Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

PADA KELOMPOK PENYAKIT


MENTAL,KECACATAN,DAN POPULASI
TERLANTAR
Nama : Nadia Aufa
Nim : 180101147
Gangguan Mental (Mental Disorder)
1. Definisi Gangguan Mental (Mental Disorder)
Istilah gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa
merupakan istilah resmi yang digunakan dalam PPDGJ (Pedoman
Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa).

Definisi Gangguan mental (mental disorder) atau gangguan jiwa


adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang
secara klinik cukup bermakna, dan secara khas berkaitan dengan
suatu gejala penderitaan (distress) atau adanya
(impairment/disability) di dalm satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia.

2
Dari penjelasan di atas, kemudian dirumuskan bahwa di dalam konsep
gangguan mental (mental disorder) terdapat butir-butir sebagai
berikut:
✗ Adanya gejala klinis yang bermakna, berupa: Sindrom atau
pola perilaku Sindrom atau pola psikologik
✗ Gejala klinis tersebut menimbulkan “penderitaan” (distress),
antara lain berupa: rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tentram,
terganggu, disfungsi organ tubuh, dll.
✗ Gejala klinis tersebut menimbulkan “disabilitas” (disability)
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang biasa dan
diperlukan untuk perawatan diri dan kelangsungan hidup
(mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, dll).

3
2. Macam-Macam Gangguan Mental (Mental
Disorder).

✘ Gangguan mental organik dan ✘ Sindrom perilaku yang


simtomatik berhubungan dengan
✘ Gangguan mental dan perilaku gangguan fisiologis dan
akibat zat psikoaktif. faktor fisik.
✘ Gangguan skizofrenia dan ✘ Gangguan kepribadian
gangguan waham dan perilaku masa
✘ Gangguan suasana perasaan dewasa
(mood/afektif). ✘ Retardasi mental
✘ Gangguan neurotik, ✘ Gangguan
somatoform dan gangguan perkembangan
stres. psikologis.
✘ Gangguan perilaku dan
emosional dengan onset
masa kanakkanak.

4
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Gangguan
Mental

❑ Faktor Organis (somatic), misalnya terdapat kerusakan pada otak


❑ Faktor-faktor psikis dan struktur kepribadiannya, reaksi neuritis
dan reaksi psikotis pribadi yang terbelah, pribadi psikopatis, dan
lain-lain.
❑ Faktor-faktor lingkungan (milieu) atau faktor-faktor sosial

4. Pencegahan Gangguan Mental


Tujuan utama pencegahan gangguan mental adalah membimbing
mental yang sakit agar menjadi sehat mental dan menjaga mental yang
sehat agar tetap sehat

5
KECACATAN

1. Pengertian Penyandang Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia1 penyandang diartikan


dengan orang yang menyandang (menderita) sesuatu. Sedangkan
disabilitas merupakan kata bahasa Indonesia yang berasal dari
kata serapan bahasa Inggris disability (jamak: disabilities) yang
berarti cacat atau ketidakmampuan.

6
2. Jenis-jenis Disabilitas

Terdapat beberapa jenis orang dengan kebutuhan


khusus/disabilitas. Ini berarti bahwa setiap penyandang
disabilitas memiliki defenisi masing-masing yang mana
kesemuanya memerlukan bantuan untuk tumbuh dan
berkembang secara baik.
Jenis-jenis penyandang disabilitas ada 2 :
1. Disabilitas Mental.
✘ Mental Tinggi.
✘ Mental Rendah
✘ Berkesulitan Belajar Spesifik

7
2. Disabilitas Fisik.
Kelainan ini meliputi beberapa macam, yaitu:

✘ Kelainan Tubuh (Tuna Daksa)


✘ Kelainan Indera Penglihatan (Tuna Netra)
✘ Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
✘ Kelainan Bicara (Tunawicara)
✘ Tunaganda (disabilitas ganda).

8
POPULASI TERLANTAR
1. Defenisi Populasi Telantar

Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous (rakyat, berarti penduduk). Jadi, populasi
adalah kumpulan individu sejenis yang hidup pada suatu daerah dan waktu tertentu (Budi Anna,
2012).
Penelantaran atau neglect merupakan hal yang sudah tidak asing, lansia atau anak yang
tidak diasuh dan dirawat sebagaimana mestinya oleh anak atau keluarganya serta
penelantaran lansia karena berbagai alasan dari keluarga sangat sering terjadi. Contoh nyata
yang dapat kita lihat adalah penelantaran lansia dapat kita lihat dengan penitipan lansia di panti
jompo tanpa pernah di jenguk lagi (Iman, 2014).
Populasi terlantar adalah seseorang yang tidak memiliki tempat tinggal secara tetap maupun
yang hanya sengaja dibuat untuk tidur. Populasi terlantar biasanya di golongkan ke dalam
golongan masyarakat rendah dan tidak memiliki keluarga (Efendi, 2010).

9
2 .FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA POPULASI TERLANTAR

Menurut Kolle (Riskawati dan Syani, 2012), faktor penyebab munculnya populasi
terlantar yaitu :
✘ Kemiskinan
✘ Rendah Tingginya Pendidikan
✘ Keluarga
✘ Umur
✘ Cacat fisik
✘ Rendahnya Keterampilan
✘ Masalah sosial budaya
✘ Faktor lingkungan
✘ Letak geografis
✘ Lemahnya penanganan masalah gelandangan dan pengemis
10
3. Pencegahan Populasi Terlantar

Menurut (Budiarto, 2013), level pencegahan populasi terlantar yaitu :

1. Pencegahan Primer
Tujuan dalam pencegahan primer adalah menjaga Populasi terlantar agar tetap
berada di rumah. Langkah untuk pencegahan primer yaitu:
▪ Bantuan finansial
Memberikan pelayanan publik untuk mencegah terjadinya bantuan publik,
mengetahui tersedianya dana, dan mengajukan permohonan untuk mendapatkan
bantuan bagi Populasi terlantar yang membutuhkan.
▪ Bantuan hukum
Membantu Populasi terlantar untuk berkonsultasi secara hukum agar tidak
terjadinya pengusiran.
▪ Saran finansial
Menyediakan program konseling keuangan secara gratis kepada Populasi
terlantar.
▪ Program relokasi
Memberikan dana yang dibutuhkan bagi Populasi terlantar untuk membayar
rumah dan kebutuhan dasar.

11
2. Pencegahan Sekunder
Memfokuskan pada populasi tunawisma dengan mendaftar segala
kebutuhan serta pelayanan kesehatan.
▪ Membutuhkan rumah tradisional tanpa dipungut biaya yang rendah
dan menimbulkan persoalan umum bagi populasi terlantar adalah
mereka menjalani medikasi dan regimen terapi.
▪ Obat – obatan yang dapat disimpan dengan mudah
▪ Mengikuti dan mempelajari makanan yang disediakan ditempat
penampungan agar Populasi terlantar tetap mendapatkan asupan
makanan sesuai yang ada di tempat penampungan tersebut.
▪ Memberikan vitamin kepada Populasi terlantar untuk
mengompensasi defisit nutrisi
▪ Memahami dan memfasilitasi bahwa para Populasi terlantar selalu
melakukan usaha terbaik untuk mengikuti program terapi
▪ Mengidentifikasi faktor – faktor yang menghambat para Populasi
terlantar agar tetap mendapatkan pelayanan kesehatan

12
3. Pencegahan tersier (Rehabilitasi)
Pencegahan tersier adalah pencegahan untuk mengurangi ketidakmampuan dan
mengadakan rehabilitasi. Langkah pencegahan tersier pada Populasi terlantar antara lain:
▪ Bimbingan mental
Bimbingan mental ini dilakukan secara intensif oleh pihak dinas sosial kepada para
PMKS. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting guna menumbuhkan rasa
percaya diri serta spiritualitas para gelandangan dan pengemis
▪ Bimbingan kesehatan
Sebelum pihak dinas kesehatan melakukan bimbingan kesehatan, terlebih dahulu para
penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) diberikan fasilitas penanganan
kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan bagi mereka yang sedang sakit.
▪ Bimbingan ketertiban
Bimbingan ketertiban ini diisi oleh Satpol PP yang dilakukan 1 bulan sekali, dengan
tujuan memberikan pengarahan tentang tata tertib lalu lintas, serta peraturan di jalan
raya, sehingga para gelandangan dan pengemis tidak lagi berkeliaran dijalan raya, karena
keberadaan mereka di jalanan sangat mengganggu keamanan serta ketertiban lalu lintas.
▪ Bimbingan keagamaan
Bimbingan keagamaan dilakukan secara intensif oleh pihak dinas sosial, guna untuk
menguatkan kembali spiritualitas para Populasi terlantar gelandangan dan pengemis.
13
ASKEP KELOMPOK
TERLANTAR
PENGKAJIAN

1. Core
Jumlah populasi terlantar, riwayat perkembangan populasi terlantar, kebiasaan,
perilaku yang ditampilkan, nilai keyakinan dan agama.
2. Lingkungan Fisik
Kebersihan lingkungan pemukiman, aktivitas tunawisma yang dilakukan diluar
rumah, kesadaran dan bentuk kegiatan tuna wisma di luar rumah, keberadaan dan
bentuk kegiatan di luar rumah, kondisi tempat tinngal, batas wilayah, makanan,
pasokan air bersih, air kotor, penyimpanan makanan, gizi buruk, kebersihan
personal hygiene.
3. Pelayanan kesehatan dan social
Bagaimana jenis pelayanan kesehatan, akses layanan kesehatan, biaya dalam
pelayanan kesehatan, jumlah polulasi terlantar yang memiliki jaminan kesehatan,
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat, posyandu, antusias masyarakat akan
pelayanan kesehatan, pemanfaatan jaminan kesehatan
4. Ekonomi
Bagaimana status pekerjaan, jenis pekerjaan, jenis makanan yang dibeli, jumlah
pendapatan yang di terima, pemahaman bendapatan, pengeluaran perbulan.
15
5. Transportasi dan keamanan
Apakah alat transportasi yang digunakan, jarak antara pemukiman dan
pelayanan kesehatan, sarana transportasi yang tersedia
6. Politik dan pemerintahan
Bagaimana peran serta politik dalam bidang kesehatan, organisasi di
wilayah setempat yang peduli terhadap kesehatan
7. Komunikasi
Bagaimana jenis informasi yang tersedia, sarana komunikasi yang di
sediakan, media komunikasi yang disebar
8. Pendidikan
Sarana pendidikan yang tersedia, pendidikan yang dimiliki masyarakat,
pendidikan terkait kesehatan
9. Rekreasi
Seberapa sering rekreasi populasi terlantar, kemana rekreasi dituju,
banyaknya reaksi yang dilakukan

16
DIAGNOSA KEPERAWATAN KEMUNGKINAN
MUNCUL

1. Defisit perawatan diri


2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Defisiensi Pengetahuan

17
Intervensi keperawatan
No Diagnosa keperawatan Kriteria hasil Intervensi

1. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan tindakan Manajemen Perilaku : Overaktivitas / kurang
keperawatan selama 1 x 24 jam Perhatian (4352)
diharapkan masalah keperawatan 1. Berikan lingkungan yang aman
Hambatan Interaksi Sosial dapat 2. Gunakan pendekatan tenang dan sesuai
diteratasi dengan kriteria hasil : fakta
1. Ketrampilan Interaksi 3. Pertimbangan perilaku dan konsekuensi
▪ Menggunakan pembukaan/dis yang diharapkan yang akan mampu
closure secara tepat memberikan klien kemampuan mengontrol
▪ Menunjukkan penerimaan diri sesuai dengan tingkat kognisi dan
▪ Bekerjasama dengan orang Lain kapasitas klien
▪ Menunjukkan perhatian 4. Hindari argumentasi atau tawar menawar
▪ Menunjukan ketulusan mengenai batasan yang sudah disepakati
▪ Menunjukan kehangatan 5. Monitor asupan cairan dan nutrisi
▪ Menunjukkan sikap yang 6. Bantu klien libatkan orang lain
Tenang 7. Fasilitasi koping keluarga melalui dukungan
▪ Tampak santai keompok, perawatan jangka pendek dan
▪ Terlihat dengan orang Lain konseling keluarga
▪ Menunjukan kepercayaan

18
2. Keterlibatan sosial

1. Berinteraksi dengan teman


dekat
2. Berinteraksi dengan tetangga
3. Berinteraksi dengan anggota
keluarga
4. Berinterkasi dengan anggota
kelompok kerja
5. Berpartisipasi dalam aktivitas
yang terorganisir
6. Berpartisipasi dalam aktivitas
waktu luang dengan orang
lain

19
2. Harga Diri Rendah Kronik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Konseling
selama 1 x 24 jam diharapkan masalah 1. Bangun hubungan terapeutik yang
keperawatan Defisiensi Pengetahuan didasarkan pada [rasa] saling percaya dan
dapat diteratasi dengan kriteria hasil : saling menghormati
Prilaku patuh : 2. Tunjukkan empati, kehangatan, dan
• Menanyakan pertanyaan terkait ketulusan
kesehatan 3. Tetapkan lama hubungan konseling
• Mencari infromasi kesehatan dari 4. Tetapkan tujuan-tujuan
berbagai macam sumber 5. Sediakan informasi faktual yang tepat dan
• Mengevaluas keakuratan dan sesuai dengan kebutuhan
Informasi kesehatan yang Diperoleh 6. Dukung pengembangan ketrampilan baru
• Mempertimbangkan dengan tepat
risiko/keuntungan dari perilaku sehat

3. Defisiensi Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Peningkatan Koping


selama 1 x 24 jam diharapkan masalah 1. Bantu klien dalam mengidentifikasi tujuan
keperawatan Harga Diri Rendah jangka pendek dan jangka panjang yang tepat
Situasional dapat diteratasi dengan kriteria 2. Bantu klien menyelesaikan masalah
hasil : dengan cara yang konstruktif
• Harga Diri 3. Berikan penilaian mengenai dampak dari
• Verbalisasi penerimaan diri situasi kehidupan pasien terhadap peran dan
• Penerimaan terhadap keterbatasan hubungan
diri 4. Gunakan pendekatan yang tenang dan
• Mempertahankankontak mata memberikan jaminan
• Gambaran diri 5. Bantu klien untuk mengklarifikasi
• Menghargai orang lain kesalahpahaman
• Komunikasi Terbuka 6. Dukung klien untuk mengevaluasi
• Mempertahankan penampilan dan perilakunya sendiri
kebersihan Diri
20
DAFTAR PUSTAKA

1. Anderson, E.T . 2006 . Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik ,
Jakarta : EGC
2. Budi Anna Kelliat. 2012. Proses Keperawatan Komunitas. Jakarta: EGC
3. Bulechek, etc. 2016. Nursing Intervention Classifiation (NIC). Jakarta: Elsevier.
4. Efendi, Ferry Uddan Makhfudi. 2010. Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
5. Moorhead,sue etc. (2016). Nursing Outcomes Classification (NOC). Jakarta:
Elsevier.
6. Mary A. Nies, Melaine McEwen.Keperawatan kesehatan komunitas dan
keluarga.2019.Elsevier.Singapore
7. Mubarak, Wahit Iqbal, dkk. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas; Konsep dan
Aplikasi. Jakarta : Salemba Medika
8. Nur Arif dan Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarakan Nanda
NIC-NOC. Edisi Revisi. Jilid 1 dan 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC:Jakarta
9. Riyadi. Sugeng (2007), Keperawatan Kesehatan Masyarakat, retieved may 12nd.
10. Smeltzer, & Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal. Bedah Brunner dan
Suddarth. Jakarta : EGC
11. R, Fallen. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas. (2010). Yogyakarta: Nuha
Medika Vaughan, 2000, General Oftamology, Jakarta. 21
Terimakasih

22

Anda mungkin juga menyukai