Anda di halaman 1dari 15

PSIKOFARMAKA

Dosen Pengampu : Nadroh br. Sitepu., M. Si.


KELOMPOK 4 KELAS 2 -D

NAZWA ADELIA NOVI MALEECHA


MARGARETHA ZAHRA

RENALDA FELICIA YOEAN Y. Y. BR. S


LATAR BELAKANG

Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014, orang dengan gangguan jiwa atau disebut dengan
ODGJ adalah sebuah gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala dan/atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan
dan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia (Kemenkes RI, 2014). Tata laksana untuk
mengontrol gejala gangguan jiwa meliputi terapi medikasi (obat) dan terapi non medikasi (non-obat).
Terapi medikasi memiliki tujuan mengontrol gejala yang biasa dilakukan dengan pemberian obat. Jenis
obat psikiatri berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/137/2016 salah satunya adalah psikofarmaka (Kemenkes RI, 2014) Psikofarmaka
yaitu obat yang bekerja secara selektif pada susunan saraf pusat serta memiliki dampak yang signifikan
terhadap aktivitas mental serta perilaku (mind and behavior altering
drugs), dan juga sebagai terapi gangguan psikiatrik (psychotherapeutic medication)
dengan cara mempengaruhi kualitas hidup pasien (Kemenkes RI, 2014).
DEFENISI PSIKOFARMAKA

Psikofarmaka merupakan suatu jenis obat yang biasa disebut dengan


obat psikoaktif atau psikoterapeutik, bekerja secara selektif pada susunan
saraf pusat. Psikofarmaka memiliki dampak yang signifikan terhadap
aktivitas mental serta perilaku (mind and behavior altering drugs), dan
obat Psikofarmaka digunakan juga sebagai terapi gangguan psikiatrik
(psychotherapeutic medication) dengan cara mempengaruhi kualitas hidup
pasien (Kemenkes RI, 2014). Psikofarmaka dapat digolongkan menjadi
beberapa kategori yaitu sebagai antipsikotik, antidepresan, antimania
(mood stabilizer), dan Ansiolitik (anti ansietas) (Gunawan S.G, 2007)
PENGGOLONGAN OBAT
PSIKOFARMAKA

Obat-obat yang menekan fungsi psikis tertentu dalam SSP dibagi


1
menjadi 2, yaitu:Neuroleptika dan atarktika

2 Obat-obat yang menstimulasi fungsi psikis tertentu dalam SSP,dibagi


menjadi 2 yaitu:anti depressiva dan psikostimulan
3 Obat-obat yang mengacaukan fungsi mental tertentu
antara lain psikodisleptika seperti zat-zat halusinasi
contoh: LSD dan fenasklidin
Psikofarmaka Neuroleptika
Neuroleptika yaitu obat yanng bekerja sebagai antipsikotis
dan sedativa yang dikenal dengan mayor tranquilizer.
kumpulan dari obat-obatan psikoaktif yang pada umumnya
digunakan untuk menyembuhkan penyakit jiwa khususnya
skizofrenia.Obat-obatan ini tidak dapat dikombinasikan
dengan obat-obat golongan adrenergik seperti adrenalin,
efedrin dan wekamin, karena dapat mengakibatkan
penimbunan noradrenalin sehingga menyebabkan hipertensi
dan aritmia.
PSIKOFARMAKA
Khasiat NEUROLEPTIKA EFEK SAMPING

Memiliki beberapa khasiat, yaitu:


• Anti psikotika, yaitu dapat meredakan emosi dan Beberapa efek samping pemakaian neuroleptika
• Gejala ekstrapiramidal yaitu kejang muka, tremor dan kaku
agresi, mengurangi atau menghilangkan
anggota gerak, karena disebabkan kekurangan kadar
halusinasi, mengembalikan kelakuan abnormal
dopamin dalam otak. Gejala ini dapat dihilangkan dengan
dan schizoprenia. mengurangi dosis atau menggunakan neuroleptika yang
• Sedativa, yaitu menghilangkan rasa bimbang, lain.
takut dan gelisah, contoh tioridazina • Sedativa, disebabkan efek antihistamin antara lain
• Anti emetika, yaitu merintangi neurotransmiter ke mengantuk, lelah dan pikiran keruh.
• Diskenesiatarda, yaitu gerakan tidak sengaja terutama pada
pusat muntah, contoh proklorperazin
otot muka (bibir dan rahang).
• Analgetika, yaitu menaikan ambang rasa nyeri, • Hipotensi, disebabkan adanya blokade reseptor alfa
contoh haloperidol. adrenergik dab vasodilatasi.
• Efek antikolinergik dengan ciri-ciri mulut kering, obstipasi
dan gangguan penglihatan.
PSIKOFARMAKA
ANSIOLITIKA
Perbedaan antara ataraktika/anksiolitika dengan neuroleptika adalah pada ataraktika/anksiolitika tidak
berkhasiat antipsikotis, tidak berkhasiat langsung terhadap system saraf otak serta tidak menyebabkan
efek ekstrapiramidal.
Obat-obat ataraktika memiliki sifat-sifat lain yaitu toksisitasnya ringan, indeks terapinya luas dan dapat
menyebabkan adiksi terutama meprobramat. Oleh jarena itu pemberiannya harus hati-hati dengan jangka
waktu pemakaian paling lama 4-6 minggu.
Pada pemakaiannya golongan benzodiazepin seringkali dikombinasikan dengan neuroleptika atau
antidepresif untuk mendapatkan efek yang lebih kuat. Obat yang digunakan biasanya ansietas serta
memiliki efek sedatif yaitu obat ansiolitik golongan benzodiazepine.
Golongan benzodiazepin yang dimaksud meliputi obat diazepam, lorazepam, klobazam, dan
alprazolam (Gunawan S.G, 2007).
PSIKOFARMAKA
ANSIOLITIK
⚫ Derivat Benzodiazepin
Golongan ini paling banyak digunakan diseluruh dunia. Menurut lama kerjanya dibagi menjadi 2 golongan
yaitu:
1.Yang bekerja long acting (plasma t ½ lebih dari 20 jam) dengan pemberian dosis tunggal pada malam
hari, contohnya klordiazepoksida, klorazepam, klobazam, diazepam dan medazepam.
2. Yang bekerja short acting (plasma t½ kurang dari 14 jam) dengan pemberian beberapa kali sehari agar
efeknya bertahan, contohnya oksazepam, oksazolam, lorazepam dan temazepam.

⚫ Kelompok lain
Contoh: Benzoktamin, Hidroksizin dan Meprobramat.
PSIKOFARMAKA ANTI
DEPRESSIVA
Antidepresan yaitu obat yang digunakan untuk memperbaiki perasaan seperti meredakan atau
menghilangkan tanda-tanda depresi yang mulai muncul (Tjay, T. H. and Rahardja, 2007). Antidepresan
sintetik mempunyai beberapa kelompok, yang
terdiri dari Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI) dan Tricyclic Antidepressant (TCA), Selective
Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI),dan Dual Serotonin and Norepinephrine Reuptake inhibitor
(SRNI). Obat antidepresan meliputi amitriptilin,
fluoksetin, maprotilin, dan sertraline (Kemenkes RI, 2021).

a. Monoamine Oxidase Inhibitor (MAOI)


MAOI merupakan enzim kompleks yang tersebar luas
dalam tubuh, serta bertugas pada proses dekomposisi
amin biogenik, seperti norepinefrin, epinefrin, dopamine,
dan serotonin (Depkes RI, 2007). Obat yang termasuk
dalam golongan MAOI yaitu, fenelzin, selegilin dan tritil siklopropilamin (Wells, 2009)
PSIKOFARMAKA ANTI
DEPRESSIVA
b. Tricyclic Antidepressant (TCA)
TCA merupakan antidepresan bekerja dengan menghambat 5-HT dan reuptake norepinefrin (NE) di otakk (Katzung, 2012).
Obat yang termasuk dalam golongan TCA yaitu, amitriptilin, klomipramin, Doksepin, Amiramin, Doksilamin, dan
Nortriptilin(wells, 2009).
c. Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRI)
SSRI merupakan antidepresan generasi kedua yang digunakan dalam pengobatan depresi dan gangguan lain seperti panik
serta obsesif-kompulsif karena kemanjuran, keamanan dan tolerabilitasnya. Obat yang sudah disetujui FDA yaitu citalopram,
escitalopram, Fluoksetin,Fluvoksamin, Paroksetin, dan sertraline (Latendresse et al., 2017).
d. Dual Serotonin and Norepinephrine Reuptake Inhibitor (SRNI)
SRNI bekerja dengan cara menghambat reuptake serotonin dan norepinefrin (Randy A. Sansone, MD, and
Lori A. Sansone, 2014). Obat yang termasuk dalam golongan SRNI yaitu venlafaksin dan duloksetin (Wells,
2009).
PSIKOFARMAKA

Pstimulansia
merupakan suatu zat yang dapat merangsang sistem saraf pusat yang dapat mempercepat
proses-proses dalam tubuh, dapat meningkatkan kemampuan fisik dan mental,
meningkatkan konsentrasi, dapat membuat seseorang lebih siaga serta dapat
meminimalisasi kelelahan (Sujatno, 2001).
Psikodisleptika.
Obat ini mengandung zat-zat halusinogen, yang menimbulkan keadaan desintegrasi
dengan gejala-gejala yang mirip psikosis halusinasi, pikiran-pikiran dan impian-impian
khayal, dan sebagainya. Yang termasuk obat ini adalah LSD, fensiklidin (HOG, PCP)
obat- obat ini adalah obat-obat drugs.
Mood stabilizer/antimania

Mood stabilizer berfungsi mengatasi kondisi bipolar dan mania, suatu kondisi kebalikan dari depresi
dimana terjadi peningkatan terhadap aktifitas dan gairah dengan gejala-gejala seperti meningkatnya
rasa percaya diri, frekuensi bicara, berkurangnya kebutuhan tidur dan lain sebagainya yang dapat
berganti dari episode mania ke depresi ataupun tidak. Lithium merupakan satu-satunya obat yang
digunakan hanya sebagai mood stabilizer. Namun, obat-obatan lain mulai dikembangkan untuk
menjadi alternatif dari lithium sebagai mood stabilizer seperti obat-obatan antiepilepsi (Valproat,
Karbamazepin, Lamotigrine) dan antipsikotik atipikal (Risperidone, Quetiapin, Aripiprazole Olanzapin)
yang saat ini juga digunakan sebagai mood stabilizer.

Karena efeknya terhadap perubahan pada status mental dan perilaku, obat-obatan Psikofarmaka
yang seharusnya digunakan sesuai dengan kondisi gangguan kejiwaan menjadi rawan untuk terjadi
penyalahgunaan. Oleh karena itu, berbagai peraturan telah diterbitkan untuk mengatur peredaran
obat tersebut baik dalam Undang-undang Psikotropika, Peraturan Menteri Kesehatan hingga
Peraturan Kepala Badan POM.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Aryani, F., & Sari, O. (2016). Gambaran Pola Penggunaan Antipsikotik pada Pasien Skizofrenia di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit Jiwa. Jurnal Manajemen Dan pelayanan Farmasi, 6(1), 35–40.
2.Kemenkes RI. (2014). Kesehatan Jiwa. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/413/2014. Paper Knowledge .
3.Yulianty, M. D., Cahaya, N., & Srikartika, V. M. (2017). Studi Penggunaan Antipsikotik dan Efek Samping pada Pasien
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa sambang Lihum Kalimantan Selatan. 3(May), 153–164.
4.Nurhalimah N.S. (2016). Keperawatan Jiwa. Kementerian Kesehatan Republik
indonesia.
5.Maslim. (2014). Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakartata:PT.Nuh Jaya.

6.Depkes RI. (2007). Pharmaceutical Care untuk Penderita gangguan depresif.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


7.Ganiswarna S.G. (1995). Farmakologi dan Terapi. . 4th edn. Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia


8.Munjely, E. J., R, B. L. N., & Punnoose, V. P. (2019). IJBCP International Journal Of Basic & Clinical Pharmacology
TERIMA KASIH
Presentasi oleh kelompok 4

Anda mungkin juga menyukai