KOLOID
Disusun oleh:
Ardianti Kusumawati
Ardika Gustomi
Merlin Erisza
Ni Nyoman Ervalna
Prasnadya Avivah Hertanti
Tressya Lonica Yemeima Dara
I. Topik
Mengenal sistem koloid
Mengamati efek tyndall
Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid
Memperagakan pembuatan koloid
II. Tujuan
1. Pratikum 1 (Mengenal sistem koloid)
Mengenal macam-macam dispersi koloid.
Mengenal larutan sejati, suspensi kasar, dan koloid.
Mengenal koloid dan contohnya.
B. DASAR TEORI
Koloid atau dispersi koloid (sistem koloid) adalah sistem dispersi dengan ukuran partikel
yang lebih besar dari laritan tapi lebih kecil dari suspensi, dengan ukuran partikel antara 1nm-
100nm sehingga tidak bisa diamati dengan mata telanjang tetapi dapat diamati dengan
mikroskop dengan tingkat pembesaran yang tinggi.
2.2 SUSPENSI, LARUTAN, DAN KOLOID
1. Suspensi, merupakan sistem dispersi dengan partikel yang berukuran relatif besar tersebar
merta di dalam medium pendispersinya. Pada umumnya sistem dispersi merupakan campuran
yang heterogen.
2. Larutan, merupakan system dispersi yang ukuran partikel-pertikelnya sangat kecil,
sehingga tidak dapat dibedakan (diamati) antara partikel pendispersi dengan partikel
terdispersi walaupun menggunkaan mikroskop ultra.
3. Koloid. Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahsa Yunani berarti “lem”. Istilah
koloid pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Graham (1861) berdasarkan pengamatannya
terhadap gelatin yang merupakan kristal tetapi sukar mengalami difusi. Padahal umumnya
kristal mudah mengalami difusi. Oleh karen itu, zat semacam gelatin ini keudian disebut
koloid. Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya merupakan
sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar dari larutan tetapi lebih kecil dari
suspensi.
1. Aerosol
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol.
Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi
berupa zat cair, disebut aerosol cair. Banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti hair
spray, obat nyamuk semprot, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol
diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol).
2. Sol
Sistem koloid dari pertikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid
jenis sol banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
3. Emulsi
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair disebut emulsi. Syarat
terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat
digolongkan kedalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam
minyak (A/M).
4. Buih
Sistem koloid dari gas yang tedispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya
dengan emulsi,untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih.
5. Gel
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID
4. Elektroforesis
Elektroforesis adalah suatu proses untuk menghitung berpindahnya ion atau partikel
koloid bermuatan dalam medium cair yang dipengaruhi oleh medan listrik. Yaitu,
pergerakan partikel-partikel koloid dalam medan listrik ke masing-masing elektrode.
Prinsip kerja elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap hasil industri dengan
alat Cottrell.
5. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koloid akan
mengalami koagulasi dengan cara:
1. Larutan homogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu
dan tidak dapat di bedakan, meskipun menggunakan mikroskop ultra
2. Larutan heterogen, adalah jenis larutan yang antara zat terlarut dan zat pelarut menyatu
dan dapat di bedakan, meskipun secara kasat mata.
BAB II METODOLOGI
1. ALAT
1. Praktikum 1
Gelas kimia
Kertas saring
Corong
Spatula kaca
2. Praktikum 2
Gelas kimia
Lampu senter
Spatula kaca
3. Praktikum 3
Mangkok plastik
Pengaduk
Panci masak
Pemanas
4. Praktikum 4
Lumpang porselen dan alu
Gelas kimia 100 Ml
Tabung reaksi dan rak
Pembakar spiritus
Pengaduk kaca
Kaki tiga dan kasa kawat
Gelas ukur 100 mL
Cawan porselen
Labu erlenmeyer
Pipet tetes
Neraca
1. BAHAN
1. Praktikum 1
Larutan gula
Larutan kopi
Larutan deterjen
Larutan susu
Larutan Urea
Larutan terigu
2. Praktikum 2
Larutan gula
Larutan kopi
Larutan deterjen
Larutan susu
Larutan Urea
Larutan terigu
3. Praktikum3
Agar-agar
Air
Cuka (CH3COOH)
4. Susu cair
4. Praktikum 4
Gula pasir
Serbuk belerang
Agar-agar
Minyak makan
Larutan FeCl3 jenuh
Larutan sabun
Air suling
B. LANGKAH KERJA
1. Praktikum 1
Masing-masing gelas kimia diisi dengan 15 ml larutan gula, 15 ml susu cair, dan
15 ml larutan kopi bubuk, dan dilakukan hal yang sama pada larutan yang lain.
Setelah beberapa menit, larutan tersebut di saring dan di tampung filtratnya
dalam gelas kimia yang kosong. Perubahan yang terjadi lalu diamati.
2. Praktikum 2
Isi gelas kimia masing-masing dengan 100 ml larutan gula, 100 ml susu cair, dan
100 ml larutan kopi bubuk dan lakukan hal yang sama pada larutan yang lain.
Lalu senterlah larutan gula tersebut. Amati apa yang terlihat melalui lubang
pengamatan.
Ulangi langkah 2 untuk susu cair, susu cair, dan campuran air dan kopi bubuk
sebagai pengganti larutan gula.
3. Praktikum 3
1) Percobaan A : Penggumpalan Sol Menjadi Gel karena Perubahan Suhu
Campurkan agar-agar dan air dalam panci masak. Aduk hingga mendidih ( sesuai
petunjuk pada bungkusnya ).
Tuangkan agar-agar cair yang panas (sol) ke dalam mangkok, dan biarkan dingin
pada suhu ruang.
Amati dan catat perubahan yang terjadi pada sol agar-agar.
2) Percobaan B : Penggumpalan Koloid karena Perubahan Keasaman (pH)
Tuangkan 250 mL susu cair ke dalam mangkok.
Tambahkan 1 sendok makan (15 mL) cuka (CH 3COOH) ke dalam
mangkok yang berisi susu.
Amati dan catat perubahan yang terjadi pada susu.
4. Praktikum 4
1) Percobaan A : Pembuatan Sol dengan Cara Dispersi
a. Sol belerang dalam air
Campurkan satu bagian gula dengan satu bagian belerang, dan gerus
dengan alu dan lumpang sampai halus.
Ambil satu bagian campuran dan campurkan dengan satu bagian gula,
lalu gerus sampai halus.
Ulangi langkah nomor 2 sampai empat kali. Ambil 1 bagian campuran
keempat, dan tuangkan campuran itu ke dalam gelas kimia yang berisi
50 mL air. Kemudian aduk campuran ini. Amati hasilnya.
b. Sol agar-agar dalam air
Ambil agar-agar sebanyak 2 spatula kaca dan larutkan ke dalam
gelas kimia yang berisi 25 mL air mendidih.
Dinginkan campuran itu dan perhatikan apa yang terjadi. Cara
ini disebut peptisasi.
2) Percobaan B : Pembuatan Sol dengan Cara Kondensasi
Panaskan 50 mL air dengan gelas kimia 100 mL sampai
mendidih.
Tambahkan FeCl3 jenuh setetes demi setetes sambil diaduk
hingga larutan menjadi merah coklat. Amati hasilnya.
3) Percobaan C : Pembuatan Emulsi
Masukkan 1 mL minyak tanah dan 5 mL air ke dalam suatu
tabung reaksi. Guncangkan tabung dengan keras setelah terlabih
dahulu disumbat dengan tutup gabus atau karet. Letakkan tabung
reaksi di rak.
Masukkan 1 mL minyak tanah, 5 mL air, dan 15 tetes larutan
sabun kedalam tabung reaksi lain. Guncangkan tabung dengan
kuat dan letakkan di rak. Amati kedua tabung reaksi tersebut.
BAB III HASIL PENGAMATAN
Setelah didiamkan
No. Sampel Jenis sampel Setelah disaring
Filtrat Residu
Larut, Tidak
4. Detergen Koloid Keruh Ada
stabil
Susu
Gula
Kopi
Sabun
Belerang
Terigu
Pratikium 3 (Mengamati adsorpsi dan koagulasi pada koloid)
Koloid Penggumpalan/koagulasi
b. Campuran air, minyak makan, Minyak makan dapat tercampur dengan
dan sabun (emulsi) air
B. ANALISA DATA
1. Praktikum 1
Jika mencampurkan air dengan susu instant dan detergen , ternyata kedua larutan itu larut
tetapi larutan itu tidak bening melainkan keruh. Jika didiamkan campuran susu tidak akan
memisah dan juga tidak dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
keruh. Secara makroskopis campuran ini tampak homogen. Akan tetapi, secara
mikroskopis partikel-partikelnya yang tersebar di dalam air masih dapat dibedakan.
Campuran seperti inilah yang dinamakan koloid. Dan jika didiamkan campuran detergen
tidak akan memisah dan juga dapat dipisahkan dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap
keruh. Campuran seperti ini juga yang dinamakan koloid. Pada campuran susu dengan
air, fase terdispersinya adalah lemak, sedangkan medium pendispersinya adalah air.
Jika mencampurkan air dengan gula dan belerang, ternyata kedua larutan itu larut dan
bening. Jika didiamkan campuran itu tidak akan memisah dan juga tidak dapat dipisahkan
dengan penyaring. Hasil penyaringan tetap bening. Secara makroskopis campuran ini
tampak homogen dan secara mikroskopis partikel-partikelnya tersebar di dalam air tidak
dapat dibedakan. Campuran seperti inilah yang dinamakan larutan.
Saat mencampurkan air dengan kopi, kopi tidak larut dalam air. Walaupun campuran ini
diaduk, lambat laun kopi akan memisah dan mengendap di dasar gelas. Campuran ini
bersifat heterogen dan merupakan sistem dua fase. Campuran ini dapat dipisahkan dengan
penyaringan. Campuran seperti ini dinamakan suspensi.
2. Pratikum 2 :
Pada percobaan tersebut dapat diketahui bahwa pada larutan gula dan larutan belerang,
berkas sinar yang berasal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan
lurus tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut. Oleh karena itu larutan gula dan
larutan belerang tergolong larutan sejati.
Sedangkan pada campuran detergen dan susu berkas sinar yang berasal dari senter yang
kemudian melewati larutan detergen dan susu akan dihamburkan dan menimbulkan
berkas sinar pada layar dan menyebar, berkas cahaya yang melalui larutan ini dapat
diamati dari arah samping. Hal ini disebabkan karena partikel-partikelnya mempunyai
ukuran partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Oleh karena itu larutan detergen dan susu tergolong koloid. Sebaliknya, pada larutan
sejati, ukuran partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya
sedikit dan sangat sulit diamati
3. Pratikum 3 :
Agar-agar termasuk sol. Perubahan yang terjadi setelah dipanaskan yaitu timbul
penggumpalan dari sol menjadi gel dan apabila ditinjau dari terdispersinya agar-agar
terdispersi dalam air. Susu termasuk dalam elmusi. Perubahan yang terjadi setelah diberi
cuka terbentuk gumpalan-gumpalan susu, dan warna menjadi semakin keruh. Hal ini
disebut proses Adsorpsi, dimana terjadi peristiwa penyerapan suatu zat sehingga partikel
zat tersebut menempel pada bidang penyerapannya.Apabila ditinjau dari terdispersinya
susu termasuk emulsi minyak dalam air.
4. .Pratikum 4 :
Pada percobaan A, Pembuatan sol belerang menggunakan cara dispersi yaitu dengan
tenggelam dalam air. Belerang yang telah dihaluskan bersama gula akan membentuk
butiran yang ukurannya menyerupai koloid. Kemudian campuran dilarutkan dalam air
sehingga menghasilkan koloid jenis sol.
Untuk pembuatan agar-agar digunakan cara peptisasi. Cara peptiasi ini menggunakan zat
pemeptiasi (pemecah) yaitu air dengan dipanaskan untuk memecah molekul-molekul
besar dalam hal ini serbuk agar-agar supaya menjadi molekul-molekul kecil ukuran
koloid. Setelah air dan agar-agar sudah menyatu sepenuhnya kemudian didinginkan
sejenak. Maka jadilah sol padat yaitu agar-agar.
Ternyata terjadi proses koagulasi penggumpalan muatan koloid. sehingga, partikel sol
Fe(OH)3 berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif. Jika partikel
koloid berkumpul dielektrode positif berarti koloid bermuatan negatif, jika partikel koloid
berkumpul dielektrode negatif bearti koloid bermuatan positif.
Pada percobaan C, Minyak dan air adalah emulsi (cair bertemu cair namun bersifat
antagonis/ tolak – menolak) sehingga tidak bisa larut dalam air. Kedudukan minyak
berada di permukaan air, hal ini disebabkan oleh massa jenis minyak yang lebih kecil dari
pada massa jenis air.
Agar minyak larut dalam air maka ditambahkan emulgator yaitu larutan sabun.
Kemudian air dan minyak tersebut dapat bercampur. Sabun disebut sebagai emulgator
karena dapat menggabungkan dua buah fese yang tidak bisa bersatu.
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Meskipun ketiganya berupa campuran dua zat atau lebih, ternyata dari ketiga
campuran dalam percobaan memiliki perbadaan dari segi bentuk, sifat, ukuran,
serta fasenya yang dikelompokan ke dalam tiga macam jenis dispersi, yaitu
dispersi halus (larutan), dispersi koloid, dan dispersi kasar (suspensi).
Campuran yang berupa larutan yaitu memiliki sifat larut, bening, mengalami satu
fase (homogen), stabil, tidak dapat disaring.
Campuran yang berupa suspensi yaitu larutan tersebut memiliki sifat tidak larut
meskipun diaduk dan didiamkan, keruh, mengalami dua fase, tidak stabil,
larutannya heterogen, dan dapat dipisahkan dengan penyaring.
Campuran yang berupa koloid yaitu memiliki sifat larut dalam air, keruh,
mengalami dua fase, tidak dapat dipisahkan dengan penyaringan, hasil
penyaringan tetap keruh. Secara pengelihatan makroskopis, campuran ini tampak
homogen, tetapi sebenarnya bersifat heterogen.
3. Sol adalah sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair
disebut sol. Gel adalah koloid yang wujudnya berada diantara padat dan cair yang
dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium
dispersinya sehingga terjadi koloid yang agak padat. Agar-agar cenderung masuk
dalam jenis koloid berupa sol. Emulsi adalah sistem koloid yang fase terdispersi
dan medium pendispersinya zat cair sistem koloid dari zat cair yang terdispersi
dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah kedua jenis
zat cair itu tidak saling melarutkan.
4. Ada beberapa cara dalam membuat koloid, yaitu cara kondensasi dan cara
dispersi. Cara kondensasi yaitu dengan menggabungkan partikel-partikel halus
menjadi lebih kasar melalui suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini dapat
dilakukan dengan cara hidrolisis. Sedangkan cara dispersi yaitu dengan memecah
partikel-partikel kasar menjadi partikel yang lebih halus atau partikel koloid.