Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga dapat menyelesaikan makalah
mata kuliah “Farmakologi”. Kemudian shalawat beserta salam tidak lupa pula kita
sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman
hidup yakni Al Quran dan Sunnah untuk keselamatan umat didunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Farmakologi di program
studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Padang. Selanjutnya penyusun mengucapkan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada Ibu Heppi Sasmita, M. Kep, Sp. Jiwa
selaku dosen program studi Keperawatan mata kuliah Farmakologi dan kepada segenap
pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penyusunan makalah ini.
Penulis
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….……...……1
Daftar Isi…………………………………………………………………....…….2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………….......3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………......4
C. Tujuan……………………………………………………………………..…...4
BAB II PEMBAHASAN
D. Interaksi obat………………………………………………………………….16
F. Perhatian khusus………………..……………………………………………...19
DAFTAR PUSTAKA………..…………………………………………………...21
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mania adalah alah satu gangguan jiwa yang ditandai dengan aktivitas fisik yang
berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Obat yang digunakan untuk
mengobati mania disebut mood modulators, mood stabilizer atau anti manics.
Penderita mania mengalami elasi (suasana perasaan yang meningkat) disertai dengan
energi yang meningkat, sehingga terjadi aktivitas yang berlebihan, percepatan,
kebanyakan bicara dan berkurangnya kebutuhan tidur. Pengendalian yang normal
dalam kelakuan sosial terlepas, perhatian terpusat tidak dapat dipertahankan dan
sering kali perhatian sangat mudah dialihkan. Kadang juga dapat ditemukan harga diri
yang membumbung, pemikiran yang serba hebat dan terlalu optimistis dinyatakan
dengan bebas.
Tujuan dari penatalaksanaan mania adalah menekan secara menyeluruh semua
gejala-gejala yang muncul dan mengembalikan pasien ke keadaaan dan status mental
sebelumnya (keadaan paling baik). Mood, pikiran, dan kebiasaan harus dikembalikan
ke kondisi normal, meskipun beberapa gejala mempunyai tingkat keparahan yang
berbeda.
Antimania dikenal sebagai mood stabilizer karena kerjanya terutama mencegah
naik turunnya mood pada pasien dengan gangguan bipolar (manik depresif). Obat
acuan utama adalah litium kabonat. Obat antimania tentunya memiliki efek samping
yang perlu diketahui agar pengobatan klinis bisa efisien dan sesuai dengan proporsi
dan tentunya agar mencapai target terapi. Untuk itu kita harus mengenali obat
antimania ini terlebih dahulu, karena selain manfaatnya, antipsikotik juga mempunyai
kerugian yang menyertainya.
3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan obat anti mania ?
2. Apa saja jenis jenis obat-obatan anti mania ?
3. Bagaimana profil efek samping obat anti mania ?
4. Bagaimana interaksi obat anti mania ?
5. Bagaimana cara penggunaan obat anti mania ?
6. Bagaimana perhatian khusus obat anti mania ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan dapat memahami materi tentang obat anti mania.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian obat anti mania
b. Mahasiswa dapat menjelaskan jenis-jenis obat anti mania
c. Mahasiswa dapat menjelaskan profil efek samping obat anti mania
d. Mahasiswa dapat menjelaskan interaksi obat anti mania
e. Mahasiswa dapat menjelaskan cara penggunaan obat anti mania
f. Mahasiswa dapat menjelaskan perhatian khusus obat anti mania
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik
yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu
paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana
perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.
Sindroma mania disebabkan oleh tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps
neuron, khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap “dopamine receptor
supersensitivity”. Lithium karbonat merupakan obat pilihan utama untuk meredakan
sindroma mania akut dan profilaksis terhadap serangan sindroma mania yang kambuh
pada gangguan afektif bipolar.
Bentuk mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan
bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang
tampaknya hanya menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode
depresi yang ringan atau singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi
dibandingkan dengan depresi. Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan
yang berat dan berkelanjutan akan mendorong seseorang untuk berobat ke dokter,
sedangkan kegembiraan jarang mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena
penderita mania tidak menyadari adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun
perilaku mentalnya.
5
Liq 2 mg/hr
Injk 5 mg/ml
2-3x/hr
Mekanisme kerja
Efek samping
1) Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien
2) Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus,
gastrointestinal distress (mual, muntah, diare feses lunak), kelemahan otot,
poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih nyta pada pasien usia lanjut dan
penggunaan bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek
sedasi dan gangguan akstrapiramidal
4) Gejala intoksikasi
6
Demam (berkeringat berlebihan)-
Kontra Indikasi
- Wanita hamil
B. Jenis-Jenis Antimania
1. Lithium Karbonat
Lithium karbonat adalah jenis garam lithium yang paling sering digunakan untuk
mengatasi gangguan bipolar, menyusul kemudian lithium sitrat. Sejak disahkan oleh
Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 1970 untuk mengatasi mania akut,
lithium masih efektif dalam menstabilkan mood pasien dengan gangguan bipolar.
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan lithium hampir serupa dengan
efek mengonsumsi banyak garam, yakni tekanan darah tinggi, retensi air, dan
konstipasi. Oleh karena itu, selama penggunan obat ini harus dilakukan tes darah
secara teratur untuk menentukan kadar lithium mengingat dosis terapeutik lithium
berdekatan dengan dosis toksik. Bagaimana kerja lithium sebenarnya dalam
mengatasi mania belum diketahui secara pasti, diduga ion lithium menimbulkan efek
7
menstabilkan mood dengan menghambat inositol monophosphatase (IMPase) dengan
subsitusi satu dari dua ion magnesium pada sisi aktif IMPase. IMPase merupakan
enzim yang diyakinisebagai penyebab beberapa gangguan bipolar.
Indikasi
Mengatasi episode mania. Gejala hilang dalam jangka waktu 1-3 minggu setelah
minum obat. Lithium juga digunakan untuk mencegah atau mengurangi intensitas
serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.
Dosis
Dosis lithium tergantung pada kebutuhan medis pasien, umur, berat badan dan
fungsi ginjal. Dosis dari lithium berkisar antara 600-2400 mg per hari, meskipun
sebagian besar pasien akan stabil pada 600-1200 mg per hari. Untuk tablet atau kapsul
immediate release biasa diberikan 3 dan 4 kali sehari. Sedangkan tablet controlled
release diberikan dua kali sehari, interval 12 jam.
Dosis ini secara normal akan menghasilkan kadar lithium serum yang diinginkan
berkisar antara 1 dan 1,5 mEq/l. Kontrol jangka panjang, kadar serum lithium yang
diinginkan adalah 0,6 -1,2 mEq/l. Dosis bervariasi per individu, tapi biasanya berkisar
900 - 1200 mg per hari dalam dosis terbagi. Monitor serum dilakukan setiap dua
bulan. Pada pasien yang sangat sensitif biasanya memperlihatkan tanda toksik pada
kadar lithium serum dibawah 1,0 mEq/l.5
Interaksi obat
8
renal lithium yang akan menyebabkan kadar lithium serum meningkat dan risiko
toksisitas juga meningkat. Begitu juga pada pemberian bersamaan dengan beberapa
obat lain seperti NSAID dan ACE inhibitor.
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada pasien jantung dan ginjal. Tapi jika
kondisi psikiatri pasien mengancam jiwa dan pasien tidak berespon dengan obat lain,
maka lithium bisa diberikan dengan pengawasan yang sangat ketat. Pemeriksaan
kadar lithium serum dilakukan tiap hari dan kemudian dilakukan pengaturan dosis.
Lithium sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil karena diduga bisa
mendatangkan efek merugikan bagi janin. Lithium juga disekresikan melalui air susu
ibu, sehingga tidak dianjurkan diberikan pada wanita yang menyusui. Penggunaan
lithium pada anak usia dibawah 12 tahun sebaiknya tidak dilakukan mengingat data
keamanan dan keefektifan dari obat ini pada populasi ini belum ada. Pemberian
lithium pada orang tua harus dilakukan perngaturan dosis.
2. Karbamazepin
Indikasi
1. Epilepsi
9
2. Gangguan bipolar (mania, depresi)
4. Gangguan depresif
Dosis
Karbamazepin biasanya dimulai dengan dosis 200-400 mg per hari dalam 3 atau
4 dosis dan ditingkatkan menjadi 800-1000 mg per hari pada akhir minggu pertama
pengobatan. Bila kemajuan terapi tidak tercapai pada akhir minggu ke-2 pengobatan
dan pasien tidak mempunyai efek intoleransi obat maka dosis karbamazepin dapat
ditingkatkan sampai 1600 mg per hari.
Dosis Anjuran untuk karbamazepin adalah 400-600 mg per hari 2-3 kali
pemberian.Dalam buku Farmakologi dan Terapi FK Universitas Indonesia
diterangkan bahwa dosis untuk anak di bawah 6 tahun adalah 100 mg per hari, anak
usia 6-12 tahun adalah 2 kali 100 mg per hari. Dosis awal untuk dewasa 2 kali 200 mg
hari pertama, selanjutnya dosis ditingkatkan secara bertahap. Dosis penunjang
berkisar antara 800-1200 mg per hari untuk dewasa dan 20-30 mg per KgBB untuk
anak. Dengan dosis ini umumnya tercapai kadar terapi dalam serum 6-8 g/ml.
Interaksi Obat
Pemberian bersama lithium, obat anti psikotik, verapamil atau nifedipin dapat
mencetuskan efek merugikan sistem saraf pusat akibat karbamazepin. Karbamazepin
dapat menurunkan kadar kontrasepsi oral dalam darah, dan menyebabkan perdarahan
banyak. Karbamazepin tidak boleh digunakan bersama monoamin oksidase inhibitor
(MOAI) dan MOAI harus dihentikan sekurang- kurangnya dua minggu sebelum terapi
karbamzepin dimulai.
10
3. Natrium Divalproex
Obat ini secara kimia dibentuk oleh gabungan antara natrium valproat dan asam
valproat dengan perbandingan 1 : 1. Pertama kali ditemukan pada tahun 1963
mempunyai efek sebagai antikonvulsan dan pada tahun 1978 diperbolehkan
digunakan di Amerika Serikat. Melalui penelitian yang dlakukan pada tahun 1995
ditemukan bahwa natrium divalproex juga efektif sebagai antimania.
Indikasi
Obat ini efektif untuk penanganan epilepsi, baik bangkitan sederhana, kompleks,
absen, campuran dan tonik klonik (grand mall). Natrium divalproex ini juga
digunakan untuk penanganan gangguan bipolar episode manik pada dewasa, dan
mencegah sakit kepala migrain.
Dosis
Sedian natrium divalproex tersedia dalam tablet 125 mg, 250 mg, 500 mg, bentuk
kapsul 125 mg dan bentuk sirup 250 mg per 5 ml. Untuk penanganan mania, terapi
diawali dengan dosis harian 750 mg. pada beberapa pasien dosis harus ditingkatkan
sampai 1000 mg per hari.
Interaksi Obat
11
(aspirin), klaritomisin, eritromisin dan troleandomisin. Obat ini juga meningkatkan
kadar karbamazepin, fenitoin, lamotrigin, nimodipin, fenobarbital dan zidovudin.
Penggunaan dengan klonazepam mungkin dapat menimbulkan bangkitan lena.
Kolestiramin dan kolestipol dapat mengurangi absorsi dan konsentrasi natrium
divalproex dalam darah.
4. Haloperidol
Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak obat diminum, menetap sampai 72 jam dan masih
dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam
hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan dieksresikan melalui empedu. Eksresi
haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari
sesudah pemberian dosis tunggal.
Indikasi
12
konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin da hipotalamus, juga
menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin
Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada antipsikotik
lain, walaupun haloperidol dapat menyebabkan pandangan mata menjadi kabur
(Blurring of Vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor alpa yang disebabkan
oleh amin simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan
Dosis
Sedian haloperidol terdapat dalam bentuk tablet : 0,5 mg, 1,5 mg dan 5 mg, serta
dalam bentuk likuor (injeksi) : 2 mg/ml dan 5 mg/ml. Besarnya dosis tergantung
kepada umur, keadaan fisik dan derajat kehebatan gejalanya.
Dosis awal bila gejala sedang : 0,5 mg – 2 mg pemberian 2-3 kali per hari.
Dosis awal bila gejala berat : 3 mg – 5 mg pemberian 2-3 kali per hari.
Untuk anak 3 -12 tahun : 0,05 mg – 0,15 mg per KgBB per hari terbagi dalam 2-3
Interaksi Obat
13
5. Asam Valproat
Valproat (depakene) juga disebut asam valproat karena obat ini dengan cepat
diubah menjadi bentuk asam di dalam lambung. Pertama kali diperkenalkan sebagai
obat anti epileptik yang efektif di tahun 1963. Di samping itu valproat dan
karbamazepin telah terbukti efektif dalam terapi gangguan bipolar.
Pemberian valproat per oral cepat diabsorsi dan kadar maksimal serum tercapai
setelah 1 sampai 3 jam. Dengan masa paruh 8-10 jam kadar dalam darah stabil setelah
48 jam terapi.. Dari suatu uji klinik terkendali, dosis valproat 1200 mg sehari, hanya
menyebabkan kantuk, ataksia, dan mual selintas. Terlalu dini untuk mengatakan
bahwa obat ini aman untuk digunakan karena penggunaannya masih terbatas.8
Sebelum penggunaan asam valproat dianjurkan untuk melakukan uji darah komplit
dan pemeriksaan faal hepar.
Indikasi
1. Epilepsi
2. Gangguan bipolar
3. Gangguan skizoafektif
4. Gangguan mental lain : gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan stres
pasca trauma, gangguan bulimia nervosa, putus alkohol, dan hipnotik atau
ansiolitik dan gangguan eksplosif intermiten.
Dosis
Asam valproat tersedia dalam bentuk kapsul 250 mg dan bentuk sirup 250 per 5
ml. Dosis hari pertama adalah 250 mg diberikan bersama makanan. Dosis dapat
dinaikkan sampai 250 mg per oral 3 kali per hari selama 3 sampai 6 hari. Kadar
plasma teraputik untuk mengendalikan kejang adalah 50 dan 100 mg per ml bila obat
ditoleransi dengan baik. Dosis anak yang disarankan berkisar antara 20- 30 mg per
KgBB per hari.
14
Interaksi Obat
Efek samping pada obat anti-mania (lithium) berhubungan erat dengan dosis dan
kondisi fisik pasien. GEjala efek samping yang dini (kadar serum lithium 0,8-1,2
mEq/L) :
1. Mulut kering
2. Haus
4. Kelemahan otot
5. Poli-uria
6. Tremor halus (fine tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan
bersamaan dengan neuroleptika dan antidepresan)
8. Hipotiroidisme
10. Perubahan fungsi tiroid (penurunan kadar tiroksin dan peningkatan TSH)
13. Leukositosis
15
Gejala intoksikasi: (kadar serum Lithium >1,5 mEq/L)
Gejala dini: muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, konsentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, dan gaya berjalan tidak stabil.
2) Forced dieresis dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%) diberikan i.v sebanyak 10
cc (1 ampul), bila perlu hemodialisis.
D. Interaksi Obat
16
2. ACE inhibitors + Lithium = dapat meningkatkan konsentrasi serum Lithium
sehingga menimbulkan gejala intoksikasi.
a. Pemilihan Obat
Pada Mania akut diberikan: Haloperidol (IM) plus tablet lithium karbonat.
Haloperidol (IM) untuk mengatasi hiperaktivitas, impulsivitas, iritabilitas, dengan
onset of action yang cepat (kalau perlu dengan “rapit enuroleptization”). Lithium
karbonat efek anti-mania baru muncul stelah penggunaan 7-10→ hari.
17
obat anti depresi SSRI (e.g. Fluoxetine, Sertraline) yang
lebih ampuh dari Lithium karbonat).
b. Pengaturan Dosis
2. Rentang kadar serum terapeutik = 0,8 – 1,2 mEq/L (dicapai dengan dosis sekitar
2 atau 3 x 500 mg per hari).
Dosis awal harus lebih rendah pada pasien usia lanjut atau pasien dengan
gangguan fisik, yang mempengaruhi fungsi ginjal. Pengukuran serum dilakukan
dengan mengambil sampel darah pada pagi hari, yaitu: sebelum makan obat dosis
pagi dan sekitar 12 jam setelah dosis petang (hari sebelumnya). Untuk mengurangi
efek samping pada saluran makanan (mual, muntah, diare), Lithium karbonat dapat
diberikan setelah makan
c. Lama Pemberian
18
panjang ini sebaiknya dalam dosis minimum, dengan kadar serum Lithium “terendah”
yang masih efektif untuk terapi profilaksis (kadar serum Lithium diukur setiap hari).
F. Perhatian Khusus
Tes fungsin ginjal (serum kreatinin). Hampir semua kadar Lithium dalam
darah diekskresi melalui ginjal.
Tes fungsi kelenjar tiorid (serum T3 dan T4). Lithium merendahkan kadar
serum yodium.
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan yang ditandai dengan aktivitas
fisik yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan
tidak sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi.
Obat yang digunakan untuk mengobati mania disebut mood modulators, mood
stabilizier atau anti manics.Obat anti mania yang ada diantaranya adalah lithium
karbonat, karbamazepin, asam valproat, haloperidol dan natrium divalproex.Obat anti
mania yang paling sering digunakan adalah lithium karbonat.
Pada penggunaan lithium perlu pengawasan khusus agar bila terjadi efek samping
obat dapat segera diatasi.Karbamazepin, asam valproat dan natrium divalproex adalah
obat antiepileptik yang juga mempunyai efek anti mania.Haloperidol mempunyai
aktivitas sebagai antipsikotik dan efektif untuk pengelolaan hiperaktivitas, agitasi dan
mania.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Esa, Emy. Antipsikotik. [online]. Scribd 2010 [cited 2010 Okt 15]; [1].
21