1. Khoirahman (180101146)
TAHUN 2021
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk menyelesaikan tugas askep mental ini.
Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai “ penyakit mental, kecacatan, dan gelandangan atau
terlantar” kelompok kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya
kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak
adanya sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun
penulis
2
DAFTAR PUSTAKA
ISI Cover.........................................................................................................................................i
Kata pengantar................................................................................................................................ii
Daftar isi.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................................................20
B. Saran..................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hari demi hari, tubuh selalu diancam oleh kekerasan. Macan, ular,
kendaraan bermotor, bom dan bakteri atau virus. Pertahanan terhadap ancaman
ini berbeda antara yang satu dengan yang lain. Setelah jatuh, ada orang yang
patah tulangnya sedangkan ada juga yang tidak. Ada orang yang akan sakit
keras setelah mendapatkan infeksi basil tifus, sedangkan yang lain hanya sakit
ringan. Bukan hanya pertahanan saja yang beda antara orang yang satu dengan
yang lain, kadang2 bahan yang dipakai untuk membangun tubuh kita juga
sering berbeda, misalnya penyakit tulang osteoporosis. Benturan yang
enteng saja akan menyebabkan fraktur pada penyakit ini. Kekerasan yang
merusak tubuh disebut trauma (latin: luka).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun
di Amerika Serikat. Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama
pada kelompok umur 15 – 24 tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 – 34
tahun bersama dengan kematian ibu hamil. Umumnya, penyebabnya ialah
kecelakaan lalu lintas, diikuti jatuh, luka bakar, dan karena kesengajaan (usaha
pembunuhan atau kekerasan lain, dan bunuh diri), yang biasanya disebut
trauma mekanik. Salah satu perintis pelayanan kedaruratan medik termasuk
kasus trauma adalah Dr. Adams R. Cowley. Beliau berpendapat, terlalu banyak
kematian sia-sia pada kasus trauma karena penanganan yang kurang tepat.
Dari beliau muncul konsep The golden hour dan sejak 1961 dirintisnya
pendirian Shock Trauma Center di University of Maryland, Amerika Serikat
(AS), bekerja sama dengan US Army. Bersama Maryland State Police, beliau
menyusun sistem pelayanan kedaruratan medik termasuk penggunaan
helikopter sebagai sarana transportasi. Salah satu hasil jerih payah beliau ialah
diberlakukannya Sistem Pelayanan Kedaruratan Medik (EMSS) secara nasional
di AS pada tahun 1973.
4
Pada Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam
telah terbukti bahwa pertolongan sebelum korban tiba di rumah sakit oleh
petugas kesehatan lapangan non-dokter, dapat meningkatkan harapan hidup
korban trauma. Pada tahun 60-an di AS mulai dilatih petugas ambulans dari
personil non-medik, namun baru pada 1984 Departemen Perhubungan di AS
membakukan kurikulum 110 jam untuk melatih petugas ambulans (EMT-A:
Emergency Medical Technician – Ambulance).
Trauma mungkin berupa: Mekanik, Panas, Bahan kimia, Listrik,
Radiasi, Biologi, Emosi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami angkat adalah :
C. Tujuan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Trauma mengacu pada luka tubuh atau kejutan yang dihasilkan oleh
cedera fisik tiba-tiba, seperti dari kekerasan atau kecelakaan. Hal ini juga dapat
digambarkan sebagai "luka fisik atau cedera, seperti fraktur atau pukulan.
Mayor trauma (didefinisikan oleh Skor Keparahan Cedera yang lebih besar dari
15) Trauma dapat mengakibatkan komplikasi sekunder seperti kejutan
peredaran darah, kegagalan pernafasan dan kematian. Resusitasi pasien trauma
sering melibatkan beberapa prosedur manajemen. Trauma adalah penyebab
utama kematian di seluruh dunia keenam, akuntansi untuk 10% dari semua
kematian, dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dengan
biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Pada Trauma terjadi dua hal penting
pada tubuh manusia :
a. Trauma Tumpul
Tanda-tanda dan tipe trauma yang khas, sering di dapat pada trauma
tumpul karena kecelakaan:
1) Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau
pengemudi.
Mekanisme Cedera :
6
b) Benturan antara organ-organ di dalam tubuh penderita sendiri
(kompresi organ)
Lima tipe tabrakan :
a) Tabrakan frontal
8
tanda bekas rem memang terlihat pada hamper ¾ kejaian
kecelakaan, mengurangi kecepatan benturan rata-rata kurang lebih
10mph (16km/jam). Diperkirakan bahwa hamper 90% dari seluruh
pejalan kaki yang tertabrak kejadiannya berlangsung dalam kecepatan
kurang dari 30mph (48km/jam). Anak- anak menempati prosentase
yang besar dalam tabrakan dengan kendaraan ini. Trauma yang
dialami pada umumnya meliputi kepala, thorak, ekstremitas bawah.
Terdapat tiga fase benturan yang dialami pejalan kaki.
b) Benturan lateral
9
c) Laying the bike down
d) Helm
4) Jatuh (Falls)
10
energi di transfer melalui tulang-tulang dari ekstremitas bawah ke
pelvis dan kemudian ke kolom vertebralis. Jaringan lunak dan organ-
organ visceral akan mengalami deselerasi pada tingkat yang lebih
lambat dibandingkan dengan tulang. Sebagai tambahan : tulang
belakang lebih cenderung untuk fleksi daripada ekstensi karena adanya
organ visceral pada posisi ventralnya. Pada jatuh seperti ini maka harus
dicurigai fraktur calcaneus, fraktur femur, fraktur kompresi anterior
vertebra dan trauma ligamentum vertebra. Juga sering terjadi avulsi dari
visceral abdominalis di perlekatannya dan peritoneum dan
mesenterium.
Pada contoh yang kedua, gaya didistribusikan melalui area
yang lebih luas dan karenanya kerusakan jaringan yang mungkin
terjadi bisa kurang berat. Pada contoh terakhir seluruh energi transfer
ditujukan pada suatu area yang kecil dan terfokus pada suatu titik dalam
kolum cervicalis dimana puncak sudut fleksinya terjadi. Sangatlah
mudah untuk melihat bagaimana bedanya trauma yang terjadi dalam
masing-masing contoh tadi, padahal mekanisme dan pertukaran total
energi yang terjadi dalam contoh-contoh tadi adalah identik.
5) Trauma ledakan (Blast Injury)
11
Pemindahan energy akan terjadi saat gelombang tekanan
ini mulai berjalan. Dan pemindahan energy yang berbentuk oskilasi ini
akanterjadi pada media yang dilewatinya. Fase tekanan positif dari
oskilasi dapat mencapai beberapa atmosfer dalam ukurannya, tetapi
durasinya sangat pendet sedangkan fase negative yang mengikutinya
mempunyai durasi yang sangat panjang. Fakta yang terakhir ini
merupakan sesuatu jawaban terhadap adanya fenomena ambruknya
suatu bangunan. Bukan keluar tapi kedalam ( falling in ward). Trauma
ledak dapat diklasifikasikan dalam primer, sekunder dan tersier.
Trauma ledak primer merupakan hasil dari efek langsung
gelombang tekanan dan paling peka terhadap organ-organ yang berisi
gas. Membrane tympani adalah yang paling peka terhadap efek primer
ledak dan mungkin mengalami rupture bila tekanan melewati 2
atmosfir. Jaringan paru akan menunjukkan suatu conclusi, edema dan
rupture yang dapat menghasilkan pneumothorax. Rupture alveoli dan
vena pulmonalis dapat menyebabkan emboli udara dan kemudian
kematian mendadak. Perdarahan intra okuler dan ablasio retina
merupakan manifestasi okuler yang biasa terjadi pada trauma ledak
primer, dengan demikian juga rupture.
13
1) Bentuk dari peluru (Muhroom atau tidak)
d. Cedera abdomen
Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan
berdasar prioritas (triage). Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan
fasilitas yang ada. Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure) ini disebut survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5
menit.
1) Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat berbicara dan bernafas
dengan bebas? Jika obstruksi maka lakukan:
a) Chin lif/jaw thrust
b) Suction
c) Guedel airway
2) Breathing (Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan)
a) Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)
3) Sirkulasi
14
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
a) Hentikan perdarahan eksternal
4) Disability
5) Eksponsure
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.
Pengelolaan jalan nafas untuk biomekanik trauma yaitu:
a. Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan
nafasnya bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas
buatan dan bantuan pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak
sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Jika ada
cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trachea tulang
leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line
b. Berikan oksigen dengan sungkup (masker) atau kantung nafas
(selfinvlating)
c. Menilai jalan nafas
15
Tanda obstruksi jalan nafas antra lain:
1) Suara burkumur
5) Sianosis
3) Apnea
4) Hipoksia
6) Trauma dada
3) Flail chest
4) Sucking wounds
b. Palpasi/raba (FEEL)
3) Emfissema kulit
c. Auskultasi/dengar (LISTEN)
d. Tindakan resusitasi
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
2. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20