Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KIMIA TENTANG
LARUTAN ELEKTROLIT, REAKSI OKSIDASI DAN
REDUKSI SERTA TATA NAMA SENYAWA

Oleh :
LAURA DE LACOSTA
HELEN GABRIELA
DESIANTI NATALIA
ADEL APRILIA IRAWANTI
CHIKA CEILI

SMA NEGERI 1 KALUKKU


Tahun 2019/2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,

Kami ucapkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang

larutan elektrolit, Reaksi Oksidasi dan Reduksi serat Tata Nama Senyawa

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami

menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam

pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan

baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan

terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki

makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang

membacanya. Sekiranya, makalah yang telah disusun dapat bermanfaat untuk menambah

ilmu dan wawasan untuk kami dan orang pembacanya. Sebelumnya kami mohon maaf

apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan

saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 5

A . Larutan Elektrolit dan Larutan Nonelektrolit .......................................................... 5

1. Larutan Elektrolit .............................................................................................. 6

a. Larutan Elektrolit Kuat ..................................................................................... 8

b. Larutan Elektrolit Lemah .................................................................................. 9

2. Larutan Non-Elektrolit .................................................................................... 11

2. Sifat Daya Hantar Listrik dalam Larutan ........................................................ 13

3. Cara Larutan Elektrolit Menghantarkan Arus Listrik ..................................... 15

4. Sumber Ion dalam Larutan Elektrolit.............................................................. 20

a. Senyawa Ionik ................................................................................................ 20

b. Senyawa Kovalen Polar .................................................................................. 22

B. REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

a. Konsep Reaksi Redoks

b. Reaksi Redoks berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen

c. Reaksi Redoks berdasarkan Bilangan Oksidasi

d. Pereduksi dan Pengoksidasi

C. TATA NAMA SENYAWA

a. Tata Senyawa Anorganik

b. Tata Senyawa Organik

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 23

1. Simpulan.................................................................................................................. 23

2. Saran ........................................................................................................................ 24

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25


BAB I
PENDAHULUAN
Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah
zat yang terdispersi ( tersebar secara merata ) dalam zat pelarut. Zat terlarut mempunyai
jumlah yang lebih sedikit dalam campuran. Ini biasa di sebut dengan solute. Sedangkan zat
pelarut adalah zat yang mendispersi atau ( fase pendispersi ) komponen – komponen zat
terlarut. Zat pelarut mempunyai jumlah yang lebih banyak dalam campuran. Zat pelarut di
sebut solvent. Pelarut tidak harus cairan, tetapi dapat berupa padatan atau gas asal dapat
melarutkan zat lain. Sistem semacam ini disebut sistem dispersi. Untuk sistem dispersi, zat
yang berfungsi seperti pelarut disebut medium pendispersi, sementara zat yang berperan
seperti zat terlarut disebut dengan zat terdispersi (dispersoid).
Zat-zat yang dilarutkan dapat memiliki sifat-sifat yang sama atau berbeda dengan
sifat-sifat zat sebelum dicampurkan. Contoh, NaCl adalah zat padat ionic yang jika dilarutkan
dalam pelarut air, sifat kovalennya hilang yang kemudian berubah menjadi ionik.
Beberapa sifat yang terkait dengan pencampuran zat untuk membentuk larutan
diantaranya adalah larutan elektrolit dan non elektrolit, sifat koligatif larutan yang bergantung
pada molaritas zat bukan pada jenisnya, dan sifat yang lebih penting adalah kesamaan atau
kebebasan suatu larutan.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat
dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utama yang
terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat
terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang
molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat
bercampur dengan sesamanya, karena itu campuran gas adalah larutan.
Jenis-jenis larutan

1. Gas dalam gas – seluruh campuran gas


2. Gas dalam cairan – oksigen dalam air
3. Cairan dalam cairan – alkohol dalam air
4. Padatan dalam cairan – gula dalam air
5. Gas dalam padatan – hidrogen dalam paladium
6. Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
7. Padatan dalam padatan – alloys

Pada larutan ataupun sistem dispersi, zat terlarut dapat berupa padatan, cairan atau
gas. Bahkan bila zat terlarut adalah cairan, tidak ada kesulitan dalam membedakan peran
pelarut dan zat terlarut bila kuantitas zat terlarut lebih kecil dari pelarut. Namun, bila
kuantitas zat terlarut dan pelarut, sukar untuk memutuskan manakah pelarut mana zat terlarut.
Dalam kasus yang terakhir ini, Anda dapat sebut komponen 1, komponen 2, dst.
Tabel 1.1
Zat terlarut Pelarut Contoh
Gas Gas Udara, semua campuran gas
Gas Cair Karbon dioksida dalam air
Gas Padat Hidrogen dalam platina
Cair Cair Alkohol dalam air
Cair Padat Raksa dalam tembaga
Padat Padat Perak dalam platina
Padat Cair Garam dalam air

Suatu zat dikatakan larutan jika campuran antara zat terlarut dan pelarutnya bersifat
homogen. Artinya tidak terdapat batas antar komponennya, sehingga tidak dapat dibedakan
lagi antara zat pelarut (air) dan terlarutnya. Beda halnya dengan air kopi, masih terdapat
perbedaan antara keduanya, walaupun secara kasat mata, airnya sudah berubah warna
menjadi hitam. Hal ini juga berlaku untuk campuran antara pasir dan air. Anda bisa
menambahkan sendiri contoh-contonya. Untuk air kopi kita menyebutnya sebagai larutan
heterogen/campuran .
BAB II
PEMBAHASAN
A. Larutan Elektrolit dan Larutan Non-Elektrolit
Dalam pelarut air, zat padat dapat berada dalam keadaan ion-ion maupun molekul-
molekulnya. Jika NaCl terlarut dalam air, masing-masing ion Na+ dan ion Cl- terhidrasi oleh
molekul-molekul air dan bergerak secara bebas keseluruh medium larutan. Jika glukosa atau
etanol larut dalam air, zat-zat tersebut tidak terdapat dalam bentuk ion, melainkan sebagai
molekul. Zat-zat yang didalam air membentuk ion-ion dinakan zat elektrolit, dan larutannya
dinamakan larutan elektrolit, sebaliknya, zat-zat yang didalam pelarut air berupa molekul
disebut zat nonelektrolit dan larutan yang terbentuk dinamakan larutan nonelektrolit.1[2]
Alat untuk menguji apakah larutan itu bersifat elektrolit atau tidak disebut elektrolit
tester.
Masukan dua batang logam, (misalkan tembaga) kedalam larutan. Keduanya tidak
bersentuhan dan masing-masing dihubungkan dengan katub arus listrik searah.2[3]
Secara eksperimen berdasarkan daya hantar listriknya, Larutan dapat dibedakan menjadi
Larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit. Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat
menghantarkan arus listrik, sedangkan larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat
menghantarkan arus listrik.
1. Larutan Elektrolit
Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa menyalanya lampu pada alat uji atau timbulnya gelmbung gas
dalam larutan .Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke
dalam larutan elektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu)
disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu menyala. Ini
membuktikan bahwa pada gambar listrik mengalir melalui larutan elektrolit. Beberapa
macam larutan elektrolit yaitu berupa asam, basa kuat dan garam.
Dalam keadaan murni, asam merupakan senyawa kovalen tetapi jika dilarutkan didalam
air akan terurai menjadi ion-ion.
HCl(aq) + H2O(l) → H3O+(aq) + Cl-(aq)
Umumnya, basa merupakan senyawa ionic, kecuali NH3 adalah basa yang dalam keadaan
murni berupa senyawa kovalen dan didalam air terurai menjadi ion-ionnya.
NH3(g) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq)
Semua garam merupakan merupakan senyawa ionic. Jika garam dilarutkan didalam
air, ion-ion garam akan melepaskan diri dari kisi-kisi Kristal yang selanjutnya terhidrasi di
dalam pelarut air.
NaCl-(s) + H2O(l) → Na+(aq) + Cl-(aq) 3[4]
Berdasarkan daya hantar listriknya, larutan elektrolit dapat dibedakan menjadi larutan
elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Elektrolit kuat dengan daya hantar yang besar.
Contohnya larutan asam kuat, basa kuat dan garam. Dan elektrolit lemah, yaitu larutan
dengan daya hantar yang lemah.
Tabel contoh larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah dan non-elektrolit.
Elektolit Kuat Elektrolit lemah
HCl CH2COOH
H2SO4 HF
HNO3 HNO2
HClO4 NH3

a. Larutan Elektrolit Kuat


Pada larutan elektrolit kuat, seluruh molekulnya terurai menjadi ion-ion (terionisasi
sempurna). Karena banyak ion yang dapat menghantarkan arus listrik, maka daya hantarnya
kuat. pada persamaan reaksi, ionisasi elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke
kanan, dengan harga derajat ionisasi adalah satu (α = 1).
Yang tergolong elektrolit kuat adalah :
1) Asam kuat, antara lain: HCl, HClO3, HClO4, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.
2) Basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, antara lain : NaOH, KOH,
Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang mempunyai kelarutan tinggi, antara lain : NaCl, KCl, KI, Al2(SO4)3
dan lain-lain.
Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :
1. Nyala lampu terang
2. Menghasilkan banyak ion
3. Molekul netral pada larutan hanya sedikit/tidak ada sama sekali
4. Penghantar listrik yang baik
5. Gelembung gas banyak
6. α = 1 atau terionisasi dengan sempurna
+ -
Contoh : NaCl → Na + Cl

b. larutan Elektrolit Lemah


Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang dapat memberikan nyala redup ataupun
tidak menyala, tetapi masih terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Hal ini disebabkan
tidak semua terurai menjadi ion-ion (ionisasi tidak sempurna) sehingga dalam larutan hanya
ada sedikit ion-ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Dalam persamaan reaksi, ionisasi
elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik), dengan harga derajat ionisasi
lebih dari nol tetapi kurang dari satu (0 < α < 1).
Yang tergolong elektrolit lemah adalah:
1) Asam lemah, antara lain: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
2) Basa lemah, antara lain: NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain.
3) Garam-garam yang sukar larut, antara lain: AgCl, CaCrO4, PbI2
Ciri – ciri larutan elektrolit kuat :
1. Nyala lampu redup
2. Menghasilkan sedikit ion
3. Molekul netral dalam larutan banyak
4. Terionisasi hanya sebagian kecil
5. Penghantar listrik yang buruk
6. Gelembung gas sedikit
7. 0 < α < 1 atau terionisasi sebagian
- +
Contoh : CH3COOH CH3COO + H

2. Larutan Non-Elektrolit
Larutan nonelektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dengan
memberikan gejala berupa tidak ada gelembung dalam larutan atau lampu tidak menyala pada
alat uji. Larutan yang menunjukan gejala – gejala tersebut pada pengujian tergolong ke dalam
larutan nonelektrolit.
Setelah semua alat(kabel, larutan elektrolit,elektroda, lampu holder dan bola lampu)
disusun, dan kemudian dihubungkan ke sumber listrik, terlihat lampu tidak menyala. Ini
membuktikan bahwa pada gambar tidak mengalir melalui larutan non elektrolit.
Larutan non elektrolit merupakan larutan yang dibentuk dari zat non elektrolit.
Sedangkan zat non elektrolit itu sendiri merupakan zat-zat yang di dalam air tidak terurai
dalam bentuk ion-ionnya, tetapi terurai dalam bentuk molekuler.
Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:
1. Larutan urea
2. Larutan sukrosa
3. Larutan glukosa
4. Larutan alkohol dan lain-lain
Sebagai tambahan, larutan non elektrolit memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Tidak menghasilkan ion
2. Semua dalam bentuk molekul netral dalam larutannya
3. Tidak terionisasi
4. Jika dilakukan uji daya hantar listrik: tidak menghasilkan gelembung, dan lampu tidak
menyala
5. Derajat ionisasi = 0
Tabel pengujian daya hantar listrik beberapa larutan
Nyala Lampu Gelembung Gas
Larutan
Ada Tidak ada Ada Tidak Ada
Larutan Ureautan – √ – √
Larutan Anomia – √ √ –
Laruran HCL √ – √ –
Larutan Cuka – √ √ –
Air aki √ – √ –
Larutan alcohol – √ – √
Air laut √ – √ –
Larutan H2S – √ √ –
Air Kapur √ – √ –
Larutan Glukosa – √ – √

2. Sifat Daya Hantar Listrik dalam Larutan

Larutan tergolong ke dalam campuran homogen yang terdiri dari pelarut dan zat
terlarut. Pelarut -pelarut yang biasa digunakan adalah air. Sedangkan zat terlarut terdiri dari
berbagai senyawa ion maupun kovalen. sifat daya hantar listrik zat yang terlarut dalam air
dapat diketahui dengan uji nyala

Gambaran Bentuk Molekul Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit.


Jenis
Sifat dan Pengamatan Lain Contoh Senyawa Reaksi Ionisasi
Larutan
- Terionisasi sempurna NaCl —> Na+ + Cl-
- Menghantarkan arus NaOH —> Na+ + OH-
Elektrolit NaCl, NaOH, H2SO4, HCl,
listrik H2SO4 —> H+ + SO42-
Kuat dan KCl
- Lampu menyala terang HCl —> H+ + Cl-
- Terdapat gelembung gas KCl —> K+ + Cl-
Elektolit - Terionisasi sebagian CH3COOH, N4OH, HCN, CH3COOH –> H+ +
Lemah - Menghantarkan arus dan Al(OH)3 CH3COOH-
listrik HCN –> H+ + CN-
- Lampu menyala redup Al(OH)3 –> Al3+ +
- Terdapat gelembung gas OH-
- Tidak terionisasi
- Tidak menghantarkan C6H12O6 C6H12O6
Non arus listrik C12H22O11 C12H22O11
Elektrolit - Lampu tidak menyala CO(NH2)2 CO(NH2)2
- Tidak terdapat C2H5OH C2H5OH
gelembung gas

3. Cara Larutan Elektrolit Menghantarkan Arus listrik

Teori ionisasi

Pada Tahun 1887, seorang ilmuwan Swedia yang bernama Svante August Arrhenius
mengemukakan sebuah teori yang menjelaskan mengapa larutan elektrolit dapat
menghantarkan arus listrik. Menurutnya, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik,
karena dalam larutan elektrolit tersebut terdapat ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion
inilah yang dapat menghantarkan arus listrik. Untuk lebih memahami teori Arhennius ini,
coba perhatikan gambar di atas!
Berdasarkan gambar di atas terlihat bahwa arus listrik mengalir melalui larutan
elektrolit(CuCl2) yang ditandai dengan bergeraknya jarum amperemeter. Hal ini dikarenakan
larutan tersebut terion menjadi ion Ca2+ yang bergerak menuju katoda dan ion Cl- yang
bergerak menuju anoda.
Berdasarkan gambar pertama terlihat bahwa larutan elektrolit kuat (NaCl) terion sempurna
menjadi ion Na+ dan Cl- sehingga dapat menghidupkan lampu dengan terang karena jumlah
ion yang banyak. Sedangkan pada gambar ke dua terlihat larutan elektrolit
lemah(CH3COOH) terion sebagian menjadi ion CH3COO- dan ion H+ dan sebagian dalam
bentuk CH3COOH Karena jumlah ion yang sedikit maka lampu menyala dengan redup.
Daya hantar listrik pada larutan elektrolit kuat, lemah dan non elektrolit merupakan
kekuatan elektrolit yang dinyatakan dengan derajat ionisasi (α). Secara matematis dinyatakan
dengan persamaan berikut
α = mol zat yang terionisasi
mol zat mula-mula.
Berdasarkan persamaan diatas dan kegiatan sebelumnya :
Jika α = 1, maka zat terionisasi sempurna dan merupakan latutan elektrolit kuat.
Jika 0< α <1, maka zat terionisasi sebagian dan merupakan larutan elektrolit lemah.
Jika α = 0, maka zat tidak terionisasi dan merupakan larutan non elektrolit

Larutan elektrolit dapat menghantarkanarus listrik sedangkan larutan nonelektrolit


tidak menghantarkan arus listrik. Hantaran listrik larutan disebabkan oleh partikel bermuatan
yang disebut ion. Ion positif tertarik ke katoda (-) dan ion negative ke anoda (+). Totalnya
merupakan perpindahan muatan dari suatu kutub ke kutub lain. Karena adanya perbedaan
muatan. Aliran ion inilah yang menyebabkan larutan elektrolit dapat menghantarkan arus
listrik.
Listrik dapat mengalir dari dua medium, yaitu logam dan larutan. Dalam logam,
listrik diantarkan oleh electron bermuatan negatif yang bergerak sehingga disebut penghantar
elektronik. Dalam larutan, listrik dihantrakan oleh ion yang bergerak dan disebut penghantar
elektronik.4[5]
Perubahan suatu senyawa menjadi ion-ion dalam suatu larutan disebut proses ionisasi.
Proses ionisasi merupakan salah satu cara menunjukan pembentukan ion-ion, umumnya
ditulis tanpa melibatkan molekul air atau pelarut, namun terkadang molekul air dituliskan
juga. Misalnya HCl yang dilarutkan dalam air dapat ditulis dalam dua persamaan:
HCl →H+ + Cl–
HCl + H2O →H3O+ + Cl–
CH3COOH →H+ + CH3COO–
CH3COOH + H2O →H3O+ + CH3COO–
Pada mulanya hantaran listrik larutan ditentukan dengan mengukur kuat arus yang
melalui larutan. Kemudian diketahui bahwa cara ini mengandung kesalahan, karena arus
listrik dalam larutan menimbulkan polariasi, yaitu penumpukan ion pada elektroda. Ini dapat
diatasi dengan arus bolak balik dan mengukur tahanan larutan.
Senyawa seperti glukosa, etanol, gula tebu dan larutan urea dalam bentuk padatan,
lelehan maupun larutan tidak dapat menghantarkan arus listrik karena tidak mengalami
ionisasi atau tetap dalam bentuk molekul.

4. Sumber Ion Dalam Larutan Elektrolit


Ion-ion yang timbul dalam larutan elektrolit terdiri dari dua sumber yaitu senyawa
ionik dan senyawa kovalen polar.
a. Senyawa ionik
Senyawa ionik tersusun atas ion-ion sekalipun dalam dalam bentuk padat atau
kering.Misalnya NaCl dan NaOH. NaCl tersusun dari ion Na+ dan ion Cl¯ sedangkan NaOH
tersusun dari ion Na+ dan ion OH–.
Senyawa-senyawa ionik dalam keadaan padat tidak dapat menghantarkan arus listrik
karena ion-ion yang terikata dengan kuat, sehingga tidak ion-ion tersebut tidak mengalami
mobilisasi ketika diberi beda potensial. Namun apabila senyawa ionik dilarutkan dalam
pelarut polar misalnya air, maka senyawa ionik adalah suatu elektrolit. Hal ini disebabkan
ion-ion yang awalnya terikat kuat pada kisi terlepas kemudian segera masuk dan menyebar
dengan air sebagai medium untuk bergerak.
Perlu diketahui bahwa semua senyawa ionik yang yang dapat larut dalam pelarut
polar seperti air dan lelehan senyawa ionik merupakan suatu elektrolit.Tetapi lelehan
senyawa ionik memiliki daya hantar listrik yang lebih baik dibanding larutannya.
Hal ini disebabkan susunan ion-ion dalam lelehan senyawa ionik lebih rapat
dibanding dalam bentuk larutan, sehingga ion-ion yang ada lebih mudah atau lebih cepat
bergerak menuju anoda dan katoda ketika diberi beda potensial.
Ion dalam air dapat dibentuk dengan tiga cara, yaitu :
1. Zat terlarut adalah senyawa ion, seperti NaCl dan K2SO4
2. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion, seperti HCl dan H2SO4
3. Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga membentuk ion positif dan
negatif, seperti NH3 dan CO2.
b. Senyawa Kovalen Polar
Senyawa-senyawa kovalen baik kovalen polar maupun nonpolar dalam keadaan
murni tidak dapat menghantarkan arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar dapat
menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.Hal ini disebabkan
senyawa kovalen polar dalam pelarut yang sesuai mampu membentuk ion-ion.
Misalnya senyawa kovalen polar mampu membentuk ion di dalam air sehingga dapat
menghantar arus listrik.Tetapi senyawa kovalen polar tidak mampu membentuk ion di dalam
benzena sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik.HCl, NH3 dan CH3COOH
merupakan beberapa contoh senyawa kovalen polar.

B. REAKSI OKSIDASI DAN REDUKSI

a. . Konsep Reaksi Redoks

Reaksi redoks dipandang sebagai hasil dari perpindahan atom oksigen dan hidrogen. Oksidasi
merupakan proses terjadinya penangkapan oksigen oleh suatu zat. Sementara itu reduksi
adalah proses terjadinya pelepasan oksigen oleh suatu zat. Oksidasi juga diartikan sebagai
suatu proses terjadinya pelepasan hidrogen oleh suatu zat dan reduksi adalah suatu proses
terjadinya penangkap hidrogen. Seiring dilakukannya berbagai percobaan, konsep redoks
juga mengalami perkembangan.

Munculah teori yang lebih modern yang hingga saat ini masih dipakai.

Pada teori ini disebutkan bahwa:

1. Oksidasi adalah proses yang menyebabkan hilangnya satu atau lebih elektron dari
dalam zat. Zat yang mengalami oksidasi menjadi lebih
2. Reduksi adalah proses yang menyebabkan diperolehnya satu atau lebih elektron oleh
suatu zat. Zat yang mengalami reduksi akan menjadi lebih Teori ini masih dipakai
hingga saat ini. Jadi proses oksidasi dan reduksi tidak hanya dilihat dari penangkapan
oksigen dan hidrogen, melainkan dipandang sebagai proses perpindahan elektron dari
zat yang satu ke zat yang lain (Arifatun Anifah Setyawati, 2009).

b. Reaksi Redoks berdasarkan Penggabungan dan Pelepasan Oksigen


1. Reaksi Oksidasi

Reaksi oksidasi didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi antara suatu zat dan oksigen
sehingga membentuk senyawa yang mengandung oksigen. Misalnya (Nana Sutresna, 2007 );

a. Reaksi Pengaratan Besi

Besi (Fe) mula-mula bereaksi dengan oksigen dan uap air menghasilkan senyawa yang
mengandung oksigen (Fe2O3. 2H2O) yang disebut karat.

Reaksinya:

4Fe(s) + 3O2(g) → 2Fe2O3(s)

b. Perubahan minyak goreng menjadi tengik. Reaksi ini disebabkan karena asam lemak yang
ada pada minyak bereaksi dengan oksigen, sehingga minyak tersebut teroksidasi sehingga
berbau tidak enak.

c. Pembakaran; pembakaran kertas, pembakaran lilin, pembakaran minyak tanah, atau elpiji
dalam rumah tangga, dan pembakaran glukosa dalam tubuh.

2. Reaksi Reduksi

Reaksi reduksi merupakan kebalikan dari reaksi oksidasi, yaitu reaksi pelepasan oksigen dari
suatu zat yang mengandung oksigen. Misalnya (Nana Sutresna, 2007 );

a. Reaksi Fotosintesis

Pada reaksi fotosintesis, tumbuhan menggunakan karbon dioksida, air, dan matahari untuk
menghasilkan zat gula dan oksigen. Reaksinya yaitu;

6CO2 + 6H2O → C6H12O6 + 6O2

b. Reaksi pengolahan bijih besi

Bijih besi mengandung atom oksigen (Fe2O3). Untuk memisahkan oksigen dari bijih besi,
bijih tersebut direaksikan dengan karbon dan dipanaskan. Sehingga dihasilkan CO2 dan besi
murni. Reaksinya yaitu;

2Fe2O3(s) + 3C(s) → 4Fe(s) + 3CO2(g)

c. . Reaksi Redoks berdasarkan Bilangan Oksidasi

Bilangan oksidasi atau tingkat oksidasi merupakan nilai muatan atom dalam suatu molekul
atau ion. Biloks atau b.o ini dapat berharga positif atau negatif. Ada atom yang hanya
memiliki satu biloks, ada pula yang memiliki lebih dari satu biloks. Prinsip reaksi redoks
berdasarkan perubahan biloks terkait dengan pelepasan dan penerimaan elektron dalam suatu
reaksi redoks yang menyebabkan perubahan biloks unsur-unsur yang terdapat di dalamnya.
Reaksi redoks terjadi jika dalam reaksi tersebut terjadi perubahan bilangan oksidasi.

Reaksi auto redoks atau reaksi disproporsionasi yaitu reaksi yang terjadi jika terdapat satu zat
yang mengalami reaksi reduksi sekaligus reaksi oksidasi. Jadi, zat tersebut mengalami
penambahan sekaligus pengurangan bilangan oksidasi (Nana Sutresna, 2007 ).
d. Pereduksi dan Pengoksidasi

Partikel akan bersifat pengoksidasi bila ia mempunyai kecenderungan menarik elektron dari
partikel lain, yaitu unsur elektronegatif (seperti oksigen, halogen dan H+) dan senyawa yang
mengandung unsur elektronegatif (seperti HNO3). Partikel bersifat pereduksi bila mempunyai
elektron yang terikat lemah, sehingga mudah lepas dan ditarik oleh partikel lain. Dari sifat
periodik unsur diketahui bahwa unsur yang demikian adalah unsur elektropositif atau logam (

C. TATA NAMA SENYAWA

Setiap senyawa perlu mempunyai nama spesifik. Seperti halnya penamaa unsur, pada
mulanya penamaan senyawa didasarkan pada berbagai hal, seperti nama tempat, nama orang,
atau sifat tertentu dari senyawa yang bersangkutan.

Dewasa ini, jutaan senyawa telah dikenal dan tiap tahun ditemukan ribuan senyawa baru,
sehingga diperlukan cara untuk pemberian nama. Oleh karena itu mustahil bagi kita untuk
menghapalkan jutaan nama dan setiap nama berdiri sendiri, tanpa kaitan antara yang satu
dengan yang lainnya. Dalam sistem penamaan yang digunakan sekarang, nama senyawa
didasarkan pada rumus kimianya. Kita akan membahas cara penamaan senyawa yang terdiri
dari dua dan tiga jenis unsur.

a. Tata nama Senyawa Anorganik

Tata Nama Senyawa Anorganik yang dipelajari pada pokok bahasan ini adalah:

1. Tata nama senyawa Biner


2. Tata nama senyawa Ion
3. Tata nama senyawa Terner

a. Tata nama senyawa biner

1. Logam + Non Logam

a. Penaman senyawa biner mengikuti urutan berikut :

Bi – Si – As – C – P – N – H – S – I – Br – Cl – O – T

b. Tuliskan nama unsur logam tanpa modifikasi apa pun, kemudian diikuti nama unsur non
logam dengan akhiran “ida”.

Contoh : NaCl = Natrium klorida

c. Unsur – unsur logam dengan bilangan oksidasi lebih dari satu jenis, maka bilangan
oksidasinya ditulis dengan angka romawi.

Contoh : CrO = Kromium (II) oksida

2. Non Logam + Non Logam

a. Satu Jenis Senyawa

Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur
dengan bilangan oksidasi positif baru kemudian diikuti unsur dengan bilangan oksidasi
negatif + ida.
Contoh : HCl = Hidrogen klorida

H2S = Hidrogen sulfida

b. Lebih dari Satu Jenis Senyawa

Cara penulisan rumus dan senyawanya yaitu dengan menuliskan terlebih dahulu unsur
dengan bilangan oksidasi positif diikuti unsur dengan awalan mono / di / tri…../ deka dan
akhiran “ida”.

Contoh : CO2 = Karbon dioksida

NO2 = Nitrogen dioksida

b. Tata Nama Senyawa Ion

Senyawa ion terdiri atas suatu kation dan suatu anion. Kation umumnya adalah ion logam
sedangkan anion dapat berupa anion non logam. Berikut ini beberapa contoh senyawa ion.

Kation Anion Rumus Senyawa Ion


Na+ Cl– NaCl
K+ OH– KOH
+ 2-
Na SO4 Na2SO4

Beberapa Jenis Kation

No Rumus Nama ion


+
1. Na Natrium
2. K+ Kalium
3. Mg2+ Magnesium
2+
4. Ca Kalsium
2+
5. Ba Barium

Beberapa Jenis Anion

No Rumus Nama ion


1 OH– Hidroksida
2 O2- Oksida

3 F Fluorida
4 Cl– Klorida
5 PO43- Fosfat

c. Tata Nama Senyawa Terner

Senyawa terner sederhana meliputi asam, basa, dan garam. Asam, basa, dan garam adalah
tiga kelompok senyawa yang paling terkait satu dengan yang lain. Reaksi asam dengan basa
menghasilkan garam.

1. Tata Nama Asam


Rumus asam terdiri atas atom hidrogen dan suatu anion yang di sebut sisa asam. Akan tetapi
perlu diingat bahwa asam adalah senyawa molekul, bukan senyawa ion.

Contoh : H3PO4

Nama asam : asam fosfat

Rumus sisa asam : PO43-

2. Tata Nama Basa

Basa adalah zat yang didalam air dapat menghasilkan ion OH–. Pada umumnya basa adalah
senyawa ion yang terdiri dari kation logam dan anion OH–. Nama basa sama dengan nama
kationnya yang diikuti kata hidroksida.

Contoh : NaOH (Natrium Hidroksida)

Ca(OH)2 (Kalsium Hidroksida)

3. Tata Nama Garam

Garam adalah senyawa ion yang terdiri dari kation basa dan anion sisa asam. Rumus dan
penamaannya sama dengan senyawa ion.

Kation Anion Rumus Garam Nama Garam


+ –
Na NO3 NaNo3 Natrium Nitrat
2+ –
Ca NO3 Ca(NO3)2 Kalsium Nitrat
Al3+ SO4– Al2(SO4)3 Aluminium Sulfat
Cu2+ S2- CuS Tembaga (II) sulfida

b. Tata Nama Senyawa Organik

Senyawa organik adalah senyawa – senyawa karbon dengan sifat – sifat tertentu. Senyawa
organik mempunyai tata nama khusus. Selain nama sistematis, banyak senyawa organik
mempunyai nama lazim atau nama dagang.

Beberapa di antaranya berikut ini :

1. CH4
2. CO(NH2)2
3. CH3COOH
4. C6H12O6
5. C12H22O11

Jumlah senyawa organik sangat banyak dan tata nama senyawa organnik lebih kompleks
karena tidak dapat ditentukan dari rumus kimianya saja tetapi dari rumus struktur dan gugus
fungsinya. Disini hanya dibahas tata nama senyawa organik yang sederhana saja
AB III
PENUTUP
11. Simpulan
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

1. Larutan yang dapat menghantarkan listrik disebut larutan elektrolit, sedangkan larutna
yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan non elektrolit.
2. Berdasarkan daya hantarnya larutan elektrolit dibedakan menjadi larutan elektrolit
kuat dan elektrolit lemah.
3. Jika diuji dengan elektrolit, maka pada larutan elektrolit kuat akan terlihat gejala yaitu
lampu menyala terang dan banyak gelembung gas. Sedangkan larutan elektrolit lemah
akan memperlihatkan gejala lampu yang redup dan terdapat gelembung gas atau
hanya terdapat gelempbung gas tanpa nyala lampu. Larutan non elektrolit mempunyai
gelembung gas dan tidak membuat lampu menyala.
4. Kekuatan elektrolit dapat diukur dengan menggunakan derajat ionisasi (α). Jika
5. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena adanya ion-ion yang
bergerak bebas.
6. Zat elektrolit kuat dalam air menggion secara sempurna, sedangkan zat elektrolit
lemah hanya mengion sebagian.
7. Zat elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar yang mengalami
pengionan.

22. Saran
 Untuk Kampus
Diharapkan penambahan buku lebih banyak lagi dalam pembahasan larutan elektrolit dan non
elektrolit.
 Untuk Dosen
Diharapkan ibu/bapak bisa menjelaskan rinci lagi mengenai larutan elektrolit dan non-
elektrolit.
 Untuk Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengetahui dan mempelajari lebih dalam tentang larutan elektrolit dan
larutan non-elektrolit.
DAFTAR PUSTAKA

http://idrissetiawanalwysclever-skiripsi.blogspot.co.id/2012/07/makalah-kimia-larutan-

elektrolit-dan.html

http://izhaashari.blogspot.co.id/2014/06/makalah-kimia-larutan-elektrolit-dan.html

https://zonaliakimiapasca.wordpress.com/kimia-kelas-x/semester-2/1-larutan-elektrolit-dan-

non-elektrolit/49-2/

S, Syukri. Kimia Dasar 2. 1999. Bandung: ITB

Sunarya, Yayan. Kimia Dasar 2. 2012. Bandung: CV. YRama Widya

Anda mungkin juga menyukai