Anda di halaman 1dari 7

TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN TEKSTIL 1

KELOMPOK 10
 NABILA MAULIDIYAH 16020068
 RESKI ALYA PRADIFTA 16020106
 DINDA ANGGI ARVIANTI 16020123
 ILMA AMALIA 16020125
GROUP : 2K3K4
DOSEN : M. WIDODO, AT, M. Tech, P.hdD

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2018
Merserisasi adalah suatu proses penyempurnaan dimana serat kapas yang
memeiliki bentuk/ morfologi yang berlikuk atau sama seperti bentuk ginjal akan
digembungkan atau menjadi bulat dengan proses perendaman dalam larutan NaOH.
Dalam proses merserisasi akan terjadi penggembungan serat kapas yang
menyebabkan terjadinya perubahan komposisi atau konstruksi dari molekul selulosa. Pada
konsentrasi 18 % NaOH, penggembungan adalah yang terbesar. Efek pertama dari
merserisasi adalah pengedaran ikatan antara mikrofibril, sehingga penetrasi larutan terus
sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan mikrofibril
menggelembung. Bila penetrasi NaOH dapat masuk diantara mikrofibril-mikrofibril tersebut,
hal ini mengakibatkan serat menggelembung dengan bebas dan terjadi slip diantara
mikrofibril-mikrofibril tersebut.
Tingkat-tingkat perubahan bentuk penampang serat kapas selama proses merserisasi
dan setelah pengeringannya dapat digambarkan sebagai berikut :

Tahap 1 – 5 menunjukan perubahan bentuk seat kapas yang mengalami


penggelembungan oleh alkali dimana bentuk menjadi lebih bulat. No 6 menunjukan tahap
kontarksi dimana bentuk bulat tidak hilang saat mengalami pencucian. No. 7 menunjukan
tahap drying pada serat kapas yang telah mengalami proser merserisasi.

Efek yang didapat setelah kain mengalami proses merserisasi adalah :

o Anyaman menjadi lebih rapat


o Kekuatan tarik
o Peningkatan daya serap
Merserisasi dapat dilakukan pada kain kapas grey maupun kain kapas yang telah
mengalami proses persiapan penyempurnaan sebelumnya seperti desizing, scouring,
bleaching.
Ada pun tujuan dari merserisasi ini adalah :

1. Memperbaiki kilap

2. Meningkatkan daya celup

3. Meningkatkan daya adsorbsi terhadap zat warna/kimia

4. Meningkatkan kekuatan dan daya tarik

Faktor yang mempengaruhi proses merserisasi :

1. Konsentrasi NaOH

Penggelembungan dan efek kilap sangat baik pada kondisi NaOH dengan konsentrasi
26-30oBe (19-24%). Di atas dan di bawah itu, kilau akan turun.

2. Suhu larutan

Suhu larutan harus konstan, karena akan berpengaruh terhadap kerataan daya serap.

3. Waktu perendaman

Waktu yang diperlukan sangat singkat, yakni 30 detik

4. Peregangan

Dilakukan untuk meratakan, menambah kekuatan tarik, dan meningkatkan daya serap.

5. Zat pembasah

Berfungsi sebagai penetrasi larutan, agar lebih cepat menyerap kedalam kain atau serat.

Dalam proses merserisasi akan terjadi penggembungan pada serat kapas yang
menyebabkan terjadinya perubahan susunan molekul-molekul selulosa. Efek pertama dari
proses merserisasi adalah pengenduran pada ikatan-ikatan antar mikrofibril, sehingga
penetrasi larutan sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan
mikrofibril menggembung. Serat selulosa yang dikerjakan dengan alkali pekat maka akan
menyebabkan perubahan bentuk serat secara permanen. Penampang melintang serat
bertambah besar karena terjadi penggembungan sedangkan volume serat tetap, sehingga kain
akan mengkeret.
Perubahan lainnya yaitu perubahan penampang membujur serat kapas yang seperti
pita terpuntir tersebut menjadi lebih bulat sehingga terjadi peristiwa dekonvolusi, yaitu
pembebasan serat kapas dari puntirannya. Dari hasil penelitian atas struktur mikroskopik
serat kapas diketahui bahwa dekonvolusiberhubungan erat dengan struktur spiral atau fibril
serat kapas, dimana titik-titik tempat terjadinya puntiran ternyata bersesuaian dengan titik
pembalikan arah spiral. Penelitian juga membuktikan bahwa titik-titik tersebut merupakan
salah satu titik lemah serat. Pembebasan puntiran menghilangkan titik-titik tersebut sehingga
pembebanan gaya-gaya pada serat terdistribusi secara merata. Penggembungan yang terjadi
selama proses merserisasi menyebabkan susunan benang pada kain menjadi lebih rapat dan
terjadi peningkatan kekuatan serat terhadap tarikan.

Struktur Molekul Selulosa


Komposisi selulosa murni diketahui sebagai suatu zat yang terdiri dari unit-unit
anhidro-β-glukosa dengan rumus empiris (C6H10O5)n, dimana n merupakan derajat
polimerisasi yang tergantung dari besarnya molekul. Hubungan antara selulosa dan glukosa
telah lama dikenal yaitu pada peristiwa hidrolisa selulosa oleh asam sulfat dan asam klorida
encer, yang menghasilkan suatu hasil akhir yang memiliki bentuk glukosa.
Hal ini membuktikan bahwa selulosa terbentuk dari susunan cincin glukosa. Glukosa
diketahui sebagai turunan (derivate) pyranosa yang berarti memilki enam segi (sudut), dan
struktur kimia dari glukosa sendiri memiliki dua bentuk tautomeri yaitu α-glukosa dan β-
glukosa seperti pada Gambar 2.2.

CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H

H
OH H HO OH
HO OH H

H OH H OH

α- Glukosa β- Glukosa

Gambar 2.2 Struktur Molekul Glukosa

Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan bahwa struktur
kimia dari selulosa adalah seperti pada Gambar 2.3 sebagai berikut.
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H

H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH

Gambar 2.3 Struktur Rantai Molekul Polimer Selulosa

Pada proses merserisasi saat impregnasi, larutan NaOH selain masuk ke bagian amorf
juga masuk ke bagian kristalin. Sehingga ada gejala struktur molekulnya berubah dari kisi
kristal selulosa I ke kisi kristal selulosa II. Perubahan bentuk kristal selulosa ini terutama
disebabkan oleh adanya ion-ion yang bermuatan dari alkali yang mengadakan penarikan pada
gugus OH. Gugus OH yang mengikat rantai molekul selulosa berputar sekitar 35˚. Dalam
pencucian, ion-ion akan lepas, tetapi tidak semua gugus OH kembali ke tempat semula.
Akibatnya jumlah gugus OH pada permukaan rantai bundel selulosa bertambah dari keadaan
semula. Dengan keadaan ini serat akan lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.

Mekanisme penggembungan serat dengan NaOH

Bila selulosa direndam dalam larutan soda kostik maka air dan alkali akan berdifusi
kedalam serat. Menurut teori kesetimbangan membran Donnan yang segera diikuti oleh
disosiasi gugus hidroksil selulosa dan pembentukan garam natrium–selulosa. Dalam system
kesetimbangan demikian pembentukan garam selulosa akan sangat ditentukan oleh
konsentrasi ion hidroksil dalam fase selulosa (fase internal), yang pada gilirannya ditentukan
oleh konsentrasi soda kostik yang digunakan. Pembentukan garam memperbesar konsentrasi
ion di dalam fase selulosa sehingga timbul perbedaan tekanan osmotic antara fase tersebut
dan fase larutan. Akibatnya air akan masuk dalam jumlah lebih besar lagi kedalam serat dan
menurunkan kosentrasi ion di dalamnya sehingga tercapai suatu kesetimbangan antara kedua
fase dan serat menggembung.

Penggembungan akan terhenti oleh gaya kohesi selolusa, atau gaya elastik dinding
primer. Bila tekanan yang timbul cukup besar maka akan terjadi distorsi permanen dalam
susunan polimer serat, berupa perubahan struktur kisi dari selulosa I menjadi selulosa II. Pada
proses penstabilan air dalam jumlah besar akan menghidrolisa garam natrium selulosa dan
mengakibatkan tekanan osmotic turun, diikuti oleh sedikit kontraksi serat secara lateral.

Penggembungan akan semakin besar sesuai dengan kenaikan konsentrasi soda kostik dan
mencapai maksimum pada komsentrasi sekitar 18 %. Menurut teori diatas, hal ini disebabkan
oleh difusi alkali yang berlamgsung sangat cepat dari larutan kedalam selulosa selama reaksi
pembentukan garam sehingga timbul perbedaan konsentrasi ion yang sangat besar antara
kedua fase tersebut.

Penggembungan sangat dipengaruhi oleh kemampuan senyawa yang digunakan untuk


memutus ikatan hydrogen antara rantai molekul dan mengadakan ikatan hydrogen dengan
gugus hidroksil yang terbebaskan. Pada perendaman dengan air molekul-molekul air
berdifusi masuk mula-mula kebagian amorf serat dan membentuk ikatan hydrogen dengan
gugus hidroksil selulosa. Keberadaan air dalam bagian amorf menyebabkan rantai molekul
serat bervibrasi dengan amplitudo yang lebih beasar, sehingga jumlah ikatan hydrogen dan
ikatan-ikatan lemah lainnya antara rantai-rantai molekul yang berdekatan pada derah tepi
kristalin terputus dan memungkinkan molekul air masuk ke bagian tersebut. Vibrasi rantai
molekul serat terus berlangsung dan merambat ke bagian lainnya hingga menyebabkan lebih
banyak lagi gugus hidroksil yang terbebaskan dan berikatan dengan molekul air. Sebagai
akibatnya masing-masing rantai molekul tersebut menjadi lebih bebas bergerak relatif
terhadap lainnya dan terjadilah penggembungan.
Daftar Pustaka

Hendroyantoro. S,dkk. 1998. Teknologi Penyempurnaan. Bandung, Sekolah Tinggi


Teknologi Tekstil

Rika Solichat. 2008. Laporan Praktek Kerja Lapangan Pengaruh Konsentrasi Zat
Pembasah (Mercerol QWLF.ID liq) dan Waktu Impregnasi Natrium Hidroksida pada
Proses Merserisasi Kain Rajut Kapas Grey. Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

Anda mungkin juga menyukai