Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

“ASKEP PADA ANAK DENGAN KEBUTUHAN KHUSUS: KDRT ”

OLEH:

KELOMPOK 7

AZRIATIWAHYU (18301006)
ENDANG NAIBAHO (18301011)
LUSI SEVIANI (18301015)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES PAYUNG NEGERI

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Swt. Sehingga penyusunan makalah ini dapat kami selesaikan. Makalah
ini disusun sebagai tugas mata kuliah Makalah Keperawatan Jiwa II yang berjudul “Askep Pada
Anak Dengan Kebutuhan Khusus: KDRT ”. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen
pengampun dan teman-teman program S-1 keperawatan Stikes Payung Negeri Pekanbaru.
Makalah ini belum sempurna. Kami harapkan kritik dan saran dari pembaca.

Pekanbaru, 13 Oktober 2020

Kelompok VII

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................1
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Untuk Mengetahui Pengertian KDRT..................................................2
2.2 Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab KDRT.............................2
2.3 Untuk Mengetahui Macam-Macam KDRT..........................................3
2.4 Untuk Mengetahui Dampak KDRT......................................................6
2.5 Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien KDRT..............6
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................11
3.2 Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah tangga merupakan komunitas terkecil dari suatu masyarakat.Rumah tangga yang
bahagia, aman, dan tentram menjadi dambaan setiap orang. Negara Republik Indonesia
adalah negara yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan demikian, setiap orang
dalam lingkup rumah tangga untuk melaksanakan hak dan kewajibannya harus didasari oleh
agama dan teologi kemanusiaan. Hal ini penting ditumbuh kembangkan dalam rangka
membangun keutuhan rumah tangga. Untuk mewujudkan hal tersebut, bergantung pada
setiap orang dalam satu lingkup rumah tangga, terutama dalam sikap, perilaku dan
pengendalian diri setiap orang di lingkup rumah tangga tersebut.
Keutuhan dan kerukunan rumah tangga dapat terganggu, jika sikap, perilaku dan
pengendalian diri tidak dapat dikontrol. Pada akhirnya dapat terjadi kekerasan dalam rumah
tangga sehingga timbul ketidakamanan atau ketidakadilan terhadap orang yang berada dalam
lingkup rumah tangga tersebut. Untuk mencegah, melindungi korban dan menindak pelaku
kekerasan dalam rumah tangga maka negara (state) wajib melaksanakan pencegahan,
perlindungan dan penindakan terhadap pelaku
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah adalah
“Askep Pada Anak Dengan Kebutuhan Khusus: KDRT?”
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk menjelaskan Askep Pada Anak Dengan Kebutuhan Khusus: KDRT
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui Pengertian KDRT
2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Penyebab KDRT
3. Untuk Mengetahui Macam-Macam KDRT
4. Untuk Mengetahui Dampak KDRT
5. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Klien KDRT

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Perilaku kekerasan dalam keluarga lebih sering berbentuk kekerasan dalam
keluarga atau rumah tangga (KDRT). Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga adalah
segala bentuk, baik kekerasan secara fisik, secara psikis, kekerasan seksual, maupun
ekonomi yang pada intinya mengakibatkan penderitaan, baik peenderitaan yang secara
kemudian memberikan dampak korban menjadi sangat trauma atau mengalami
penderitaan secara psikis. Perilaku kekerasan dalam keluarga dapat terjadi pada semua
orang yang tinggal dalam keluarga, suami, istri, orang tua, anak, usia lanjut, ataupun
pembantu, tanpa membedakan gender atupun posisi dalam keluarga.
KDRT terhadap istri adalah segala bentuk tindak kekerasan yag dilakukan oleh
suami terhadap istri yang berakibat menyakiti secara fisik, psikis, seksual dan ekonomi,
termasuk ancaman, perampasan kebebasan yang terjadi dalam rumah tangga atau
keluarga.selain itu, hubungan antara suami dan istri diwarnai dengan penyiksaan secara
verbal, tidak adanya kehangatan emosional, ketidaksetiaan dan menggunakan kekuasaan
untuk mengendalikan istri. Setelah membaca defenisi diatas, tentu pembaca sadar bahwa
kekerasan pada istri bukan hanya terwujud dalam penyiksaan fisik, namun juga
penyiksaan verbal yang sering dianggap remeh namun akan berakibat lebih fatal dimasa
yang akan datang. (Made, Sanin, Umum, & Sanglah, 2011).
2.2 Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan Dalam Keluarga
1. Biologi
Perubahan sistem limbik otak dan neoratransmitter menyebabkan individu tidak
mampu mengendalikan perilaku agresifnya. Teori biologi terdiri atas 3 pandangan,
yaitu pengaruh neurofisiologis, biokimia, genetic, dan gangguan otak.
a) Pengaruh Neurofisiologis
Beragam komponen dari sistem neurologis, baik pada manusia maupun hewan
mempunyai implikasi, memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem
limbik secara jelas terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku

2
bermusuhan dan respon agresi. Pusat otak atas memegang peran penting
terhadap manusia dengan secara konstan berinteraksi dengan pusat agresi.
b) Pengaruh Biokimia
Berbagi neurotransmitter ( epinefrin, neuropinefri, dopamine, asetil kolin dan
serotin) sangat berperan dalam memfasilitasi dalam menghambat impuls
agresif.
c) Pengaruh Genetik
Komponen berbagai genetic yang berhubungan dengan perilaku agresif sudah
banyak diteliti. Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara
perilaku agresif dengan keterkaitan dengan genetic termasuk genetik
karyotype XYY, yang pada umumnya dimiliki oleh oenghuni penjara pelaku
tindak criminal.
d) Pengaruh Gangguan Otak
Sindrom otak organic berhubungan dengan berbagai gangguan serebral telah
terbukti dari hasil penelitian sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan
tindak kekerasan.
2. Psikologi
Kegagalan, frustasi, ketidakpuasan, pernah jadi korban, saksi, atau pelaku
kekerasan.
3. Sosial Budaya
Adanya perilaku agresif yang dapat memenuhi kebutuhan akan cenderung diulang
dalam cara penyelesaian masalah. Adanya penerimaan masyarakat atas perilaku
kekerasan yang terjadi, tidak adanya pencegahan, dan kurang berperannya aspek
hukum akan menyuburkan perilaku kekerasan di dalam keluarga dan masyarakat.
4. Lingkup Kekerasaan dalam Rumah Tangga
a) Pertama: hubungan keturunan darah
b) Kedua : hubungan suami istri
c) Ketiga : hubungan bekerja didalam keluarga
5. Klasifikasi Kekerasan dalam Rumah Tangga
a) Kekerasan antar orang dewasa
b) Kekerasan orang dewasa dengan anak
c) Kekerasan orang dewasa dengan lansia
2.3 Macam-macam Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga
1. Secara Fisik
Secara fisik yaitu menampar, memukul, menjambak rambut, menendang, menyudut
dengan rokok, memukuli dengan senjata, dan sebagainya. Berikut ada beberapa
pembagian dari kekerasan fisik itu sendiri:
a) Kekerasan fisik berat.
Kekerasan ini berupa penganiayaan berat seperti menendang, memukul,
melakukan percobaan pembunuhan dan perbuatan lain yang dapat
mengakibatkan:
3
1) Cedera berat
2) Tidak mampu menjalankan tugas sehari-hari
3) Pingsan
4) Luka berat pada tubuh korban dan atau luka yang sulit disembuhkan atau
menimbulkan bahaya mati
5) Kehilangansalah satu panca indera
6) Mendapat cacat.
7) Menderita sakit lumpuh
8) Terganggunya daya pikir selama 4 minggu lebih
9) Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan
10) Kematian korban
b) Kekerasan fisik ringan
Kekerasan ini berupa menampar, menjambak, mendorong dan perbuatan yang
mengakibatka:
1) Cedera ringan
2) Rasa sakit dan luka fisik yang tidak masuk dalam kategori berat
2. Secara Psikologis
Yaitu penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan, melarang istri
mengunjungi saudara atau teman-temannya, mengancam akan dikembalikan kerumah
orang tuanya, dan sebagainya.
a) Kekerasan psikis berat. Kekerasan ini beruapa tindakan pengendalian, manipulasi,
eksploitasi, perendahan penghinaan, dalam bentuk pelarangan, pemaksaan dan
isolasi social, tindakan dan atau ucapan yang merendahkan atau menghina,
ancaman kekerasan fisik, seksual dan ekonomis, yang masing-masingnya bisa
mengakibatkan penderitaan psikis berat berupa salah satu atau beberapa hal
berikut:
1) Gangguan tidur atau gangguan makanatau ketergantungan obat atau disfungsi
seksual yang salah satu atau kesemuanya berat dan atau menahun.
2) Gangguan stress pasca trauma
3) Gangguan fungsi tubuh berat (seperti tiba-tiba lumpuhatau buta tanpa indikasi
medis)
4) Depresi berat atau destruksi diri
5) Gangguan jiwa dalam bentuk hilangnya kontak dengan realitas seperti
skizofrena dan atau bentuk psikotik lainnya
6) Bunuh diri
3. Secara Seksual (marital rape)
Yaitu kekerasan dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual.
Penyerangannya secara fisik oleh pelaki sering kali diikuti, atau diakhiri dengan
kekerasan seksual dimana korban dipakai untuk melakukan hubungan seksual dengan
pelaku atauberpartisipasi dalam suatu kegiatan seksual yang tidak diinginkannya,
termasuk hubunga seks tanpa pelindung.
4
a) Kekerasan seksual berat, berupa:
1) Pelecehan seksual dengan konrtak fisik, seperti meraba, menyentuh organ
seksual, mencium secara paksa, merangkul serta perbuatan lainnya yang
menimbulkan rasa muak/jijik, terteror, terhina dan merasa dikendalikan.
2) Pemaksaan hubungan seksual tanpa persetujuan korban atau pada saat korban
tidak menghendaki
3) Pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak disukai, merendahkan dan
menyakitkan
4) Pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan pelacuran dan
tujuan tertentu.
5) Terjadinya hubungan seksual dimana pelaku memanfaatkan posisi
ketergantungan korban yang seharusnya dilindungi
6) Tindakan seksual dengan kekerasan fisik dengan atau tanpa bantuan alat yang
menimbulkan sakit, luka, dan cedera
b) Kekerasan seksual ringan. Kekerasan ini berupa pelecehan seksual secara verbal
seperti komentar verbal, gurauan porno, siulan, ejekan dan julukan dan atau
secara non verbal, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh ataupun perbuatan
lainnya yang meminta perhatian seksual yang tidak dikehendaki korban bersifat
melecehkan dan atau menghina korban. (Kusumaningtyas, Rokhnah, &
Nafikadini, 2013)
4. Secara Ekonomi
Yaitu tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja atau membiarkan istri bekerja
untuk dieksploitasi. Membatasi akses pasangan mereka terhadap keuangan dan
informasi akan keadaan keungan keluarga, dan mengendalikan keuangan pasangan.
a) Kekerasan ekonomi berat, yakni tindakan eksploitasi, manipulasi, dan
pengendalian lewat sarana ekonomi berupa:
1) Memaksa korban bekerja dengan cara eksploitasi termasuk pelacuran
2) Melarang korban bekerja tetapi menelantarkannya
3) Mengambil tanpa sepengetahuan dan tanpa persetujuan korban, merampas dan
memanipulasi harta benda korban
b) Kekerasan ekonomi ringan, kekerasan ini berupa melakukan upaya-upaya sengaja
yang menjadikan korban tergantung atau tidak berdaya secara ekonomi atau tidak
terpenuhi kebutuhan dasarnya.

2.4 Dampak Kekerasan Dalam Rumah Tangga


Dalam hal ini banyak dampak yang timbul oleh kekerasan itu sendiri. Dampak kekerasan
dalam rumah tangga akan terjadi pada istri, anak, bahkan suami.
1. Dampak pada istri:
a. Perasaan rendah diri, malu dan pasif

5
b. Gangguan kesehatan mental seperti kecemasan yang berlebihan, susah makan dan
susah tidur
c. Mengalami sakit serius, luka parah dan cacat permanen
d. Gangguan kesehatan seksual
e. Menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat tindakan kekrasan.
f. Kekerasan seksual dapat mengakibatkan turun atau bahkan hilangnya gairah seks,
karena istri menjadi ketakutan dantidak bisa merespon secara normal ajakan
hubungan seks.
2. Dampak pada anak:
a. Mengembangkan perilaku agresif dan pendendam
b. Mimpi buruk, ketakutan, dan gangguan kesehatan
c. Kekerasan menimbulkan luka, cacat mental dan cacat fisik
3. Dampak pada suami:
a. Merasa rendah diri, pamalu, dan psimis
b. Pendiam, cepat tersinggung, dan suka menyendiri
2.5 Asuhan Keperawatan Pada Korban KDRT
A. Pengkajian
1. Identifikasi hasil
a. Kecemasan
Pasien akan menunjukkan cara adaptif dalam mengatasi stress
b. Gangguan tidur
Pasien mengekspresikan perasaannya secara verbal dari pada melalui
perkembangan gejala-gejala fisik
c. Gangguan seksual
Pasien akan mencapai tingkat maksimal respon seksual yang adaptif untuk
meningkatkan atau mempertahankan kesehatan
2. Perencanaan
a. Kecemasan
Pasien harus mengembangkan kapasitas untuk mentoleransi ansietas
b. Gangguan tidur
Penyuluhan untuk pasien tentang strategi koping yang adaptif
3. Implementasi
a. Kecemasan
Memecahkan masalah membuat pasien cemas
b. Gangguan tidur
Memenuhi kebutuhan fisiologis pasien dan memenuhi kebutuhan dasar akan
rasa aman dan keselamatan
c. Gangguan seksual
Sebelum melakukan penyuluhan, perawat harus memeriksa nilai dan
keyakinannya sendiri tentang pasien yang berprilaku seksual yang mungkin
berbeda.
6
4. Evaluasi
a. Kecemasan
1) Sudahkah ancaman terhadap integrasi fisik atau system diri pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal atau waktunya?
2) Apakah perilaku pasien menunjukkan ansietas?
3) Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
4) Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
b. Gangguan tidur
1) Sudahkah pola tidurnya normal kembali?
2) Apakah kecemasan masih mengganggu tidur pasien?
c. Gangguan seksual
1) Apakah pengkajian keperawatan tentang seksualitas telah lengkap, akurat,
dan dilakukan secara professional?
2) Apakah pasien merasakan perbaikan selama perbaikan?
3) Apakah hubungan interpersonal pasien telah meningkat?
4) Apakah penyuluhan kesehatan tentang ekspresi seksual telah dilakukan
dengan benar?
5) Apakah perasaan perawat sendiri tentang seksual telah digali semua pada
pasien?
B. Rencana Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan
1) Ketakutan
2) Sindrom Pasca Trauma
3) Ansietas
b. Intervensi Keperawatan
1) Diagnosa keperawatan: Ketakutan
Tujuan: klien mampu merasakan Tingkat rasa takut keparahan rasa takut
yang diwujudkan ketegangan atau ketidaknyamanan yang muncul dari
sumber yang tidak bisa diidentifikasi
Kriteria hasil:
1. Distress. Ditingkatkan dari cukup berat menjadi ringan
2. Tidak mampu tidur. Cukup berat menjadi ringan
3. Peningkatan tekanan darah. Ditingkatkan dari cukup berat menjadi
ringan
Intervensi : pengurangan kecemasan
- Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
- Nyatakan dengan jelas harapan perilaku klien
- Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan
- Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
- Ciptakan atmosphere rasa aman untuk meningkatkan keprcayaan
7
- Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
- Berikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi
tekanan
- Bantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Implmentasi
- Mengunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
- Menyatakan dengan jelas harapan perilaku klien
- Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang
tepat
- Meniptakan atmosphere rasa aman untuk meningkatkan keprcayaan
- Mengidentifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan
- Memberikan aktivitas pengganti yang bertujuan untuk mengurangi
tekanan
- Membantu klien mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
Evalusi
- Distress membaik
- Mampu tidur
- Tekanan darah membaik.
2) Diagnose keperawatan: Sindrom pasca trauma
Tujuan: pemulihan terhadap kekerasan
Kriteria hasil:
1. Mengenali hubungan yang bersifat kekerasan. Dipertahankan dari
skala 2 dan ditingkatkan dari skala 4
2. Penyembuhan trauma psikologis. Dipertahankan dari skala 2 dan
ditingkatkan skala 4
3. Penyembuhan trauma fisik. Dipertahankan dari skala 2 dan
ditingkatkan ke skala 4
4. Harga diri. Ditingkatkan daei skala 2 ke skala 4
Intervensi: peningkatan system dukungan
- Identifkikasi respon psikologis terhadap situasi dan ketersediaan
system dukungan
- Identifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan, dan
sumber daya lainnya.
- Monitor situasi keluarga saat ini dan jaringan dukungan yang ada
- Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan social dan
masyarakat
Implementasi
- Mengidentifkikasi respon psikologis terhadap situasi dan
ketersediaan system dukungan
- Mengidentifikasi tingkat dukungan keluarga, dukungan keuangan,
dan sumber daya lainnya.
8
- Memonitor situasi keluarga saat ini dan jaringan dukungan yang ada
- Menganjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan social dan
masyarakat
Evaluasi
- Mengenali hubungan yang bersifat kekerasan dengan baik
- Trauma psikologis membaik
- Trauma fisik membaik.

3) Diagnosa keperawatan: Ansietas


Tujuan: klien mampu merasakan tingkat kecemasan keparahan dari tanda-
tanda ketakutan, ketegangan, atau kegelisahan yang bersal dari sumber
yang tidak dapat diidentifikasi.
Kriteria hasil:
1. Perasaan gelisah, dipertahankan pada skala 3 dan ditingkatkan pada
skala 4
2. Tidak bisa mengambil keputusan. Dipertahan pada skala 3 dan
ditingkatkan pada skala 4
3. Kesulitan dalam menyelesaikan masalah. Dipertahankan dari skla 3
dan ditingkatkan ke skala 4
Intervensi: pengurangan kecemasan
- Gunakan pendekatan yang menyakinkan
- Berada disisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan
- Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
- Lakukan usapan pada punggung/leher dengan cara yang tepat
- Ciptakan rasa aman untuk meningkatkan kepercayaan
- Dukung penggunaan mekanisme kopig yang sesuai
- Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan yang
tepat
Implementasi
- Pasien harus mengembangkan kapasitasnya untuk mentoleransi
ansietas
Evaluasi
- Sudahkah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien
berkurang dalam sifat, jumlah, asal,atau waktunya?
- Apakah perilaku pasien menunjukkan ansietas?
- Sudahkah sumber koping pasien dikaji dan dikerahkan dengan
adekuat?
- Apakah pasien menggunakan koping adaptif?

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) kekerasan dalam rumah tangga adalah segala bentuk, baik kekerasan secara fisik,
secara psikis, kekerasan seksual, maupun ekonomi yang pada intinya mengakibatkan

10
penderitaan, baik peenderitaan yang secara kemudian memberikan dampak korban
menjadi sangat trauma atau mengalami penderitaan secara psikis.
2) Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan Dalam Keluarga: biologi, psikologi, social
budaya, lingkup kekerasan dalam rumah tangga, dan klasifikasi dalam rumah tangga.
3) Macam-macam bentuk kekerasan rumah tangga: secara fisik, secara psikologis,
secara seksual, dan secara ekonomi
3.2 Saran
Untuk para mahasiswa keperawatan seharusnya lebih aktif dalam berbagai diskusi
waktu penyajian makalah sehingga pengatahuan dan wawasannya dapat berkembang
terutama tentang asuhan keperawatan pada psikotik gelandangan. Bagi para dosen, kami
mengharapkan agar dapat memberikan arahan dan pengetahuan baru yang mungkin
belum dibahas oleh mahasiswa dalam forum diskusinya sehingga ada suatu
kesinambungan dan kontribusi antara mahasiswa dengan dosen.

DAFTAR PUSTAKA

Kusumaningtyas, U., Rokhmah, D., & Nafikadini, i. (2013). Dampak kesehatan


Mental Anak Korban Kekerasan Seksual. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa
2013. Retrieved from http://repository.unej,ac,id/

11
Made, N., Saniti, A., Umum, S., & Sanglah, P. (2011). Diagnosis dan Manajemen
Stress Paska Trauma pada Diagnosis and Management Post Traumatic Stress, 1-7
Anindyajati, Gina. (2013). Modul Pelatihan Layanan Kesehatan Seksual &
Reproduksi Ramah Remaja. Yogyakarta
Fuadi, Anwar M. (2011). Dinamika Psikologis Kekerasan Seksual: Sebuah Studi
Fenomelogi. Malang. Volume 8 No 2

12

Anda mungkin juga menyukai