KELOMPOK 10
NABILA MAULIDIYAH 16020068
RESKI ALYA PRADIFTA 16020106
DINDA ANGGI ARVIANTI 16020123
ILMA AMALIA 16020125
GROUP : 2K3K4
DOSEN : M. WIDODO, AT, M. Tech, P.hdD
1. Memperbaiki kilap
1. Konsentrasi NaOH
Penggelembungan dan efek kilap sangat baik pada kondisi NaOH dengan konsentrasi
26-30oBe (19-24%). Di atas dan di bawah itu, kilau akan turun.
2. Suhu larutan
Suhu larutan harus konstan, karena akan berpengaruh terhadap kerataan daya serap.
3. Waktu perendaman
4. Peregangan
Dilakukan untuk meratakan, menambah kekuatan tarik, dan meningkatkan daya serap.
5. Zat pembasah
Berfungsi sebagai penetrasi larutan, agar lebih cepat menyerap kedalam kain atau serat.
Dalam proses merserisasi akan terjadi penggembungan pada serat kapas yang
menyebabkan terjadinya perubahan susunan molekul-molekul selulosa. Efek pertama dari
proses merserisasi adalah pengenduran pada ikatan-ikatan antar mikrofibril, sehingga
penetrasi larutan sampai ke ruang mikrokapiler diantara bundel rantai selulosa dan
mikrofibril menggembung. Serat selulosa yang dikerjakan dengan alkali pekat maka akan
menyebabkan perubahan bentuk serat secara permanen. Penampang melintang serat
bertambah besar karena terjadi penggembungan sedangkan volume serat tetap, sehingga kain
akan mengkeret.
Perubahan lainnya yaitu perubahan penampang membujur serat kapas yang seperti
pita terpuntir tersebut menjadi lebih bulat sehingga terjadi peristiwa dekonvolusi, yaitu
pembebasan serat kapas dari puntirannya. Dari hasil penelitian atas struktur mikroskopik
serat kapas diketahui bahwa dekonvolusiberhubungan erat dengan struktur spiral atau fibril
serat kapas, dimana titik-titik tempat terjadinya puntiran ternyata bersesuaian dengan titik
pembalikan arah spiral. Penelitian juga membuktikan bahwa titik-titik tersebut merupakan
salah satu titik lemah serat. Pembebasan puntiran menghilangkan titik-titik tersebut sehingga
pembebanan gaya-gaya pada serat terdistribusi secara merata. Penggembungan yang terjadi
selama proses merserisasi menyebabkan susunan benang pada kain menjadi lebih rapat dan
terjadi peningkatan kekuatan serat terhadap tarikan.
CH 2 OH
CH 2 OH
O O
H H H OH
H H
H
OH H HO OH
HO OH H
H OH H OH
α- Glukosa β- Glukosa
Setelah melalui berbagai diskusi dan penyelidikan, maka ditetapkan bahwa struktur
kimia dari selulosa adalah seperti pada Gambar 2.3 sebagai berikut.
H OH CH 2 OH H OH CH 2 OH
HO H H O H O
OH H O OH H OH
H H H
H H H O H
O OH H OH
H H H
O O
CH 2 OH H OH CH 2 OH H OH
Pada proses merserisasi saat impregnasi, larutan NaOH selain masuk ke bagian amorf
juga masuk ke bagian kristalin. Sehingga ada gejala struktur molekulnya berubah dari kisi
kristal selulosa I ke kisi kristal selulosa II. Perubahan bentuk kristal selulosa ini terutama
disebabkan oleh adanya ion-ion yang bermuatan dari alkali yang mengadakan penarikan pada
gugus OH. Gugus OH yang mengikat rantai molekul selulosa berputar sekitar 35˚. Dalam
pencucian, ion-ion akan lepas, tetapi tidak semua gugus OH kembali ke tempat semula.
Akibatnya jumlah gugus OH pada permukaan rantai bundel selulosa bertambah dari keadaan
semula. Dengan keadaan ini serat akan lebih mudah bereaksi dengan zat-zat lain.
Bila selulosa direndam dalam larutan soda kostik maka air dan alkali akan berdifusi
kedalam serat. Menurut teori kesetimbangan membran Donnan yang segera diikuti oleh
disosiasi gugus hidroksil selulosa dan pembentukan garam natrium–selulosa. Dalam system
kesetimbangan demikian pembentukan garam selulosa akan sangat ditentukan oleh
konsentrasi ion hidroksil dalam fase selulosa (fase internal), yang pada gilirannya ditentukan
oleh konsentrasi soda kostik yang digunakan. Pembentukan garam memperbesar konsentrasi
ion di dalam fase selulosa sehingga timbul perbedaan tekanan osmotic antara fase tersebut
dan fase larutan. Akibatnya air akan masuk dalam jumlah lebih besar lagi kedalam serat dan
menurunkan kosentrasi ion di dalamnya sehingga tercapai suatu kesetimbangan antara kedua
fase dan serat menggembung.
Penggembungan akan terhenti oleh gaya kohesi selolusa, atau gaya elastik dinding
primer. Bila tekanan yang timbul cukup besar maka akan terjadi distorsi permanen dalam
susunan polimer serat, berupa perubahan struktur kisi dari selulosa I menjadi selulosa II. Pada
proses penstabilan air dalam jumlah besar akan menghidrolisa garam natrium selulosa dan
mengakibatkan tekanan osmotic turun, diikuti oleh sedikit kontraksi serat secara lateral.
Penggembungan akan semakin besar sesuai dengan kenaikan konsentrasi soda kostik dan
mencapai maksimum pada komsentrasi sekitar 18 %. Menurut teori diatas, hal ini disebabkan
oleh difusi alkali yang berlamgsung sangat cepat dari larutan kedalam selulosa selama reaksi
pembentukan garam sehingga timbul perbedaan konsentrasi ion yang sangat besar antara
kedua fase tersebut.
Rika Solichat. 2008. Laporan Praktek Kerja Lapangan Pengaruh Konsentrasi Zat
Pembasah (Mercerol QWLF.ID liq) dan Waktu Impregnasi Natrium Hidroksida pada
Proses Merserisasi Kain Rajut Kapas Grey. Bandung. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil