II. Tujuan
1. Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
Mengenal macam-macam dispersi koloid.
Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid.
Mengenal koloid dan contohnya.
B. DASAR TEORI
1. SISTEM KOLOID
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar dari larutan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran
partikel antara 1nm-100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi
dapat diamati dengan mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
3. JENIS-JENIS KOLOID
Sistem koloid terdiri atas 2 fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi
(medium dispersi). Berdasarkan jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya koloid
dapat dibedakan menjadi 8 jenis sebagai berikut:
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut
aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat
yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam
bentuk aerosol, seperti hair spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot,
dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong
(propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol.
Koloid jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi
dapat digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan
emulsi air dalam minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
4. SIFAT-SIFAT KOLOID
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-
partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup
besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall(1820-1893), seorang ahli
fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall. Efek tyndall adalah efek
yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari
dengan cahaya,maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya,
sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena
partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut.Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-
partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat
sulit diamati.
2. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang
senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika
kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa
partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair
atau gas, pergerakan partikel- partikel akan menghasilkan tumbukan dengan
partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala
arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi
cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang
menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau
gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat
gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati
dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga
dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar
energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya,
gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian
pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin
lambat.
3. Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain
pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan
partikel. (Catatan : Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Sifat adsorbsi digunakan dalam
proses :
Pemutihan gula tebu.
Norit.
Penjernihan air.
koloid antara obat diare dan cairan dalam usus yang akan menyerap kuman
penyebab diare.
Koloid Fe(OH)3 akan mengadsorbsi ion H+ sehingga menjadi bermuatan +.
Adanya muatan senama maka koloid Fe(OH), akan tolak-menolak sesamanya
sehingga partikel-partikel koloid tidak akan saling menggerombol.
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau
partikel koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan
listrik. Yaitu, pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-
masing elektrode. Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan
asap hasil industri dengan alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan.
Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
2. Gula
3. Kopi
4. Detergen
5. Belerang
6. Terigu
Gula
Kopi
Sabun
Belerang
Terigu
Pratikum 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
Penggumpalan/koagulasi
Koloid
A Agar-agar (sol)
B Susu (emulsi)
2. Praktikum 2
3. Praktikum 3
4. Praktikum 4
G. KESIMPULAN