Anda di halaman 1dari 15

Obat Anti Mania

1. pengertian
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood modulators, mood
stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat antimania yang menjadi acuan adalah
litium karbonat. Hipotesis: pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine.
a. Mekanisme kerja:
Mekanisme kerja obat antimania yaitu: menghambat pelepasan serotonin dan
mengurangi sensitivitas reseptor dopamin serta  meningkatkan ”cholinergic
muscarinic activity” dan menghambat ” cyclic AMP” (adenosine monophospat).
b. Cara Penggunaan Obat
Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. Pada
gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi litium
karbonat sebagai obat profilaks. Daapt mengurangi frekwensi, berat dan lamanya
suatu kekambuahan. Bila penggunaan obat litium karbonat tidak memungkinkaan
dapat digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma mania
akut dan profilaks serangan sindroma mania pada gangguan afektif bipolar. Pada
ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga denagn obat antidepresi
SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah pada
pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu
sebelum makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.
c. Efek farmakologi
Mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek sedatif, mengoreksi/mengontrol
pola tidur, iritabel dan adanya flight of idea 
d. Indikasi 
Mania dan hipomania, lebih efektif pada kondisi ringan. Pada mania dengan
kondisi berat pemberian obat anti mania dikombinasi dengan obat antipsikotik. Obat-
obat ini berguna untuk menghilangkan gejala manik seperti logorhoe, hiperaktive
euforia.
e. Efek samping:
Efek neurologik ringan: fatigue, lethargi, tremor di tangan terjadi pada awal terapi
dapat juga terjadi nausea, diare.
2. Efek toksik:
pada ginjal (poliuria, edema), pada SSP (tremor, kurang koordinasi, nistagmus dan
disorientasi; pada ginjal (meningkatkan jumlah lithium, sehingga menambah keadaan
oedema.
3. Gejala intoksikasi
 Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil
 Dengan semangkin beratnya intoksikasi terdapat gejala : kesadaran menurun, oliguria,
kejang-kejang
 Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah
4. Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
 Demam (berkeringat berlebihan)
 Diet rendah garam
 Diare dan muntah-muntah
 Diet untuk menurunkan berat badan
 Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi non Steroid
5. Tindakan mengatasi intoksikasi lithium
 Mengurangi faktor predisposisi
 Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV
sebanyak 10 ml
6. Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor
predisposisi, minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus
diimbangi dengan minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin
7. Macam-macam obat anti mania
Macam-macam obat anti mania yaitu sebagai berikut:
No Nama generik Sediaan Dosis anjuran
1. Lithium carbonte 250-500 mg
2. Haloperidol Tab 0,5 mg,2 mg, 5 mg 4,5-15 mg
Liq 2 mg/hr
Injk 5 mg/ml
3. Carbamazepine Tab 200 mg 400-600 mg/hr
2-3 x/hr
8. Kontra Indikasi
 Wanita hamil

Gangguan Psikologis Mania

a. Pengertian

Mania merupakan bagian dari kelainan bipolar (penyakit manik-depresif) yang


ditandai dengan perasaan senang yang luar biasa. Bentuk mania yang lebih ringan
adalah hipomania. Pada kelainan unipolar, depresi terjadi tanpa disertai oleh episode
manik.

Mania maupun hipomania lebih jarang dialami ketimbang depresi. Mania dan
hipomania lebih sulit diketahui. Pasalnya, penderita mania cenderung merasa sangat
bahagia sehingga terlihat baik-baik saja dan tidak punya keinginan untuk
memeriksakan diri ke dokter.

b. Penyebab

Kelainan fisik yang bisa menyebabkan mania:

 Mania bisa disebabkan obat-obatan tertentu, seperti amfetamin, kokain, obat anti
depresi, bromokriptin, levodopa, kortikosteroid, dan metilfenidat.
 Adanya infeksi seperti influenza, AIDS, ensefalitis, atau sifilis tingkat lanjut.
 Kelainan hormonal seperti hiprtiroidisme.
 Adanya penyakit jaringan ikat, misalnya lupus eritematosus sistemik.
 Kelainan neurologis, seperti tumor otak, stroke, cedera kepala, epilepsi lobus
temporalis, korea huntington, sklerosis multipel, tumor otak, atau korea sydenham.

c. Gejala

Gejala manik berkembang dengan cepat dalam beberapa hari. Pada stadium awal
mania, penderita merasa lebih baik dari biasanya dan seringkali tampak lebih ceria, lebih
muda dan lebih bersemangat.
Gejala-gejala mania:

1. Suasana hati
 Gembira, mudah tersinggung atau bermusuhan
 Kesedihan sesaat
2. Gejala psikis
 Merasa berkuasa, memiliki harga diri yang berlebihan, dan suka membual
 Pikirannya cenderung mudah dialihkan
 Minat yang belebihan terhadap sesuatu yang baru
 Senang berbelanja, kecerobohan seksual, atau penanaman modal pada
usaha yang konyol

3. Gejala psikotik
 Paranoia
 Delusi akan bakat yang luar biasa
 Delusi akan identitas kebesaran seperti keturunan bangsawaan atau
kekayaan berlimpah
 Delusi tentang kebugaran fisik yang luar biasa
 Halusinasi dengar atau lihat
4. Gejala fisik
 Tingkat aktivitas meningkat
 Gairah seks meningkat
 Kebutuhan tidur berkurang
 Penurunan berat badan akibat meningkatnya aktivitas dan kurang makan
d. Pengobatan

Litium bisa mengurangi gejala-gejala mania. Litium akan bekerja setelah 4-10 hari karena
itulah diberikan pula obat yang bekerja cepat seperti haloperidol yang berfungsi
mengendalikan pikiran dan aktivitas yang berlebihan.

Namun, haloperidol dapat mengakibatkan otot kaku dan pergerakan yang tidak biasa.
Karena itu, diberikan dalam dosis kecil, yang dikombinasikan dengan benzodiazepin
(misalnya lorazepam atau klonazepam), yang bisa memperkuat efek anti-manik dari
haloperidol dan mengurangi efek samping yang tidak diinginkan.
Daftar obat anti mania

1. Tentang Lithium

Golongan Mood stabilizer


Kategori Obat resep
Manfaat Mengendalikan fase mania dan depresi dalam gangguan bipolar
Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak
Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin
Kategori
manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih
kehamilan dan
besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang
menyusui
mengancam jiwa.
Bentuk obat Tablet dan sirup

a. Peringatan:

 Harap berhati-hati jika Anda memiliki penyakit sindrom Brugada, dehidrasi,


gangguan ginjal, jantung, dan pembuluh darah.
 Beri tahu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, sedang merencanakan kehamilan,
atau sedang menjalani diet.
 Jika mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi lithium, segera periksakan diri ke
dokter.

b. Dosis Lithium

Dosis lithium berbeda-beda, tergantung pada kondisi pasien. Jika lithium berbentuk
tablet dikonsumsi untuk pengobatan tahap awal, dokter akan memberikan dosis sebanyak
1-1,5 g/hari. Sedangkan jika digunakan untuk upaya pencegahan, dosisnya berkisar antara
300-400 mg/hari.

Untuk pengobatan tahap awal dengan obat sirup, dokter akan memberikan dosis
sebanyak 450-675 mg yang dikonsumsi dua kali sehari. Sedangkan untuk pencegahan,
dosisnya adalah 450 mg dua kali sehari.

c. Mengonsumsi Lithium dengan Benar


 Ikuti anjuran dokter dan baca informasi yang tertera pada kemasan obat sebelum
menggunakan lithium. Umumnya, obat ini akan mulai dikonsumsi di rumah sakit
dengan pengawasan dokter. Pasien akan menjalani tes darah beberapa kali untuk
memastikan apakah dosis yang diberikan pas untuk tubuh pasien.
 Efektivitas lithium akan maksimal jika dikonsumsi sesudah makan. Jika diresepkan
lithium tablet, konsumsilah dengan bantuan air putih. Perbanyak minum air putih
untuk mencegah efek berbahaya (toksik) dari obat ini.
 Hindari minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh, juga aktivitas yang
banyak mengeluarkan keringat, seperti olahraga atau sauna, agar cairan tidak banyak
dikeluarkan dari tubuh.
 Bagi pasien yang lupa mengonsumsi lithium, disarankan untuk segera melakukannya
jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya tidak terlalu dekat. Jika sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.

d. Interaksi Obat

Jika digunakan bersama dengan obat-obatan tertentu, lithium bisa menimbulkan


reaksi berupa peningkatan efek samping atau justru mengurangi efektivitas obat itu
sendiri. Oleh karena itu, jangan mengonsumsi lithium bersama dengan dronedarone,
ziprasidone, cisapride, dofetilide, thioridazine, pimozide, serta obat stimulan untuk
mengatasi ADHD atau narkolepsi.

e. Kenali Efek Samping dan Bahaya Lithium

Sama seperti obat-obatan lainnya, lithium juga berpotensi menyebabkan efek


samping. Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh lithium antara lain:

 Berat badan menurun.


 Mudah lelah dan pingsan.
 Denyut nadi dan jantung tidak beraturan.
 Mudah merasa haus dan sering buang air kecil.
 Kebingungan serta kehilangan daya ingat dan kesadaran.
 Pernapasan terganggu, terutama setelah beraktivitas berat.

f. Gamabar oabat Lithium

2. Tentang Haloperidol

Golongan Antipsikotik
Kategori Obat resep
 Mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental,
seperti skizofenia.
 Mengatasi gejala sindrom Tourette.
Manfaat
 Mengatasi gangguan perilaku, seperti gelisah atau
perilaku agresif.

Digunakan Oleh Dewasa dan anak-anak ≥ 3 tahun


Kategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan
adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi
terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika
besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko

Kategori kehamilan terhadap janin.

dan menyusui
 

Haloperidol dapat diserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang


menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi
lebih dahulu dengan dokter.
Bentuk obat Tablet, obat tetes mulut, suntik
 

a. Peringatan:

 Harap berhati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan pembuluh darah,


gangguan sistem saraf pusat, glaukoma, sindrom mulut kering, atau penyakit
Alzheimer.
 Orang-orang lanjut usia yang menderita demensia tidak boleh mengonsumsi obat ini.
 Harap berhati-hati dan beri tahu dokter jika sedang menjalani pengobatan dengan obat
antikonvulsan (antikejang) dan obat pengencer darah.
 Apabila terjadi reaksi alergi atau overdosis setelah menggunakan haloperidol, segera
temui dokter.

b. Dosis Haloperidol

Berikut ini adalah dosis umum penggunaan haloperidol berdasarkan kondisi, bentuk
obat, dan usia:

Bentuk
Kondisi Dosis
Obat
Oral Dewasa: 1-3 mg, tiap 8 jam.
Gelisah Dewasa: 5-15 mg dalam bentuk infus selama 24
Suntik
jam.
Dewasa: 0.5-5 mg, 3 kali sehari. Dosis pemeliharaan
adalah 3-10 mg per hari.

Oral Anak-anak di atas 3 tahun: Dosis awal adalah


Gejala psikosis 0,025-0,05 mg/kgBB per hari, yang dibagi menjadi 2
dosis. Dosis dapat ditingkatkan apabila diperlukan.
Maksimal 10 mg per-hari.
Dewasa: 2-10 mg, tiap jam atau tiap 4-8 jam sekali,
Suntik
dengan dosis maksimal 18 mg per hari.
Sindrom Tourette Oral Dewasa: Dosis awal adalah 0.5-1.5 mg, 3 kali
sehari. Peningkatan dosis dapat hingga 30 mg per
hari, namun perlu dilakukan secara hati-hati dan
sesuai anjuran dokter. Dosis pemeliharaan adalah 4
mg per hari.
Dewasa: 1.5 mg, 3 kali sehari, disesuaikan
Cegukan Oral
berdasarkan respons.
Mual dan muntah Suntik Dewasa: 0.5-2 mg per hari.

c. Menggunakan Haloperidol dengan Benar

Gunakan haloperidol sesuai dengan anjuran dokter.Haloperidol tablet dapat


dikonsumsi sebelum atau setelah makan. Jika diresepkan dalam bentuk tablet, gunakan air
putih untuk mempermudah menelan obat ini. Untuk haloperidol dalam bentuk obat tetes
minum, konsumsilah sesuai dengan takaran yang ada pada botol atau kemasan obat.
Jangan menggunakan takaran lain untuk mengonsumsi obat ini.

Sedangkan, untuk haloperidol dalam bentuk suntik, pemberian obat harus dilakukan
oleh petugas medis.Usahakan untuk mengonsumsi haloperidol pada waktu yang sama
setiap harinya, untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Jika terlupa, segera konsumsi
obat ini apabila jeda waktu dengan dosis berikutnya tidak terlalu jauh. Jika sudah dekat,
abaikan dan jangan menggandakan dosis.

d. Interaksi Haloperidol dengan Obat Lain

Berikut ini adalah sejumlah interaksi yang mungkin dapat terjadi apabila
menggunakan haloperidol bersama dengan obat lain:

 Menurunnya kadar haloperidol dalam darah jika digunakan dengan


carbamazepine dan rifampicin.
 Meningkatkan risiko aritmia sekaligus menyebabkan gangguan
keseimbangan elektrolit dalam tubuh jika digunakan dengan diuretik.
 Meningkatnya kadar haloperidol dalam darah jika digunakan dengan
clozapine dan chlorpromazine.
 Menyebabkan gejala gangguan sistem saraf pusat jika digunakan dengan
obat penenang.
 

e. Efek Samping Haloperidol

Sama seperti obat pada umumnya, haloperidol juga memiliki efek samping
penggunaan. Efek samping tersebut meliputi:

 Disfungsi ereksi.
 Gangguan siklus menstruasi.
 Keinginan untuk terus bergerak (akathisia).
 Gangguan pada gerakan otot (distonia).
 Gerakan tidak terkendali pada lidah, wajah, dan bibir.
 Berat badan bertambah.
 Otot kaku.
 Gejala seperti penyakit Parkinson.
 Sakit kepala.
 Sulit tidur.
 Lemas.

f. Gamabar oabat Haloperidol


3. Tentang Carbamazepine

Golongan Antikonvulsan
Kategori Obat resep
 Mencegah kejang epilepsi
 Mengatasi nyeri trigeminal neuralgia
Manfaat
 Menangani gangguan bipolar

Dikonsumsi
Dewasa dan anak-anak berusia 5 tahun ke atas
oleh
Bentuk Tablet, kapsul, dan obat cair

Carbamazepine tersedia dalam beberapa merek dan harus digunakan dengan resep
dokter. Obat ini sebaiknya tidak digunakan untuk balita.

a. Peringatan:
 Wanita yang merencanakan kehamilan, sedang ham il, dan menyusui disarankan
untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan carbamazepine.
 Pengguna alat kontrasepsi hormon sebaiknya mengganti metode kontrasepsi selama
mengonsumsi carbamazepine. Obat ini berpotensi menurunkan keefektifan alat
kontrasepsi hormon.
 Penggunaan carbamazepine dapat memengaruhi produksi sperma sehingga berpotensi
menurunkan kesuburan pada pria.
 Hindari konsumsi jus maupun buah grapefruit dan minuman keras selama
menggunakan carbamazepine.
 Jangan menghentikan konsumsi obat secara tiba-tiba dan tanpa konsultasi dengan
dokter.
 Jika mengalami kantuk atau pusing setelah menggunakan carbamazepine, Anda
sebaiknya tidak mengemudi atau mengoperasikan alat berat.
 Harap berhati-hati bagi lansia dan yang menderita gangguan ginjal, gangguan hati,
gangguan jantung, glaukoma, gangguan pada sumsum tulang, porfiria, hipotirodisme,
serta merasakan dorongan untuk bunuh diri.
 Saat mengonsumsi carbamazepine, sebagian orang mungkin bisa berpikir untuk
menyakiti diri sendiri. Segera hubungi dokter jika kondisi ini terjadi pada Anda.
 Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

b. Dosis Carbamazepine

Tiap pasien bisa membutuhkan carbamazepine dengan takaran yang berbeda-


beda. Dosis ini ditentukan oleh dokter berdasarkan jenis kondisi yang ditangani,
kondisi kesehatan pasien, dan respons tubuh pasien terhadap obat. Penambahan atau
pengurangan dosis umumnya akan dilakukan secara perlahan-lahan oleh dokter sesuai
dengan respons tubuh pasien terhadap obat.

Untuk menangani epilepsi, dosis umum carbamazepine untuk pasien dewasa


adalah 100-200 mg dengan frekuensi konsumsi sebanyak 1-2 kali sehari. Ini akan
ditingkatkan secara bertahap hingga 800-1200 mg per hari. Jika dibutuhkan, dokter
dapat meningkatkan dosis hingga 2.000 mg per hari.
Sedangkan dalam mengatasi nyeri neuralgia trigeminal, dosis carbamazepine yang
dianjurkan untuk dewasa adalah 200-800 mg per hari hingga rasa sakit hilang. Dosis
maksimal per hari untuk obat ini adalah 1200 mg.

c. Mengonsumsi Carbamazepine dengan Benar


 Gunakan carbamazepine sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca
keterangan pada kemasan. Obat ini biasanya diberikan dengan dosis rendah pada awal
pemakaian sebelum kemudian ditingkatkan sesuai respons tubuh dan kebutuhan
pasien terhadap obat.
 Konsumsi carbamazepine tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba. Proses ini harus
dilakukan secara bertahap dan dengan anjuran dokter untuk mencegah kambuhnya
gejala atau gejala putus obat.
 Carbamazenpine sebaiknya dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi risiko
mual dan muntah. Pastikan Anda menghindari konsumsi jus maupun buah grapefruit
dan minuman keras selama meminum obat ini. Keduanya berpotensi meningkatkan
risiko efek samping.
 Keinginan untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri mungkin dialami
beberapa pasien saat menggunakan carbamazepine. Segera hubungi dokter jika Anda
merasakan dorongan tersebut.
 Jangan lupa untuk memeriksakan kesehatan secara rutin selama menjalani pengobatan
dengan carbamazepine. Langkah ini akan membantu dokter untuk memantau
perkembangan kondisi Anda, sekaligus memantau keefektifan obat.
 Konsumsi carbamazepine bisa membuat kulit pasien lebih sensitif terhadap sinar
matahari. Karena itu, hindari pajanan matahari sebisa mungkin dan jangan lupa untuk
menggunakan tabir surya atau pakaian tertutup saat bepergian.
 Bagi pasien yang lupa mengonsumsi carbamazepine, disarankan untuk meminumnya
segera jika jadwal minum berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis
carbamazepine pada jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.

d. Kenali Efek Samping dan Bahaya Carbamazepine

Tiap obat berisiko menyebabkan efek samping, sama halnya dengan


carbamazepine. Efek samping obat ini biasanya terjadi pada awal pemakaian dan akan
berkurang seiring proses adaptasi tubuh terhadap obat. Beberapa efek samping yang
umumnya terjadi saat mengonsumsi antikonvulsan ini meliputi:

 Mengantuk.
 Pusing.
 Gangguan penglihatan.
 Sakit kepala.
 Mual.
 Muntah.
 Limbung.
 Pembengkakan pada pergelangan kaki.
e. Gamabar oabat Carbamazepine

DAFTAR PUSTAKA:

Roan,Wicaksana Martin. 1979. Ilmu Kedokteran Jiwa Psychiatry. Jakarta

Kaplan,Harold I., Benjamin J.Sadock. alih bahasa Wicaksana M Roan. 2000. Ilmu
Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta 
Elin.Prof.Dr.dkk. 2008. ISO FARMAKOTERAPI. Jakarta: PT.ISFI Penerbitan.
Isaacs, Ann.2005.Keperawatan Kesehatan Jiwa dan Praktek. Edisi 3.Jakarta:EGC
Keliat, B.A. dkk.2007. Advance Course Community Mental Health Nursing. Manajemen
Community Health Nursing District Level: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai