Anda di halaman 1dari 30

BAB III

TINJAUAN KHUSUS
OBAT GANGGUAN SUSUNAN SARAF PUSAT (SSP)

A. Pengertian Obat Gangguan SSP

Obat gangguan sistem saraf pusat (ssp) adalah obat yang dapat merangsang serebrum

medulla dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks otak-depan oleh se-

nyawa stimulant SSP akan meningkatkan kewaspadaan, pengurangan kelelahan

pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan SSP yaitu kafein dan

amfetamin.

B. Jenis-jenis obat ssp


1. Analgetik-antipiretik

Analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran. Contohnya untuk menghilangkan sakit kepala,

nyeri otot, nyeri sendi, misalnya nyeri pasca bedah. Sedangkan antipiretik adalah

obat yang dapat menurunkan suhu tubuh dari keadaan demam (hiperpireksi ke

keadaan suhu tubuh normal. Sebagian analgetik ternyata memiliki efek antipiretik

dan efek anti-inflamasi.

1. Golongan Analgetik & Antipiretik

a. Penggolongan Analgetik

Berdasarkan tingkatan nyeri, WHO menyarankan pedoman penggunaan

analgetik yang dikenal dengan WHO 3-Step Analgesic Ladder. Hal ini

bertujuan agar analgetik yang digunakan sesuai dengan tingkat nyeri: ringan,

sedang dan berat.


Gambar 3.1WHO 3-Step Analgesic Ladder

Analgetik dibagi dalan dua golongan besar, yaitu analgetik narkotik dan

analgetik non-narkotik.

1) Analgetik Narkotik (Analgetik Sentral/Analgetik Opioid)

Analgetik narkotik bekerja di SSP dan memiliki daya penghalang nyeri

yang hebat sekali. Dalam dosis besar dapat bersifat depresan umum

(menurunkan kesadaran) mempunyai efek samping menimbulkan rasa

nyaman (euforia). Hampir semua perasaan tidak nyaman dapat

dihilangkan oleh analgetik narkotik, kecuali sensasi kulit.

Penggunaan analgetik ini harus hati-hati karena mempunyai risiko

besar terhadap ketergantungan obat (adiksi) dan kecenderungan

penyalahgunaan obat. Obat ini hanya dibenarkan untuk penggunaan

insidental pada nyeri hebat (trauma hebat, patah tulang, nyeri infark

jantung, dan kolik batu empedu/batu ginjal).

Selain untuk mengatasi nyeri hebat, penggunaan analgetik narkotik

diindikasikan pada kanker sebagai premedikasi dalam pembedahan karena

dapat memperkuat anestesi umum sehingga mengurangi stadium lanjut

karena dapat meringankan rasa nyeri hebat. Fentanil dan alfentanil

umumnya digunakan timbulnya kesadaran selama anestesi.


Gambar 4.2 Penggolongan Analgetik Narkotik

2. Antiemetik
Antiemetik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau
menghilangkan perasaan mual dan muntah. Karena muntah hanya merupakan
suatu gejala, hal terpenting dalam pengobatannya adalah mencari penyebabnya.
Faktor penyebab muntah.
Rangsangan dari asam lambung-usus kepusat muntah karena adanya
kerusakan mukosa lambung USUS makanan yang tidak cocok, hepatitis, dan lain-
lain.
Rangsangan melalui kulit korteks (korteks serebrum) dengan melihat,
memlambaui
dan merasakan sasuatu yang tidak menyenangkan.
Rangsangan tidak langsung melalui chemoreseptor trigger zone (CTZ), yaitu
suatu daerah yang lelaknya berdekatan dengan pusat muntah. Rangsangan
disebabkan oleh obat-obatan tertentu (seperti tetrasiklin, digoksin, estrogen,
morfin), gangguan keseimbangan dalam labirin, tidak stabilnya hormon estrogen
pada wanita hamil. Penggunaan antiemetik diberikan kepada pasien dengan
keluhan sebagai berikut.
a. Mabuk perjalanan (motion sickness)
Disebabkan oleh pergerakan kendaraan darat, laut, atau udara yang
menyebabkan stimulasi berlebihan di labirin yang kemudian merangsang pusat
muntah melalui CTZ.
b. Mabuk kehamilan (morning sickness)
Pada kasus ringan, penggunaan antiemetik sebaiknya dihindari agar tidak
berakibat buruk pada janin, sedangkan pada kasus berat dapat dipakai golongan
antihistamin atau fenotiazin (prometazin) yang kadang dikombinasikan dengan
vitamin B6. Penggunaannya sebaiknya di bawah pengawasan dokter.
c. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu, seperti pada pengobatan
dengan radiasi atau obat sitostatik.
3. Psikofarmaka
Pikofarmaka (obat penyakit jiwa) adalah obat yang bekerja pada susunan saraf
pusar dengan memengaruhi fungsi psikis dan mental. Dalam pembahasan
psikofarmaka ini hanya membicarakan tentang obat penyakit jiwa sejati, yaitu
antipsikotik dan antidepresi.
Di masa lalu, penyakit jiwa diobati dengan sedatif seperti candu, bromida, dan
skopolamin, kemudian dengan barbital. Perubahan dan kemajuan farmakoterapi
mengenai psikofarmaka diawali dengan ditemukannya klorpromazin pada tahun
1952, reserpin tahun 1954 hingga meprobramat dan senyawa hemodiazepin yang
digunakan sebagai trankuilansia (penenang), tetapi obat tersebut tidak dapat
menggantikan terapi syok, terapi renjatan listrik (Electro Convlive Therapy =
ECT), atau terapi kejut listrik (Electro Shock Therapy = EST) yang masih
digunakan oleh fisikeater untuk mengatasi depresi hebat dengan kecenderungan
bunuh diri. Keuntungan pengobatan dengan menggunakan obat ini adalah mudah,
murah, dan pasien tidak perlu menginap dirumah sakit.
Pitofarmaka bekerja langsung terhadap otak dengan mempengaruhi kerja
neurotransmitter, yaitu suatu neurohormon yang meneruskan implus dari sistem
adrenergik di otak seperti noradrenalin, serotonin, dan dopamin.
a. Penggolongan Psikofarmaka
Pikofarmaka dibagi dalam 2 kelompok besar, yaitu:
1. Antipsikotik (dahulu disebut neuroleptika atau major tranquilizer), bekerja
sebagai antipsikotis dan sedasi. Obat ini digunakan khusus untuk berbagai
jenis psikosis seperti skizofrenia dan mania.
2. Antidepresan, bekerja memperbaiki suasana murung/putus asa dan
digunakan juga pada keadaan depresi, panik, dan fobia.

Antipsikotik (Major Tranquilizer)

Antipsikotik merupakan obat yang dapat menekan fungsi psikis tertentu


tanpa memengaruhi cara berpikir dan berkelakuan normal. Obat ini dapat
meredakan emosi dan agresi, mengurangi atau menghilangkan halusinasi,
dan mengembalikan kelakuan abnormal menjadi normal.
a. Penggolongan Antipsikotik
1. Antipsikotik tipikal/klasik
• Efektif mengatasi simtom positif (mendengarkan suara untuk
memerintahkan melakukan sesuatu, halusinasi, pikiran janggal)
Contoh obat: klorpromazin, haloperidol, dan droperidol
2. Antipsikotik antipikal
• Efektif mengatasi simtom negative (berkurangnya bicara dan pergerakan,
emosi yang datar), yang praktis resistan terhadap obat klasik
Contoh obat: klozapin, olanzapin, quetiapin, dan risperidon
3. Khasiat dan penggunaan antipsikotik
Antipsikotik mempunyai sejumlah aktivitas fisiologi, yaitu:
a. Antipsikotis, yaitu mengatasi gangguan jiwa seperti skizofrenia dan
mania.
b. Anksiolitis, yaitu menghilangkan rasa bimbang, takut, dan gelisah,
contohnya tioridazina.
c. Antiemetik, yaitu merintangi neurotransmiter ke pusat muntah,
Contohnya: proklorperazin.

Antimetik, yaitu menaikkan ambang rasa nyeri, contoh haloperidol.

Efek Samping Penggunaan Antipsikotik Gejala ekstrapiramidal (GEP)


Kejang maka, kotisia (selalu ingin bergerak). tremor, dan kaku anggota gerak
Dyskinesiatarda Gerakan tak sadar terutama pada otot wajah (bibir dan rahang)
Itu dia Perasaan mengantuk, lelah, dan pikiran keruh Hipotensi ortostatik
Penurunan tekanan darah Efek antikolinergik. Ciri-ciri mulut kering, obstipasi

b. Efek antiserotonin
1. Menyebabkan peningkatan berat badan karena menstimulasi nafsu makan
Galactor
2. Menstimulasi produksi ASI secara berlebihan yang menyebabkan
meluapnya pengeluaran ASI
Antidepresan
Antidepresan (antidepresan) adalah obat yang mampu memperbaiki keadaan
pikiran (mood) dengan cara meringankan gejala depresi yang bukan disebabkan
oleh kesulitan sosial, ekonomi atau obat- obatan. atau penyakit. Antidepresan
bekerja dengan menghambat reuptake neurotransmiter
noradrenalin dan serotonin sehingga otak kekurangan neurotransmiter tersebut.
Saat ini dikenal 6 macam depresi, yaitu:
1. Depresi manik (mania) dengan gejala bipolar, terdiri dari dua fase, yaitu masa
manik dan masa depresif HIPNOTIS Hipnotik atau obat pada malam hari
permudah,raja,
2. Depresi vital, merupakan bentuk depresi berat dengan gejala gangguan tidur,
hilangnya perhatian dan kegembiraan. anoreksia, dan penurunan berat badan.
3. Depresi musim dingin, merupaka Inhibitor Mao (Mono Amin Oksidase)
Bekerja dengan menghambat enzim MAO
Contohnya fenelzin dan tranilsipromin
3. Antidepresan Generati Kedua
Golongan SSRIs (Selective Serotonin He-uptake Inhibitory fusion, sestra, dan
sitalopram Na5A (Noradrenalin and Serotonin Antidepresan mirtazapin dan
venlafakin Lain-lainnya: Triptofan, okstriptan, dan piridoksin
Semua antidepresan menunjukkan kelambatan dalam memberikan efek
antidepresifnya sejle dimulainya pengobatan, dan kondisi ini dikenal dengan
istilah waktu laten. Waktu laten ini bervariant pada senap individu, berkisar 2-
4 minggu. Satu kurun pengobatan antidepresan umumnya diserikan lama
minimal 4 bulan dan tidak boleh dihentikan secara mendadak karena dapat
menimbulkan mimpi buruk. Penghentian dilakukan dengan mengurangi dosis
sedikit demi sedikit berangsur menuruni Etapering eff). Antidepresan tidak
boleh diberikan kepada penderita epilepsi, glaukoma, dan perstitis.
4. HIPNOTIK & SEDATIF
Hipnotik atau obat tidur (berasal dari kata hypnos yang berarti tidur)
merupakan obat yang diberikan pada malam hari dalam dosis terapi yang dapat
mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah, atau
menyebabkan tidur. Lazimnya obat ini diberikan pada malam hari. Jika
diberikan pada siang hari, obat ini diberikan dengan dosis yang lebih rendah
yang bertujuan menenangkan sehingga dinamakan sedatif (obat penenang).
Oleh sebab itu, tidak ada perbedaan yang besar antara kedua kelompok obat
ini.
Hipnotik/sedatif, seperti halnya antipsikotik, termasuk dalam kelompok
psikodepresif yang men- cakup obat yang menekan atau menghambat fungsi
SSP tertentu.
Setiap makhluk hidup memerlukan waktu tidur yang cukup berkisar antara 6
hingga 8 jam guna mencegah timbulnya pengaruh yang merugikan karena
kurang tidur. Pusat tidur terletak di otak yang mengatur fisiologi yang sangat
penting bagi kesehatan tubuh. Pada saat tidur, aktivitas saraf parasimpatis
dipertinggi sehingga menyebabkan penyempitan pupil mata (miosis),
perlambatan pernapasan (bronkokonstriksi), perlambatan sirkulasi darah,
penurunan kegiatan jantung, dan stimulasi aktivitas saluran cerna dengan
diperkuatnya gerakan peristaltik dan sekresi getah lambung. Jadi, pada saat
tidur, proses pengumpulan energi dan pemulihan tenaga suatu organisme lebih
besar.
Penanganan Insomnia
Insomnia atau kesulitan tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
batuk, rasa nyeri, sesak napas, gangguan emosi, ketegangan, kecemasan, atau
depresi. Faktor penyebab inilah yang pertama-tama harus dihilangkan dengan
obat-obatan yang sesuai, seperti antitusif, analgetik, vasodilator, antidepresan,
sedatif, atau manquilizer. Para penderita insomnia dianjurkan untuk menjalani
kebiasaan tidur yang tetap dan teratur serta menghindan konsumsi kopi dan
alkohol untuk menahan kantuk.
Jika penanganan di atas tidak berhasil, barulah digunakan hipnotik dengan
dosis serendah mungkin, Hipnotik ini efektif dalam mempercepat dan
memperpanjang waktu ridur dengan mengurangi frekuensi bangun dan
memperbaiki kualitas tidur. Penggunaan obat ini sebaiknya dihentikan segera
setelah penderita dapat tidur normal untuk mencegah habituasi dan adiksi..
Kriteria Hipnotik-Sedatif
Pada penilaian kualitatif obar ndur perlu diperhatikan faktor kinetik berikut.
1. Lamanya obat bekerja dalam tubuh dan berapa
2. Pengaruhnya pada kegiatan esok hari lama tertinggal di dalam tubuh

3. Kecepatan mulai kerjanya


4. Bahaya timbulnya ketergantungan
5. Efek rebound insomnia jika pemberian obat dihentikan mendadak
6. Interaksi dengan obat lain
7. Toksisitas
Efek Samping Umum Hipnotik-Sedatif
Kebanyakan obar tidur memberikan efek samping umum yang mirip dengan
morfin, antara lain:
1. Depresi pernapasan, terutama pada dosis tinggi, contohnya Flurazepam,
kloralhidrat, dan paraldehid.
2. Menurunkan tekanan darah, contohnya barbiturat.
4. Hangover, yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan
di kepala, dan pikiran kacau. Hal ini disebabkan karena hipnotik-sedatif dengan
kerja panjang (t½ panjang) umumnya bersifat lipofil sehingga mudah melarut dan
berakumulasi dalam jaringan lemak, contohnya golongan benzodiazepin dan
barbiturat
Penggolongan Hipnotik-Sedatif
Secara kimiawi, hipnotik digolongkan sebagai berikut.
1. Golongan benzodiazepin, contohnya kiordiazepoksid (benzodiazepin tertua),
flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam, triazolam, estazolam, dll. 2. Golongan
barbiturat, seperti fenobarbital, butobarbital, dan lain- lain.
3. Golongan alkohol dan aldehida, seperti kloralhidrat
4. Golongan lain, seperti senyawa zopiklon, prometazin, meprobamat, dan
buspirone
ANTIEPILEPSI
Pendahuluan
Antiepilepsi atau antikonvulsi adalah obat yang digunakan terutama untuk
mencegah dan mengobati
langkiran epilepsi (epileptic seizure) karena khasiat antikonvulsinya. Semua
antiepilepsi mempunyai
walin parah yang panjang, dieliminasi dengan lambar, dan terakumulasi dalam
rubuh pada penggunaan
Epilepsi merupakan nama kolektif untuk sekelompok gangguan atau penyakit
susunan saraf pusat
gang timbul spontan dengan episode singkat dan berkala (disebur bangkitan atau
seizure). Gejala utama
Serupa penurunan hingga hilangnya kesadaran.
Penyebab epilepsi adalah pelepasan muatan listrik yang cepat, mendadak, dan
berlebihan pada neuron
rementa dalam otak yang disebabkan oleh luka di otak (abses, tumor,
arteriosklerosis), keracunan rimah
hitam dan pengaruh obat tertentu yang dapat memprovokasi serangan epilepsi.
Penggolongan Epilepsi
Berdasarkan tanda klinik dan data EEG (elektroensefologram), epilepsi/kejang
dibagi menjadi 2 golongan,
itu kejang umum dan kejang parsial/fokal.
[16.19, 6/3/2023] Asti Syakila Rahmani: 1. Kejang umum (generalized wizure)
Kejang ini terjadi jika aktivasi terjadi pada kedua hemisfer otak (belahan otak)
secara bersama-sama
seperti pada tonic-clonic convulsion (grand mal) dan abscense attacks (petit mal).
Fase tonik
Fase klonik
Gambar 4.7 Jenis epilepsi dengan kejang fase tonik-klonik.
88 Farmakologi Kelas XI
Gambar 4.8 Jenis epilepsi petit mal.
2. Kejang parsial/fokal
Kejang ini terjadi dimulai dari daerah tertentu pada otak. Kejang parsial dapat
dibagi menjadi: simple
partial seizures dan complex partial seizures.
Gambar 4.9 Kejang parsial.
Status epileptikus adalah serangan yang bertahan lebih dari 30 menit dan
berlangsung beruntun
dengan cepat tanpa diselingi keadaan sadar. Sesudah 30 menit ini mulai terjadi
kerusakan SSP. Situasi
gawat ini dapat berakibat fatal (kematian) karena kesulitan pernapasan dan
kekurangan oksigen di otak.
PE
Pa
M
[16.21, 6/3/2023] Asti Syakila Rahmani: Pengobatan Epilepsi
Menghindari kerusakan sel-sel otak.
Mengurangi beban mental dan psikologi pasien maupun keluarganya.
Pafilaksi/pencegahan sehingga jumlah serangan berkurang.
saat ini, terapi obat pada pasien epilepsi, apa pun jenisnya selalu dimulai dengan
obat tunggal. Pilihan
what diennikan dengan melihat tipe epilepsi. Namun dalam kenyataannya,
ternyata kasus yang terjadi
idak dapat dikendalikan dengan obar nunggal dan harus dengan obat kombinasi.
Pemberian obat
antiepilepsi selalu dimulai dengan dosis rendah lalu dinaikkan bertahap hingga
epilepsi terkendali.
Panghentian obat secara mendadak harus dihindari terutama untuk golongan
barbiturat dan benzodiazepin
karena dapat memicu kambuhnya serangan.
Tindakan nonmedis yang dilakukan pada penderita epilepsi saat ini adalah
menghilangkan penyebab
penyakit setelah dilakukan operasi otak dan menjauhkan penderita dari segala
faktor pernicu (stres,
Mekanisme Kerja Antiepilepsi
Prinsip mekanisme kerja obat antiepilepsi adalah menurunkan neurotransmisi
rangsangan listrik di sinaps
sel sel saraf. Zat yang menghambat neurotransmisi tersebut antara lain adalah
GABA (gamma-amino-
tyre acid) dan glisin sehingga obat-obat yang menunjang kerja GABA, digunakan
sebagai antiepilepsi.
Kebanyakan antiepilepsi merupakan obat yang memiliki indeks terapi yang sempit
sehingga
memerlukan pemantauan kadar obat dalam darah agar kadar terpelihara dalam
rentang sekonstan
mungkin dan mencegah obat melampaui kadar di dalam darah. Perlu diperhatikan
bahwa penghentian
recapi tidak boleh dilakukan secara tiba-tiba karena dapat memicu serangan,
kecuali pada kasus yang
sangat serius seperti toksisitas dan sindrom Stevens-Johnson.
Beberapa antiepilepsi dapat menyebabkan gangguan kongenital (teratogen),
khususnya asam valproat
dan karbamazepin. Untuk menghindari risiko cacat bayi, pada pengguna wanita
hamil dianjurkan dengan
dosis serendah mungkin.
Penggolongan Obat Antikonvulsi
Obat Generasi Pertama
Barbital: fenobarbital memiliki sifat
antikonvulsi khusus yang terlepas dari sifat
hipnotiknya
* Fenitoin: terutama digunakan pada grand mal
• Suksinimida etosuksimid
terutama digunakan pada petit mal
Lain-lain: asam valproat, diazepam dan
karbamazepin
ww
ww
Obat Generasi Kedua
• Obat-obat ini umumnya tidak
diberikan secara tunggal,
melainkan sebagai tambahan
dalam obat klasik (generasi
pertama)
• Lamotrigin, gabapentin,
felbamat, topiramat, dan
pregabalin
[16.04, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: Antiparkinson adalah obat yang digunakan
untuk mengurangi kelainan atau keluhan pada penyakit parkinson. Penyakit
parkinson (berasal dari nama seorang dokter Inggris James Parkinson, 1817) atau
penyakit gemetar (paly) merupakan suatu penyakit neurodegeneratif yang
disebabkan oleh terganggunya keseimbangan neurohormon di sistem
ekstrapiramidal otak.

Penyakit ini ditandai dengan gejala tremor, kaku otot atau kekakuan anggota
gerak, gangguan gaya berjalan (setapak demi setapak), bahkan dapat terjadi
gangguan persepsi, dan daya ingat. Parkinson merupakan penyakit yang tejadi
akibat proses degenerasi progresif sel otak (substansia nigra) sehingga
menyebabkan terjadinya defisiensi neurotransmitter, yaitu dopamin..

Obat

ANTIPARKINSON
[16.08, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: Gejala Penyakit Parkinson

Gejala penyakit Parkinson dapat dikelompokkan sebagai berikut. 1. Kekakuan


anggota gerak (rigor, hipertonia).

2. Mobilitas hilang atau berkurang secara abnormal (bradikinesia).

3. Gemetar (tremor).

4. Gangguan keseimbangan tubuh.

5. Gejala lain seperti tubuh menjadi bungkuk, berjalan setapak demi setapak,
tulisan menjadi lebih kecil (mikrofagia), muka dan wajah menjadi kaku seperti
topeng, bicara monoton, dan sekresi air liur yang berlebihan (hipersalivasi).
[16.09, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: Pengobatan penyakit Parkinson tidak dapat
mencegah progresi penyakit, tetapi dapat memperbaiki alitas dan harapan hidup
kebanyakan pasien. Oleh sebab itu, pemberian obat sebaiknya dimulai dengan Jos
rendah dan ditingkarkan sedikit demi sedikit.

Penggolongan Antiparkinson
Antiparkinson dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu. Agonia dopamin
(dopamine agonist (DA), dopaminergik) yang menstimulasi pelepasan dopamin
Antikolinergik yang memblokade transmisi kolinergik

Agonis Dopamin Dopaminergik)

Meningkatkan kadar dopamin di otak

Maringankan hipokinesia

dan kekakuan

Jarang meringankan tremor Contoh: levodopa

bromokriptin, selegil

Antikolinergik Parasimpatolitik)

Efektif terhadap semua bentuk parkinsonisme

dengan gejala tremor Kekakuan ringan dan hipersalivasi Contoh: Inhekalfenid

bipendin, prosiklidin

Penghambat COMT

•Enzim COMT ini berperan pada perombakan levodopa sehingga produksi


dopamin

meningkat • Contoh: entacapon


[16.09, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: NOOTROPIK (NEUROTROPIK)

Nootropik (sering juga disebur "obar pintar") adalah obat yang digunakan pada
gangguan (insufisiensi) serebral seperti mudah lupa, kurang konsentrasi, dan
vertigo. Gangguan pada sirkulasi darah di orak kali ditemukan pada lansia di atas
usia 60 tahun. Gejalanya dapat berupa kelemahan ingatan jangka pendek dan
konsentrasi, vertigo, kuping berdengung, jari-jari dingin, dan depresi,

Penurunan fungsi kognitif dan kehilangan memori merupakan suatu masalah yang
besar, terutama pada negara yang sudah maju karena jumlah penduduk manuala
yang besar dan tingginya usia harapan halup masyarakat di negara tersebut. Saru
di antara penyebab utama terjadinya penurunan fungsi kognitif alalah demensia,
terutama demensia Alzheimer. Selama 10 tahun terakhir, penghambat
kolinesterase merupakan preparat yang digunakan sebagai terapi dalam kasus
penurunan fungsi kognitif.

Penggolongan Nootropik/Neurotropik

Piracetam

Bekerja meningkatkan aktivitas beberapa neurotransmiter serta meningkatkan


metabolisme dan penggunaan glukosa dan oksigen oleh sel otak

Piritinol HCI

Merupakan antioksidan. yang sangat kuat

Meningkatkan

pengambilan oksigen dan giukosa di dalam otak, dan menyalurkan glukosa agar
lebih mudah melewati

Mawar darah otak

Mecobalamin

Merupakan bentuk vitamin B., dengan gugus metal watir Meningkatkan


metabolimme asam nukieat protein dan lemak
Citicoline

Memperbaiki Kemampuan kognitif terutama dalam kemampuan untuk


memperhatikan Efek ini diduga berkaitan dengan neurotransmiter dopamin

Ginkgo Biloba

Meningkatkan aliran darats secara keseluruhan termasuk otak meskipun efek


nootropiknya masih dalam peractatan
[16.02, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: ANESTETIK UMUM

Anestetik umum adalah obat yang dapat menimbulkan efek anestesi atau narkosis
(Yunani, an tanpa, aesthesis- perasaan), yaitu suatu keadaan depresi umum
berbagai pusat di SSP yang bersifat reversible dan seluruh perasaan serta
kesadarannya ditiadakan sehingga agak mirip keadaan pingsan.

Anestetik digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan


pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokade reaksi refleks
terhadap manipulasi pembedahan, serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi).

Tindakan anestesi sudah dikenal sejak dahulu untuk mempermudah tindakan


operasi. Orang Mesir

menggunakan Cannabis indica dan pemukulan kepala dengan tongkat kayu untuk
menghilangkan

kesadaran seseorang.

Pada tahun 1776 ditemukan anestetik gas pertama, yaitu NO. Karena dirasa
kurang efektif. pencarian anestetik lain masih dilakukan sehingga pada tahun 1795
ditemukanlah eter sebagai anestetik inhalasi. Teknik anestesi modern saat ini
merupakan teknik yang sering digunakan dalam praktiknya, yaitu dengan
memberikan beberapa anestetik yang memiliki mekanisme kerja berbeda agar
diperoleh keadaan anestesi operasi dengan risiko efek toksik yang minimal,
Anestetik suntikan intravena (I.V) biasa dipakai untuk taraf induksi, kemudian
dilanjutkan dengan anestetik inhalasi untuk mempertahankan keadaan tidak sadar.
Obat tertentu juga sering diberikan untuk menghasilkan relaksasi otot.

Untuk prosedur tertentu mungkin dibutuhkan hipotensi terkendali dengan


menggunakan obat

seperti labetolol dan gliseril trinitrat, sedangkan beta-blocker seperti adenosin,


amiodaron, dan verapamil

dapat digunakan untuk mengendalikan aritmia selama anestesi. Dalam proses


anestesi terdapat taraf

narkosa tertentu, yaitu tahapan penekanan sistem saraf sentral secara bertingkat
dan berurutan.

Taraf Narkosa

Anestetik umum dapat menekan susunan saraf pusat secara berurutan untuk
menghentikan aktivitasnya.

Tahapan dalam proses anestesi atau biasa disebut taraf narkosa dapat dibagi dalam
4 tingkatan: 1. Taraf analgesia, yaitu kesadaran dan rasa nyeri berkurang.

2. Taraf eksitasi, yaitu kesadaran hilang seluruhnya dan terjadi kegelisahan.

Kedua taraf ini disebut taraf induksi.

3. Taraf anestesia, yaitu refleks mata hilang, napas otomatis dan teratur seperti
tidur, serta pelemasan

otot (relaksasi). 4. Taraf pelumpuhan sumsum tulang, yaitu kerja jantung dan
pernapasan terhenti.
Tujuan narkosa adalah untuk mencapai taraf anestesi dengan sesedikit mungkin
kerja ikutan atau efek samping. Oleh sebab itu, taraf pertama hingga ketiga adalah
yang paling penting, sedangkan taraf ke empat harus dihindari. Proses recovery
(sadar kembali) terjadi dengan urutan taraf terbalik dari taraf ketiga hingga
pertama.

Persyaratan Anestetik Umum

Beberapa syarat penting yang harus dipenuhi oleh suatu anestetik umum adalah: 1.
Berbau enak dan tidak merangsang selaput lendit.

2. Mula kerja (onset) obat cepat tanpa efek samping.

3. Proses recovery tanpa disertai dengan kejang.


[16.02, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: Khasiat analgetik baik dengan melemaskan
otot secara keseluruhan. Tidak menambah perdarahan kapiler selama
pembedahan.

Pramedikasi dan Pascamedikasi

Untuk mencapai narkosa umum yang cukup dalam dan lama, digunakan anestetik
pokok dengan penambahan suatu obat pembantu yang bertujuan untuk
menghindarkan atau memperkecil kerja ikutan dan memperkuat khasiat anestetik
satu dari obat, seperti:

1. Sebelum narkosa (pramedikasi) diberikan obat-obat sedarif (klorpromazin,


morfin, dan petidin) untuk meniadakan kegelisahan dan parasimpatolitik (atropia)
untuk menekan sekresi ludah yang berlebihan. 2. Selama narkosa diberikan obat
relaksasi otot (contohnya tubokurarina galamin) 3. Setelah narkoss
(pascamedikasi) diberikan analgetik (contohnya metampiron), sedarif (contohnya

laminal), dan antiemetik (contohnya klorpromazin HCI)


Kadang kala digunakan kombinasi anestetik pokok dengan suatu anestetik
lanjutan untuk mem-

perpanjang taraf narkosa, seperti gas NO dan siklopropan.

Efek Samping Anestetik Umum

Hampir semua anestetik inhalasi mengakibatkan sejumlah efek samping. Di antara


semua efek samping,

yang terpenting adalah:

1. Menckan pernapasan terutama pada penggunaan NO, eter, dan trikloretilen 2


Menckan sistem kardiovaskular, terutama pada penggunaan haloran dan
metoksifluran, yang paling

ringan pada penggunaan eter 3. Merusak hati dan ginjal sehingga tidak digunakan
lagi, seperti senyawa klor (kloroform).

4. Oliguri (reversible) karena berkurangnya aliran darah di ginjal 3. Menekan


sistem regulasi suhu sehingga timbul perasaan kedinginan (menggigil)
pascabedah.

Teknik Pemberian Anestetik Inhalasi

Pemberian anestetik secara inhalasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu: 1.


Sistem terbuka, yaitu dengan peneresan langsung ke atas kain kasa yang menutupi
mulut atau hidung pasien, contohnya eter dan trikloretilen.

2. Sistem tertutup, yaitu dengan menggunakan alat khusus yang menyalurkan


campuran gas dengan oksigen dan sejumlah CO, yang dikeluarkan oleh sistem
pernapasan dimasukkan kembali. Karena pengawasan penggunaan anestetik lebih
teliti, cara ini banyak disukai, contohnya siklopropan, NO. dan halotan. 3.
Insuflasi gas, yaitu uap atau gas ditiupkan ke dalam mulut, batang tenggorokan,
atau trakea dengan

memakai alat khusus seperti pada operasi amandel


[16.03, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: ANESTETIK LOKAL

Anestetik lokal (zat penghilang rasa setempat) adalah obat yang pada penggunaan
lokal merintangi secara reverable penerusan impuls saraf ke SSP sehingga
menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri, gatal-gatal, serta rasa panas dan
dingin.

Anestetik lokal yang pertama dikenal adalah kokain dan diperoleh dari
Erythroxylon coca yang dapar

memberikan rasa nyaman serta mempertinggi daya tahan tubuh. Awalnya, di


dunia kedokteran anestetik

lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri setempat oleh kedokteran gigi dan
mata. Karena

kemampuannya merintangi transmisi ke batang otak, obat ini kemudian dipakai


sebagai anestesi blokade

saraf pada pembedahan maupun anestesi spinal/umum. Barulah kemudian dibuat


anestetik lokal sintetis

seperti prokain dan derivatnya seperti lidokain, prilokain, dan bupivakain.

Pada dasarnya

1.S

B
2.

3.L

Se

Ini

Penggunaan Anestetik Lokal

Anestetik lokal umumnya digunakan secara parenteral, misalnya saat pembedahan


kecil ketika pemakaian anestetik umum tidak dibutuhkan. Anestetik lokal dibagi
menjadi 3 jenis, yaitu: 1. Anestetik permukaan, digunakan secara lokal untuk
melawan rasa nyeri dan gatal, misalnya larutan

atau tablet isap untuk menghilangkan rasa nyeri di mulut atau tenggorokan, tetes
mata untuk mengukur tekanan okuler mata atau mengeluarkan benda asing di
mata, salep untuk menghilangkan rasa nyeri akibat luka bakar, dan suppositoria
untuk penderita ambeien/wasir. 2. Anestetik filtrasi, yaitu suntikan yang diberikan
di lokasi yang merupakan tempat ujung sarafnya,

misalnya pada daerah kulit dan gusi (pencabutan gigi).

3. Anestetik blok atau penyaluran saraf, yaitu suntikan yang diberikan di daerah
tempat berkumpulnya

banyak saraf sehingga proses pembiusan akan mencapai daerah anestesi yang
luas, misalnya pada

pergelangan tangan atau kaki.

Di dalam

K
DAN

Umumnya, anestetik lokal yang dipakai adalah dalam bentuk garam klorida yang
mudah larut dalam air. Untuk memperpanjang daya kerjanya, ditambahkan suatu
vasokonstriktor yang dapat menciutkan pembuluh darah sehingga absorpsi akan
diperlambat, toksisitas berkurang, mula kerja (onset) dipercepat dengan khasiat
yang lebih ampuh, dan lokasi pembedahan praktis tidak berdarah, contohnya
adrenalin.

Namun, kombinasi ini tidak boleh digunakan pada jari tangan karena dapat
menyebabkan gangren

(kematian jaringan).
[16.03, 6/3/2023] +62 812-6247-4759: Persyaratan Anestetik Lokal

Anestetik lokal dikatakan ideal apabila memiliki beberapa persyaratan sebagai


berikut Tidak merangsang jaringan.

2. Tidak menyebabkan kerusakan permanen terhadap susunan saraf pasat


Toksisiras sistemiknya rendah.

4 Efektif pada penyuntikan dan penggunaan lokal.

5. Mulai bekerja dengan cepat dan efektivitasnya dapat bertahan dalam jangka
waktu yang lama. 6 Larut dalam air dengan menghasilkan larutan yang stabil dan
tahan panas (berguna dalam proses

Aterilisasi).

Efek Samping Anestetik Lokal

Efek samping penggunaan anestetik lokal terjadi akihar khasiat kardiodepresifnya


(menekan fungsi jantung) dengan jalan menghambat pernapasan dan sirkulasi
darah. Anestetik lokal juga dapat meng- akibarkan reaksi hipersensitivitas berupa
dermatitis alergi atau syok anafilaktik yang dapat menyebabkan kematian.

Penggolongan Anestetik Lokal

Secara kimiawi, anestetik lokal dibagi ke dalam 3 kelompok, yaitu: 1. Senyawa


ester, contohnya kokain, prokain, benzokain, buvakain, tetrakain, oksibuprokain,
lidokain.

bupivakain, mepivakain, dan prilokain. 2. Senyawa amida, contohnya, sinkokain,


dan artikain.

3. Lain-lain, contohnya etil klorida, fenol, dan benzil alkohol..

Selain kokain, semua obat di atas dibuat secara sintetis.


a) Morfin

Indikasi : analgetik selama dan setela

pembedahan, analgetik pada situasi

lain.

Kontraindikasi : Depresi pemapasan akut,


b) Kodein
alkoholisme akut, penyakit perut

akut, peningkatan tekanan otak atau

cedera kepala.

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,

ketergantungan/adiksi, pada dosis

berlebihan dapat menimbulkan

keracunan, dan menyebabkan

kematian.

Sediaan : Sirup 5 mg/5 mL. tablet 10 mg. 30

mg. 60 mg, injeksi 10 mg/ml, 20

mg/ml.
Indikasi : Nyeri ringan hingga sedang, antitusif.

Kontraindikasi : Depresi pernapasan akut, alkoholisme

akut, penyakit perut akut, peningkatan

tekanan otak atau cedera kepala.

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,

ketergantungan/adiksi, pada dosis

berlebihan dapat menimbulkan

keracunan, dan menyebabkan kematian.

Sediaan : Tablet 10 mg, 15 mg, 20 mg.

c) Fentanil

Indikasi : Nyeri kronis pada kanker yang sukar

diatasi

Kontraindikasi : Depresi pernapasan akut,

alkoholisme akut, penyakit perut

akut, peningkatan tekanan otak, atau

cedera kepala.

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,

ketergantungan/adiksi, pada dosis

berlebihan dapat menimbulkan

keracunan, dan menyebabkan

kematian.

Sediaan : Injeksi 50 ug/m, cakram transdermal

10 mg (lama kerja yang panjang).

d) Petidin HCI

Indikasi : Nyeri sedang hingga berat,nyeri


pascabedah.

Kontraindikasi : Depresi pernapasan akut,

alkoholisme akut, penyakit perut

akut, peningkatan tekanan otak, atau

cedera kepala.

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,

ketergantungan/adiksi, pada dosis

berlebihan dapat menimbulkan

keracunan, dan menyebabkan

kematian.

Sediaan : Injeksi 50 mg/mL, tablet 50 mg.

e) Tramadol HCI

Indikasi : Nyeri sedang hingga berat

Kontraindikasi : Depresi pernapasan akut,

alkoholisme akut, penyakit perut

akut, peningkatan tekanan otak, atau

cedera kepala

Efek samping : Mual, muntah, konstipasi,

ketergantungan/adiksi pada dosis

berlebihan dapat menimbulkan

keracunan, dan menyebabkan

kematian.

Sediaan : Injeksi 50 mg/mL, tablet 50 mg.


Nalorfin & Nalokson Merupakan antagonis morfin yang bekerja

meniadakan semua khasiat morfin dan bersifat analgesik.Khusus

digunakan pada kasus overdosis atau intoksikasi analgetik narkotik.

2) Analgetik non-narkotik (analgetik perifer/non-opioid)

Disebut juga analgetik perifer karena tidak memengaruhi susunan

saraf pusat. Semua analgetik perifermemiliki khasiat sebagai antipiretik,

yaitu menurunkan suhu badan pada saat demam. Khasiatnya berdasarkan

rangsangan terhadap pusat pengatur panas di hipotalamus, mengakibatkan

vasodilatasiperifer di kulit dengan bertambahnya pengeluaran kalor disertai

keluarnya banyak keringat, misalnya parasetamol, asetosal, dan lain-lain.

Selain itu, obat tersebut juga berkhasiat sebagai anti-inflamasi dan

antiflogistik.

Berdasarkan rumus kimianya, analgetik perifer digolongkan

menjadi:

1. Golongan salisilat (asetosal, salisilamid, benorilat)

a. Asam asetil salisilat lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin.

b. Diindikasikan untuk sakit kepala, nyeri otot, demam, dan lain-lain.

c. Saat ini asetosal makin banyak dipakai karena sifat antiplateletnya.

Sebagai contoh aspirin dosis kecil digunakan untuk pencegahan

trombosis koroner dan serebral.

d. Efek samping seperti iritasi lambung dan saluran cerna dapat

dikurangi dengan meminum obat setelah makan atau membuat obat

dalam bentuk salut enterik (enteric-coated). Karena salisilat bersifat

hepatotoksik, tidak dianjurkan diberikan pada penderita penyakit hati

yang kronis.
2. Golongan para-aminofenol (parasetamol)

a. Terdiri dari fenasetin dan asetaminofen (parasetamol).

b. Di Indonesia, asetaminofen lebih dikenal dengan nama parasetamol

dan akhir-akhir ini pengunaannya meningkat pesat.

c. Efek analgesik golongan ini sama dengan salisilat, yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan hingga sedang dan

dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam dengan

mekanisme efek sentral. Namun, karena toksisitasnya terhadap hati

dan ginjal, fenasetin saat ini sudah dilarang penggunaannya.

d. Efek samping parasetamol dan kombinasinya pada penggunaan dosis

besar atau jangka lama dapat menyebabkan kerusakan hati.

3. Golongan pirazolon (propifenazon, dipiron)

a. Khasiat fenilbutazon dan turunannya, yaitu sebagai analgesik-

antipiretik saja karena obat golongan ini memiliki efek anti-

inflamasi yang lemah. Fenilbutazon digunakan untuk mengobati

artritis reumatoid.

b. Efek samping semua derivat pirazolon, yaitu dapat menyebabkan

agranulositosis, anemia aplastik,dan trombositopenia.

c. Di beberapa negara, penggunaannya sangat dibatasi bahkan dilarang

karena efek samping tersebut,tetapi di Indonesia frekuensi

pemakaian dipiron cukup tinggi meskipun sudah ada laporan

terjadinya agranulositosis akibat pemakaian obat ini.

4. Golongan antranilat (asam mefenamat, glafenin)

a. Digunakan sebagai analgesik dan anti-inflamasi karena kurang efektif

sebagai antipiretikdibandingkan dengan parasetamol.


b. Efek samping yang mungkin terjadi seperti gejala iritasi mukosa

lambung dan gangguan salurancerna.

5. Golongan lainnya, seperti benzidamin (TANTUM)

3) Anti-inflamasi nonsteroid (AINS)

Nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID)

a) Ibuprofen

(1) Turunan asam propionat yang berkhasiat anti-inflamasi, analgesik,

dan antipiretik

(2) Efek sampingnya lebih kecil dibanding AINS yang lain.

(3) Efek anti-inflamasinya juga agak lemah sehingga kurang sesuai

untuk peradangan sendi hebat seperti gout akut.

b) Diklofenak

(1) Derivat fenilasetat

(2) Antiradangnya terkuat dengan efek samping yang kurang

dibandingkan obat lainnya, seperti piroksikam dan indometasin.

(3) Sering digunakan untuk segala macam nyeri, migrain, dan encok.

c) Indometasin

(a) Daya analgetik dan antiradang sama dengan asetosal

(b) Sering digunakan pada serangan encok akut

(c) Efek samping berupa gangguan lambung-usus, pendarahan

tersembunyi (okult), pusing, tremor, dan lain-lain.

d) Fenilbutazon

(a) Derivat pirazolon ini memiliki khasiat yang lebih kuat daripada

analgesiknya.

(b) Khususnya digunakan sebagai obat reumatik.


(c) Terkadang dimasukkan secara diam-diam (tidak tertera pada etiket)

dalam sediaan oleh pabrik kecil untuk mengatasi letih dan lesu.

e) Piroxicam

(a) Bekerja sebagai antiradang, analgesik, dan antipiretik yang kuat

(b) Digunakan untuk melawan encok

(c) Efek samping berupa perdarahan dalam lambung usus

f) Penghambat COX-2

(a) Selekoksib adalah NSAID pertama dengan khasiat menghambat COX-

2 secara selektif

(b) Efek buruk pada lambung dapat dihindari

(c) Rofekoksib dan Etorikoksib adalah generasi selanjutnya yang

ditemukan belakangan dengan khasiat dan efek yang hampir sama

6. Anti-inflamasi nonsteroid (AINS)/Nonsteroidal anti-inflammatory drug

(NSAID)

AINS adalah analgetik yang memiliki efek analgesik dan juga

anti-inflamasi sehingga obat jenis ini digunakan dalam pengobatan

reumatik dan gout, contohnya ibuprofen, indometasin, diklofenak,

fenilbutazon, dan piroksikam.

Sebagian besar penyakit reumatik membutuhkan pengobatan

simtomatis dalam bentuk analgetik tunggal atau campuran untuk

meredakan rasa nyeri pada penyakit sendi degeneratif, seperti

osteoartritis. Namun, jika nyeri dan kekakuan yang timbul disebabkan

oleh penyakit reumatik yang meradang harus diberikan pengobatan

dengan AINS.

4. Spesialit obat
Tabel 4.1 Spesialit Obat Analgetik-Antipiretik

No. Nama generik Nama Dagang pabrik

1. Morfin sulfat MST Mahakam Beta Farma

CONTINOUS

2. Asetosal ASPIRIN Bayer

(Acidumacetylosalicylicum) ASPILETS UAP

BODREXIN Tempo Scan Pasific

3. Parasetamol PANADOL Sterling

TEMPRA Bristol M

BIOGESIC Biomedis

4. Asam mefenamat PONSTAN Pfizer

(Acidum mefenamicum) MEFINAL Sanbe Farma

5. Antalgin NOVALGIN Sanofi Aventis

(Methampyronum) RONALGIN Dexa Medica

UNAGEN UAP

6. Tramadol TRAMAL Pharos

FORGESIC Bernofarma

KAMADOL Kimia farma

7. Kalium diklofenak/Natrium CATAFLAM Novartis

diklofenak VOLTAREN Novartis

8. Piroksikam FELDENE Pfizer

(Piroxicamum) INDENE Kalbe Farma

9. Meloksikam MELOXIN Interbat

CAMELOC Dexa Medica

10. Fenilbutazon IRGAPAN Dexa Medica


11. Ibuprofen ARTHRIFEN Armoxindo

12. Indometasin BENOCID Bernofarm

CONFORTID Dumex A

13. Selekoksib CELEBREX Actavis

14. Rofekoksib VIOXX Merck

Anda mungkin juga menyukai