Anda di halaman 1dari 20

BIOMEKANIKA TRAUMA

Dosen Pengampu: Ns.Ahmad Redho, M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 3:

1. Khoirahman (180101146)

2. Nadia Aufa (180101147)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AL
INSYIRAH PEKANBARU

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatan kepada Tuhan yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
sebaik-baiknya dan tepat waktu. Kelompok kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada
setiap dukungan yang telah mendorong kelompok untuk menyelesaikan tugas askep mental ini.

Kelompok kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan pembaca mengenai “ penyakit mental, kecacatan, dan gelandangan atau
terlantar” kelompok kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam tugas ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kelompok kami berharap adanya
kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah penulis buat, mengingat tidak
adanya sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun

Pekanbaru, 19 Mei 2021

penulis

2
DAFTAR PUSTAKA
ISI Cover.........................................................................................................................................i
Kata pengantar................................................................................................................................ii

Daftar isi.........................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang.....................................................................................................................1

B. Rumusan masalah................................................................................................................1

C. Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

pengertian trauma mekanik

a. Apa sajakah jenis-jenis trauma mekanik?

penanganan trauma mekanik

a. Pengertian trauma mekanik....................................................................................3

b. macam -macam trauma mekanik............................................................................4

c. Penanganan trauma mekanik.................................................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................20

B. Saran..................................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................21

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hari demi hari, tubuh selalu diancam oleh kekerasan. Macan, ular,
kendaraan bermotor, bom dan bakteri atau virus. Pertahanan terhadap ancaman
ini berbeda antara yang satu dengan yang lain. Setelah jatuh, ada orang yang
patah tulangnya sedangkan ada juga yang tidak. Ada orang yang akan sakit
keras setelah mendapatkan infeksi basil tifus, sedangkan yang lain hanya sakit
ringan. Bukan hanya pertahanan saja yang beda antara orang yang satu dengan
yang lain, kadang2 bahan yang dipakai untuk membangun tubuh kita juga
sering berbeda, misalnya penyakit tulang osteoporosis. Benturan yang
enteng saja akan menyebabkan fraktur pada penyakit ini. Kekerasan yang
merusak tubuh disebut trauma (latin: luka).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada usia di bawah 44 tahun
di Amerika Serikat. Di Indonesia, trauma menjadi penyebab kematian utama
pada kelompok umur 15 – 24 tahun, dan nomor 2 pada kelompok usia 25 – 34
tahun bersama dengan kematian ibu hamil. Umumnya, penyebabnya ialah
kecelakaan lalu lintas, diikuti jatuh, luka bakar, dan karena kesengajaan (usaha
pembunuhan atau kekerasan lain, dan bunuh diri), yang biasanya disebut
trauma mekanik. Salah satu perintis pelayanan kedaruratan medik termasuk
kasus trauma adalah Dr. Adams R. Cowley. Beliau berpendapat, terlalu banyak
kematian sia-sia pada kasus trauma karena penanganan yang kurang tepat.
Dari beliau muncul konsep The golden hour dan sejak 1961 dirintisnya
pendirian Shock Trauma Center di University of Maryland, Amerika Serikat
(AS), bekerja sama dengan US Army. Bersama Maryland State Police, beliau
menyusun sistem pelayanan kedaruratan medik termasuk penggunaan
helikopter sebagai sarana transportasi. Salah satu hasil jerih payah beliau ialah
diberlakukannya Sistem Pelayanan Kedaruratan Medik (EMSS) secara nasional
di AS pada tahun 1973.

4
Pada Perang Dunia II, Perang Korea, dan Perang Vietnam
telah terbukti bahwa pertolongan sebelum korban tiba di rumah sakit oleh
petugas kesehatan lapangan non-dokter, dapat meningkatkan harapan hidup
korban trauma. Pada tahun 60-an di AS mulai dilatih petugas ambulans dari
personil non-medik, namun baru pada 1984 Departemen Perhubungan di AS
membakukan kurikulum 110 jam untuk melatih petugas ambulans (EMT-A:
Emergency Medical Technician – Ambulance).
Trauma mungkin berupa: Mekanik, Panas, Bahan kimia, Listrik,
Radiasi, Biologi, Emosi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, rumusan masalah yang kami angkat adalah :

a. Apakah pengertian trauma mekanik ?

b. Apa sajakah jenis-jenis trauma mekanik?

c. Bagaimana penanganan trauma mekanik?

C. Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian trauma mekanik.

b. Untuk mengetahui jenis-jenis trauma mekanik.

c. Untuk mengetahui penanganan trauma mekanik

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Trauma Mekanik

Trauma mengacu pada luka tubuh atau kejutan yang dihasilkan oleh
cedera fisik tiba-tiba, seperti dari kekerasan atau kecelakaan. Hal ini juga dapat
digambarkan sebagai "luka fisik atau cedera, seperti fraktur atau pukulan.
Mayor trauma (didefinisikan oleh Skor Keparahan Cedera yang lebih besar dari
15) Trauma dapat mengakibatkan komplikasi sekunder seperti kejutan
peredaran darah, kegagalan pernafasan dan kematian. Resusitasi pasien trauma
sering melibatkan beberapa prosedur manajemen. Trauma adalah penyebab
utama kematian di seluruh dunia keenam, akuntansi untuk 10% dari semua
kematian, dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dengan
biaya sosial dan ekonomi yang signifikan. Pada Trauma terjadi dua hal penting
pada tubuh manusia :

a. Proses trauma : kecelakaan akan mengakibatkan benturan pada tubuh


manusia yang menyebabkan cedera, proses ini disebut “Biomedika
Trauma”
b. Tubuh manusia bereaksi terhadap trauma dengan adanya perubahan
metabolisme disebut “Respon Metabolik Terhadap Trauma”.

2. Jenis-Jenis Trauma Mekanik

a. Trauma Tumpul

Tanda-tanda dan tipe trauma yang khas, sering di dapat pada trauma
tumpul karena kecelakaan:
1) Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau
pengemudi.
Mekanisme Cedera :

a) Tabrakan antra penderita dengan kendaraan atau tabrakan antra


penderita dengan benda statis di luar kendaraan,

6
b) Benturan antara organ-organ di dalam tubuh penderita sendiri

(kompresi organ)
Lima tipe tabrakan :
a) Tabrakan frontal

Tabrakan frontal adalah tabrakan atau benturan dengan benda


di depan kendaraan yang secara tiba- tiba mengurangi
kecepatannya.
b) Tabrakan lateral/samping

Tabrakan lateral adalah tabrakan / benturan pada bagian


samping kendaraan yang mengakselerasi penumpang menjauhi
titik benturan.
c) Tabrakan dari samping

Tabrakan dari belakang mempunyai biomekanik tersendiri.


Biasanya benturan seperti ini terjadi ketika kendaraan sedang
berhenti dan ditabrak dari belakang oleh kendaraan lain.
d) Tabrakan dari 4 arah (quarter panel)

Tabrakan yang di sebabkan karena terjadi kecelakaan di jalur


4 arah, jadi korban dapat terdabrak dari jaur 4 arah.
e) Terbalik

Pada kendaraan yang terbalik penumpangnya dapat mengenai


atau terbentur pada semua bagian dari kompartemen penumpang.
Jenis trauma dapat diprediksi dengan mempelajari titik benturan
pada penderita.
f) Terlempar

Tabrakan yang terjadi sangat hebat, sehingga penumpang


terlempar dari kendaraan yang ditumpanginya.
2) Tabrakan pejalan kaki

Lebih dari 7000 pejalan kaki terbunuh setiap tahun setelah


tertabrak kendaraan bermotor, 110.000 korban lainnya mengalami
trauma serius nonfatal setelah tabrakan tersebut. Masalahnya ialah
kejadian ini merupakan sifat alami orang kota, dimana hamper 80%
7
trauma seperti ini terjadi di kota dan jalan-jalan pemukiman. Tanda

8
tanda bekas rem memang terlihat pada hamper ¾ kejaian
kecelakaan, mengurangi kecepatan benturan rata-rata kurang lebih
10mph (16km/jam). Diperkirakan bahwa hamper 90% dari seluruh
pejalan kaki yang tertabrak kejadiannya berlangsung dalam kecepatan
kurang dari 30mph (48km/jam). Anak- anak menempati prosentase
yang besar dalam tabrakan dengan kendaraan ini. Trauma yang
dialami pada umumnya meliputi kepala, thorak, ekstremitas bawah.
Terdapat tiga fase benturan yang dialami pejalan kaki.

a) Benturan dengan bemper

b) Benturan kaca depan mobil dan tutup mesin

c) Benturan dengan tanah

3) Tabrakan sepeda motor

Trauma sepeda dan sepeda motor di amerika serikat merupakan


penyebab utama trauma, dengan lebih dari 600.000 kejadian pertahun.
Angka kematian kaerena sepeda adalah 1200 setiap tahun, dan sepeda
motor lebih dari 5000 setiap tahunnya. Pengendara maupun
penumpangnya dapat mengalami kompresi, akselerasi/ deselerasi dan
trauma tipe robekan. Pengendara tidak dilindungi oleh perlengkapan
pengaman sebagaimana halnya pengendara mobil. Mereka hanya
dilindungi oleh pakaian dan perlengkapan pengaman yang dipakai
langsung pada badannya, helm, sepatu atau pakaian pelindung. Hanya
helm yang memiliki kemampuan untuki mendestribusi transmisi
energy dan mengurangi intensitas benturan, inipun sangat terbatas.
Jelas bahwa semakin sedikit alat pelindung semakin besar resiko
terjadinya trauma. Mekanisme trauma yang mungkin terjadi pada
tabrakan motor atau sepeda meliputi benturan frontal, lateral, terlempar
dan ‘laying the bike down’. Disamping itu pengendara mungkin
mengalami trauma karena jatuhn dari sepeda/ motor atau terrperangkap
oleh komponen-komponen mekanik.
a) Benturan frontal

b) Benturan lateral

9
c) Laying the bike down

d) Helm

4) Jatuh (Falls)

Seperti halnya kecelakaan kendaraan bermotor, terjaduh


menyebabkan trauma karena ada perubahan kecepatan yang tiba-tiba.
Bila ada suatu kekuatan eksternal dibenturkan kepada tubuh manusia,
akan beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara factor-faktor
fisik dari kekuatan tersebut dan jaringan tubuh. Beratnya trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan objek statis untuk menahan
tubuh. Pada tempat benturan akan terjadi perbedaan pergerakan dari
jaringan tubuh, yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Karakteristik
dari permukaan yang menghentikan gerak tubuh yang terjatuh
penting. Beton, aspal atau permukaan yang keras menambah beratnya
deselerasi yang akan menimbulkan trauma yang berat.
Trauma juga bergantung pada elastisitas dan vikositas dari
jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan sebelum benturan. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan diatas. Berat trauma
yang terjadi tergantung seberapa jauh gaya yang ada, akan dapat
melewati patahan jaringan. Karena berat-ringannya trauma akan
ditentukan oleh kinematik dari deselerasi vertical, viskoelastisitas
jaringan dan karakteristik dari permukaan benturan. Suatu komponen
lain yang harus dipertimbangkan dalam berat nya trauma ialah posisi
dari tubuh relative terhadap permukaan benturan. Sebagai contoh laki-
laki terjatuh 5 feet /4,5 meter dari atap sebuah rumah. Dalam keadaan
contoh pertama dia mendarat dengan kakinya, yang kedua dengan
punggungnya, situasi terakhir dia mendarat dengan bagian belakang
kepala dengan leher pada posisi fleksi 15 derajat.
Pada keadaan pertama seluruh transfer energi terjadi pada
area permukaan yang ekuivalen dengan area dari telapak kaki tersebut,

10
energi di transfer melalui tulang-tulang dari ekstremitas bawah ke
pelvis dan kemudian ke kolom vertebralis. Jaringan lunak dan organ-
organ visceral akan mengalami deselerasi pada tingkat yang lebih
lambat dibandingkan dengan tulang. Sebagai tambahan : tulang
belakang lebih cenderung untuk fleksi daripada ekstensi karena adanya
organ visceral pada posisi ventralnya. Pada jatuh seperti ini maka harus
dicurigai fraktur calcaneus, fraktur femur, fraktur kompresi anterior
vertebra dan trauma ligamentum vertebra. Juga sering terjadi avulsi dari
visceral abdominalis di perlekatannya dan peritoneum dan
mesenterium.
Pada contoh yang kedua, gaya didistribusikan melalui area
yang lebih luas dan karenanya kerusakan jaringan yang mungkin
terjadi bisa kurang berat. Pada contoh terakhir seluruh energi transfer
ditujukan pada suatu area yang kecil dan terfokus pada suatu titik dalam
kolum cervicalis dimana puncak sudut fleksinya terjadi. Sangatlah
mudah untuk melihat bagaimana bedanya trauma yang terjadi dalam
masing-masing contoh tadi, padahal mekanisme dan pertukaran total
energi yang terjadi dalam contoh-contoh tadi adalah identik.
5) Trauma ledakan (Blast Injury)

Ledakan terjadi sebagai hasil perubahan yang sangat cepat dari


suatu bahan dengan volume yang relative kecil baik pada cairan atau
gas menjadi produk-produk gas. Produk- produk gas ini secara cepat
berkembang dan menempati suatu volume yang jauh lebih besar
daripada volume bahan aslinya . Bilamana tidak ada rintangan,
pengembangan gas yang cepat ini akan menghasilkan sesuatu yang
dapat dibayangkan berbentuk bola. Di dalam bola ini tekanan jauh lebih
besar daripada tekanan atmosfer.Pada batas luar bola ini seolah-olah
ada dinding yang terdiri dari gas yang lebih pada, dan beraksi sebagai
gelombang tekanan (shock wave). Tekanan akan turun dengan cepat
semakin jauh dari pusat ledakan, dan penurunan tekanan ini akan terjadi
berbanding pangkat tiga dengan jarak .

11
Pemindahan energy akan terjadi saat gelombang tekanan
ini mulai berjalan. Dan pemindahan energy yang berbentuk oskilasi ini
akanterjadi pada media yang dilewatinya. Fase tekanan positif dari
oskilasi dapat mencapai beberapa atmosfer dalam ukurannya, tetapi
durasinya sangat pendet sedangkan fase negative yang mengikutinya
mempunyai durasi yang sangat panjang. Fakta yang terakhir ini
merupakan sesuatu jawaban terhadap adanya fenomena ambruknya
suatu bangunan. Bukan keluar tapi kedalam ( falling in ward). Trauma
ledak dapat diklasifikasikan dalam primer, sekunder dan tersier.
Trauma ledak primer merupakan hasil dari efek langsung
gelombang tekanan dan paling peka terhadap organ-organ yang berisi
gas. Membrane tympani adalah yang paling peka terhadap efek primer
ledak dan mungkin mengalami rupture bila tekanan melewati 2
atmosfir. Jaringan paru akan menunjukkan suatu conclusi, edema dan
rupture yang dapat menghasilkan pneumothorax. Rupture alveoli dan
vena pulmonalis dapat menyebabkan emboli udara dan kemudian
kematian mendadak. Perdarahan intra okuler dan ablasio retina
merupakan manifestasi okuler yang biasa terjadi pada trauma ledak
primer, dengan demikian juga rupture.

a) Trauma ledak skunder merupakan hasil dari obyekobyek yang


melayang kemudian menghantam individu.
b) Trauma ledak tersier terjadi bila individunya sendiri berubah
menjadi suatu misil dan terlempar kemudian beradu dengan obyek
atau tanah. Trauma ledak skunder maupun tersier dapat
mengakibatkan rauma baik tembus maupun tumpul secara
bersamaan.
b. Trauma Tembus

Kavitas merupakan hasil perubahan energy antara peluru yang


bergerak dan jaringan tubuh. Jumlah kavitasi (atau perubahan energi)
adalah sebanding dengan area permukaan pada titik tabrak, kepadatan
jaringan dan kecepatan dari proyektil pada saat tabrakan. Luka pada titik
12
tembak ditentukan oleh:

13
1) Bentuk dari peluru (Muhroom atau tidak)

2) Hubungan dan posisi peluru tehadap benturan (tumble, yaw)

3) Adanya fragmentasi (shotgun, fragmen peluru, peluru khusus)

3. Penanganan Trauma Mekanik

Pengelolaan trauma ganda yang berat memerlukan kejelasan dalam


menetapkan prioritas. Tujuannya adalah segera mengenali cedera yang
mengancam jiwa dengan Survey Primer, seperti :
a. Obstruksi jalan nafas

b. Cedera dada dengan kesukaran bernafas

c. Perdarahan berat eksternal dan internal

d. Cedera abdomen

Jika ditemukan lebih dari satu orang korban maka pengelolaan dilakukan
berdasar prioritas (triage). Hal ini tergantung pada pengalaman penolong dan
fasilitas yang ada. Survei ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability,
Exposure) ini disebut survei primer yang harus selesai dilakukan dalam 2 - 5
menit.
1) Airway

Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat berbicara dan bernafas
dengan bebas? Jika obstruksi maka lakukan:
a) Chin lif/jaw thrust

b) Suction

c) Guedel airway

d) Intubasi trakhea dengan leher di tahan (imobilisasi) pada posisi netral

2) Breathing (Menilai pernafasan cukup. Sementara itu nilai ulang apakah jalan nafas
bebas. Jika pernafasan tidak memadai maka lakukan)
a) Dekompresi rongga pleura (pneumotoraks)

b) Tutup jika ada luka

3) Sirkulasi

14
Menilai sirkulasi / peredaran darah. Sementara itu nilai ulang apakah jalan
nafas bebas dan pernafasan cukup. Jika sirkulasi tidak memadai maka lakukan :
a) Hentikan perdarahan eksternal

b) Segera pasang dua jalur infus dengan jarum besar (14-16 G)

c) Berikan infus cairan

4) Disability

Menilai kesadaran dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respons


terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak dianjurkan mengukur
Glasgow Coma Scale
AWAKE = A

RESPONS BICARA (verbal) = V


RESPONS NYERI = P
TAK ADA RESPONS = U

Cara ini cukup jelas dan cepat.

5) Eksponsure

Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cedera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau tulang
belakang, maka imobilisasi in-line harus dikerjakan.
Pengelolaan jalan nafas untuk biomekanik trauma yaitu:

Prioritas pertama adalah membebaskan jalan nafas dan


mempertahankannya agar tetap bebas.

a. Pasien yang dapat menjawab dengan jelas adalah tanda bahwa jalan
nafasnya bebas. Pasien yang tidak sadar mungkin memerlukan jalan nafas
buatan dan bantuan pernafasan. Penyebab obstruksi pada pasien tidak
sadar umumnya adalah jatuhnya pangkal lidah ke belakang. Jika ada
cedera kepala, leher atau dada maka pada waktu intubasi trachea tulang
leher (cervical spine) harus dilindungi dengan imobilisasi in-line
b. Berikan oksigen dengan sungkup (masker) atau kantung nafas
(selfinvlating)
c. Menilai jalan nafas

15
Tanda obstruksi jalan nafas antra lain:

1) Suara burkumur

2) Suara nafas abnormal (stridor, dsb)

3) Pasien gelisah karena hipoksia

4) Bernafas menggunakan otot nafas tambahan / gerak dada paradox

5) Sianosis

d. Menjaga stabilitas tulang leher

e. Pertimbangkan untuk memasang jalan nafas buatan


Indikasi tindakan ini adalah:

1) Obstruksi jalan nafas yang sukar diatasi

2) Luka tembus leher dengan hematoma yang membesar

3) Apnea

4) Hipoksia

5) Trauma kepala berat

6) Trauma dada

7) Trauma wajah / maxillo-


fcial Pengelolaan Nafas (Ventilasi)
Prioritas kedua adalah memberikan ventilasi yang adekuat.
a. Inspeksi / lihat frekwensi nafas
(LOOK) Adakah hal-hal berikut :
1) Sianosis

2) Luka tembus dada

3) Flail chest

4) Sucking wounds

5) Gerakan otot nafas tambahan

b. Palpasi/raba (FEEL)

1) Pergerakan letak trachea


16
2) Patah tulang iga

3) Emfissema kulit

4) Dengan perkusi mencari hemotoraks dn atau pneumotraks

c. Auskultasi/dengar (LISTEN)

1) Suara nafas, detak jantung, bising usus

2) Suara nafas menurun pada pneumotoraks

3) Suara nafas tambahan/abnormal

d. Tindakan resusitasi

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Trauma adalah penyebab utama kematian di seluruh dunia keenam,


akuntansi untuk 10% dari semua kematian, dan merupakan masalah kesehatan
masyarakat yang serius dengan biaya sosial dan ekonomi yang signifikan.
Trauma dapat mengakibatkan komplikasi sekunder seperti kejutan peredaran
darah, kegagalan pernafasan dan kematian. Resusitasi pasien trauma sering
melibatkan beberapa prosedur manajemen. Pada Trauma terjadi dua hal
penting pada tubuh manusia : Biomedika Trauma dan Respon Metabolik
Terhadap Trauma.
Jenis-jenis trauma mekanik yaitu trauma tumpul dan trauma
tembus merupakan Kavitas merupakan hasil perubahan energy antara peluru
yang bergerak dan jaringan tubuh. Jumlah kavitasi (atau perubahan energi)
adalah sebanding dengan area permukaan pada titik tabrak, kepadatan jaringan
dan kecepatan dari proyektil pada saat tabrakan. Trauma tumpul terdiri dari:
Tabrakan kendaraan dimana penderita adalah penumpang atau
pengemudi, Tabrakan pejalan kaki, Tabrakan sepeda motor, Trauma yang
disengaja (serangan), Jatuh (Falls), Trauma Ledakan (Blast Injury)
sedangkan trauma tembus terdiri dari peluru, Kecepatan / velositas, Luka
Tembak masuk dan luka tembak keluar.
Penanganan trauma mekanik dengan ABCD (Airway, Breathing,
Circulation, Disability), pengelolaan jalan nafas, ventilasi dan survey sekunder.
Survei Sekunder hanya dilakukan bila ABC pasien sudah stabil. Bila
sewaktu survei sekunder kondisi pasien memburuk maka kita harus kembali
mengulangi Primary survey. Primary survey adalah Pemeriksaan dari kepala
sampai ke jari kaki (head-to-toe examination).

18
2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka kami selaku penulis


berpesan untuk lebih mengenali konsep trauma mekanik secara teoritis agar
dapat mengaplikasikannya dilapangan. Hendaknya instansi kesehatan sering
menelakukan pelatihan-pelatihan tentang pencegahan dan penanggulangan
trauma mekanik.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonimmity. (2008). Modul Pelatihan Penanggulangan Penderita Gawat


Darurat dan Basic Life Support plus. Yogyakarta : Tim Pusbankes.

20

Anda mungkin juga menyukai