Anda di halaman 1dari 8

Reaksi Penguraian Ester

Ester merupakan kelompok senyawa organik yang memiliki rumus umum RCOOR1. Ester
termasuk turunan asam karboksilat yang gugus –OH dalam rumus RCOOH diganti oleh
gugus –OR1. Ester dibuat dengan mereaksikan alkohol atau fenol dengan asam karboksilat
kemudian direfluks. Fenol yaitu senyawa organik dimana gugus -OH langsung terikat pada
cincin benzena. Reaksi pembuatan ester disebut esterifikasi dan reaksi yang terjadi
disebut reaksi esterifikasi Fischer.

Reaksi esterifikasi merupakan reaksi reversibel yang sangat lambat, tetapi bila menggunakan
katalis asam mineral seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam klorida (HCl) kesetimbangan akan
tercapai dalam waktu yang cepat.

Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung terutama pada halangan sterik dalam
alkohol dan asam karboksilatnya. Kekuatan asam dari asam karboksilat hanya memainkan
peranan kecil dalam pembentukan ester. Untuk alasan sterik, urutan reaktivitas alkohol untuk
reaksi esterifikasi adalah metanol > alkohol 1° (primer)> alkohol 2° (sekunder) > alkohol 3°
(tersier).

Contoh Reaksi Esterifikasi


Contoh reaksi ini adalah reaksi antara asam asetat dan etanol membentuk etil asetat.
Reaksinya adalah:

Mekanisme Reaksi Esterifikasi


Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian
tahap protonasi dan esterifikasi deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol
nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang
dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi:
Perhatikan bahwa dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O asam
karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.

Reaksi ini bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester, kesetimbangan
harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah menggunakan salah
satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain yaitu membuang salah satu
produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik).

Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan
menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu
merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi)
akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik
digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau
klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak
dapat balik.

Ester fenil umumnya tidak dibuat dengan secara langsung dari fenol dan karboksilat karena
kesetimbangan cenderung asam bergeser ke sisi pereaksi daripada produk. Ester fenil dapat
diperoleh dengan menggunakan derivat asam yang lebih reaktif.
Reaksi-reaksi ester
a. Reaksi hidrolisis

Reaksi hidrolisis ester dalam suasana asam menghasilkan asam karboksilat dan alkohol,
namun bila reaksi hidrolisis dilangsungkan dalam suasana basa diperoleh garam karboksilat
dan alkohol. Hidrolisis ester dengan basa dise4but reaksi Penyabunan (Saponifikasi).

b. Reaksi dengan Amonia

Produk reaksi antara ester dengan amonia adalah suatu amida dan suatu alkohol. Contoh :
reaksi antara etil asetat dengan amonia menghasilkan asetamida dan etanol.

CH3COOC2H5 + NH3 → CH3CONH2 + C2H5OH

c. Transesterifikasi

Jika suatu ester direaksikan dengan suatu alkohol maka akan diperoleh ester baru dan alkohol
baru. Reaksi ini disebut reaksi transesterifikasi yang dapat berlangsung dalam suasana asam
dan basa mengikuti pola umum berikut ini.

RCOOR1 + R”OH ↔ RCOOR” + R1OH

Reaksi diatas disebut transesterifikasi karena terjadi pertukaran antara gugus alkil dalam –
OR1 pada ester dengan gugus alkil dalam ikatan R”O.
Contoh reaksi antara suatu trigliserida dengan metanol.
d. Reaksi dengan pereaksi Grignard

Reaksi antara suatu ester dengan pereaksi Grignard merupakan cara istimewa dalam
pembuatan alkohol tersier. Pola umum dari reaksi ini adalah sebagai berikut.

Bila keton yang diperoleh di atas direaksikan lebih lanjut dengan R’’MgX maka pada
akhirnya diperoleh suatu alkohol terseir menurut persamaan reaksi berikut ini.

Mekanisme penguraian ester


1. Reaksi Saponifikasi
 Pengertian Saponifikasi

Saponifikasi adalah reaksi pembentukan sabun, yang biasanya dengan bahan awal lemak dan
basa. Nama lain reaksi saponifikasi adalah reaksi penyabunan. Dalam pengertian teknis,
reaksi saponifikasi melibatkan basa (soda kaustik NaOH) yang menghidrolisis trigliserida.
Trigliserida dapat berupa ester asam lemak membentuk garam karboksilat.

 Saponifikasi Trigliserida

Minyak sayuran dan lemak hewani merupakan bahan utama untuk reaksi saponifikasi.
Trigliserida dapat diubah menjadi sabun dalam proses satu atau dua tahap. Pada proses satu
tahap, trigliserida diperlakukan dengan basa kuat yang akan memutus ikatan ester dan
menghasilkan garam asam lemak dan gliserol. Proses ini digunakan dalam industri gliserol.
Dengan cara ini, sabun juga dihasilkan dengan pengendapan. cara Peristiwa ini disebut
dengan salting out oleh Nacl jenuh.

 Angka Penyabunan

Dalam reaksi saponifikasi, dikenal dengan angka saponifikasi atau angka penyabunan. Angka
penyabunan adalah jumlah basa yang diperlukan untuk dapat melangsungkan saponifikasi
terhadap sampel lemak.

 Mekanisme Hidrolisis Basa

Mekanisme pemutusan ikatan ester oleh basa melibatkan reaksi kesetimbangan. Anion
hidroksida menyerang gugus karbonil ester. Produk intermediet disebut dengan ortoester.

Pemutusan alkoksida menghasilkan asam karboksilat

Alkoksida lebih basa daripada basa konjugat dari asam karboksilat. Dengan demikian,
transfer proton menjadi lebih cepat.

2. Reaksi Transesterifikasi
 Pengertian Reaksi Transesterifikasi

Transesterifikasi adalah reaksi pertukaran gugus organik R1 suatu ester dengan gugus
organik R2 suatu alkohol (R adalah alkil). Reaksi ini sering dikatalisis dengan
penambahan katalis asam atau basa. Reaksi dapat diselesaikan dengan bantuan enzim
(biokatalis) khususnya lipase.

Asam kuat mengkatalisis reaksi dengan mendonasikan sebuah proton pada gugus
karbonil, sehingga membuatnya menjadi elektrofil kuat. Sedangkan katalis basa
mengkatalisis reaksi dengan melepaskan sebuah proton dari alkohol, sehingga
menjadikannya nukleofilik.

 Mekanisme Reaksi

Pada mekanisme transesterifikasi, karbon karbonil dari ester awal (RCOOR1) mengalami
serangan nukleofilik oleh alkoksida (R2O-) untuk menghasilkan intermediet tetrahedral,
yang bisa saja berubah menjadi bahan awal (reaktan) maupun produk reaksi (RCOOR2).
Berbagai spesies yang ada dalam kesetimbangan, dan distribusi produk tergantung pada
energi relatif dari reaktan dan produk.

 Mekanisme basa
1. Nukleofil diserang oleh alkoksida

2. Pelepasan gugus pergi

 Mekanisme asam
1. Protonasi karbonil oleh asam. Karbonil diaktifasi terhadap serangan nukleofil

2. Nukleofil menyerang karbonil


3. Transfer proton

4. Pelepasan gugus pergi

5. Deprotonasi

Karena kedua reaktan dan produk adalah ester dan alkohol, reaksi bersifat reversibel (dapat
balik) dan konstanta kesetimbangan nilainya Akibatnya, prinsip Le Chatelier telah digunakan
untuk mendorong mendekati satu. reaksi sampai selesai. Cara termudah untuk melakukannya
adalah dengan menggunakan alkohol sebagai pelarut.

 Manfaat

Beberapa aplikasi dan kegunaan reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut:

1. Produksi poliester
Aplikasi skala terbesar reaksi ini adalah dalam sintesis poliester. Diester mengalami
transesterifikasi untuk dengan membentuk makromolekul. Sebagai contoh, diol dimetil
tereftalat dan etilen glikol bereaksi membentuk polietilen tereftalat dan metanol, yang
diuapkan untuk mendorong reaksi ke depan.

2. Metanolisis dan produksi biodiesel


Reaksi kebalikannya yaitu metanolisis juga merupakan contoh dari transesterifikasi.
Proses ini telah digunakan untuk mendaur ulang poliester menjadi monomer individu. Hal
ini juga digunakan untuk mengkonversi lemak (trigliserida) menjadi biodiesel.

3. Transesterifikasi tekanan tinggi


Transesterifikasi dengan katalis basa ditandai dengan volume aktivasi negatif (kira-kira
-12 cm³) dan oleh karena itu proses lebih cepat di bawah kondisi tekanan tinggi. Telah
terbukti bahwa alkoholisis berkatalis amina dari ester berhalangan sterik (misalnya gugus
terlindung, kiral) berlangsung cepat pada suhu kamar di bawah tekanan 10 kbar,
memberikan hasil kuantitatif.

Anda mungkin juga menyukai