Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERSIAPAN PENYEMPURNAAN

Pengaruh Variasi NaOH Pada Proses Pengelantangan dengan Cara Oksidator Menggunakan
Metoda Perendaman pada Kain Kapas

Disusun oleh :

Nama anggota : 1. Diva Mustopa

2. Hanifah Eka P

3. Indri Nur A

4. Kiffan Rizky R

Dosen : 1. Ikhwanul Muslim, S.ST., M.T.

2. Eka O., S.ST., M.T.

3. Yayu E. Y., S.ST.

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. MAKSUD & TUJUAN
1.1.1. Maksud
Melakukan praktikum persiapan penyempurnaan dengan proses selanjutnya yaitu
proses pengelantangan (Bleaching), yang dimaksudkan untuk memecah ikatan
rangkap yang terdapat dalam pigmen-pigmen.
1.1.2. Tujuan
Untuk mengetahui derajat putih pada kain contoh uji pada proses pengelantangan.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Serat Kapas
Serat kapas mempunyai bentuk penampang melintang yang sangat bervariasi dari elips
sampai bulat. Tetapi pada umumnya berbentuk seperti ginjal. Bentuk membujur serat kapas
adalah pipih seperti pita yang terpuntir. Bentuk penampang melintang dan membujur serat kapas
dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Penampang Melintang Penampang Membujur

Gambar 2.1 Bentuk Morfologi Serat Kapas

2.1.1 Struktur Molekul


Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n , dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan
glukosa telah lama dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan
asam klorida encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa.
Glukosa diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi
(sudut), dan struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu α-
glukosa dan β-glukosa seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Struktur Molekul Glukosa

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan bahwa


struktur kimia dari selulosa adalah seperti pada Gambar 2.3 sebagai berikut.

Gambar 2.3 Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa

2.1.2 Sifat Fisika

1. Warna Kapas
Warna kapas pada umumnya sedikit krem. Beberapa kapas yang seratnya
panjang, warnanya lebih krem dari pada jenis kapas yang serat-seratnya lebih
pendek. Tumbuhnya jamur pada kapas sebelum pemetikan menyebabkan warna
putih kebiru-biruan yang tidak bisa dihilangkan dalam pengelantangan.

2. Kekuatan
Kekuatan serat kapas sangat dipengaruhi oleh kadar selulosa yang
dikandungnya. Dalam keadaan basah serat kapas akan memiliki kekuatan yang lebih
besar dibandingkan dengan serat ketika dalam keadaan kering. Kekuatan serat kapas
dalam keadaan kering berkisar 3,2 - 5,2 g/denier dan dalam keadaan basah lebih
tinggi lagi.

3. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi di antara serat-serat selulosa alam
yang lainnya. Mulur serat kapas berkisar antara 4 – 13% tergantung dari jenis serat
kapasnya dan rata-rata mulurnya adalah 7%.

4. Moisture Regain
Serat kapas memiliki afinitas yang besar terhadap air, dan air memiliki pengaruh
yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar, rapuh
dan kekuatannya rendah. Moisture Regain (MR) serat kapas bervariasi sesuai dengan
perubahan kelembaban relatif tertentu. MR kapas pada kondisi standar berkisar
antara 7 – 8,5%.

5. Berat Jenis
Berat jenis serat kapas adalah 1,50 sampai 1,56.

2.1.3 Sifat Kimia


1. Pengaruh asam
Selulosa tahan terhadap asam lemah, sedangkan terhadap asam kuat akan
menyebabkan kerusakan. Asam kuat akan menghidrolisa selulosa yang mengambil
tempat pada jembatan oksigen penghubung sehingga terjadi pemutusan rantai molekul
selulosa (hidroselulosa). Rantai molekul menjadi lebih pendek dan menyebabkan
penurunan kekuatan tarik selulosa. Reaksi hidroselulosa dapat dilihat pada Gambar 2.4
berikut ini :
CH2OH H OH
H O H
H O OH H
O OH H H H O
H
O
H OH CH2OH

Hidrolisa

CH2OH H OH
H O
H H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH

CH2OH H OH
H O OH
H OH H
C OH H
O OH H O H O
H
O
H OH CH2OH
Gambar 2.4 Reaksi Hidroselulosa

2. Pengaruh alkali
Alkali mempunyai pengaruh pada kapas. Alkali kuat pada suhu rendah akan
menggelembungkan serat kapas seperti yang terjadi pada proses merserisasi,
sedangkan pada suhu didih air dan dengan adanya oksigen dalam udara akan
menyebabkan terjadinya oksiselulosa.

3. Pengaruh panas
Serat kapas tidak memperlihatkan perubahan kekuatan bila dipanaskan
pada suhu 120˚C selama 5 jam, tapi pada suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan
penurunan kekuatan. Serat kapas kekuatannya hampir hilang jika dipanaskan pada
suhu 240OC.

4. Pengaruh oksidator
Oksidator dapat mengoksidasi selulosa sehingga terjadi oksiselulosa, rantai
molekul selulosa terputus dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya oksiselulosa
lanjutan yang mengubah gugus aldehid menjadi gugus karboksilat. Pada oksidasi
sederhana dalam suasana asam tidak terjadi pemutusan rantai, hanya terjadi
pembukaan cincin glukosa. Pengerjaan lebih lanjut dengan alkali akan mengakibatkan
pemutusan rantai molekul sehingga kekuatan tarik akan turun. Oksiselulosa terjadi
pada proses pengelantangan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 140OC.

CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H O OH OH
H H
H O
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH
Gambar 2.5 Reaksi Oksiselulosa

2.2 Pengelantangan (Bleaching)

Pengelantangan adalah menghilangkan warna kekuningan-kuningan yang ada pada bahan tekstil
(raw material) yang disebabkan oleh karena adanya pigmen-pigmen alam, sehingga diperoleh bahan
yang putih.

Pigmen-pigmen alam ini belum hilang pada proses sebelumnya (pemasakan). Pigmen alam
merupakan senyawa organik yang mempunyai ikatan rangkap, dan dapat dioksidasi menjadi senyawa
yang lebih sederhana atau direduksi menjadi senyawa-senyawa yang mepunyai ikatan tunggal,
sehingga menjadi tidak berwarna. Dengan demikian dihasilkan bahan tekstil yang putih.

Dalam pertekstilan dapat dipakai dua jenis pengelantang, yaitu yang bersifat oksidator
dan yang bersifat reduktor. Zat pengelantang yang bersifat oksidator pada umumnya
digunakan untuk pengelantangan serat-serat selulosa dan beberapa diantaranya dapat pula
dipakai untuk serat-serat sintetis. Sedangkan zat-zat pengelantang yang bersifat reduktor
hanya dapat dipakai untuk serat-serat protein (binatang).

Zat pengelantang yang bersifat oksidator dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu yang
mengandung chlor, misalnya Natrium hypochlorit (NaOCl), kaporit (CaOCl 2), atau textone (NaClO2)
dan yang tidak mengandung chlor, misalnya Hydrogen peroksida (H 2O2), Natrium peroksida
( Na2O2), Natrium perborat (NaBO 3), Kalium bichromat (K2Cr2O7),dan kalium permanganat
(KMnO4).

2.3 Mekanisme pengelantangan


Warna alam yang terdapat pada serat, tidak dapat dihilangkan dengan jalan pemasakan.
Warna alam tersebut adalah kekuning-kuningan, terdiri dari senyawa organik yang
mempunyai ikatan rangkap.
Ikatan rangkap tersebut dengan zat pengelantang dapat dioksidasi atau direduksi,
terpecah menjadi senyawa yang lebih sederhana dan mempunyai ikatan tunggal sehingga
tidak berwarna. Hasil dari pengelantangan tersebut adalah perubahan warna dari kekuningan
menjadi putih. Warna putih tersebut masih belum benar, sehingga setelah pengelantangan
perlu dilanjutkan dengan pengerjaan pemutih optik, yaitu dengan penambahan zat pemutih
optik. Zat tersebut mengabsorbsi sinar ultra violet yang tidak dapat dilihat oleh mata, dan
memancarkan kembali pada daerah spektrum yang dapat ditangkap oleh mata yaitu antara
biru sampai violet.
Proses pengelantangan ini dilakukan dengan cara merendam bahan dengan suatu larutan
yang mengandung zat pengelantang yang bersifat oksidator maupun zat pengelantang yang
bersifat reduktor. Senyawa – senyawa organik dalam bahan yang mempunyai ikatan rangkap
dioksidasi atau direduksi menjadi ikatan tunggal atau senyawa yang lebih sederhana,
sehingga bahan menjadi putih.
Pengelantangan dengan H2O2
Zat pengelantangan ini dipakai untuk pengelantangan kapas, rayon, wol dan sutera.
Pengelantangan dengan suasana alkali. Untuk sutera pada ph larutan lebih kecil daripada
untuk kapas, sedangkan untuk wol ph lebih kecil lagi, agar mencegah kerusakan pada serat.
Pengelantangan pada kapas dilakukan pada ph alkali, maka dapat dilakukan sserempak
dengan pemasakannya, sehingga waktu pengerjaan dapat dipersingkat. Pada ph yang sama
tanpa penggunaan stabilisator H2O2 lebih cepat terurai sehingga pengelantangan tidak rata,
oleh sebab itu diperlukan penambahan stabilisator. Pemakaian zat pembasah diperlukan juga
untuk mempertinggi penyerapan dan kerataan.
.

 Pengaruh pH
Penguraian garam-garam hypochlorit sangat dipengaruhi oleh pH, pada berbagai pH
penguraiannya adalah sebagai berikut :

o Pada pH > 10 hypochlorit berada sebagai NaOCl atau Ca(OCl) 2.


o Pada pH 5 < pH < 8,5 larutan mengandung terbanyak HOCl bebas.
o pH < 5 Pembebasan Cl2 mulai mengambil bagian.
o pH < 3 seluruh HClO terurai menjadi Cl2.
Reaksi yang terjadi adalah :

HOCl  H+ + OCl-

HOCl + H+ + Cl-  Cl2 + H2O


Fraksi dari hypochlorit sebagai HOCl bebas makin besar bila pH diturunkan.

Pada pH alkali, HOCl yang terbentuk dinetralisir.

HOCl + NaOH  NaOCl

Sesudah penetralan itu efek NaOH adalah menambah inti sehingga reaksi :

NaOCl + H2O  NaOH + HOCl

Ca(OCl)2 + 2 H2O  Ca(OH)2 + 2 HOCl

Bergeser kekiri sehingga larutan menjadi lebih stabil.

2.4 Peroksida
Dikenal bermacam-macam peroksida yaitu hydrogen peroksida atau perhidrol (H 2O2), Natrium
peroksida (Na2O2) dan Barium (Ba2O2).

Dalam pengelantangan yang sering dipakai adalah hydrogen peroksida karena kemampuannya
melepaskan oksigen maka sangat efektif dipakai untuk pengelantangan.

Reaksi : H2O2  H2O + On

Hydrogen peroksida dapat pula bertindak sebagai reduktor bila berhubungan dengan
senyawa-senyawa yang mudah melepaskan oksigen, misalnya :
Ag2O + H2O2  2 Ag + H2O + O2

2 Fe2O3 + 2 H2O2  4 FeO + 2 H2O + O2

Penguraian hydrogen peroksida dipengaruhi oleh beberapa faktor.

 Pengaruh pH
Hydrogen peroksida stabil dalam suasana asam. Dalam suasana alkali, mudah terurai, melepaskan
oksigen. Makin besar pH, penguraian makin cepat.

 Pengaruh suhu
Penguraian H2O2 juga dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah, pembebasan oksigen sangat
kecil. Pengelantangan biasanya dilakukan pada suhu 80-85 0C. Diatas suhu tersebut penguraian
sangat cepat.

 Pengaruh stabilisator
Stabilisator berguna untuk memperlambat penguraian walaupun pada pH dan suhu tinggi. Dalam
pengelantangan biasanya digunakan stabilisator Natrium silikat (Na 2SiO3), Magnesium oksida
(MgO) atau Magnesium hidroksida (Mg(OH)2), Mg silikat, Na-metafosfat, Na-trifosfat, glue dan
lain-lain.

2.5 Metoda
Metoda yang digunakan yang dilakukan pada proses pengelantangan yaitu :

1. Metode perendaman/Exhaust

Pada metoda ini kain direndam dalam larutan penghilangan kanji pada suhu dan waktu
tertentu, metoda ini merupakan proses kontinyu.

2. Metoda rendam-peras-bacam/Pad-batching
Metoda ini termasuk metoda semi-kontinyu. Pada larutan dalam mesin padder kemudian
diperas dan digulung pada rol, kemudian dibungkus plastik dan dibacam/diperam sambil diputar
selama waktu tertentu.

3. Metoda rendam-peras-kukus/pad- steaming


Metoda ini termasuk metoda kontinyu, pada metoda ini kain setelah direndam pada
larutan dalam mesin padder kemudian diperas dan di kukus pada suhu 105 0C selama kurang lebih
10 menit.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Alat dan Bahan

 Alat :
- Mesin padder
- Kasa + kaki tiga + Bunsen
- Pengaduk
- Beaker glass/keramik
- Timbangan digital
 Bahan :
- Kain tenun
- H2O2
- NaOH 38oBe
- Zat pembasah
- Stabilizer

3.2. Diagram alir


1. Cara perendaman

Timbang kain & zat sesuai resep

Larutkan zat pengelantangan

Proses pengelantangan

Kain dicuci panas & dingin

3.3. pengeringan Resep


ml
H2O2 : 20
l
g g g g
NaOH 38oBe : 5 ,7 ,8 , 10
l l l l
Evaluasi kain
ml
Zat pembasah : 1
l
ml
Stabilizer : 1
l
Suhu : kamar
Waktu : 30 menit
Vlot : 1 : 30

3.4. Skema Proses


CH3COOH
H2O2&Teepol NaOH 80oC

30oC

5 35 40 500

3.5. Fungsi Zat


- H2O2 : sebagai zat pengelantang
- NaOH 38oBe : sebagai pengatur ph
- Zat pembasah : menurunkan tegangan permukaan pada kain
3.6. Data percobaan dan
perhitungan zat

1 (Diva) 2 (Hanifah) 3 (Indri) 4 (Kiffan)


Berat Awal 5,5800 gram 5,791 gram 5,46 gram 5,85 gram

1. Perhitungan Diva
30 ml
Jumlah larutan : 5,800 x =167,4 ml
1 gr
g
8
o
NaOH 38 Be : l x 167,4=1,3392 gram
1000
ml
20
H2O2 : l
x 167,4=3,348 ml
1000
ml
1
Stabilizer : l
x 167,4=0,1674 ml
1000
ml
1
Pembasah : l
x 167,4=0,1674 ml
1000
Kebutuhan air : 167,4 – ( 3,348 + 0,1674 + 0,1674 )
= 163,717 ml

2. Perhitungan Hanifah
30 ml
Jumlah larutan : 5,791 x =173,73 ml
1 gr
g
7
o
NaOH 38 Be : l x 173,73=1,216 gram
1000
ml
20
H2O2 : l
x 173,73=3,47 ml
1000
ml
1
Stabilizer : l
x 173,73=0,173 ml
1000
ml
1
Pembasah ; l
x 173,73=0,173 ml
1000
Kebutuhan air : 173,73 – ( 3,47 + 0,173 + 0,173 )
= 173,73 – 3,816
= 169,914 ml

3. Perhitungan Indri
30 ml
Jumlah larutan : 5,46 x =163,8 ml
1 gr
g
5
o
NaOH 38 Be : l x 163,8=0,81 gram
1000
ml
20
H2O2 : l
x 163,8=3,27 ml
1000
ml
1
Stabilizer : l
x 163,8=0,16 ml
1000
ml
1
Pembasah : l
x 163,8=0,16 ml
1000
Kebutuhan air : 163,8 – ( 3,27 + 0,16 + 0,16 )
= 163,8 – 3,59
= 160,21 ml

4. Perhitungan Kiffan
30 ml
Jumlah larutan : 5,85 x =175,5 ml
1 gr
g
10
o
NaOH 38 Be : l x 175,5=1,755 gram
1000
ml
20
H2O2 : l
x 175,5=3,55 ml
1000
ml
1
Stabilizer : l
x 175,5=0,1755 ml
1000
ml
1
Pembasah : l
x 175,5=0,1755 ml
1000
Kebutuhan air : 175,5 – (3,55+0,1755+0,1755)
= 171,639 ml
BAB IV
DISKUSI

Evaluasi data perbandingan kain contoh uji sebelum dan sesudah praktikum

No Kain Uji Poin Poin Poin Poin Jumlah


.
1. NaOH 5 g/l 1 1 1 1 4

2. NaOH 7 g/l 1 1 1 1 4

3. NaOH 8 g/l 1 1 1 1 4
4. NaOH 10 g/l 1 1 1 1 4

Setelah dilakukan percobaan, terjadi perubahan pada kain contoh uji setelah dibleaching
yaitu derajat putih kainnya meningkat. Karena pada proses bleaching menggunakan oksidator
yang dapat mengoksidasi pigmen alam pada kain contoh uji sehingga pigmen alam tersebut
hilang dari kain. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

H2O2  H2O + On

Zat yang divariasikan yaitu NaOH dan efek pada kain contoh uji yang terlihat sama saja. Derajat
putih setiap kainnya rata dan tidak ada yang lebih putih. NaOH tidak mempengaruhi derajat
putih suatu kain karena fungsinya dalam proses bleaching hanya untuk menggelembungkan
seratnya agar mudah teroksidasi oleh hidrogen peroksida.
BAB V
KESIMPULAN

Setelah dilakukan praktikum, variasi dari NaOH tidak berpengaruh pada derajat putih
kain. NaOH hanya berfungsi sebagai penggelembung kainnya agar oksidator mudah masuk ke
dalam kain sehingga dapat mengoksidasi dengan maksimum.
DAFTAR PUSTAKA
 Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil
Bandung.
 Suprapto, Agus dan Muhammad Ichwan. Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Sekolah Tinggi
Teknologi Tekstil Bandung. 200

Anda mungkin juga menyukai