Di Susun Oleh :
AYU WULANDARI
A11701532
GOMBONG
2020
A. Pengertian Psikofarmaka
Psikofarmaka adalah berbagai jenis obat yang bekerja pada susunan saraf
pusat. Efek utamanya pada aktivitas mental dan perilaku, yang biasanya digunakan
untuk pengobatan gangguan kejiwaan (Yusuf, 2015).
Terdapat banyak jenis obat psikofarmaka dengan farmakokinetik khusus
untuk mengontrol dan mengendalikan perilaku pasien gangguan jiwa. Golongan dan
jenis psikofarmaka ini perlu diketahui perawat agar dapat mengembangkan upaya
kolaborasi pemberian psikofarmaka, mengidentifikasi dan mengantisipasi
terjadinya efek samping, serta memadukan dengan berbagai alternatif terapi lainnya
(Yusuf, 2015).
B. Klasifikasi Obat
Menurut Agustin (2015) Psikofarmaka dapat digolongkan dalam beberapa
golongan yaitu: anti-psikosis, anti-depresan, anti-mania, anti-anxietas, anti-
insomnia, anti-obsesifkonfulsif, anti panik.
1. Anti psikosis
a. Definisi
c. Mekanisme Kerja
d. Indikasi
e. Efek Samping
· Gangguan Otonomik
· Gangguan Ekstrapiramidal
f. Kontraindikasi
2. Obat Antidepresan
a. Definisi
b. Pengolongan
d. Indikasi
Obat antidepresan digunakan untuk penderita depresi dan kadang juga berguna
untuk penderita ansietas foba, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan
depresi.
e. Efek samping
· Sedasi
· Efek Neurotoksik
f. Kontraindikasi
3. Obat Antimania
a. Definisi
Obat Antimania adalah obat yang digunakan untuk mengendalikan
kecenderungan patologis untuk suatu aktivitas tertentu, yang tidak dapat
dikendalikan: misalnya mengutil (kleptomania).
b. Pengolongan
Obat antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat (250-500 mg/hari).
c. Mekanisme Kerja
d. Efek Samping
Efek samping lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasein.
Efek samping dini yaitu mulut kering, haus, gastrointestinal distress, kelemahan
otot, poliuria, tremor halus, sedangkan efek samping lain yaitu : hipotiroidisme,
peningkatan BB, odema, lekositosis, ggn daya ingat dan konsentrasi
e. Kontraindikasi
4. Anti Ansietas
a. Pengolongan
· benzodiazepine
Obat anti ansietas golongan Benzodiazepin yang menjadi acuan adalah
Diazepam/Klordiazepoksid, selain itu ada beberapa jenis obat lain seperti
Lorazepam, Clobazam, Brumazepin, Oksazolom, Klozepat, Alpazolam, dan
Prazepam.
· Non benzodiazepine
b. Mekanisme Kerja
c. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obt antiansietas antara lain:
mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerkaa psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah, relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah).
d. Kontraidikasi
5. Anti Insomnia
a. Pengolongan Obat
Obat acuan adalah fenobarbital
b. Mekanisme Kerja
Obat anti-insomnia bekerja pada reseptor BZ1 di susunan saraf pusat yang
berperan dalam memperantara proses tidur.
c. Efek Samping
Efek samping yang ditimbulkan yaitu supresi SSP pada saat tidur, rebound
phenomen.
d. Kontraindikasi
6. Obat Antipanik
a. Nama Obat
Obat yang menjadi acua untuk antipanik adalah Imipramin, selain itu juga obat
lain seperti : Clomipramin, Alprazol, Moclobemid, Setralin, Fluoxetin,
Parocetin, dan Fluvoxamine.
b. Mekanisme Kerja
d. Lama pemberian
· Dalam waktu 3 bulan bebas obat 75% penderita menunjukkan gejala kambuh.
Dalam keadaan ini maka pemberian obat dengan dosis semula diulangi selama 2
tahun. Setelah itu dihentikan secara bertahap selama 3 bulan.
a. Pengolongan Obat
Obat anti Obsesif Kompulsif yang menjadu acuan adalah klomipramin. Obat
anti kompulsi dapat digolongkan menjadi:
· Trisiklik: Klomipramin
b. Mekanisme Kerja
Menurut Yusuf (2015) peran perawat dalam penatalaksanaan obat di rumah sakit
jiwa adalah sebagai berikut.
1. Mengumpulkan data sebelum pengobatan.
Dalam melaksanakan peran ini, perawat didukung oleh latar belakang pengetahuan
biologis dan perilaku. Data yang perlu dikumpulkan antara lain riwayat penyakit,
diagnosis medis, hasil pemeriksaan laboratorium yang berkaitan, riwayat
pengobatan, jenis obat yang digunakan (dosis, cara pemberian, waktu pemberian),
.dan perawat perlu mengetahui program terapi lain bagi pasien. Pengumpulan data
ini agar asuhan yang diberikan bersifat menyeluruh dan merupakan satu kesatuan.
2. Mengoordinasikan obat dengan terapi modalitas.
Hal ini penting dalam mendesain program terapi yang akan dilakukan. Pemilihan
terapi yang tepat dan sesuai dengan program pengobatan pasien akan memberikan
hasil yang lebih baik.
3. Pendidikan kesehatan.
Pasien di rumah sakit sangat membutuhkan pendidikan kesehatan tentang obat
yang diperolehnya, karena pasien sering tidak minum obat yang dianggap tidak
ada manfaatnya. Selain itu, pendidikan kesehatan juga diperlukan oleh keluarga
karena adanya anggapan bahwa jika pasien sudah pulang ke rumah tidak perlu lagi
minum obat padahal ini menyebabkan risiko kekambuhan dan dirawat kembali di
rumah sakit.
4. Memonitor efek samping obat.
Seorang perawat diharapkan mampu memonitor efek samping obat dan reaksi-
reaksi lain yang kurang baik setelah pasien minum obat. Hal ini penting dalam
mencapai pemberian obat yang optimal.
5. Melaksanakan prinsip-prinsip pengobatan psikofarmakologi.
Peran ini membuat perawat sebagai kunci dalam memaksimalkan efek terapeutik
obat dan meminimalkan efek samping obat karena tidak ada profesi lain dalam tim
kesehatan yang melakukan dan mempunyai kesempatan dalam memberikan tiap
dosis obat pasien, serta secara terus-menerus mewaspadai efek samping obat.
Dalam melaksanakan peran ini, perawat bekerja sama dengan pasien.
6. Melaksanakan program pengobatan berkelanjutan.
Dalam program pengobatan, perawat merupakan penghubung antara pasien
dengan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat. Setelah pasien selesai dirawat
di rumah sakit maka perawat akan merujuk pasien pada fasilitas yang ada di
masyarakat misalnya puskesmas, klinik jiwa, dan sebagainya.
7. Menyesuaikan dengan terapi nonfarmakologi.
Sejalan dengan peningkatan pengetahuan dan kemampuan perawat, peran perawat
dapat diperluas menjadi seorang terapis. Perawat dapat memilih salah satu
program terapi bagi pasien dan menggabungkannya dengan terapi pengobatan
serta bersama pasien bekerja sebagai satu kesatuan.
8. Ikut serta dalam riset interdisipliner
Sebagai profesi yang paling banyak berhubungan dengan pasien, perawat dapat
berperan sebagai pengumpul data, sebagai asisten peneliti, atau sebagai peneliti
utama. Peran perawat dalam riset mengenai obat ini sampai saat ini masih terus
digali.
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Penerbit Salemba Medika
Agustin, Wizi. 2015. REFERAT PSIKOFARMAKA SKIZOFRENIA
http://psikiatri.forumid.net/t176-psikofarmaka-skizofrenia diakses pada tanggal
02 Maret 2020 Pukul 11.00 WIB
Novitayani, Sri. 2018. TERAPI PSIKOFARMAKA PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RUMAH SAKIT JIWA ACE. Idea Nursing Journal ISSN : 2087-2879, e-
ISSN : 2580 – 2445, Vol. IX No. 1