KATA PENGANTAR
Halaman
Kata Pengantar……………………………………………………….. i
Daftar Isi…………………………………………………………………. ii
Daftar Tabel……………………………………………………………. iii
Daftar Lampiran……………………………………………………… iv
BAB I ANSIETAS……………………………………………………….
A. Defenisi ………………..……………………………..
B. Penyebab …………………………………………….
C. Gejala dan Tanda Mayor……………..….…….
D. Gejala dan Tanda Minor……………..…………
E. Intervensi Utama …………….……………………
F. Intervensi Pendukung…………………………….
G. Luaran Utama …………….…………………………
H. Luaran Tambahan……………..……………………
BAB II BERDUKA……………………………………………………….
A. Defenisi………..………………………………………..
B. Penyebab……………………………………………….
C. Gejala dan Tanda Mayor….…………………….
D. Gejala dan Tanda Minor…………………………
E. Intervensi Utama……………………………………
F. Intervensi Pendukung…………………………….
G. Luaran Utama…………………………………………
H. Luaran Tambahan…………………………………
BAB III DISTRES SPRITUAL
A. Defenisi………..………………………………………..
B. Penyebab……………………………………………….
C. Gejala dan Tanda Mayor….…………………….
D. Gejala dan Tanda Minor…………………………
E. Intervensi Utama……………………………………
F. Intervensi Pendukung…………………………….
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
E. INTERVENSI UTAMA
1. Dukungan Proses Berduka (I.02028)
F. INTERVENSI PENDUKUNG
1. Dukungan Kelompok (I.09258)
a. Defenisi : Memfasilitasi penggunaan kondisi yang dilakukan sendiri untuk
mamnfaat terapeutik.
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi apakah hipnosis dapat digunakan
- Identifikasi masalah yang akan diatasi dengan hipnosis diri
- Indentifikasi penerimaan terhadap hipnosis diri
- Identifikasi mitos dan kesalahpahaman terhadap penggunaan
hipotesis diri
- Identifikasi kesesuaian sugesti hipnosis
- Indentifikasi teknik induksi yang sesuai (mis. Ilusi pendulum Chevreul,
relaksasi, relaksasi otot, latihan visualisasi, perhatianpada
pernapasan, mengulang kata / frase kunci)
- Indentifikasi teknik pendalaman yang sesuai (mis. Gerakan tangan ke
wajah, teknik eskalasi, imajinasi, fraksinasi)
- Monitor respons terhadap hpnosis diri
- Monitor kemajuan yang mencapai terhadap tujuan terapi
2) Terapeutik
- Tetapkan tujuan hipnosis diri
- Buatkan jadwal latihan, jika perlu
3) Edukasi
- Jelaskan jenis hipnosis diri sebagai penunjang terapi modalitas (mis.
hipnoterapi psikoterapi, terapi kelompok, terapi keluarga)
- Ajarkan prosedur hipnosis diri sesuai kebutuhan dan tujuan
- Anjurkan memodifikasi prsedur hipnosis diri (frekuensi, intensitas,
teknik) berdasarkan respons dan kenyamanan
2. Dukungan Keluarga (I.13477)
a. Defenisi : Memfasilitasi perencanaan pelaksanaan perawatan
kesehatan keluarga.
b. Tindakan :
1) Observasi
- Idetifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
- Identifikasi konsekuensi tidak melakukan tinfakan bersama keluarga
- Identifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
- Identifikasi tindakan yang dapat dilakukan keluarga
2) Terapeutik
8. Jurnal (I.09279)
a. Defenisi : Menjadikan menulis sebagai cara merefleksikan dan menganalisis
peristiwa, pengalaman, pikiran, dan perasaan.
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi tujuan yang diharapkan dari intervensi jurnal
- Monitor capaian tujuan yang ditetapkan
2) Terapeutik
9. Konseling (I.10334)
a. Defenisi : Memberikan bimbingan untuk meningkatkan atau mendukung
penanganan, pemecahan masalah, dan hubungan interpersonal.
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kemampuan dan beri penguatan
- Identifikasi perilaku keluarga yang mempengaruhi pasien
2) Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik, berdasarkan rasa percaya dan penghargaan
- Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
- Tetapkan tujuan dan lamahubungan konseling
- Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
- Berikan penguatan terhadap keterampilan baru
- Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
3) Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan
- Anjurkan membuat daftar alternative penyelesaian masalah
- Anjurkan pengembangan keterampilan baru, jika perlu
- Anjurkan mengganti kebiasaan maladaptive dengan adaptif
- Anjurkan untuk menunda pengambilan keputusan saat stres
5) LUARAN UTAMA
1. Tingkat Berduka (L.09094)
a. Defenisi : Respon psikososial yang ditunjukkan akibat kehilangan (orang,
objek, fungsi, status, bagian tubuh atau hubungan)
b. Ekspektasi : Membaik
c. Ktiteria Hasil
B. PENYEBAB
1. Menjelang ajal
2. Kondisi penyakit kronis
3. Kematian orang terdekat
4. Perubahan pola hidup
5. Kesepian
6. Pengasingan diri
7. Pengasingan sosial
8. Gangguan sosio-kultural
9. Peningkatan ketergantungan pada orang lain
10. Kejadian hidup yang tidak diharapkan
2. Objektif
a. Tidak mampu beribadah
b. Marah pada tuhan
2. Objektif
a. Menolak berinteraksi dengan orang terdekat/
pemimpin spiritual
b. Tidak mampu berkreativitas (mis. menyanyi,
mendengarkan music, menulis)
c. Koping tidak efektif
d. Tidak berminat pada alam/literatur spiritual
2) Terapeutik
- Berikan kesempatan mengekspresikan
perasaan tentang penyakit dan kematian
- Berikan kesempatan mengekspresikan dan
meredakan marah secara tepat
- Yakinkan bahwa perawat bersedia
mendukung selama masa ketidakberdayaan
- Sediakan privasi dan waktu tenang untuk
aktivitas spiritual
- Diskusikan keyakinan tentang makna dan
tujuan hidup, jika perlu
- Fasilitasi melakukan kegiatan ibadah
3) Edukasi
- Anjurkan berinteraksi dengan keluarga,
teman, dan/ atau orang lain
- Anjurkan berpartisipasi dalam kelompok
pendukung
- Ajarkan metode relaksasi, meditasi, dan
imajinasi terbimbing
4) Kolaborasi
- Atur kunjungan dengan rohaniawan (mis.
ustadz, pendeta, room, biksu)
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan
panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia
untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap
peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian
masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan
terhadap dukungan sosial
2) Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang
dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan
menyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi
kesalahpahaman dan mengevaluasi
perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak
menggunakan rasa bersalah dan rasa
malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan
bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi
yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-
aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan
yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam
pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat
pasien berada dibawah tekanan
3) Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang
memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual,
jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih
spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah
secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan sosial, sesuai
Kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian
obyektif
F. INTERVENSI PENDUKUNG
1. Dukungan Emosional (I.09256)
a. Defenisi : Memfasilitasi penerimaan kondisi
emosional selama masa stres.
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi fungsi marah, frustasi, dan amuk bagi pasien
- Identifikasi hal yang tekah memicu emosi
2) Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
- Buat pernyataan suportif atau empati selama fase berduka
3) Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami(mis. amsietas, marah,
sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola
respons yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
4) Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
2) Terapeutik
- Integrasikan keyakinan dalam rencana
perawatan sepanjang tidak membahayakan
/berisiko keselamatan, sesuai kebutuhan
- Berikan harapan yang realistis sesuai
prognosis
- Fasilitasi pertemuan antara keluarga dan tim kesehatan untuk membuat
keputusan
- Fasilitasi memberikan makna terhadap kondisi kesehatan
3) Edukasi
- Jelaskan bahaya atau risiko yang terjadi akibat keyakinan negatif
- Jelaskan alternative ynag berdampak positif untuk memenuhi keyakinan
dan perawatan
- Berikan penjelasan yang relevan dan mudah dipahami
2) Terapeutik
- Dengarkan ungkapan perasaan dan pikiran
secara empati
- Gunakan teknik kehadiran, sentuhan, dan
empati, jika perlu
- Fasilitasi mengatasi hambatan pemulihan dengan cara spiritual (mis.
doa,bimbingan, bersikap bijaksana)
3) Edukasi
- Jelaskan bahwa memaafkan adalah sebuah proses
- Jelaskan bahwa memaafkan memiliki kesehatan dan pemulihan diri
- Ajarkan teknik melepaskan emosi dan relaksasi
2) Terapeutik
- Fasilitasi mengklarifikasi nilai dan harapan yang
membantu membuat pilihan
- Diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap
solusi
- Motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang
diharapkan
- Fasilitasi pengambilan keputusan secara kolaboratif
- Hormati hak pasien untuk menerima atau menolak
informasi
- Fasilitasi menjelaskan keputusab kepada orang lain,
jika perlu
3) Edukasi
- Informasikan alternatif solusi secara jelas
- Berikan informasi yang diminta pasien
4)Kolaborasi
- Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
memfasilitasi pengambilan keputusan
2) Terapeutik
- Sediakan sarana yang aman dan nyaman untuk
pelaksanaan ibadah (mis. temat berwudhu,
perlengkapan sholat, arah kiblat,perlengkapan
kebaktian)
- Fasilitasi konsiltasi medis dan tokoh agama terhadap
prosedur khusus (mis. donor, transfusi)
- Fasilitasi penggunaan ibadah sebagai sumber koping
- Fasilitasi kebutuhan diet sesuai dengan agama yang
dianut (mis. tidak makan babi bagi muslim, tidak makan
daging sapi bagi hindu)
3) Kolaborasi
- Konsultasi medis terkait pelaksanaan ibadah yang
memerluan perhatian (mis.puasa)
- rujuk pada rohaniawan, konseling profesi dan kelompok
pendukung pada situasi spiritual dan ritual, jika sesuai
3) Edukasi
- Informasikan keluarga dan tenaga kesehatan lain teknik
berkomunikasi dan gunakan secara konsisten
- Anjurkan keluarga dan staf mengajak bicara meskipun
tidak mampu berkomunikasi
4) Kolaborasi
- Rujuk pada terapis wicara, jika perlu
2) Terapeutik
- Fasilitasi mengungkapkan pengalaman emosional
yang menyakitkan
- Fasilitasi mengidentifikasi asumsi interpersonal yang
melatarbelakangi pengalaman emosional
3) Edukasi
- Ajarkan mengekspresikan perasaan secara asertif
- Informasikan menekan perasaan dapat mempengaruhi
hubungan interpersonal
2) Terapeutik
- Fasilitasi mengidentifikasi situasi perasaan muncul
dan respons terhadap situasi
- Fasilitasi mengidentifikasi refleksi perasaan yang
Destruktif
- Fasilitasi mengidentifikasi dampak situasi pada
hubungan keluarga
- Fasilitasi memahami rasa bersalah adalah reaksi
umum terhadap trauma, penganiayaan, berduka,
bencana, atau kecelakaan
- Fasilitasi dukungan spiritual, jika perlu
3) Edukasi
- Bimbing untuk mengakui kesalahan diri sendiri
- Ajarkan mengidentifikasi perasaan bersalah yang
Menyakitkan
- Ajarkan menggunakan teknik menghentikan pikiran dan
subsitusi pikiran dengan relaksasi otot saat pikiran
bersalah terus dirasakan
2) Terapeutik
- Tawarkan kegiatan ibadah yang sesuai untuk pemulihan
bagi pasien dan keluarga/kelompok agama
- Berikan dukungan interpersonal secara reguler sesuai
kebutuhan
- Laporkan dugaan penyalahgunaan terhadap rumah
ibadah dan/ atau otoritas hukum
3) Kolaborasi
- Rujuk konseling agama yang sesuai
- Rujuk jika diduga terdapat penyalahgunaan ritual gaib
2) Edukasi
- Anjurkan membuat komitmen spiritual berdasarkan
keyakinan dan nilai
- Anjurkan berpartisipasi dalam kegiatan ibadah (hari
raya, ritual) dan meditasi
3) Kolaborasi
- Rujuk pada permuka agama/kelompok, jika perlu
- Rujuk kepada kelompok pendukung, swabantu, atau
program spiritual, jika perlu
2) Terapeutik
- Berikan penegasan positif tentang nilai diri
- Fasilitasi keluarga dalam mengidentifikasi strategi
penanggulangan situasi stress
- Diskusikan indikasi penganiayaan dengan pasien dan
3) Edukasi
- Ajarkan cara mengatasi masalah dalam perawatan
- Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis. takut,
kuatir,sedih, kesal, marah)
- Anjurkan rawat inap untuk pemeriksaan dan
penyelidikan lebih lanjut, jika perlu
- Anjurkan penyesuaian lingkungan rumah untuk
meningkatkan kemandirian
- Anjurkan melakukan program aktivitas fisik rutin dan
program latihan yang sesuai
- Ajarkan perawatan mandiri melalui latihan, penguatan
dan pengulangan
- Informasikan sumber daya komunitas (mis. alamat dan
nomor telepon lembaga yang memberikan bantuan
layanan kesehatan lansia dirumah)
4) Kolaborasi
- Rujuk ke program terapi fisik atau olahraga, jika perlu
- Rujuk kepada perawat komunitas, jika perlu
- Rujuk kepada layanan hak asasi manusia, jika perlu
2) Terapeutik
- Tunjukkan sikap menerima dan empati
- Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
Kehilangan
- Motivasi untuk menguatkan dukungan keluarga atau
orang terdekat
- Fasilitasi melakukan kebiasaan sesuai dengan budaya,
agama dan norma sosial
- Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan cara yang
3) Edukasi
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa sikap
mengingkari, marah, tawar menawar, depresi dan
menerima adalah wajar dalam menghadapi kehilangan
- Anjurkan mengidentifikasi ketakutan terbesar pada
kehilangan
- Ajarkan melewati proses berduka secara bertahap
2) Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya
dan penghargaan
- Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
- Tetapkan tujuan dan lama hubungan konseling
- Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
- Berikan penguatan terhadap keterampilan baru
- Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
3) Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan
- Anjurkan membuat daftra alternatif penyelesaian
masalah
- Anjurkan pengembangan keterampilan baru, jika perlu
- Anjurkan mengganti kebiasaan maladatif dengan adatif
- Anjurkan untuk menunda pengambilan keputusan saat
Stress
2) Terapeutik
- Lakukan reduksi ansietas (mis. anjurkan nafas dalam
sebelum prosedur, berikan informasi tentang
prosedur)
- Lakukan manajemen pengendalian marah, jika perlu
- Pahami reaksi marah terhadap stressor
- Bicarakan perasaan marah, sumber dan makna marah
- Berikan kesempatan untuk menenangkan diri
- Pastikan keselamatan pasien, anngota keluarga dan
staf
- Berikan waktu istirahat dan tidur yang cukup untuk
mengembalikan tingkat energi
- Gunakan metode untuk meningkatkan kenyamanan dan
ketenangan spiritual
- Pastikan asupan nutrisi yang adekuat untuk
meningkatkan resistensi tubuh terhadap stress
- Hindari makanan yang mengandung kafein, garam dan
lemak
3) Edukasi
- Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi kejadian
Stress
- Anjurkan mengendalikan tuntutan orang lain dengan
negosiasi atau mengatakan “tidak”
- Anjurkan memenuhi kebutuhan yang prioritas dan dapat
diselesaikan
- Anjurkan latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan
biologis dan emosional 30 menit tiga kali seminggu
- Anjurkan menggunakan teknik menurunkan stress yang
sesuai untuk diterapkan di rumah sakit maupun pada
situasi lainnya
- Ajarkan teknik menurunkan stres (mis. latihan pernafasan,
masase, relaksasi progresif, imajinasi terbimbing,
biofeedback, terapi sentuhan, terapi murattal, terapi
music, teraoi humor, terapi tertawa, meditasi)
2) Terapeutik
- Ciptakan suasana yang netral dalam proses
komunikasi
- Gunakan berbagai teknik komunikasi (mis. mendengar
aktif, parafrase, refleksi)
- Diskusikan masalah
- Fasilitasi mengidentifikasi alternatif penyelesaian
masalah
- Fasilitasi kedua belah pihak dalam menerima
penyelesaian yang disepakati
- Berikan penguatan positif terhadap upaya
penyelesaian masalah
3) Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan masalah yang dialami
- Anjurkan menggunakan panduan dalam proses
komunikasi
2) Terapeutik
- Ciptakan hubungan terapeutik pasien dengan
keluarga dalam perawatan
- Diskusikan cara perawatan di rumah (mis. kelompok,
perawatan di eumah atau rumah singgah)
- Motivasi keluarga mengembangkan aspek positif
rencana perawatan
- Fasilitasi keluarga membuat keputusan perawatan
3) Edukasi
2) Terapeutik
- Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai
penting
- Pandu mengingat kembali kenangan yang
menyenangkan
- Libatkan pasien secara asertif dalam perawatan
- Kembangkan rencana perawatan yang melibatkan
tingkat pencapaian tujuan sederhana sampai dengan
kompleks
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga
terlibat dengan dukungan kelompok
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan
mempraktikkan kebutuhan spiritual
3) Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasaan terhadap kondisi
dengan realistis
- Anjurkan mempertahankan hubungan (mis.
menyebutkan mana orang yang dicintai)
- Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik
dengan orang lain
- Latih menyusun tujuan yang sesuai dengan harapan
- Latih cara mengembangkan spiritual diri
- Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu (mis.
prestasi pengalaman)
2) Terapeutik
- Perlakukan pasien dengan bermartabat dan
terhormat
- Tunjukkan keterbukaan empati dan kesediaan
mendengarkan perasaan pasien
- Yakinkan bahwa perawat selalu ada dan mendukung
- Gunakan teknik klarifikasi untuk membantu menilai
keyakinan, jika perlu
- Fasilitasi mengekspresikan dan meredakan amarah
secara tepat
- Motivasi meninjau kehidupan masa lalu dan fokus
pada hal yang memberikan kekuatan spiritual
- Motivasi berinteraksi dengan anggota keluarga,
teman ,dan lainnya
- Dorong privasi dan waktu tenang untuk aktivitas
spiritual
2) Terapeutik
- Berikan dukungan caring dalam pelayanan
- Motivasi berpartisipasi dalam kegaiatan sosial dan
masyarakat
- Motivasi membina hubungan dengan pihak yang
3) Edukasi
- Jelaskan hambatan pada sistem pendukung
- Informasikan jaringan sosial yang tersedia
- informasikan tingkat sistem pendukung (mis.
keluarga, teman dan masyarakat)
- Anjurkan keluarga terlibat dalam perawatan
4) Kolaborasi
- Rujuk ke kelompok swadaya
- Kolaborasi dengan program pencegahan atau
pengobatan berbasis masyarakat, jika perlu
2) Terapeutik
- Sediakan ruangan yang tenang dan nyaman
3) Edukasi
- Anjurkan membayangkan suatu tempat yang
sangat menyenangkan yang pernah atau yang
ingin dikunjungi (mis.gunung, pantai)
- Anjurkan membayangkan mengunjungi tempat
yang dikunjungi berada dalam kondidi yang
sehat, bersama dengan orang yang dikasihi atau
dicintai dalam suasana yang nyaman
2) Terapeutik
- Buat kontrak dengan pasien
- Ciptkan ruangan yang tenang dan nyaman
3) Edukasi
- Anjurkan mendengarkan music yang lembut atau
musik yang disukai
- Anjurkan berdoa, berzikir, membaca kitab suci,
ibadah sesuai agama yang dianut
- Anjurkan melakukan teknik menenangkan hingga
perasaan menjadi tenang
2) Terapeutik
- Gunakan pakaian yang nyaman
- Batasi lama sesi sesuai rentang perhatian, respons
dan kemauan melanjutkan
- Tetapkan metode reminisens yang paling efektif
(mis. autobiografi, jurnal, riview peristiwa kehidupan,
catatan, diskusi terbuka, dan story telling)
- Gunakan teknik mendengarkan efektif
- Gunakan alat bantu peraga (mis. musik untuk
stimulasi audio, album foto untuk stimulasi visual,
parfum untuk stimulasi penciuman) untuk
memfasilitasi sensorik menstimulasi kenangan
- Gunakan pertanyaan langsung dan terbuka tentang
kejadian masa lalu
- Gunakan album foto untuk menstimulasi kenangan
3) Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan positif dan
negatif terhadap kenangan secara lisan
- Anjurkan menulis kejadian masa lalu
- Anjurkan menulis surat kepada saudara atau teman
lama
c. LUARAN UTAMA
Status Spiritual (L.09091)
a. Defenisi : keyakinan atau system nilai berupa kemampuan merasakan makna dan
tujua hidup melalui hubungan diri, orang lain, lingkungan atau Tuhan.
b. Ekspektasi : Membaik
c. Kriteria Hasil :
Cukup 2. Kesadara
Cukup Sedan Meningka
Kriteria Hasil Menurun Meningka n Diri
Menurun g t
t (L.09072)
Keterlibatan
a.
dalam
1 2 3 4 5 Defenisi :
aktivitas Kemampuan
perawatan menilai
Selera makan 1 2 3 4 5 kekuatan,
Inisiatif 1 2 3 4 5 kelemahan,
Minat
komunikasi 1 2 3 4 5 pikiran,
verbal sikap,
Cukup Cukup
Kriteria Hasil Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Membaik
Verbalisasi
1 2 3 4 5
keputusasaan
Perilaku Pasif 1 2 3 4 5
Afek datar 1 2 3 4 5
Mengangkat
bahu saat 1 2 3 4 5
bicara
Cukup Cukup
Kriteria Hasil Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pola tidur 1 2 3 4 5
kepercayaan, emosi, motivasi
seseorang berkaitan dengan diri, lingkungan dan
orang lain.
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil :
Cukup
Kriteria Cukup Sedan Meningka 4. Resolusi
Menurun Meningka
Hasil Menurun g t Berduka
t
Keyakinan 1 2 3 4 5 (L.09085)
Harapan 1 2 3 4 5
Konsep diri 1 2 3 4 5 a. Defenisi :
Citra diri 1 2 3 4 5 Respons
Perasaan Cukup Psikososial
1 Cukup
2 Sedan
3 4 Meningka
5
Kriteria Hasil Menurun
tenang Meningka yang
Menurun g t
Verbalisasi t ditujukan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 akibat
optimisme 1 2 3 4 5
menerima
Penetapan
Verbalisasi 1 2 3 4 5 kehilangan
tujuan 1 2 3 4 5 (orang,
harapan
Kemampuan objek,
Verbalisasi
memaknai 1 2 3 4 5 fungsi,
persaan
hidup 1 2 3 4 5 status,
berguna
Kriteria Cukup Cukup bagian
Konsentrasi Meningkat
1 2 Sedang
3 4 Menurun
5
Hasil Meningkat Menurun tubuh
Imunitas
Kegelisahan 11 2 2 3 3 4 4 5 5 atau
Depresi 1 Cukup
2 3 Cukup
4 5 hubungan)
Kriteria Hasil Meningkat Sedang Menurun
Perasaan Meningkat Menurun b.
Verbalisasi 1 2 3 4 5 Ekspektasi :
takut
perasaan
Perasaan 1 2 3 4 5 Membaik
sedih c. Kriteria
pengabaian 1 2 3 4 5
Verbalisasi Hasil :
spiritual
Perasaan
Pikiran 1 2 3 4 5
bersalah 1 2 3 4 5
bunuh diri 5.
Verbalisasi
menyalahkan 1 2 3 4 5 Status
orang lain Kenyamanan
Verbalisasi
1 2 3 4 5 (L.08064)
mimpi buruk
Menangis 1 2 3 4 5
Fobia 1 2 3 4 5
Marah 1 2 3 4 5
PanikAsuhan Keperawatan Psikologis
1 : Integritas
2 Ego 3 63 4 5
Cukup Cukup
Kriteria Hasil Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Pola tidur 1 2 3 4 5
a. Defenisi : Keseluruhan rasa nyaman dan aman secara
fisik,psikologis, spiritual,sosial,budaya dan lingkungan
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil :
Cukup
Cukup Sedan Meningka
Kriteria Hasil Menurun Meningka
Menurun g t
t
Minat
1 2 3 4 5
beraktivitas
Aktivitas sehari-
1 2 3 4 5
hari
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Harga diri 1 2 3 4 5
Kebersihan diri 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Kriteria Hasil Meningkat Sedang Menurun
Meningkat Menurun
Perasaan tidak
1 2 3 4 5
berharga
Sedih 1 2 3 4 5
Putus asa 1 2 3 4 5
Peristiwa
1 2 3 4 5
negatif
Perasaan
1 2 3 4 5
bersalah
Keletihan 1 2 3 4 5
Pikiran
1 2 3 4 5
mencederai diri
Pikiran bunuh
1 2 3 4 5
diri
Bimbang 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 3 4 5
Marah 1 2 3 4 5
Penyalahgunaan
1 2 3 4 5
zat
Penyalahgunaan
1 2 3 4 5
alkohol
Cukup Cukup
Kriteria Hasil Memburuk Sedang Membaik
Memburuk Membaik
Berat badan 1 2 3 4 5
Asuhan
Nafsu makan Keperawatan Psikologis
1 : Integritas Ego
2 367 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Libido 1 2 3 4 5
Referensi :
Distres Spiritual (SDKI)
Ackley , B. J., Ladwig, G. B., & Makic, M. B. (2017). Nursing Diagnosis Handbook An
Evidence-Based Guide To Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier.
Caldeira, S., Carvalho, E. C., & Vieira. (2013). Spiritual Distress Proposing A New
Definition And Defining Charateristics. International Journal Of Nursing
Knowledge.
Caldeira, S., Timmins, F., De Carvalho, E. C., & Vieira, M. (2015). Clinical Validation Of
The Nursing Diagnosis Spiritual Distress In Cancer Patients Undergoing
Chemotherapy. International Journal Of Nursing Knowledge. Doi : 10.1111/2047-
3095.12105.
Caldeira, S., Carvalho, E. C., Vieira, M. (2014). Between Spiritual Wellbeing And Spiritual
Distress: Possible Related Factors In Elderly Patients With Cancer. Revista Latino-
Americana De Enfermagem, 22(1), 28-34. Doi: 10.1590/0104-1169.3073.2382.
Carpenito-Moyet, L. J. (2013). Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice. 14 th Ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Doenges M.E, Moorhouse M.F, Murr A.C. (2013). Nursing Diagnosis Manual Planning
Individualizing and Documenting Client Care. 4th Ed. Philadelphia: F.A.Davis
Company.
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (2014). Nursing Diagnosis: Definitions and Classification
2015–2017. 10th Ed. Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, S. A., Hinz, M. D., Tilley, D. S., Sridaromont, K. L., & Maramba, P. J. (2012).
Cox's Clinical Applications of Nursing Diagnosis - Adult, Child, Women's, Mental
Health, Gerontic, and Home Health Considerations. 6th Ed. Philadelphia: F.A.Davis
Company.
Saniao, T,P., Charles, E.C.L & Lunes. D.H (2015). Integrative Riview of The Literature-
Spiritual Distress : The Search of New Evidence. Journal of Research
Fundamental Care Online, 7 (2): 2591-2602.
Dukungan Spiritual (SIKI Utama)
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing
(10th ed.). USA: Perason Education.
Dougherty, L & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures (9 th ed.). UK: The
Royal Marsden NHS Foundation Trust.
G. PENYEBAB
1. Terpapar situasi traumatis
2. Kegagalan berulang
3. Kurangnya pengakuan dari orang lain
4. Ketidakefektifan mengatasi masalah kehilangan
5. Gangguan psikiatri
6. Penguatan negatif berulang
7. Ketidaksesuaian budaya
4. Objektif
1. Enggan mencoba hal baru
2. Berjalan postur menunduk
3. Postur tubuh menunduk
4. Objektif
a. Kontak mata kurang
b. Lesu dan tidak bergairah
c. Berbicara pelan dan lirih
d. Pasif
J. INTERVENSI UTAMA
3. Manajemen Perilaku (L. 12463)
c. Defenisi: Mengidentifikasi dan mengelolal perilaku negatif
d. Tindakan:
5) Observasi
- Identifikasi harapan untuk mengendalikan perilaku
- Diskusikan tanggung jawab terhadap perilaku
- Jadwalkan kegiatan terstruktur
- Ciptakan dan pertahankan lingkungan dan kegiatan perawatan konsisten
setiap dinas
- Tingkatkan aktivitas fisik sesuai kemampuan
- Batasi jumlah pengunjung
- Bicara dengan nada rendah dan tenang
- Lakukan kegiatan pengalihan terhadap sumber agitasi
- Cegah perilaku pasif dan agresif
- Beri penguatan positif terhadap keberhasilan mengendalikan perilaku
- Lakukan pengekangan fisik sesuai indikasi
- Hindari bersikap menyudutkan dan menghentikan pembicaraan
- Hindari sikap mengancam dan berdebat
- Hindari berdebat atau menawar batas perilaku yang telah di tetapkan
6) Edukasi
- Informasikan Keluarga bahwa keluarga sebagai dasar bentuk kognitif
K. INTERVENSI PENDUKUNG
23. Dukungan keyakinan
c. Defenisi: Memfasilitasi integrasi keyakinan ke dalam rencana perawatan untuk
menunjang pemulihan kondisi kesehatan
d. Tindakan:
1) Obsevasi:
- Identifikasi keyakinan, masalah, dan, tujuan perawatan
- Identifikasi kesembuhan jangka panjang sesuai kondisi pasien
- Monitor kesehatan fisik dan mental pasien
2) Teraupetik:
- Integrasikan Keyakinan dalam rencana perawatan sepanjang tidak
membahayakan/beresiko keselamatan, sesuai kebutuhan
- Berikan harapan yang realistis sesuai prognosis
- Fasilitasi pertemuan antara keluarga dan tim kesehatan untuk membuat
keputusan
- Fasilitasi memberikan makna terhadap kondisi kesehatan
3) Edukasi:
- Jelaskan bahaya atau resiko yang terjadi akibat keyakinan negatif
- Jelaskan alternatif yang berdampak positif untuk memenuhi keyakinan dan
perawatan
- Berikan penjelasan yang relevan dan mudah dipahami
3) Edukasi:
- Diskusikan perilaku yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
- Diskusikan perubahan peran yang diperlukan akibat penyakit atau
ketidakmampuan
- Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
- Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan peran
- Ajarkan perilaku baru yang di butuhkan oleh pasien/orang tua untuk
memenuhi peran
4) Kolabrasi:
- Rujuk dalam kelompok untuk memfasilitasi pasien baru
3) Edukasi:
- Informasikan keluarga dan tenaga kesehatan lain teknik berkomunikasi dan
gunakan secara konsisten
- Anjurkan keluarga dan staf mengajak bicara meskipun tidak mampu
berkomunikasi
4) Kolaborasi:
- Rujuk pada terapis wicara jika perlu
3) Edukasi:
- Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi kejadian stres
- Anjurkan mengendalikan tuntutan orang lain dengan negosisasi atau
mengatakan tidak
- Anjurkan memenuhi kebutuhan yang prioritas dan dapat diselesaikan
- Anjurkan latihan fisik untuk meningkatkan kesehatan biologis dan
emosional 30 menit tiga kali seminggu
- Anjrkan menggunakan teknik menurunkan stres yang sesuai untuk
diterapkan di rumah sakit maupun pada situasi lainnya
- Ajarkan teknik menurunkan stres (mis. latihan pernapasan, masase,
relaksasi progresif,imajinasi terbimbing, bio feedback, terapi sentuhan,
terapi murattal, terapi musik, terapi humor, terapi tertawa, meditasi)
b. Tindakan:
1) Observasi:
- Identifikasi kemungkinan alergi,interaksi, dan kontraindikasi obat (mis.
gangguan menelan,nausea/muntah,inflamasi usus, peristaltik menurun,
kesadaran menurun, program puasa)
- Verifikasi order obat sesuai dengan indikasi
- Periksa tanggal kadaluarsa obat
- Monitor efek teraupetik obat
- Monitor efek lokal, efek sistemik, dan efek samping obat
-Monitor resiko aspirasi, jika perlu
2) Teraupetik:
- Lakukan prinsip enam benar (pasien, obat dosis, waktu, rute, dokumentasi)
- Berikan obat oral sebelum makan, sesuai kebutuhan
- Campurkan obat dengan sirup
- Taruh obat sublingual di bawah lidah pasien
3) Edukasi :
- Jelaskan jenis obat, alasan pemberian, tindakan yang diharapkan, dan efek
samping sebelum pemberian
- Anjurkan tidak menelan obat sublingual
- Anjurkan tidak makan/minum hingga seluruh obat sublingual larut
- Ajarkan pasien dan keluarga tetntang cara pemberian obat secara mandiri
3) Edukasi:
- Ajarkan mengidentifikasi steresor yang menyebabkan stres (mis. situasi,
kejadian, interaksi, dengan orang lain)
Perasaan malu 1 2 3 4 5
Perasaan bersalah 1 2 3 4 5
Perasaan tidak mampu
1 2 3 4 5
melakukan apapun
Meremehkan kemampuan
1 2 3 4 5
mengatasi masalah
Ketergantungan pada
penguatan secara 1 2 3 4 5
berlebihan
Perasaan negatif 1 2 3 4 5
Harga diri rendah 1 2 3 4 5
9. Fungsi Keluarga
a. Defenisi: Kemampuan keluarga memnuhi kebutuhan anggota keluarga
selama proses perkembangan
b. Ekspetasi: Membaik
c. Kriteria hasil
Cukup
Menuru Sedan Cukup Meningka
Kriteria Hasil Menuru
n g Meningkat t
n
Mengakui kemampuan fisik 1 2 3 4 5
Mengakui kemampuan
1 2 3 4 5
mental
Mengakui kemampuan
1 2 3 4 5
emosional
Mengenali keterbatasan
1 2 3 4 5
fisik
Mengenali keterbatasan
1 2 3 4 5
mental
Mengenali keterbatasan
1 2 3 4 5
emosi
Mengenali pola kebiasaan 1 2 3 4 5
Mengenali nilai-nilai pribadi 1 2 3 4 5
Mengenali espon subjektif
1 3 4 5
orang lai
Mengenalu respon subjektif
1 2 3 4 5
terhadap situasi
Mempertahankan 1 2 3 4 5
Verbalisasi perasaan
1 2 3 4 5
sedih
Pola tidur 1 2 3 4 5
15. Tingkat Depresi
a. Defenisi: Perasaan sedih yang berdampak negatif pada pikiran, tindakan,
perasaan dan kesehatan
b. Ekspetasi: Menurun
c. Kriteria Hasil:
Cukup
Menuru Sedan Cukup Meningka
Kriteria Hasil Menuru
n g Meningkat t
n
Minat beraktivitas 1 2 3 4 5
Aktivitas sehari-hari 1 2 3 4 5
Konsentrasi 1 2 3 4 5
Harga diri 1 2 3 4 5
Kebersihan diri 1 2 3 4 5
Perasaan tidak
1 2 3 4 5
berharga
Sedih 1 2 3 4 5
Putus asa 1 2 3 4 5
Peristiwa negatif 1 2 4 5
Perasaan bersalah 1 2 3 4 5
Keletihan 1 2 3 4 5
Pikiran mencederai diri 1 2 3 4 5
Pikiran bunuh diri 1 2 3 4 5
Bimbang 1 2 3 4 5
Menangis 1 2 4 5
Marah 1 2 3 4 5
Penalahgunaan zat 1 2 3 4 5
Penyalahgunaan 1 2 3 4 5
Berat badan 1 2 3 4 5
Nafsu makan 1 2 3 4 5
Pola tidur 1 2 3 4 5
Libido 1 2 3 4 5
Referensi
SDKI
SIKI
Referensi
Frey. K. S. Hirscnstein, M. K., Snell. J. L., Edstrom, L. V. S., Mackenzie, E. P., & Broderick,
C. J. (2005). Reducing Playground Bullying and Supporting Beliefs; An Experimental
Trial of the Staps to Respect Program. Commite for Children, Developmental
Psychology, 41, 3, 479 – 491.
Judith A. Adams, Donald E. Bailey Jr., Ruth A. Anderson. And Sharron L. Docherty.
(2011). Nursing Roles and Strategies in End-of-Life Decision Making in Acute Care:
A Systematic Review of the Literature. Nursing Research and Practice, 15, doi: 10.
1155/2011/527834.
Stuart, G. W. (2003). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed.). St. Louis:
Mosby
Swanson, K. M (1993). Nursing as Informed Caring for the Well Being of Others. Journal
of Nursing Schoralship, 25, 352 – 357.
Berman, A., Synder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier & Erb’s Fundamentals of Nursing
(10th ed.). USA: Perason Education.
Linquist, R., Snyder, M. & Tracy, M. F. (2014). Complementary/Alternative Therapies in
Nursing (7th ed). New York: Springer Publishing Company, Inc.
BAB VIII
A. DEFENISI
Evaluasi atau perasaan negative terhadap diri sendiri atau kemampuan klien sebagai
respon terhadap situasi saat ini.
B. PENYEBAB
1. Perubahan pada citra tubuh
2. Perubahan peran social
3. Ketidakadekuatan pemahaman
4. Perilau tidak konsisten dengan nilai
5. Kegagalan hidup berulang
6. Riwayat kehilangan
7. Riwayat penolakan
8. Transisi perkembangan
1. SubjektiF
2. Objektif
1. Subjektif
- Sulit berkonsentrasi
3. Objektif
2. Terapeutik
- Fasilitasi peran keluarga terhadap perubahan peran yang tidak diinginkan
- Fasilitasi bermain peran dalam mengantisipasi reaksi orang lain terhadap perilaku
- Fasilitasi diskusi perubahan peran anak terhadap bayi baru lahir, jika perlu
- Fasilitasi diskusi tentang peran orang tua,jika perlu
- Fasilitasi diskusi tentang adaptasi peran saat anak meninggalkan rumah, jika perlu
- Fasilitasi diskusi harapan dengan keluarga dalam peran timbale balik
3. Edukasi
- Diskusikan perilau yang dibutuhkan untuk pengembangan peran
- Diskusikan perubahan peran yang diperlukan aibat penyakit atau ketidakmampuan
- Diskusikan perubahan peran dalam menerima ketergantungan orang tua
- Diskusikan strategi positif untuk mengelola perubahan peran
- Ajarkan perilau baru yang dibutuhkan oleh pasien/orang tua untuk memnuhi peran
4. Kolaborasi
- Rujuk dalam kelompok untuk mempelajari peran baru
2. Terapautik
- Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri sendiri
- Motivasi menerima tantangan atau hal baru
- Diskusikan pernyataan tentang harga diri
- Diskusikan keprcayaan terhadap penilaian diri
- Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
- Diskusikan persepsi negative diri
- Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
- Diskusikan penetapam tujuan realistis untuk mencapai harga diri yang lebih tinggi
- Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan harapan dan batasan yang jelas
- Berikan umpan balik positif atas peningkatan mencapai tujuan
- Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan harga diri
3. Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan dalam perkembangan konsep positif
pasien
- Anjurkan mengidentifikasi kekuatan yang dimiliki
- Anjurkan mempertahankan kontak mata saat berkomunikasi dengan orang lain
- Anjurkan membuka diri terhadap kritik negative
- Anjurkan mengevaluasi perilaku
- Ajarkan cara mengatasi bullying
- Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri sendiri
- Latih pernyataan/kemampuan positif diri
- Latih cara berfikir dan berperilaku positif
- Latih meningkatkan kepercayaam pada kemampuan dalam menangani situasi
2. Terapautik
- Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
- Diskusikan tentang pikiran , perilaku, atau respons terhadap kondisi
- Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
- Ungkapkan penyangkalan tentang kenyataan
- Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar
3. Edukasi
- Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
- Anjurkan menyadari bahwa setiap orang unik
- Anjurkan mengungkapkan perasaan (mis, marah atau depresi)
- Anjurkan meminta bantuan orang lain, sesuai kebutuhan
- Anjurkan mengubah pandangan diri sebagai korban
- Anjurkan mengidentifikasi perasaan bersalah
- Anjurkan mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
- Anjurkan mengevaluasi kembali persepsi negative tentang diri
- Anjurkan dalam mengekspresikan diri dengan kelompok sebaya
- Ajarkan cara membuat prioritas hidup
- Latih kemampuan positif diri yang dimiliki
4. PROMOSI KOPING
a. Defenisi : Meningkatkan upaya kognitif dan perilaku untuk menilai dan merespon
stressor dan/atau kemampuan menggunakan sumber-sumber yang ada
b. Tindakan :
1. observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
2. Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengklarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenai aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengamnbil keputusan saat pasien berada dibawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan social
- Motivasi mengidentifikasi system pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis, penyakit kronis, kecacatan )
- Perkenalkan dengan orang lain atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman
sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam
3. Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih keterampilan social sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian objektif
E. INTERVENSI PENDUKUNG
1. DUKUNGAN EMOSIONAL
Asuhan Keperawatan Psikologis : Integritas Ego 117
a. Definisi
Memfasilitasi penerimaan kondisi emosional selarna masa stres.
b. Tindakan :
1. Observasi
- ldentifikasi fungsi marah, frustrasi, dan amuk bagi paslen
- ldentifkasi hał yang telah memicu emosi
2. Terapeutik
- Fasiltasi mengungKapkan perasaan cemas, marah, atau sedih
- Buat pemyataan suportir atau empati selama fase berduka
- Lakukan sentuhan untuk memberikan dukungan (mis. merangkul, menepuk-
nepuk)
- Tetap bersama paslen dan pastikan keamanan selama ansietas, jika perfu
- Kurangi tuntutan bepkir saat sakit atau lelah
3. Edukasi
- Jelaskan konsekuensi tidak menghadapi rasa bersalah dan malu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan yang dialami (mis. ansietas, marah, sedih)
- Anjurkan mengungkapkan pengalaman emosional sebelumnya dan pola respons
yang biasa digunakan
- Ajarkan penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat.
a. Kolaborasí
- Rujuk untuk konseling. jika perlu
3. DUKUNGAN KELOMPOK
a. Definisi
Memfasilitasi peningkatan kemampuan penyelesaian masalah dan perasaan didukung
kelompok individu dengan pengalaman dan masalah yang sama sehingga lebih
memahami situasi masing-masing.
b. Tindakan :
1. Observasi
2. Terapeutik
Asuhan Keperawatan Psikologis : Integritas Ego 119
- Siapkan lingkungan terapeuik dan rileks
- Bentuk kelompok dengan pengalaman yang sama
- Mulai sesi kelompok dengan mengenalkan semua anggota kelompok dan terapis.
- Mulai dengan percakapan ringan, berbagai informasi dengan diri masing-masing
dan alasan terlibat dengan kelompok
- Buat aturan dan norma dalam kelompok, terutama kerahasiaan dalam kelompok
- Sepakati jumlah sesi yang di perlukan dalam kelompok
- Bangun rasa tanggung jawab dalam kelompok
- Diskusikan penyelesaian masalah dalam kelompok
- Berikan kesempatan individu untuk berhenti sejak saat merasa distress akibat
topik tertentu sampai mampu berpartisipasi kembali
- Berikan kesempatan beristirahat setiap sesi untuk memfasilitasi percakapan
individual dalam kelompok
- Berikan kesempatan saling mendukung dalam kelompok terkait masalah dan
penyelesaian masalah
- Berikan kesem[atan kelompok menyimpulkan masalah, penyelesaian masalah
dan dukungan yang perlu untuk setiap anggota kelompok
- Hindari percakapan ofensif, tidak sensitif, seksual atua humor yang tidak perlu/
tidak tempatnya.
- Sediakan media untuk berkomunikasi diluar kelompok (mis, email, telepon, SMS,
WA)
- Lakukan refleksi manfaat dukungan kelompok pada setiap awal dan akhir
pertemuan
- Akhir kegiatan sesuai sesi yang disepakati.
3. Edukasi
4. DUKUNGAN MEMAAFKAN
b. Definisi
Memfasilitasi pengalihan perasaan marah dan dendam dengan empati dan kerendahan
hati.
b. Tindakan :
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
b. Tindakan :
1. Observasi
2. Terapeutik
3. Edukasi
a.Definisi
b. Tindakan :
1. Observasi
- ldentifikasi pengalaman tidak menyenangkan atau traumatis (mis.
penganiayaan, penolakan,kritik berlebihan)
- ldenifikasi hubungan dan kemampuan mengambil tanggung jawab antar
anggota keluarga
- ldentifikasi adanya perbedaan perlakuan dalam Keiuarga
- ldentifikasi situasi krisis yang memicu penganiayaan (mis. kemiskinan,
pengangguran,perceraian,atau kematian orang yang dicintai)
- ldentikasi perasaan kesulitan mempercayai diri dan orang lain
- ldentiikasi tingkat isolasi sosial dalam keluarga
- ldentifikasi ketidaksesuaian penjelasan dengan cedera dan/atau trauma yang
terjadi
- ldentiflikasi adanya ketidaksesuaian peran (mis. anak menghibur orang tua,
atau perlaku berlebihan atau agresif)
- Periksa tanda-tanda penganiayaan
2. Terapeutik
- Dengarkan penjelasan kronologis cedera dan/atau trauma yang terjadi
- Fasilitasi keluarga untuk mengidentifikasi strategi koping terhadap situasi
stres
- Laporkan situasi dugaan penganiayaan kepada pihak berwajib
3. Edukasi
- Bimbing untuk mengakui kesalahan diri sendiri
2. Terapeutik
- Lakukan advokasi terkait pembiayaan sesuai dengan kebijakan institusi
- Lakukan pencatatan setiap aktivitas pembiayaan
- Fasilitasi keluarga mendisusikan upaya memperoleh sumber pembiayaan
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pengurusan penjaminan biaya (mis, BPJS,
JKN)
- Informasikan pembiayaan pelayanan perawatan
- Informasikan jaminan yang dapat digunakan
3. Edukasi
- Diskusikan tanggung jawab terhadap profesi pemberian asuhan
- Diskusikan konsekuensi tidak melaksanakan tanggung jawab
14. KONSELING
a. Defenisi
Memberikan bimbigan untuk meningkatkan atau mendukung penanganan,
pemecahan masalah, dan hubungan interpersonal
b. Tindakan :
1. observasi
- Identifikasi kemampuan dan beri penguatan
- Identifikasi perilaku keluarga yang mempengaruhi pasien
2. Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa percaya dan penghargaan
- Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
- Terapkan tujuan dan lama hubungan konseling
- Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
- Berikan penguatan terhadap keterampilan baru
- Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
3. Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan
2. Teraupetik
- Fasilitasi mengenali dan mengurangi distorsi kognitif yang menghalangi
kemampuan asertif
- Fasilitasi membedakan perilaku asertif,pasif,dan agresif
- Fasilitasi mengidentifikasi hak-hak pribadi, tanggung jawab, dan norma yang
bertentangan
- Fasilitasi mengklarifikasi permasalahan dalam hubungan interpersonal
- Fasilitasi mengekspresikan pikiran dan perasaan positif dan negative
- Fasilitasi mengidentifikasi pikiran yang merusak diri
- Fasilitasi membedakan antara pikiran dan kenyataan
- Beri pujian pada upaya mengekspresikan perasaan dan pendapat
3. Edukasi
- Anjurkan bertindak asertif dengan cara yang berbeda
- Latih perilaku asertif (mis, membuat permintaan, mengucapkan tidak untuk
permintaan yang tidak bisa dipenuhi, serta mulai menutup percakapan).
2. Terapeutik
- Fasilitasi pengisian kuesioner self-report (mis, Back Depression inventory,
skala status fungsional ) jika perlu
- Berikan kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat (
mis, sandsack, terapi seni, aktivitas fisik)
3. Edukasi
- Jelaskan tentang gangguan mood dan penanganannya
- Anjurkan berperan aktif dalam pengobatan dan rehabilitasi, jika perlu
- Anjurkan rawat inap sesuai indikasi (mis, risiko keselamatan , deficit perawatan
diri , social)
- Ajarkan mengenali pemicu gangguan mood (mis, situasi stress, masalah fisik)
- Ajarkan memonitor mood secara mandiri (mis. Skala tingkat 1-10, membuat
jurnal)
- Ajarkan keterampilan koping dan penyelesaian masalah baru
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat , jika perlu
- Rujuk untuk psikoterapi (mis, perilau, hubungan interpersonal, keluarga ,
kelompok) jika perlu
2. Terapeutik
- Motivasi untuk berlatih keterampilan social
- Beri umpan balik positif (mis, pujian atau penghargaan) terhadap sosialisasi
- Libatkan keluarga selama latihan keterampilan social, jika perlu
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan melatih keterampilan social
- Jelaskan respons dan konsekuensi keterampilan social
- Anjurkan mengungkapan perasaan akibat masalah yang dialami
- Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
- Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan social
- Latih keterampilan social secara bertahap
2. Terapeutik
- Motivasi mentolerir peningkatan tingkat stress
- Motivasi mengantisipasi lingkungan yang mengakibatkan stress
- Motivasi pengambilan keputusam dalam memilih gaya hidup
- Motivasi mengikuti program disekolah, tempat kerja atau social
- Motivasi keluarga mendukung kebijakan pelarangan zat
- Diskusikan strategi pengurangan stress
- Diskusikan cara mempersiapkan diri dalam kondisi stress
- Libatkan dalam program aktivitas kelompok masyarakat maupun pelayanan
- Dukung untuk ikut serta dalam kelompok masyarakat, seperti SADD (students against
destructive decisions) dan MADD (mothers against drunk driving)
- Dukung program yang mengatur penjualan dan distribusi zat (mis, anak dibawah
umur)
- Fasilitasi dalam mengorganisir kegiatan bagi remaja (mis, rekreasi, reuni)
- Fasilitasi dalam mengkoordinasi berbagai kelompok masyarakat
2. Terapeutik
- Nyatakan tujuan dengan kelimat positif dan jelas
- Tetapkan skala pencapaian tujuan, jika perlu
- Fasilitasi memecah tujuan kompleks menjadi langkah kecil yang mudah dilakukan
- Berikan batasan pada peran perawat dan pasien secara jelas
- Diskusikan sumber daya yang ada untuk memenuhi tujuan
- Prioritaskan aktivitas yang dapat membantu pencapaian tujuan
- Fasilitasi dalam mengidentifikasi hasil yang diharapkan untuk setiap tujuan
- Tetapkan batas waktu yang realistis
- Diskusikan indikator pengukuran untuk setiap tujuan (mis, perilaku)
- Tetapkan evaluasi secara periodic untuk menilai kemajuan sesuai tujuan
- Hitung skor pencapaian tujuan
- Modifikasi rencana jika tujuan tidak tercapai
3. Edukasi
- Anjurkan mengenal masalah yang dialami
- Anjurkan mengembangkan harapan manusia
- Anjurkan mengidentifikasi nilai dan system kepercayaan saat menetapkan tujuan
- Anjurkan mengidentifikasi tujuan realistis dan dapat dicapai
2. Terapeutik
- Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
- Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan akibat pubertas, kehamilan dan penuaan
- Diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis, luka, penyait,
pembedahan)
- Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh
3. Edukasi
- Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
- Anjurkan menggunakan alat bantu (mis, pakalan, wig, kosmetik)
- Anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis, kelompok sebaya)
- Latih fungsi tubuh yang dimiliki
- Latih peningkatan penampilan diri (mis, berdandan)
- Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok
2. Terapeutik
- Fasilitasi hubungan anak dengan teman sebaya
- Dukung anak berinteraksi dengan anak lain
- Dukung anak mengekspresikan perasaanya secara positif
- Dukung anak dalam bermimpi atau berfantasi sewajarnya
- Dukung partisipasi anak disekolah, ekstrakurikuler dan aktivitas komunitas
- Berikan mainan yang sesuai dengan usia anak
- Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai anak
- Bacakan cerita/dongeng untuk anak
- Diskusikan bersama remaja tujuan dan harapan
- Sediakan mainan berupa puzzle dan maze
3. Edukasi
- Jelaskan nama-nama benda obyek yang ada dilingkungan sekitar
- Ajarkan pengasuh milestones perkembangan dan perilau yang dibentuk
- Ajarkan sikap kooperatif, bukan kompetisi diantara anak
- Ajarkan anak cara meminta bantuan dari anak lain, jika perlu
- Ajarkan teknik asertif pada anak dan remaja
- Demostrasikan kegiatan yang meningkatkan perkembangan pada pengasuh
4. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling, jika perlu
2. Terapeutik
- Sediakan bimbingan dan konseling kesehatan remaja pada remaja dan
keluarga/orang tua/pengasuh
- Tingkatkan personal hygiene dan penampilan diri
- Dukung partisipasi dalam olahraga yang aman secara teratur
- Fasilitasi kemampuan pembuatan keputusan
- Dukung keterampilan komunikasi
- Dukung keterampilan sikap asertif
- Fasilitasi rasa tanggung jawab pada diri dan orang lain
- Dukung respons anti-kekerasan dalam menyelesaikan konflik
- Dukung perkembangan dan pertahankan hubungan social
- Dukung aktivitas ekstrakurikuler
3. Edukasi
- Jelaskan perkembangan normal remaja
- Ajarkan untuk mengenali masalah kesehatan dan penyimpangan pada masa remaja
(mis, anemia, masalah kesehatan gigi, kematangan seksual abnormal, alcohol, rokok,
penyalahgunaan obat obatan , gangguan citra tubuh, harga diri rendah)
- Ajarkan strategi pencegahan penyalahgunaan obat, alcohol, dan rokok.
4. Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling atau hipnoterapi, jika perlu
2. Terapeutik
- Ganti interpretasi yang keliru dengan interpretasi berdasarkan kenyataan
- Buat cara pandang/penyelesaian alternative terhadap situasi
- Fasilitasi menerima kenyataan terhadap pernyataan diri yang membangkitkan emosi
- Tetapkan pikiran distorsi yang dialami (mis, overgeneralisasi, pembesaran,
personalisasi)
3. Edukasi
- Ajarkan mengidentifikasi stressor yang menyebabkan stress (mis, situasi,kejadian,
interaksi dengan orang lain
- Diskusikan ketidakmampuan yang menyebabkan pernyataan diri irasional
- Diskusikan system kepercayaan yang memperngaruhi status kesehatan
- Diskusikan pernyataan yang menggambarkan untuk melihat situasi dari sudut
pandang berbeda
- Latih menerima kenyataan dan pernyataan diri yang mengakibatkan stress
- Latih mengekspresikan emosi yang dirasakan (mis, marag, cemas, keputusasaan)
- Latih melawan persepsi/pikiran distorsi
2. Terapeutik
- Fasilitasi dukungan dan keterlibatan keluarga
- Kembangkan rutinitas dan tradisi keluarga (mis, rekreasi, makan bersama)
- Yakinkan bahwa keluarga sebagai sumber sarana dan pendukung
- Fasilitasi komunikasi keluarga
- Libatkan keluarga dalam aktivitas di masyarakat (mis, sukarelawan)
- Sepakati model keluarga/masyarakat dalam berperilaku secara umum
- Libatkan masyarakat dalam program remaja
- Fasilitasi pengembangan dan penggunaan sumber daya lingkungan
- Motivasi mengejar prestasi yang diinginkan
- Motivasi pencapaian perilaku kesehatan yang positif
- Motivasi mengembangkan menjalin persahabatan
- Motivasi mengembangkan kesadaran social
- Motivasi remaja/keluarga/masyarakat dalam mengembangkan kepercayaan diri
3. Edukasi
- Anjurkan keluarga terlibat dalam kegiatan anggota keluarga lainnya
- Anjurkan keluarga memberikan suasana belajar kondusif
- Anjurkan keluarga untuk menghargai prestasi yang dicapai
25 TERAPI KELOMPOK
a. Defenisi
Menggunakan kelompok dengan masalah yang sama untuk memberikan dukungan
emosional dan perilaku, melatih perilaku baru dan berbagi informasi kesehatan
b. Tindakan
1. observasi
- Identifikasi topic, tujuan dan proses kelompok
- Monitor keterlibatan atif setiap anggota kelompok
2. Terapeutik
- Bentuk kelompok 5 sampai 12 anggota
- Tentukan waktu dan tempat yang sesuai untuk pertemuan kelompok
- Ciptakan suasana nyaman
- Gunakan kontrak tertulis jika perlu
- Ciptakan iklim motivasi untuk proses kelompok
- Mulai dan akhiri kegiatan tepat waktu
- Atur tempat duduk sesuai metode yang digunakan
- Sepakati nama kelompok
- Berikan arahan dan informasi yang sesuai
- Hindari interaksi kelompok tidak produktif
- Arahkan kelompok melalui tahapan pengembangan kelompok
- Arahkan anggota kelompok untuk terlibat aktif
3. Edukasi
- Anjurkan berbagi perasaan, pengetahuan dan pengalaman
- Anjurkan saling membantu dalam kelompok
- Latih tanggung jawab dan mengendalikan diri dalam kelompok
4. Kolaborasi
- Rujuk ke perawat spesialis lain, jika perlu
2. Terapeutik
- Bina hubungan saling percaya
- Lakukan menajemen gejala selama periode detoksifikasi
- Pertimbangkan adanya komorbiditas atau gangguan psikiatri atau penyerta medis
- Libatkan dalam psikoterapi sesuai indikasi (mis, terapi kognitif, teapi motivasi,
konseling dukungan keluarga, atau dukungan kelompok )
- Fasilitasi resosialisasi dan membangun kembalu hubungan
- Fasilitasi mengembangkan harga diri (mis, beri penguatan terhadap upaya positif)
- Libatkan keluarga dalam perencanaan dan aktivitas perawatan libatkan dalam
program dukungan swadaya selama dan setelah perawatan (mis, kelompok
rehabilitasi pecandu/pengguna, program rehabilitasi BNN)
3. Edukasi
- Jelaskan gejala atau perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan kambuh (mis,
kelelahan, depresi, berbohong)
- Jelaskan efek zat yang digunakan (mis, fisik, psikologis, dan social)
- Jelaskan pentingnya tidak menggunakan zat
- Diskusikan rencana pencegahan kambuh (mis, buat kontrak perilaku, identifikasi
sumber daya untuk mengatasi situasi stress
- Anjurkan menerima tanggung jawab atas disfungsi dan penanganan terkait
penggunaan obat
- Anjurkan keluarga berpartisipasi dalam upaya pemulihan
- Anjurkan mengevaluasi kemajuan penggunaan zat dengan membuat catatan pribadi
- Anjurkan manajemen stress (mis, olahraga, meditasi, dan terapi relaksasi)
- Ajarkan keluarga tentang gangguan penggunaan zat dan disfungsi terkait
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat substitusi (mis, disulfiram, acamprosat, metadon,
naltrexone, patch nikotin atau permen Karen, atau buprenorfin),sesuai indikasi
- Koordinasikan dan fasilitasi strategi konfrontasi kelompok untuk mengatasi
penggunaan zat dan pertahanan dalam penggunaan obat substitusi
2. Terapeutik
- Gunakan pakaian yang nyaman
- Batasi lama sesi sesuai rentang perhatian, respons dan kemauan melanjutkan
- Tetapkan metode reminisens yang paling efektif (mis, autobiografi, jurnal, review
peristiwa kehidupan, catatan, diskusi terbuka, dan story telling)
- Gunakan teknik mendengar efektif
- Gunakan alat bantu peraga (mis, music untuk stimulasi audio, album foto untuk
stimulasi visual, parfum untuk stimulasi penciuman) untuk memfasilitasi sensorik
menstimulasi kenangan
- Gunakan pernyataan langsung dan terbuka tentang kejadian masa lalu
- Gunakan album foto untuk menstimulasi kenangan
- Gunakan keterampilan komunikasi (mis, memusatkan perhatian, merefleksikan dan
mengekspresikan kembali, untuk mengembangkan hubungan)
- Gunakan pertanyaan langsung untuk memfokuskan kembali ke peristiwa kehidupan
jika perlu
- Pertahankan berfokus pada proses dari pada produk akhir setiap sesi
- Berikan dukungan dan empati bagi peserta
- Fasilitasi untuk mengatasi kenangan buruk, menyakitkan atau negative
- Fasilitasi keluarga terhadap manfaat terapi reminisens
- Berikan umpan balik positif langsung
- Berikan penguatan terhadap keterampilan koping sebelumnya
- Diskusikan kualitas afektif yang menyertai kenangan secara empati
3. Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan positif dan negative terhadap kenangan secara
lisan
- Anjurkan menulis kejadian masa lalu
2. Terapeutik
- Tentukan standar untuk skrining, pelatihan dan perawatan hewan dalam program
terapi jika perlu
- Ikuti peraturan dinas kesehatan tentang penggunaan hewan sebagai agen terapi
- Buat pedoman/protocol yang menguraikan respons terhadap trauma atau cedera
akibat kontak dengan hewan
- Siapkan pilihan-pilihan hewan (mis, aning, kucing, kuda, ular, kura-kura kelinci
percobaan dan burung
- Fasilitasi pasien memegang, membelai, menonton dan mencurahkan emosi kepada
herwan
- Motivasi bermain dengan hewan terapi
- Motivasi member makan atau merawat hewan
- Berikan kesempatan untuk mengenang dan berbagi tentang pengalaman merawat
hewan peliharaan/hewan lainnya.
3. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan alas an memiliki hewan
29 TERAPI SENI
a. Defenisi
2. Terapeutik
- Sediakan alat perlengkapan seni sesuai tingkat perkembangan dan tujuan terapi
- Sediakan lingkungan tenang bebas distraksi
- Batasi waktu penyelesaian
- Catat interpretasi pasien terhadap gambar atau ciptaan artistic
- Salin/dokumen karya seni untuk arsip sesuai kebutuhan
- Diskusikan makna karya seni yang dibuat, gabungkan penilaian pasien dengan
literature
- Diskusikan kemajuan susuai tingkat perkembangan
- Hindari mendiskusikan makna karya seni sebelum selesai dibuat
3. Edukasi
- Anjurkan menggambar realistic atau artistic
- Anjurkan mendeskripsikan proses dan hasiil pembuatan karya seni
- Anjurkan menggunakan proses dan hasil pembuatan karya seni
- Anjurkan menggunakan lukisan atau gambar sebagai media menceritakan akibat
stressor (mis, perceraian, pelecehan )
4. Kolaborasi
- Rujuk sesuai indikasi (mis, pekerja social, terapi seni)
G. LUARAN UTAMA
Harga diri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Citra Tubuh
Ekspektasi Meningkat
Asuhan Keperawatan Psikologis : Integritas Ego 145
Kriteria hasil
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Kesadaran Diri
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Ketahanan Personal
Definisi : kapasitas untuk beraptasi dan berfungsi secara positif setelah mengalami
kesulitan atau kritis
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Penampilan Peran
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Resolusi Berduka
Definisi : Respons psikososial yang ditunjukkan akibat kehilangan ( orang, objek, fungsi
status, bagian tubuh atau hubungan).
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Tingkat Ansietas
Definisi : kondisi emosi dan pengalaman subyektif terhadap objek yang tidak jelas dan
spesifik akibat antipas bahaya yang menungkinkan individu melakukan
tindakan untuk menghadapi ancaman.
Ekspektasi Meningkat
Kriteria hasil
Meningkat cukup Sedang cukup menurun
meningkat menurun
Verbalisasi kebingungan 1 2 3 4 5
DAFTAR PUSTAKA
Alden, K.R., Lowarmilk, D.L., Cashion, M.C., & Perry, S.E. (2013). Maternity Womens
Health Care Ebook. Elsevier Health Sciences.
Allender, J.A dan Spradley, B.W. (2005). Community helath nursing promoting and
protecting the publics helath Sixth edition. Lippincott Williams and Wilkins
Anderson & McFariane. (2011). Community as partner: Theory and practicein nursing.
Philadelphia : Wolters Kluwer health/lippincot William & Wilkins
Bergin, R.J., Grogan, S.M., Bernshaw, D., Jurascova, I., Penberthy, S., Milenshkin, L.R.,
Krishnasamy, M., Hocking, A.C., Aranda, S.K., Schofield, P,E. (2016).
Developing an Evidence-Based, Nurse-Led Psychoeducational Intervention
with peer support in gynecologic oncologi cancer nurs, 39(2),19-30
Berman, A., Synder, S, & Fradsen, G, (2016). Kozier & Erbs Fundamental nursing (10th
ed). USA: pearson Education
Boyd, M. A. (2011). Psychiartic Nursing : Contemporary Practice (5th ed). Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Bradbury Jones, C. & Clark, M. (2016). Internate partner violance and the role of
community nurses. Primary Health Care ( 2014 +) ,26(9), 42
doi:http://dx.doi.org/107748/phc.2016.e1184.
Cash, T.F., Santos, M, T., & Williams, E. F. (2005). Coping with body-image threats and
challenges : Validation of the body image coping strategies inventory. Journal of
Psycosomatic Research, 58(2)
Cheng, L.S.W. (2012). The effects of mutual goal setting on the outcomes of care of the
patiens in the community. The Hong Kong Polytechnic University
Corkin, D., Liggett, L., & Clarke, S. (2011). Care planning in children and young peoples
nursing (1st ed). USA : Wiley-Blackwel.
Deatrick, J.A. (2006). Family Partnership In Nursing care. In M. Craft-Rosenberg &M.
Krajicek (Eds) nursing excellence for children & families. New York : springer
Erlich, G.C. (1992). The sexual education of Edith whartom. USA:Univ. of California Press
Fenstemacher, K. H. (2011), Perinatal Loss And Bereavement in Non-Hispanic Black
Adolescents (Order No. 3500995). Available trom Nursing & Allied Health
Database, ProQuest Dissertations & Theses Giobal.(926819250).
Fermandez-Felto, A., Lana, A., Cabello-Gutiérez, L, Franoo-Coreis, S., Baldonedo-
Cernuda, R, &Mosteiro Daz,P2015). Face-toface Information and Emotional
Support from Trained Nurses Reduce PannngScreening Mammography:
Results from a Randomized Controlled Tnal. Pain Management Nursing,
16(6), 862-870. dol:10.1016/.pmn.z015.
Flresheets, E. K., Francis, M., Bamum, A., & Rolf, L, (2012). Community-based
prevention support: using the interactive system framework to facilliate
grassroots evidenced-based substance abuse prevention. American journal
of community psychology. 50(3-4), 347-58
Gall, W. (2009). A review of the resilience scale. Journal of nursing measurement, 17(2),
105-13
Galvin, D. M. (2000). Workplace managed care : collaboration for substance abuse
prevention. The journal of behavioral helath services & research, 27(2), 125-
30
Giske, T. and Cone, P.H.(2015). Discerning the healing path-how nurses assist patient
spirituality in diverse health care settings. J Clin Nurs, 24: 2926-2935.
Good, J. D. (2017). Screening for Bipolar disorder in the primary care setting using the
mood disorder questionnaire (order No. 10264681). Proquest Dissertations & theses
global (1894633758).
Hockberry, M. J. and Wilson, D. (2014). Wongs Nursing Care of Infants and children. St.
Louis: Mosby Elsevier
Jhanjee, S. (2011). Evidence Based Psychosocial intervention in substance Use. Indian journal
of Psychological medicine, 36(2), 112-118
Kaakinen, J.R., Coehio, D.P., Steele, R., Tabacco, A., & Hanson, S.M.H. (2015). Family
Health Care Nursing: Theory Practice and Research (5th ed). Philadelphia: F.A. Davis
Company
2. Objektif
a. Terdapat sumber-sumber daya yang adekuat
untuk mengatasi stressor
2. Objektif
a. Tersedia program untuk rekreasi
b. Tersedia program untuk relaksasi / bersantai
D. INTERVENSI UTAMA
1. Dukungan Kelompok Pendukung (I.09258)
a. Defenisi : Memfasilitasi peningkatan kemampuan
penyelesaian masalah dan perasaan didukung oleh
kelompok individu dengan pengalaman dan masalah
yang sama sehingga lebih memahami situasi masing-
masing.
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi masalah yang sebenarnya dialami
kelompok
- Idenifikasi kelompok memiliki masalah yang
sama
- Identifikasi hambatan menghadiri sesi kelompok
(mis.stigma, cemas, tidak aman)
- Identifikasi aturan dan norma yang perlu
dimodifikasi pada sesi selanjutnya, jika perlu
2) Terapeutik
- Siapkan lingkungan terapeutik dan rileks
- Bentuk kelompok dengan pengalaman dan
masalah yang sama
- Mulai sesi kelompok dengan mengenalkan
semua anggota kelompok dan terapis
- Mulai dengan percakapan ringan, berbagi
informasi tentang diri masing-masing dan alas
an terlibat dalam kelompok
- Buat aturan dan norma dalam kelompok,
terutama kerahasiaan dalam kelompok
- Sepakati jumlah sesi yang diperlukan dalam
kelompok
- Bangun rasa tanggung jawab dalam kelompok
- Diskusikan penyelesaian masalah dalam
kelompok
- Berikan kesempatan individu untuk berhenti
sejenak saat merasa distress akibat topic
tertentu sampai mampu berpatisipasi kembali
- Berikan kesempatan istirahat di setiap sesi
untuk memfasilitasi percakapan individu dalam
kelompok
- Berikan kesempatan saling mendukung dalam
kelompok terkait masalah dan penyelesaian
masalah
- Berikan kesempatan kelompok menyimpulkan
masalah, penyelesaian masalah dan dukungan
yang diperlukan untuk setiap anggota kelompok
- Hindarkan percakapan ofensif, tidak sensitive,
seksual atau humor yang tidak perlu/tidak pada
tempatnya
- Sediakan media untuk kebutuhan
berkomunikasi di luar kelompok
(mis.email,telepon,SMS,WA)
- Lakukan refleksi manfaat dukungan kelompok
pada setiap awal dan akhir pertemuan
- Akhiri kegiatan sesuai sesi yang disepakati
3) Edukasi
- Anjurkan anggota kelompok mendengarkan dan
member dukungan saat mendiskusikan masalah
dan perasaan
- Anjurkan bersikap jujur dalam menceritakan
perasaan dan masalah
- Anjurkan setiap anggota kelompok
mengemukakan ketidakpuasan, keluhan, kritik
dalam kelompok dengan cara santun
- Anjurkan kelompok untuk menuntaskan
ketidakpuasan, keluhan dan kritik
- Ajarkan relaksasi pada setiap sesi, jika perlu
E. INTERVENSI PENDUKUNG
1. Diskusi Kelompok Terarah (I.09255)
a. Defenisi : Melakukan diskusi semi terstruktur
untuk mengidentifikasi suatu masalah dalam kelompok
b. Tindakan :
1) Observasi
- Identifikasi kebutuhan diskusi kelompok terarah
- Identifikasi peserta diskusi
- Catat pemikian atau ide yang muncul dalam
diskusi
2) Terapeutik
- Atur ruangan dengan suasana nyaman, rancang
posisi tempat duduk
- Persiapkan alat (mis. Sistem audio, perekam,
media tulis)
- Lakukan orientasi kelompok: salam, peserta
diminta memberikan nama dan informasi data
diri
- Lakukan kontrak waktu
- Sampaikan diskusi akan direkam
- Arahkan pertanyaan sesuai tujuan dan hindari
pertanyaan yang tidak relevan
- Berikan kesempatan semua peserta untuk
berpatisipasi selama diskusi
- Motivasi interaksi peserta untuk berbicara satu
sama lain, tidak harus ke fasilitator
- Motivasi peserta yang enggan berbicara
- Batasi peserta yang mendominasi diskusi melalui
isyarat verbal dan nonverbal
- Tunjukkan sikap mendengar aktif agar menjadi
model perilaku bagi peserta
- Lakukan eksplorasi mendalam tanpa mengarahkan
peserta
- Sampaikan ringkasan secara verbal
- Berikan umpan balik diskusi berupa analisis dan
laporan
3) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur FGD
- Informasikan topic yang akan didiskusikan
6. Konseling (I.10334)
a. Defenisi : Memberikan bimbingan untuk
meningkatkan atau mendukung penanganan,
pemecahan masalah, dan hubungan interpersonal.
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi kemampuan dan beri penguatan
- Identifikasi perilaku keluarga yang
mempengaruhi pasien
2) Terapeutik
- Bina hubungan terapeutik berdasarkan rasa
percaya dan penghargaan
- Berikan empati, kehangatan, dan kejujuran
- Tetapkan tujuan dan lama hubungan
konseling
- Berikan privasi dan pertahankan kerahasiaan
- Berikan penguatan terhadap keterampilan
baru
- Fasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
3) Edukasi
- Anjurkan mengekspresikan perasaan
- Anjurkan membuat daftar alternative
penyelesaian masalah
- Anjurkan pengembangan keterampilan baru,
jika perlu
- Anjurkan mengganti kebiasaan maladaptive
dengan adaptif
- Anjurkan untuk menunda pengambilan
keputusan saat stress
4) Kolaborasi
- Kolaborasi pemeriksaan HIV, jika
diindikasikan
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi kemungkinan perilaku berisiko
penyalahgunaan zat
2) Terapeutik
- Motivasi mentolerir peningkatan tingkat
stress
- Motivasi mengantisipasi lingkungan yang
mengakibatkan stress
- Motivasi pengambilan keputusan dalam
memilih gaya hidup
- Motivasi mengikuti program di sekolah,
tempat kerja atau sosial
- Motivasi keluarga mendukung kebijakan
pelarangan zat
- Diskusikan strategi pengurangan stress
- Diskusikan cara mempersiapkan diri dalam
kondisi stress
- Libatkan dalam program aktivitas kelompok
di masyarakat maupun pelayanan
- Dukung untuk ikut serta dalam kelompok
masyarakat, seperti SADD (Students Against
Destructive Decisions) dan MADD ( Mothers
Against Drunk Driving )
- Dukung program yang mengatur penjualan
dan distribusi zat (mis.anak di bawah umur)
- Fasilitasi dalam mengorganisir kegiatan bagi
remaja (mis.rekreasi, reuni)
- Fasilitasi dalam mengkoordinasi berbagai
kelompok masyarakat
3) Edukasi
- Latih kemampuan asertif
- Latih pikiran dan perilaku dalam mengurangi
kondisi stress
- Anjurkan menghindari perilaku isolasi sosial
- Ajarkan keluarga tentang penggunaan zat
secara substansial
- Ajarkan keluarga mengidentifikasi tanda dan
gejala kecanduan
- Anjurkan keluarga berpatisipasi dalam
kegiatan anak di sekolah
-
15. Pencegahan Risiko Lingkungan (I.14545)
a. Defenisi : Sebuah aktivitas untuk meminimalkan risiko,
mendeteksi terjadinya penyakit, dan cedera di
populasi atau masyarakat yang memiliki risiko dari
lingkungan
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi adanya risiko lingkungan yang
dapat merusak/membahayakan kesehatan
- Identifikasi pihak-pihak yang dapat
membantu masyarakat untuk perlindungan
dari bahaya lingkungan
- Monitor insiden cedera terkait bahaya dari
lingkungan
2) Terapeutik
- Analisis tingkat risiko terkait dengan
lingkungan (mis.perumahan, air, makanan,
radiasi dan kekerasan)
- Bekerjasama dengan pihak-pihak yang dapat
membantu masyarakat untuk meningkatkan
lingkungan
- Lakukan advokasi bersama masyarakat
untuk desain lingkungan yang aman dan
sistem pengamanannya
- Fasilitasi anggota masyarakat untuk
melakukan modifikasi lingkungan yang aman
3) Edukasi
- Informasikan pada populasi yang berisiko
terkait bahaya yang mungkin diperoleh dari
lingkungan sekitar
4) Kolaborasi
- Kolaborasi dengan petugas kesehatan
terkait, jika perlu
16. Pengembangan Kesehatan Masyarakat (I.14548)
a. Defenisi : Memfasilitasi anggota kelompok atau
masyarakat untuk mengidentifikasi isu kesehatan
komunitas dan mengimplementasikan solusi yang ada
b. Tindakan
1) Observasi
- Identifikasi maslaah atau isu kesehatan dan
prioritasnya
- Identifikasi potensi atau aset dalam
masyarakat terkait isu yang dihadapi
- Identifikasi kekuatan dan partner dalam
pengembangan kesehatan
- Identifikasi pemimpin/tokoh dalam
masyarakat
2) Terapeutik
- Berikan kesempatan kepada setiap anggota
masyarakat untuk berpatisipasi sesuai asset
yang dimiliki
- Libatkan anggota masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran terhadap isu dan
maslaah kesehatan yang dihadapi
- Libatkan masyarakat dalam musyawarah
untuk mendefinisikan isu kesehatan dan
mengembangkan rencana kerja
- Libatkan masyarakat dalam proses
perencanaan dan implementasi serta
revisinya
- Libatkan anggota masyarakat dalam
mengembangkan jaringan kesehatan
- Pertahankan komunikasi yang terbuka
dengan anggota masyarakat dan pihak-pihak
yang terlibat
- Perkuat komunikasi antara individu dan
kelompok untuk bermusyawarah terkait
daya tarik yang sama
- Fasilitasi struktur organisasi untuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi
dan bernegosiasi
- Kembangkan strategi dalam manajemen
konflik
- Persatukan anggota masyarakat dengan cita-
cita komunitas yang sama
- Bangun komitmen antar anggota
masyarakat
- Kembangkan mekanisme keterlibatan
tatanan local, regional bahkan nasional
terkait isu kesehatan komunitas
G. LUARAN UTAMA
Status Koping Keluarga (L.09088)
a. Defenisi : Perilaku anggota keluarga dateftv
mendukung, member rasa nyaman, membantu dan
memotivasi anggota keluarga lain yang sakit terhadap
kemampuan beradaptasi, mengelola dan mengatasi
masalah kesehatan
b. Ekspektasi : Membaik
c. Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menuru Menin
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n kat
n t
Kepuasan terhadap
perilaku bantuan
1 2 3 4 5
anggota keluarga
lain
Keterpaparan 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menuru Men
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n ka
n t
informasi
Cukup
Meningk Sedan Cukup Men
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Perasaan diabaikan 1 2 3 4
Kekhawatiran
tentang anggota 1 2 3 4
keluarga
Perilaku
mengabaikan 1 2 3 4
anggota keluarga
Kemampuan
memenuhi
1 2 3 4
kebutuhan anggota
keluarga
Komitmen pada
perawatan/pengoba 1 2 3 4
tan
Komunikasi antara
1 2 3 4
anggota keluarga
Perasaan tertekan
1 2 3 4
(depresi)
Perilaku menyerang
1 2 3 4
(agresi)
Cukup
Meningk Sedan Cukup Menur
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Perilaku menghasut 1 2 3 4 5
Gejala psikosomatis 1 2 3 4 5
Perilaku menolak
1 2 3 4 5
perawatan
Perilaku
1 2 3 4 5
bermusuhan
Perilaku
1 2 3 4 5
individualistic
Ketergantungan
pada anggota 1 2 3 4 5
keluarga lain
Perilaku
1 2 3 4 5
overprotektif
Cukup
Membur Cukup Memb
Kriteria Hasil Membur Sedang
uk Membaik ik
uk
Toleransi 1 2 3 4 5
Perilaku bertujuan 1 2 3 4 5
Perilaku sehat 1 2 3 4 5
H. LUARAN TAMBAHAN
16. Ketahanan Komunitas (L.08075)
g. Defenisi : Kapasitas komunitas untuk beradaptasi dan
berfungsi secara positif setelah mengalami kesulitan atau
krisis
h. Ekspektasi : Meningkat
i. Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menuru Men
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n ka
n t
Keberlanjutan
pelayanan rutin 1 2 3 4 5
komunitas
Ketersediaan
pelayanan 1 2 3 4 5
kesehatan
Ketersediaan
sumber daya untuk
1 2 3 4 5
memenuhi
kebutuhan dasar
Kesiapan komunitas
1 2 3 4 5
untuk tanggap krisis
Adaptasi komunitas
1 2 3 4 5
terhadap perubahan
Kerjasama
komunitas untuk
menghadapi 1 2 3 4 5
tantangan di masa
depan
Persiapan
komunitas untuk
menghadapi 1 2 3 4 5
tantangan di masa
depan
Kemutakhiran 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menuru Menin
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n kat
n t
rencana tanggap
krisis
Pemimpin kunci
memantau
1 2 3 4 5
lingkungan sosial
ekonomi
Pemimpin kunci
memantau 1 2 3 4 5
lingkungan fisik
Pemimpin kunci
mengkoordinasi 1 2 3 4 5
tanggap krisis
Mengidentifikasi
strategi resolusi 1 2 3 4 5
konflik
Penggunaan jejaring
1 2 3 4 5
komunikasi
Berkolaborasi
dengan 1 2 3 4 5
badan/pemerintah
Akses ke sumber
1 2 3 4 5
daya eksternal
17. Status Kesehatan Komunitas (L.12109)
a. Defenisi : Kondisi kesejahteraan fisik, mental dan sosial
komunitas
b. Ekspektasi : Meningkat
c. Kriteria Hasil
Cukup Cukup
Menuru Men
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n ka
n t
Ketersediaan
program promosi 1 2 3 4 5
kesehatan
Ketersediaan
program proteksi 1 2 3 4 5
kesehatan
Partisipasi dalam
program kesehatan 1 2 3 4 5
komunitas
Keikutsertaan
asuransi/jaminan 1 2 3 4 5
kesehatan
Kepatuhan terhadap
standar kesehatan 1 2 3 4 5
lingkungan
Sistem surveilens 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menuru Menin
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n kat
n t
kesehatan
Pemantauan
standar kesehatan 1 2 3 4 5
komunitas
Cukup
Meningk Sedan Cukup Menur
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Angka mortalitas 1 2 3 4 5
Angka morbiditas 1 2 3 4 5
Angka gangguan
1 2 3 4 5
kesehatan mental
Prevalensi penyakit 1 2 3 4 5
Angka
1 2 3 4 5
penyalahgunaan zat
Angka
penyalahgunaan 1 2 3 4 5
alcohol
Angka kebiasaan
1 2 3 4 5
merokok
Angka penyakit
1 2 3 4 5
menular seksual
Cukup
Meningk Sedan Cukup Men
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Angka kelahiran
1 2 3 4
preterm
Angka berat badan
1 2 3 4
lahir rendah
Angka kejadian
1 2 3 4
cedera
Angka kriminalitas 1 2 3 4
Cukup Cukup
Menuru Men
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n ka
n t
Perilaku sesuai
1 2 3 4 5
anjuran
Verbalisasi minat 1 2 3 4 5
Cukup Cukup
Menuru Menin
Kriteria Hasil Menuru Sedang Meningka
n kat
n t
dalam belajar
Kemampuan
menjelaskan
1 2 3 4 5
pengetahuan
tentang suatu topik
Kemampuan
menggambarkan
pengalaman 1 2 3 4 5
sebelumnya yang
sesuai dengan topik
Perilaku sesuai
dengan 1 2 3 4 5
pengetahuan
Cukup
Meningk Sedan Cukup Menur
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Pertanyaan tentang
masalah yang 1 2 3 4 5
dihadapi
Persepsi yang keliru
1 2 3 4 5
terhadap masalah
Cukup
Meningk Sedan Cukup Men
Kriteria Hasil Meningk
at g Menurun n
at
Menjalani
pemeriksaan yang 1 2 3 4
tidak tepat
Cukup
Membur Cukup Mem
Kriteria Hasil Membur Sedang
uk Membaik i
uk
Perilaku 1 2 3 4 5
Referensi
SDKI
(KESIAPAN PENINGKATAN KOPING KOMUNITAS)
Ackley, B. J., Ladwig, G.B., &Makic, M. B. F. (2017).
Nursing Diagnosis Handbook, An Evidence-Based Guide to
Planning Care. 11th Ed. St. Louis: Elsevier
Carpernito-Moyet, L. J.(2013). Nursing Diagnosis
Application to Clinical Practice, 14th Ed. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Herdman, TH, & Kamitsuru, S. (2014). Nursing
Diagnosis Definition and Classification 2015-2017.10h Ed.
Oxford: Wiley Blackwell.
Newfield, SA, Hinz, MD, Tiley, DS, Sridaromont, KL,
Maramba, PJ (2012) .Cox's Clinical Applications for Nursing
Diagnosis for Adults, Children, Women, Mental Health,
Gerontics, and Home Health Considerations. 6 Ed.
Philadelphia : FA Davis Company.
SIKI (Utama)
Dukungan Kelompok Pendukung
Anderson & McFarlane. (2011). Community As Partner:
Theory and Practice In Nursing. Philadelphia: Wolters
Kluwer Health/Lippincott William & Wilkins.
Bergin, R.J., Grogan, S.M., Bernshaw, D., Juraskova, I.,
Penberthy, S., Mileshkin, L.R., Krishnasamy, M., Hocking,
A.C. Aranda, S.K., Schofield, P.E. (2016). Developing an
Evidence-Based, Nurse-Led Psychoeducational Intervention
With Peer Support in Gynecologic Oncology. Cancer Nurs,
39(2). 19- 30,
Castelein, S., Mulder, P.J, Bruggeman, R. (2008). Guided
peer support groups for schizophrenia: a nursing
intervention. Psychiatr Serv, 59(3), 326. doi:
10.1176/appi.ps.59 3.326. Creating peer support groups in
mental health and related areas - WHO QualityRights
training to act, unite and empower for mental health (pilot
verslon). Geneva: World Health Organization: 2017
(WHO/MSD/MHP/17.13). Licence: CC BY-NC-SA 3.0 IGO.
Parry M, Watt-Watson J. (2010). Peer support
intervention trials for individuals with heart disease: a
systematic review. Eur J Cardiovasc Nurs, 9(1, 57-67.
Stanhope, M. & Lancaster, J. (2012). Public Health
Nursing: Population-Centered Health Care in the
Community (8h ed). Elsevler Science Health Science
Devision.
Promosi Sistem Pendukung
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier &
Erb's Fundamentals of Nursing (10th ed.). USA: Perason
Education.
Yeb, S., Jeng, B., Lin, L., Ho, T., Hsiao, C., Lee, L., & Chen,
S. L. (2009). Implementation and evaluation of a nursing
process support system for long-term care: A Taiwanese
study. Journal of Clinical Nursing, 18 (22), 3089.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H.
(2016). Fundamentals of Nursing (3rd ed.). Philadelphia: F.
A. Davis Company.
Pendukung
Diskusi Kelompok Terarah
Escalada, M., & Heong, K.L. (2009). Guideline how to
conduct focus group discussion: Guide line manual for
novice researchers.
Mousavi-Ouri, A. (2016). Focus Group Discussion: A
Method Of Problem Solving In Nursing. Strides Dev Med
Educ,13(3).
Ressel, L. B., Gualda, D. M. R., & Gonzalez, R. M. B.
(2016). Focus Group As A Method Of Data Collection In
Nursing Research: An Experiential Report. International
Journal Of Qualitative Methods, 1, (2).
Walsh, T. R., Inwin, D. E., Meier, A., Varni, J. W., &
Dewalt, D. A. (2008). The Use Of Focus Groups In The
Development Of The PROMIS Pediatrics Item Bank. Quality
Of Life Research : An International Journal Of Quality Of Life
Aspects Of Treatment, Care And Rehabilitation, 17(5), 725-
735.
Bradbury-Jones, C., Sambrook, S, Invine F. (2009). The
phenomenological focus group: an oxymoron?.J AdvNurs,
65(3):663-71. dol: 10.1111/.1365-2648.2008.04922.x.
Dukungan Spiritual
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier
& Erb's Fundamentals of Nursing (10 ed.). USA: Pearson
Education.
Dougherty, L. & Lster, S. (2015). Manual of Clinical
Nursing Procedures (9th ed.). UK: The Royal Marsden
NHS Founcution Trust.
Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing : Assessment,
Care Plans, and Medications. (9th ed.). Philadelphia: F. A.
Davis Company.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H.
(2016). Fundamentals of Nursing (3rd ed.). Philadelphia: F.
A. Davis Company
Edukasi Penyalahgunaan Alkohol
Arthur, D. (1998). Alcohol-related problems: a
critical review of the literature and directions in nurse
education. Nurse Education Today, 18(6),477-487
Boyd, M. A. (2011). Psychiatric Nursing :
Contemporary Practice (5h ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing (10th ed.). St.Louis: Mosby.
Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing:
Assessment, Care Plans, and Medications. (9th ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company.
Edukasi Penyalahgunaan Zat
Boyd, M. A. (2011). Psychiatric Nursing :
Contemporary Practice (5th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Cadiz, D., O'Neill, C., Butell, S., Epeneter, B., & Basin,
B. (2012). A quasi-experimentat evaluation of a substance
use awareness educational intervention for nursing
students. Journal of Nursing Education, 51, 411-415.
Graham, Antonnette V. et al. (1997). Şubstance
Abuse Education for Clinical Nurses: A Controlled Study.
The Journal of Continuing Education in Nursing. 1997; 28
(5): 217-222.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing (10th ed.). St.Louis: Mosby.
Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing :
Assessment, Care Plans, and Medications. (9th ed.).
Philadeiphia: F. A. Davis Company.
Intervensi Krisis
Boyd, M. A. (2011). Psychiatric Nursing :
Contemporary Practice (5h ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins,
Farrelly, S., Szmukler, G., Henderson, C., Birchwood,
M., Marshall, M., Waheed, W., ... Thornicroft, G. (2014).
Individualisation in.crisis planning for people with
psycholic disorders. Epidemiology and Psychiatric
Sciences, 23(4), 353-9.
doi:http://dx.doi.org/10.1017/S2045796013000401
llis, Horace A, (2011). The crisis intervention team-A
revolutionary tool for law enforcement The psychiatric-
mental health nursing perspective. Journal of
Psychosocial Nursing & Mental Health Services, 49(11),
37-43. doi:http://dx.doi.org/10.3928/02793695-
20111004-01.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing (10 ed.). StLouis: Mosby.
Townsend, M. (2014). Psychiatric Nursing :
Assessment, Care Plans, and Medications. (9h ed.).
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Konseling
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozier
& Erb's Fundamentals of Nursing (10 ed.). USA: Pearson
Education.
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical
Nursing Procedures (9h ed.). UK: The Royal Marsden
NHS Foundation Trust.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of
Psychiatric Nursing (10th ed.). StLouis: Mosby.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S.. Bamett. K. & Smith, M.
H. (2016). Fundamentals of Nursing (3d ed.).
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Manajemen Keselamatan Lingkungan
Anderson & McFarlane. (2011).Community As
Partner: Theory and Practice In Nursing. Philadelphia:
Wolters Kluwer Health/Lippincott William & Wilkins.
Clark, M. J. (1992). Environmental influences on
community health. In M. J. Clark (Ed.), Nursing in the
community (pp. 342-365). Norwalk, CT: Appleton &
Lange.
Covello, V. T., & Merkhoher, M. W. (2013). Risk
Assessment Methods: Approaches for Assessing Health
and Environmental Risks. Springer Science & Business
Media.
Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2012). Public Health
Nursing: Population-Centered Health Care in the
Community (8th ed). Elsevier Science Health Science
Devision.
Skrining Kesehatan
Anderson & McFarlane. (2011). Community As
Partner: Theory and Practice in Nursing. Philadelphia:
Wolters Kluwer HealthLippincott William & Wilkins.
Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2012). Public Health
Nursing : Population - Contered Health Care in the
Community (8th ed). Elsevier Science Health Science
Devision.
Hornsey, J. (1991). Screening by program.
Occupational Health, 43(5), 150-151.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2004).
Health assessmert. In Fundamentals of nursing:
Concepts, processes, and practice. (7th ed., pp. 523-
625). Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Leatherman, J., & Davidhizar, R. (1992). Health
screening on a college campus by nursing students.
Joumal of Community Health Nursing, 9(1), 43–51.
May, A., (1992). Implementing an annual screen
Smith, R. A., Cokkinides, V., von Eschenbach,A. C.,
Levin, B., Cohen, C., Runowicz, C. D., et al. (2002).
American Cancer Society guidelines for the early
detection of cancer. CA: A Cancer Jounal for Clinicians,
52(1), 8-22. program. Health Visitor, 65(7), 240-241.
Summer, J. (1991). Screening the elderly. Nursing
Times, 87(3), 60-82.
Terapi Rekreasi
Buettner, Linda et al (2003). Practice guidelines for
recreation therapy in the care of peaple with dementia
(CE). Geriatric Nursing, 24(1), 18-25
Falk, Elizabeth (2016). Therapeutic Recreation
Interventions and Multidisciplinary Teams in Long-Term
Care Paper 576.
Linquist, R., Snyder, M. & Tracy, M.F.(2014),
Settings. Master of Social Work Clinical Research
Papers. http://sophia.stkate.edu/msw_papers/576
Complementary/Altemative Therapies in Nursing (7h
ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M.
H. (2016). Fundamentals of Nursing (3d ed.).
Philadelphia: F. A. Davis Company.
Terapi Relaksasi
Ackley, Gail B. Ladwig. (2016). Nursing diagnosis
handbook : an evidence-based guide to planning care.
11h edition. St. Louis, Mo. :Mosby Elsevier
Day, Wendy (2000). Relaxation: A Nursing Therapy
to Help Relieve Cardiaç Chest Pain. Journal of Advanced
Nursing Volume 18 Number 1
Linquist, R., Snyder, M. & Traoy, M.F.(2014).
Complementary/Alternative Therapies in Nursing (7th
ed.). New York: Springer Publishing Company, Inc.
Piyanee Klainin-Yobas, Win Nuang Oo, Pey Ying
Suzanne Yew & Ying Lau (2015). Effects of relaxation
interventions on depression and anxiety among older
adults: a systematic review. Aging & Mental Health, 19,
12.
Sinatra, DeMarco (2000). Relaxation training as a
holistic nursing intervention. Holist Nurs Pract.,
14(3):30-9.
Triase Bencana
ENA (2007). Emergency Nursing Core Curriculum (6h
ed.). USA: Sauders Elsevier.
Mezza, I. (1992). Triage: Setting priorities for health
care. Nursing Forum, 27(2), 15–19. Pepe, P.E. (1988).
Whom to resuscitate. In J. M. Civetta, R. W. Taylor, & R. K.
Kirby (Eds.). Critical care. Philadelphia: Lippincott.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2004). Terrorism, mass
casualty, and disaster nursing. In Brunner & Suddarth's
textbook of medical surgical nursing (Vol. 2, 10th ed. 2183-
2198). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Stanhope, M. dan Lancaster, J. (2012). Public Health
Nursing : Population - Centered Health Care in the
Community (8th ed). Elsevier Science Health Science
Devision.