Anda di halaman 1dari 12

KONSEP PATOLOGI DAN PATOFISOLOGI

KELOMPOK II

• ANISA FEBRIAN
• AZRIATI WAHYU
• DEVA ARITA
• ENDANG
• MIFTAHUL HIDAYAT
• ROSMELIA
• SITI FATHUTI
• YEFRINA FORTUNADA
1. Konsep dasar patologi DAN PATOFISOLOGI
KONSEP PATOLOGI
A. Patologi

Patologi membahas penyakit dari segala segi meliputi sebab


penyakit, sifat, perjalanan penyakit, perubahan anatomi dan
fungsional yang disebabkan penyakit tersebut. Patologi
mempunyai tujuan utama untuk mengidentifikasi sebab suatu
penyakit, yang akhirnya akan memberikan petunjuk dasar pada
program pengelolaan dan pencegahan penyakit tersebut.
B. Sejarah Patologi
Ilmu patologi, dan kedokteran pada umumnya mengalami
kemajuan pesat dengan digunakannya mikroskop cahaya untuk
mempelajari jaringan yang sakit yang dimulai sekitar tahun 1800.
Dengan mikroskop dapat memperlihatkan adanya mikroorganisme
di sekitar manusia, diamana hal ini memberi kontribusi yang besar
terhadap asumsi sebelumnya sehingga menyangkal teori penyakit
yang timbul secara spontan. Sebaliknya asumsi ini menyatakan
bahwa beberapa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme
patologis berupa bakteri, parasit, dan jamur.
C. Ruang lingkup patologi
• patologi klinis mempelajari lebih mendalam tentang
sebab, mekanisme, dan pengaruh penyakit
terhadap organ / sistem organ tubuh
manusia.
• patologi eksperimental melakukan pengamatan atau observasi
pengaruh perlakuan/manipulasi terhadap
suatu sistem di laboratorium (invitro).

D. Pembagian patologi :
1. Histopatologi
2. Sitopatologi
3. Hematologi
4. Mikrobiologi
5. Imunologi
6. Patologi kimiawi
7. Genetik
8. Toksikologi
9. Patologi forensik
Konsep dasar patofisiologi
Patofisiologi adalah ilmu yang mempelajari gangguan fungsi
pada organisme yang sakit meliputi asal penyakit, permulaan
perjalanan dan akibat.
A. Prinsip patofisiologi
Patofisiologi dapat terbentuk karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Tekanan yang lama
2. Tekanan antar permukaan
• Luncuran
• Gesekan
• Imobilitas
3. Faktor fisiologi
terbentuknya ulkus dekubitus meliputi demam, anemia,
infeksi, iskemik, hipoksemia, hipotensi, malnutrisi, trauma
medula spinalis, penyakit neurologi, kurus, usia yang tua
dan metabolisme yang tinggi.
2. Adaptasi jejas, dan penuaan sel

A. Adaptasi Adaptasi seluler adalah sel mampu mengatur dirinya


dengan cara mengubah struktur dan fungsinya
sebagai respon terhadap berbagai kondisi fisiologis
maupun patologis.
Adaptasi sel dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :

1. Atrofi - Hipertrofi  Hipertrofi fisiologis


Hipertrofi patologis
Hipertrofi kompensasi
2. Hiperplasia Hiperplasia fisiologis
Hiperplasia patologis
hiperplasia kompensasi
3. Metaplasia
4. Displasia
B. Jejas sel
Terjadi apabila suatu sel tidak lagi dapat beradaptasi
terhadap rangsangan. Hal ini dapat terjadi bila rangsangan
tersebut terlalu lama atau terlalu berat. Sel dapat pulih dari
cedera atau mati bergantung pada sel tersebut dan besar serta
jenis cedera. Penyebab terjadinya jejas sel (cedera sel) :
1.    Hipoksia (pengurangan oksigen) Iskemia (kehilangan pasokan
darah)
Oksigenisasi tidak mencukupi
Hilangnya kapasitas pembawa
oksigen darah
2.    Faktor fisik
a.    Trauma
b.    Suhu rendah
c.    Suhu Tinggi
d.    Radiasi
e.    Tenaga Listrik
3. Bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia dan obat-obatan lain yang dapat
menyebabkan jejas sel :
a.    Obat terapeotik misalnya, asetaminofen (Tylenol).
b.    Bahan bukan obat misalnya, timbale dan alkohol.
4.    Bahan penginfeksi atau mikroorganisme
Mikroorganisme yang menginfeksi manusia mencakup berbagai
virus, ricketsia, bakteri, jamur dan parasit. Sebagian dari organisme ini
menginfeksi manusia melalui akses langsung misalnya inhalasi,
sedangkan yang lain menginfeksi melalui transmisi oleh vektor
perantara, misalnya melalui sengatan atau gigitan serangga.
5.    Reaksi imunologik, antigen penyulut dapat eksogen maupun
endogen. Antigen endogen (misal antigen sel) menyebabkan penyakit
autoimun.
6.    Kekacauan genetik misalnya mutasi dapat menyebabkan
mengurangi suatu enzim kelangsungan.
7.    Ketidakseimbangan nutrisi, antara lain :
a.    Defisiensi protein-kalori.
b.    Avitaminosis.
c.    Aterosklerosis, dan obesitas.
8.    Penuaan.
C. Penuaan sel
Cellular Senescence atau penuaan sel adalah keadaan
di mana sel-sel tidak dapat lagi membelah
efek penuaan sel di dalam organisme bervariasi menurut
sejumlah faktor, seperti usia.

3. Kelainan kongenital
. Memahami Kelainan Kongenital dan Faktor Penyebabnya
Kelainan kongenital atau kelainan bawaan (cacat lahir)  merupakan
kondisi abnormal yang disebabkan beberapa masalah semasa
perkembangan bayi di dalam kandungan. 
beberapa faktor terkait kelainan kongenital, antara lain:
a. Memahami Kelainan Kongenital dan Faktor Penyebabnya
Faktor Genetik.
Faktor genetik yang dimaksud adalah kondisi kelainan kromosom dan gen.
Kromosom adalah struktur yang membawa materi genetik yang diwariskan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. 23 kromosom berasal dari ayah; dan 23
kromosom lagi berasal dari ibu.
Faktor Non-genetik.
Faktor Non-genetik Beberapa kelainan kongenital dapat terjadi tanpa diketahui
penyebabnya. Namun demikian, perilaku atau kondisi tertentu dapat meningkatkan
risiko kelainan kongenital atau cacat lahir, di antaranya adalah kondisi ibu selama
hamil, penyakit cacar air, rubella, infeksi maternal, diabetes, hipertensi, dan
penyakit autoimun.

b. Kelainan Kongenital yang Biasa Terjadi pada Bayi


Ada beberapa kondisi kelainan kongenital atau kelainan bawaaan yang umum
terjadi pada bayi. Umumnya, dikelompokkan menjadi kelainan struktural dan
kelainan fungsional.
Kelainan struktural. Kelainan atau cacat struktural yang umum ditemui adalah bibir
sumbing (celah bibir dan langit-langit), cacat jantung (penyakit jantung bawaan),
spina Bifida (ketika tulang belakang tidak berkembang baik), kaki pengkor atau
bengkok (club foot), dislokasi panggul kongenital,
Kelainan Fungsional. Kelainan atau cacat fungsional yang umum terjadi adalah
sindrom Down , penyakit, sel sabit.
4. Pertumbuhan sel dan diferensiasi
A. Pertumbuhan sel
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai peningkatan komponen -komponen
seluler. Terdapat dua macam pertumbuhan sel, yaitu pertumbuhan yang
berakibat peningkatan ukuran sel tetapi tidak jumlah sel. Dan yang kedua adalah
pertumbuhan yang diikuti dengan peningkatan jumlah sel. Dalam hal yang
pertama, inti sel membelah tetapi tidak diikuti oleh pembelahan sel. Organisme
dalam golongan ini biasa disebut organisme koenositik
B. Diferensiasi sel
Pada sebagian besar eukaryotes, tiap organisme memulai kehidupannya dari
suatu sel yang disebut zygote. Sel membelah terus menerus melalui proses
mitosis yang pada akhirnya menghasilkan organisme dewasa yang terdiri dari
berbagai macam tipe sel dan jaringan. Awal perkembangan pada masa embrio
hampir sama, akan tetapi selama proses perkembangan suatu sel akan berbeda
dengan sel yang lain dan mengkhususkan pada fungsi-fungsi tertentu.
5. Pengertian dan Fungsi Radang (Respon Peradangan)
Radang adalah peristiwa membengkaknya jaringan tubuh karena terjadi
luka dan mengalami infeksi dari mikroorganisme. Radang atau peradangan,
dalam bahasa inggris disebut inflammatory, biasanya di cirikan dengan jaringan
yang membengkak, penuh terisi darah, dan memiliki suhu yang lebih hangat.
Respon peradangan merupakan pertahanan tubuh untuk menghalau
mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan. Respon tersebut adalah garis
pertahanan tingkat dua setelah mikroorganisme menembus garis pertahanan
pertama yang berupa kulit dan mambran mukosa.
Warna kemerahan pada radang tercipta karena banyaknya darah yang
mengalir di daerah tersebut. Pembuluh arteri akan dibesarkan sedangkan vena
akan dikecilkan untuk menghambat darah keluar dari daerah tersebut. Darah
yang terhambat memiliki tekanan tinggi sehingga memicu cairan keluar dari
pembuluh darah dan tertimbun dalam jaringan, peristiwa yang disebut edema.
Tertimbunnya cairan ini akan membuat jaringan tersebut membesar dan nampak
kencang.
Radang seringkali disertai dengan munculnya nanah yang muncul sedikit
demi sedikit, yang dibungkus dalam kantung jaringan tipis. Nanah sebenarnya
merupakan gabungan dari mikroorganisme, sel-sel fagosit yang telah mati,
protein, dan cairan tubuh yang tertimbun. Bila dibiarkan, nanah tersebut akan
diserap oleh tubuh dan tidak menimbulkan bahaya apapun.
Bila diringkas, peristiwa yang terjadi dalam respon peradangan adalah
sebagai berikut.
Jaringan rusak menimbulkan inveksi mikroorganisme
Basofil dan sel mast akan menghasilkan histamin sebagai awal respon
peradangan
Limfosit lain dan jaringan yang rusak menghasilkan prostaglandin yang akan
membesarkan dan meningkatkan permeabilitas pembuluh darah
Jaringan yang luka akan menghasilkan zat kimia kemokin untuk memanggil sel
fagosit
Sel fagosit memakan mikroorganisme yang menginveksi
Muncul nanah yang merupakan mikroorganieme mati, limfosit mati, protein,
dan cairan tubuh
Cairan tubuh yang tertimbun dalam jaringan akan menghasilkan
pembengkakan
 
 

Anda mungkin juga menyukai