refer-At

2. Anonymous. Antipsychotic Medications. [online] Available from:URL:


http://www.namigc.org/content/fact_sheets/medicationinfo/Antipsychotics/A
NTIPSYCHOTIC_MEDS_0106.pdf

3. Anonymous. Penggunaan Obat Antipsikotik Atipikal Lebih Efektif. [online]


curhatkita 2009 [cited 2009 Feb 09]; Available
from:URL:http://curhatkita.blogspot.com/2009/02/penggunaan-obat-
antipsikotik-atipikal.html

4. Sinaga,RB. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.


2007

5. Maslim,Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.


Jakarta. 2007

21

Anda mungkin juga menyukai