Anda di halaman 1dari 6

Tatalaksana

A. Terapi farmakologis
Gangguan afektif bipolar merupakan penyakit yang membutuhkan terapi
jangka Panjang. Secara umum terapi gangguan afektif bipolar berfokus pada
stabilisasi dengan tujuan pemulihan gejala mania atau depresi pada pasien sehingga
didapatkan mood yang stabil. Pengobatan kedua fase dapat menjadi sangat kompleks,
sebab perawatan untuk meringankan depresi dapat menyebabkan mania, hipomania
begitupula untuk perawatan mengurangi mania dapat menyebabkan episode depresi.
Beberapa terapi untuk gangguan afektif bipolar.
1. Mood stabilizer
Pemberian mood stabilizer bertujuan untuk menstabilkan mood agar pasien tidak
berada dikutub mood yaitu episode mania dan episode depresi.
a. Lithium
Merupakan pengobatan lini pertama untuk pengobatan gangguan afektif bipolar.
Penggunaan litium ini begitu efektif dalam episode manik dan mencegah
terjadinya rekuren episode manik dan episode depresi. Pemeriksaan lithium harus
disertai dengan pemeriksaan darah rutin karena penggunaan lithium pada jangka
Panjang bisa menyebabkan kegagalan ginjal dan masalah tiroid.
Dosis lithium untuk mania akut dapat dimaksimalkan antara 1,0 – 1,4 mEq/L.
dosis awal pemberian litium yaitu 20 mg/kg/hari. Dosis untuk mengatasi keadaan
akut lebih tinggi bila dibandingkan dengan terapi rumatan. Untuk terapi rumatan
dosis berkisar 0,4-0,8 mEq/L.
Efek samping dari pemberian litium yaitu mual,muntah,tremor, berat
badan,neurotoksisitas, delirium.
b. Valproate
Merupakan pengobatan untuk antiepilepsi yang disetujui oleh FDA sebagai
antimania. Asam valproate merupakan salah satu pengobatan popular karena dapat
menggantikan litium karena juga berfungsi sebagai mood stabilizer. Dosis
terapeutik untuk mania dicapai bila konsentrasi valproate dalam serum berkisar
antara 45-125 mg/mL. dosis awal untuk mania dimulai dengan 15-20 mg/kg/hari
atau 250-500 mg.hari dan dinaikkan setiap 3 hari hingga mencapai konsentrasi
serium 45-125 mg/mL. efek samping penggunaan valproate adalah sedasi,
peningkatan nafsu makan, penurunan leukosit serta trombosit dapat terjadi bila
konsentrasi serum >100 mg/mL. untuk terapi rumatan, konsentrasi valproate
dalam plasma dianjurkan antara 75-100 mg/mL.

c. Lamotrigine
Efektif untuk mengatapi gangguan afektif bipolar episode depresi. Lamotigrin
menghambat kanal Na+ selain itu juga menghambat pelepasan glutamate. Dosis
berkisar antara 50-200 mg/hari apadun efek samping yang dapat ditimbulkan
antara lain sakit kepala, mual, muntah, mengantuk, tremor dan berbagai bentuk
kemerahan kulit.
2. Antipsikotika atipik
Dapat digunakan baik untuk monoterapi maupun kombinasi terapi.
a. Risperidone
Merupakan derivate benzioksasol yang merupakan antipsikotik atipik yang
pertama mendapat persetujuan FDA setelah klozapin. Dosis penggunaan
risperidone untuk preparate oral tersedia dalam dua bentuk yaitu tablet dan
cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan dapat dinaikkan
hingga mencapai dosis 4 mg/hari. Efek samping penggunaan risperidone yaitu
sedasi, fatiq, palpitasi, peningkatan berat badan, berkurangnya gairah seksuan
dan disfungsi ereksi.
b. Olanzapine
Merupakan derivate tienobenzodiazepin. Dosis awal pemberian olanzapine
berkisar antara 2,5 – 5 mg 2x sehari. Dosis yang biasa digunakan yaitu 5-20
mg/hari 1x sehari atau dalam dosis terbagi.
c. Quetiapine
Berfungsi untuk mengurangkan episode manik yang sudah berat dan episode
manik yang dating dengan tiba-tiba. Dosis quetiapine pada gangguan afektif
bipolar dewasa yaitu 200-800 mg/hari tersedia dalam bentuk tablet IR
(immediate release) dengan dosis 25mg, 100mg, 200mg dan 300mg. dengan
pemberian 2 kali sehari.
d. Aripiprazole
Digunakan dalam pengobatan antipsikotik dengan episode campuran dan
episode manik. Dosis tersedia dalam bentuk tablet 5,10,15,20 dan 30mg.
kisaran dosis efektifnya perhari yaitu antara 10-30 mg. dosis awal yang
direkomendasikan yaitu antara 10-15 mg dan diberikan sekali sehari. Apabila
ada rasa mual, onsomnis dan akatisia dianjutkan untuk menurunkan dosis.
Efek samping dari penggunaan aripiprazole adalah sakit kepala, mengantuk,
agitasi, dyspepsia, ankietas dan mual.
3. Antidepresan
Antidepresan efektif untuk mengobati gangguan aktif bipolar dengan episode depresi.
Penggunaannya harus dalam jangka pendek. Penggunaan jangka Panjang akan
berpotensi menginduksi hipomania atau mania. Untuk menghindari hipomani/mania
antidepresan hendaknya dikombinasikan dengan mood stabilizer atau dengan
antipsikotika atipik.
a. benzodiazepine
merupakan suatu obat anxietas, dimana benzodiazepine berfungsi untuk
mengurangkan anxoetas dan perbaikan kualitas tidur. Contoh obat golongan
benzodiazepine termasuk golongan clonazepam, lorazepam, diazepam, dan
alprazolam. Umumnya benzodiazepam hanya digunakan dalam jangka waktu pendek.
Efek samping benzodiazepam antara lain yaitu pusing, penurunan koordinasi otot,
masalah keseimbangan dan memori.

B. Psikoterapi
Untuk farmakoterapi sangat penting dan merupakan dasar pengobatan pada gangguan
bipolar tapi penanganan psikososial tambahan juga berguna untuk episode depresi akut dan
untuk mencegah kekambuhan dan memulihkan kualitas hidup kepada pasien dan keluarga.
Untuk saat ini belum ada bukti atau tidak ada rekomendasi penanganan psikososial pada
mania akut.
Terdapat bukti bahwa psikoedukasi, kognitive behavioural therapy (CBT), family-focused
therapy (FFT), interpersonal and social-rhythm therapy (IPSRT), dan dukungan teman sebaya
dapat berguna dalam menangani gangguan bipolar dan disertakan dalam pilihan pengobatan
tambahan yang direkomendasikan.
Umumnya pemberian psikoedukasi direkomendasikan untuk pencegahan kekambuhan
terutama pada onset penyakit, dengan pemilihan terapi psikososial tambahan berdasarka
keprihatinan individu.
1. Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode manik
akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
 Penjelasan : Gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim dimana
dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan energik, dan
sangat bersemangat. Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan
dalam waktu 1 hari dapat terjadi marah, sensitive dan kesenangan yang berlebihan.
 Pentingnya mengatur pola tidur yang normal : Contohnya waktu saatnya tidur yang
sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum sakit serta hindari
kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya.
 Mencegah kekambungan dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya waktu tidur,
menghabiskan uang secara berlebihan atau merasa lebih energik dari biasanya dan
apabila hal itu terjadi maka segera memulai terapi.
 Pada pasien dengan episode manik, tidak sadar akan penyakit yang sedang di deritanya
dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap. Oleh karena itu, pengasuh juga perlu
untuk mengetahui dan menjadi bagian dalam upaya pencegahan.
 Hindari penggunaan alcohol dan zat psikoaktif
 Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian yang
menyedihkan dan membicarakannya pada keluarga dan sahabat.
 Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat mengurangi waktu tidur,
memperbaiki hubungan dukungan social, diskusi serta meminta pendapat tentang
keputusan penting misalnya tentang uang atau keputusan penting lainnya.
 Mempertahankan Kesehatan fisik, social, dan juga jiwa anggota keluarga.
 Membangun kepercayaan : Rasa percaya antara pasien dengan staf perawat memegang
peran yang sangat penting dalam perawatan pasien dengan gangguan afektif bipolar,
dimana hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien secara
simultan.

2. Psikoedukasi
Psikoedukasi secara luas mencakup penyediaan informasi tentang sifat penyakit,
perawatannya dan strategi coping utama untuk pasien dan keluarga.
Cara psikoedukasi untuk gangguan bipolar dengan mengajarkan pengembangan keterampilan
dalam mendeteksi dan mengelola prodromal depresi dan mania, manajemen stress
berkelanjutan, pemecahan masalah, bagaimana mengurangi efek stigma dan penolakan
penyakit, dan memberikan tips untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan dan
mengembangkan gaya hidup sehat (misalnya meminimalkan penggunaan alkohol, tembakau,
obat-obatan, stimulan seperti kafein, mendapatkan olahraga teratur dan mengatur waktu tidur
dan bangun).
Tujuan utama psikoedukasi adalah menciptakan strategi coping yang dipersonalisasi untuk
mencegah kekambuhan mood.
3. Terapi Perilaku Kognitif
Menurut beberapa buku terapi perilaku kognitif diberikan dalam 20 sesi per individu selama 6
bulan, dan beserta sesi tambahan. Terbapat bukti bahwa terapi perilaku kognitif dapat berguna
pada pasien dengan salah diagnosis atau yang memiliki keterlambatan diagnosis. Satu
research control trial (RCT) yang besar ditemukan bahwa depresi bipolar akut didapatkan
efikasinya hingga 30. Terapi perilaku kognitif ini berbeda dengan family focused therapy,
interpersonal dan social rhythm therapy, dan sesi penganganan melalui tiga sesi, tetapi tidak
mungkin untuk mengidentifikasi apakah ada keuntungan-keuntungan berasal dari perubahan
obat yang diresepkan atau perawatan psikososial. Dalam suatu RCT efektivitas terapi perilaku
kognitif sangat berfungsi untuk pencegahan kekambuhan. Saat ini terapi kognitif belum ada
bukti untuk mania.

4. Family-focused therapy
Family focused therapy dapat dilakukan pada gangguan bipolar yaitu dengan dukungan dan
Kerjasama dari keluarga atau orang penting lainnya bagi pasien terutama yang ada dalam
keluarga ditandai dengan tingginya tingkat emosi yang diekspresikan. Jadi Family focused
therapy ini berfokus pada gaya komunikasi antara pasien dan keluarga mereka atau dalam
suatu perkawinan, dengan tujuan fungis hubungan tersebut, dan disampaikan kepada keluarga
dan pasien dalam 21 sesi selama 9 bulan. Untuk depresi bipolar akut pada orang dewasa,
Family focused therapy intensif(hingga 30 sesi) dapat berdampak baik. Target dari FFT ini
yaitu terkait dengan depresi. Dalam studi, FFT menunjukan fungsi yang baik untuk
mengurangi kekambuhan episode baru depresi tetapi bukan mania. Secara keseluruhan, FFT
ini direkomendasikan sebagai lini kedua tembahan pengobatan depresi akut (tingkat 2) dan
untuk pemeliharaan (tingkat 2) . Tidak ada bukti dan rekomendasi FFT untuk mania.

5. Interpersonal and social rhythm therapy


Terapi ini bertujuan pada interpersonal terapi pada kesedihan, transisi interpersonal,
perselisihan, dana deficit interpersonal. Biasanya dalam 24 sesi individu yaitu lebih dari 9
bulan. Interpersonal and social rhythm therapy memiliki manfaat mengurangi kekambuhan
dan meningkatkan fungsi kerja. Dalam suatu studi Interpersonal and social rhythm therapy
menunjukkan manfaat untuk mengurangi kekambuhan dan meningkatkan fungsi kerja. Secara
keseluruhan, IPSRT direkomendasikan sebagai lini ketiga tambahan untuk depresi akut dan
untuk pemeliharaan, berdasarkan bukti level 2 yang terbatas (ukuran efek dan sampel kecil) di
setiap fase. Tidak bukti ada, dan karenanya tidak ada rekomendasi yang dibuat, untuk IPSRT
untuk mania.
Sumber:

1. Yatham LN, Kennedy SH, Parikh S V., Schaffer A, Bond DJ, Frey BN, et al. Canadian
Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT) and International Society for Bipolar
Disorders (ISBD) 2018 guidelines for the management of patients with bipolar disorder.
Bipolar Disord. 2018;20(2):97–170.

2. Shah N, Grover S, Rao GP. Clinical Practice Guidelines for Management of Bipolar Disorder.
Indian J Psychiatry. 2017;59(Suppl 1):S51-S66.
3. McCormick U, Murray B, McNew B. Diagnosis and treatment of patients with bipolar disorder: A
review for advanced practice nurses. J Am Assoc Nurse Pract. 2015;27(9):530-542.
4. Geddes JR, Miklowitz DJ. Treatment of bipolar disorder. Lancet. 2013;381(9878):1672-1682.
5. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, editors. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry.
Tenth edition. Philadelphia: Wolter Kluwer; 2017.

Anda mungkin juga menyukai