Anda di halaman 1dari 11

PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK DAN PSIKOFARMAKA

1. PERAN PERAWAT PADA TERAPI SOMATIK


Terapi somatik adalah terapi yang diberikan untuk mengubah perilaku maladaptif
menjadi perilaku yang adaptif dengan tindakan yang ditujukan pada fisik klien walaupun
yang diberikan perlakuan fisik tetapi target terapi adalah perilaku klien.
A. ECT ( Elektro Confulsive Therapy )
Bentuk terapi dengan menimbulkan kejang grand mall, dimana mengalirkan arus listrik
mll elektroda yg ditempelkan pd pelipis klien. Awalnya ditujkan untuk klien skizopreni,
tetapi lebih cocok untuk gangguan afektif. Kontra indikasi :
1. Tumor intra kranial
2. Kehamilan
3. Osteoporosis
4. Infarc miokard
5. Asthma bronchiale

a. Peran perawat
1. Persiapan :
a. Tangani kecemasan klien
b. Lakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium
c. Mempersiapkan inform concent
d. Puasakan klien minima 6 jam
e. Hentikan pemberian obat sblm ECT
f. Lepaskan gigi palsu, kontak lens, dll
g. Memakaikan pakaian yg longgar
h. Membantu mengosongkan blass

b. Pelaksanaan :
a. Baringkan klien
b. Siapkan alat
c. Pasang bantalan gigi
d. Sementara ECT dilakukan, tahan persendian dgn supel
e. Setelah selesai, berikan bantuan nafas

c. Setelah ECT :
a. Observasi TTV sampai stabil
b. Jaga keamanan klien
c. Bila sudah sadar, orientasikan klien

2. PERAN PERAWAT PADA TERAPI PSIKOFARMAKA


Psikofarmaka adalah obat- obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik
(bekerja pada sistim saraf ). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif,
yang meliputi :
1. Teori biologis (somatik), mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi
Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik.
3. Terapi Modalitas.

Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat


perlu mamahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk
Neurotransmiter adalah Dopamin,Neuroeprineprin, Serotonin dan GABA (Gama Amino
Buteric Acid),dll. Meningkatnya dan menurunnya kadar / konsentrasi neurotransmiter
akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat – obatan psikofarmaka efektif
untuk mengatur keseimbangan Neurotransmiter.
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmakologis
yang tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Pengkajian Pasien
Pengkajian pasien memberikan landasan pandangan tentang maing-masing pasien.
2. Koordinasi Modalitas Terapi
Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi pengobatan dan sering kali
membingungkan bagi klien.
3. Pemberian Agens Psikofarmakologis
Program pemberian obat dirancang secara profesional dan bersifat individual.
4. Pemantauan Efek Obat
Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang dapat dialami pasie.
5. Penyuluhan Pasien
Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan efektif.
6. Program Rumatan Obat
Dirancang untuk mendukung pasien suatu tatanan perawatan tindak lanjut dalam jangka
panjang.
7. Partisipasi Dalam Penelitian Klinis Antardisiplin Tentang Uji Coba Obat
Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan untuk
mengobati pasien gangguan jiwa.
8. Kewenangan Untuk Memberikan Resep
Beberapa perawat jiwa yang memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman sesuai
dengan undang-undang praktik negaranya boleh meresepkan agens farmakologis untuk
mengobati gejala dan memperbaiki status fungsional pasien yang mengalami gangguan
jiwa.

PENGKAJIAN
Sebelum melakukan pengobatan psikofarmakologi, evaluasi psikiatri yang lengkap harus
dilakukan, mencakup hal-hal berikut:
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
 Evaluasi status mental
 Riwayat medis dan psikiatri
 Riwayat medikasi
 Riwayat keluarga

Kewaspadaan Perawat:
Pengguanan obat secara bersamaan atau polifarmasi dapat meningkatkan aksi terapeutik
spesifik, dapat diperlukan untuk mengobati penyakit yang bersamaan dan dapat melawan efek
obat pertama yang tidak diinginkan. Beberapa masalah berkaitan dengan penggunaan obat
bersamaan termasuk kebingungan saat tercapai keefektifan terapeutik dan efek samping serta
perkembangan interaksi obat.

 Antiansietas dan Hipnotik-Sedatif


 Benzodiazepin
Memberikan efek antiansietasnya melalui potensiasi yang kuat pada
neurotransmiter inhibisi asam ɣ-aminobutirat (GABA)
Benzodiazepin merupakan obat pilihan yang sering digunakan dalam penatalaksaan
ansietas, insomnia dan kondisi yang berhubungan dengan stres. Indikasi utama dalam
penggunaan benzodiazepin :
- Gangguan ansietas umum
- Ansietas yang berhubungan dengan depresi
- Gangguan tidur
- Ansietas yang berhubungan dengan gangguan fobia
- Ganggaun stres pascatrauma
- Putus obat dan alkohol
- Ansietas yang berhubungan dengan penyakit medis
- Relaksasi muskuloskeletal
- Gangguan kejang
- Ansietas praoperasi

Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan


Benzodiazepin mempunyai indeks terapeutik yang sangat tinggi, sehingga
overdosis obatini saj hampir tidak pernah menyebabkan fatalitas. Efek samping merupakan
hal yang umum, berhubungan dengan dosis dan hampir selalu tidak membahayakan.
Kewaspadaan Perawat
Benzodiazepin pada umumnya tidak terjadi adiktif kuat jika penghentian
pemberiannya dilakukan secara bertahap, jika obat ini digunakan untuk tuuan tepat dan jika
penggunaanya tidak disertai dengan penggunaan zat lain, seperti penggunan kronis
barbiturat atau alkohol. Awasi terutama terhadap: seasi, ataksia, iritabilitas dan masalah
memori.

 Nonbenzodiazepin
Kewaspadaan Perawat:
Penggunaan barbiturat dapat menyebabkan banyak kerugian seperti berikut:
 Terjadi toleransi tehadap efek antiansietas dari barbiturate
 Obat ini lebih adiktif
 Obat ini menyebabkan reaksi serius dan bahkan reaksi putus obat yang letal
 Obat ini berbahaya jika terjadi overdosis dan menyebabkan depresi SSP
 Obat ini mempunyai berbagai interaksi obat yang berbahaya

 Antidepresan
Indikasi klinis utama untuk penggunaan antidepresan adalah penyakit depresif mayor.
Obat ini juga berguna dalam pengobatan gangguan panik, gangguan ansietas lain dan enuresis
pada anak-anak, untuk megatasi gangguan defisit erhatian pada anak-anak dan bulimia serta
narkolepsi.

Antidepresan trisiklik (ATS)

Untuk mengatur penggunaan neurotransmiter norepinefrin dan serotonin pada otak.


ATS aman dan efektif dalam pengobatan penyakit depresif akut dan jangka panjang.

 Reaksi yang Merugikan dan Pertimbangan Keperawatan


Perawat harus mengetahui efek samping umm dari antidepresan dan mewaspadai
efak toksik serta pengobatannya. Obat ini menyebabkan sedasi dan efek samping
antikolinergik, seperti mulut kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urine, hipotensi
ortostatik, kebingungan sementara, takikardi dan fototsensifitas. Kebanyak kondisi ini
adalah efek samping jangka endek dan biasa terjadi serta dapat diminimalkan dengan
menurunkan dosis obat. Efak samping toksik termasuk kebingungan konsentrasi buruk
halusinasi, delirium, kejang, depresi pernapasan, takikardi, bradikardi dan koma.
 Kewaspadaan Perawat
 Antidepresan trisiklik dapat menjadi letal dalam dosis yang berlebihan
 Obat ini mempunyai kelambatan waktu 3 sampi 4 minggu sebelum terjadi respon
terpeutik
 Tidak diketahui adanya efek yang merugikan jangka panjang
 Tidak terjadi toleransi terhadap efek terapeutik
 Efek samping menetap sering kali dapat diminimalkan dengan sedikit menurunkan dosis
 ATS tidak dapat menyebabkan adiksi fisik atau ketergantungan psikologi
 Obat ini tidak menyebabkan euforia, sehingga tidak memiliki potensial penyalahgunaan
 Obat ini dapat diberikan satu kali dalam sehari.

 Inhibitor monoamin oksidase (MAOI)


MAOI menghambat monoamin oksidase didalam otak dan di seluruh tubuh.
Dengan menghambat MAO didalam otak, makin sedikit norepenefrin yang dimetabolisme
sehingga meningkatkan ketersediaannya di sinaps.
MAOI adalah antidepresan yang sangat efektif dan obat antipanik yang digunakan
serta sangat ditakuti penggunaannya. Karena dapat menyebabkan krisis hipertensi jika
mengkonsumsi makanan yang mengandung tiramin dan obat-obatan tertentu bersamaan
obat ini, penyuluhan kesehatan sangat penting dilakukan.
Reaksi yang Merugikan dan Pertimnagan Keperawatan
Efeksamping MAOI mencakup pusing , konstipasi, disfungsi seksual, kekuatan
otot, mengantuk, mulut kering, retensi cairan, insomnia, kesulitan memulai berkemih dan
peningkatan berat badan.
Kewaspadaan Perawat
 MAOI dapat menjadi letal dalam dosis yang berlebihan
 Pembatasan diet harus dimulai beberapa hari sebelumpemberian obat, dipertahankan
selama minum obat dan dilanjutkan selama 2 minggu setelah penghentian terapi
 Obat ini tidak menyebabkan adiksi
 Tidak terjadi toleransi terhadap efek terapeutik
 MAOI menurunkan kemampuan tubuh untuk menggukan Vit B6 sehingga mungkin
diperlukan pemberian suplemen
 Inhibitor reutake serotonin selektif
Mekanisme SSRI menghambat reuptake serotonin pada membran prasinaptik, dapat
meningkatkan neurotransmisi serotonin dalam otak. Antidepresan terbaru yaitu venlafaksin
meningkatkan kadar serotonin dan norepinefrin, venlafaksin mempunyai spektrum aktifitas
yang luas. SSRI memiliki profil efek samping yang lebih aman daripada ATS dan MAOI.
Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan

SSRI mempunyai efek antidepresan yang sebanding dengan kelas antidepresan


lainnya tetapi tanpa efek samping antikolinergi, kardiovaskular, mual, diare, insomnia,
mulut kering, gelisah, sakit kepala, disfungsi seksual, mengantuk, pusing dan berkeringat.
Kondisi ini merupakan efek samping jangka pendek dan dapat diminimalkan dengan
tindakan suportif, mentitrasi dosis atau mengubah jadwal pengobatan.

 Obat Penstabil Mood


 Litinum
Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan
Efek samping litinum mencakup tremor halus pada tangan, keletihan, sakit kepala,
ketumpulan mental, letargi, poliuria, polidipsi, iritasi lambung, mual ringan, muntah, diare,
akne perubahn EKG dan peningkatan berat badan.
 Antikonvulsan
Beberapa anti konvulsan digunakan untuk penyakit bipolar. Karbamazepin efeknya
pada otak membantu menstabilkan mood. Efek samping meliputi mengantuk, pusing,
ataksia, pandangan kabur, mual, muntah dan ruam kulit. Valproat (depakote) ditoleransi
dengan baik dan efek sampingnya meliputi anoreksia, mual, muntah, diare, tremor, sedasi,
ataksia, peningkatan berat badan, pankreatitis dan disfungsi hati.
Kewaspadaan Keperawatan
 Toksisitas litium adalah kedaruratan yang mengancam jiwa
 Kadar darah harus sering dipantau
 Pengobatan mungkin saja gagal
 Litium juga dapat dikombinasikan dengan anti depresan lain
 Pasien membutuhkan penyuluhan yang cermat tentang rumatan kadar litium
 Litium digunakan untuk meningkatkan keefektifan antidepresan lain.

 Antipsikotik
Reaksi yang merugikan dan pertimbangan keperawatan
Efeksamping menyebabkan rasa tidak nyaman bagi pasien dan kebanyakkan mudah
ditangani namun ada yang mengancam jiwa. Perawat harus memberi perhatian khusus pada
gejala atau sindrom ekstrapiramidal baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Kewaspadaan Keperawatan, pedoman perawat untuk pemberian antipsikotik:
 Kebutuhan dosis antipsikotik individu sangat bervariasi
 Setelah pembagian dosis pertama pasien dapat menerima dosis sekali setiap hari
 Perbaika gejala biasanya terjadi dalam 3 sampai 2 minggu. Effek optimal dapat
berlangsung beberapa bulan
 Beberapa pasien membutuhkan terapi medikasi antipsikotik sepanjang hidupnya
 Pengawasan terhadap diskinesia tardif (EPS jangka panjang) harus dilakukan
sedikitnya setiap bulan dalam terapi jangka panjang dengan antipsikotik kovensional
 Perawatan klinis yang baik untuk pasien yang mendapatkan klozapin termasuk hitung
darah lengkap setiap minggu untk memantau penurunan jumlah sel darah putih dan
peresepan klozapin yang diberikan untuk 1 minggu sekali.

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat

2.3.1 Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi :

a. Diagnosa Medis

b. Riwayat Penyakit
c. Hasil Pemeriksaan Lab

d. Jenis obat yang digunakan, dosis, waktu pemberian

e. Program terapi yang lain

f. mengkombinasikan obat dengan terapi Modalitas

g. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum obat secara teratur
dan penanganan efek samping obat

h. Monitoring efek samping penggunaan obat

2.3.2 Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka

a. Persiapan

1. Melihat order permberian obat di lembaran obat (status)

2. Kaji setiap obat yang akan diberikan. Termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis, efek samping
obat dan cara pemberian

3. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat

4. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan

b. Lakukan minimal prinsip lima benar

c. Laksanakan program pemberian obat

1. Gunakan pendekatan tertentu

2. Pastikan bahwa obat telah terminum

3. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal
2.3.3 Laksanakan program pengobatan berkelanjutan melalui program rujukan

2.3.4 Menyesuaikan dengan terapi non famakoterapi

2.3.5 Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka

Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir yang
penting harus dilakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika :

a. Emosional stabil

b. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat

c. Halusinasi, Agresi, Delusi, menarik diri menurun

d. Prilaku mudah diarahkan

e. Proses berpikir kea rah logika

f. Efek samping Obat

g. Tanda-tanda Vital

Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmaka yang


tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai salah satu bagian dari pendekatan holistik
pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberi landasan pandangan tentang masing-


masing pasien.

2. Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi


pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien

3. Pemberian agen psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara


professional dan bersifat individual

4. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang
dapat dialami pasien.
5. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan
efektif

6. Program Rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan


perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.

7. Partisipasi dalam penelitian klinis antar disiplin tentang uji coba obat.

8. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan
untuk mengobati pasien gangguan jiwa

9. Kewenangan untuk memberi resep

Keliat, B.A. dkk.2007. Advance Course Community Mental Health Nursing.Manajemen


Community Health Nursing District Level: Jakarta
http://www.docstoc.com/docs/PERAN -PERAWAT-PADA REHABILITASI-KLIEN-
GANGGUAN-JIWA

Anda mungkin juga menyukai