Anda di halaman 1dari 15

PENYEMPURNAAN TAHAN KUSUT

(FIXAPRET – F.ECO)

LAPORAN PRAKTIKUM

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Penyempurnaan 1

Dosen: Hardianto, S.S.T., M.Eng.

Asisten Dosen: Sukirman, S.ST., MIL. // Desiriana

Oleh

ALIFAH APRILLIANI SURYAWAN

NPM 18020013

PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL

POLITEKNIK STTT BANDUNG

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Maksud dan Tujuan

1.1.1. Maksud
Mempelajari mekanisme proses penyempurnaan tahan kusut menggunakan resin anti
kusut (FIXAPRET – F.ECO) pada kain kapas dan kain campuran.

1.1.2. Tujuan
Menentukan titik optimum yang didapatkan dengan variasi konsentrasi resin anti kusut
(FIXAPRET – F.ECO) dalam proses penyempurnaan tahan kusut pada bahan
selulosa dan campuran berdasarkan hasil evaluasi Crease Recovery Angle (CRA).
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan
dari rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang
menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaos murah.

2.1.1. Struktur Kimia Serat Kapas

Apapun sumbernya derivat selulosa secara prinsif memiliki struktur kimia yang sama.
Hal ini bisa terlihat pada analisa hidrolisis, asetolisis dan metilasi yang menunjukan bahwa
selulosa pada dasarnya mengandung residu anhidroglukosa. Subsequent tersebut
menyesun molekul glukosa(monosakarida) dalam bentuk β-glukopironase dan berikatan
bersama-sama yang dihubungkan pada posisi 1 dan 4 atom karbon molekulnya. Formula
unit pengulanganya menyerupai selobiosa (disakarida) yang kemudian membentuk selulosa
(polisakarida).

CH CH2OH H OH CH2OH
OH
O H O O
H H O H
OH H OH H H
OH H (S) (S)
(S) (S) OH H (S) OH H
H H
O H O O H
H O H
CH2OH H OH CH2OH H OH

Struktur Kimia Rantai selulosa

Gambar 1. Struktur kimia rantai selulosa

Gambar 2. Penampang membujur dan melintang serat kapas


2.1.2. Sifat Fisika Serat Kapas
a. Warna
Warna serat kapas secara umum adalah putih kekuningan, tetapi sesungguhnya
terdapat bermacam-macam warna putih. Pengaruh mikroorganisme menyebabkan warna
kapas menjadi suram. Dalam kondisi cuaca yang jelek, warna kapas menjadi sangat gelap
abu-abu kebiruan. Kapas yang pertumbuhannya terhenti akan berwarna kekuningan. Warna
kapas merupakan salah satu faktor penentu grade.

b. Kekuatan
Kekuatan serat kapas terutama dipengaruh oleh kadar selulosa dalam serat, panjang
rantai dan orientasinya. Kekutan serat kapas perbundel rata- rata adalah 96.700 pound per
inci2 dengan minimum 70.000 dan maksimum 116.000 pound per inci2. Kekuatan serat
bukan kapas pada umumnya menurundalam keadaan basah, tetapi sebaliknya kekuatan
serat kapas dalam keadaan basah makin tinggi.

c. Mulur
Mulur saat putus serat kapas termasuk tinggi diantara serat-serat selulosa alam, kira-
kira dua kali mulur rami. Diantara serat alam hanya sutera dan wol yang mempunyai mulur
lebih tinggi dari kapas. Mulur serat kapas berkisar 4 – 13 % bergantung pada jenisnya
dengan mulur rata-rata 7 %.

d. Moisture Regain
Serat kapas mempunyai afinitas yang besar terhadap air, dan air mempunyai
pengaruh yang nyata pada sifat-sifat serat. Serat kapas yang sangat kering bersifat kasar,
rapuh dan kekuatannya rendah. Moisture regain serat kapas bervariasi dengan perubahan
kelembaban relatif atmosfir sekelilingnya. Moiture regain serat kapas pada kondisi standar
berkisar antara 7 – 8,5 %.

2.1.3. Sifat Kimia Serat Kapas


Serat kapas sebagian besar tersusun atas selulosa maka sifat-sifat kimia kapas sama
dengan sifat kimia selulosa. Serat kapas umumnya tahan terhadap kondisi penyimpanan,
pengolahan dan pemakaian yang normal, tetapi beberapa zat pengoksidasi dan
penghidrolisa menyebabkan kerusakan dengan akibat penurunan kekuatan.

Kerusakan karena oksidasi dengan terbentuknya oksiselulosa biasanya terjadi dalam


proses pemutihan yang berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau pemanasan
yang lama suhu diatas 140 0C.
CH2OH H OH
O
H O H
H OH H
O OH H H O
H H O
H OH CH2OH

Oksidasi
CH2OH CH2OH
O OH OH
H O H
H H O
O H O
C C C C H
O H O H O H O H

CH2OH
O CH2OH
H H O OH OH
H O
H
O H
C C O H
C C
O OH O OH
O OH O OH

Gambar 3. Reaksi oksiselulosa pada rantai selulosa

Pencampuran antara dua serat yang berbeda jenisnya baik untuk benang maupun
untuk kain yang sering dilakukan. Tujuan dari pencampuran adalah untuk meningkatkan
kenampakan dan kemampuan kain yang dibentuk. Kelebihan dan kekurangan dari sifat-sifat
serat yang membentuk akan saling mempengaruhi dan saling memperbaiki. Oleh karena itu
serat campuran biasanya dari serat sintetik kain yang dibentuk lebih ringan,dan kain dari
serat-serat alam.

2.2. Kain T/R

Kain poliester rayon atau sering disebut juga T/R terbuat dari campuran antara serat
rayon dan serat poliester. Tingkat gramasi dan campuran ke dua bahan kain tersebut
menjadikan kualitas dan harga kain tinggi. Akan tetapi semakin tinggi kandungan dari bahan
poliester, maka akan menjadikan kualitas kain semakin rendah dan harganya semakin
murah.

2.3. Resin Anti Kusut


Penyempurnaan resin termasuk penyempurnaan secara kimia. Pada penyempurnaan
ini digunakan resin sintetik, yaitu senyawa organik yang rumit dan mempunyai berat molekul
yang tinggi. Resin tidak hanya dapat digunakan untuk memperbaiki ketahanan kusut tetapi
juga stabilitas dimensi bahan, sehingga mengurangi mengkeret dalam pencucian. Resin
dapat digunakan untuk membuat kain menjadi kaku secara permanen dan dapat pula
memberikan sifat thermoplastik yang memungkinkan diperolehnya efek penyempurnaan
mekanik seperti luster candering,embossing dan sebagainya.

Pada waktu penemuan proses penyempurnaan tahan kusut,resin sintetik yang banyak
dipakai adalah hasil kondensasi urea dan formaldehida. Kemudian digunakan resin melamin
formaldehid. Kedua resin tersebut memiliki beberapa kelemahan sehingga tidak banyak lagi
digunakan.Pada proses penyempurnaan resin harus dibentuk didalam serat, karena resin
pada permukaan akan menyebabkan kekakuan bahan yang tinggi. Resin terbentuk apabila
sejumlah molekul-molekul sederhana dengan berat molekul rendah bergabung membentuk
molekul yang jauh lebih panjang, baik linier maupun siklik.

Resin yang termasuk dalam termosetting adalah resin yang bertendendensi untuk
membentuk polimer tinggi pada pemanasan. Resin termosetting kecil sekali sehingga dapat
menerobos masuk kebagian amorf dari selulosa yang selanjutnya dengan pemanas awetan
akan berkembang menjadi resin yang tidak larut di dalam amorf dari selulosa. Keadaan ini
menyebabkan kain selulosa kekakuannya sedikit walaupun dikerjakan dengan resin
termosetting berkosentrasi tinggi. Resin reaktan adalah resin yang berkecenderungan untuk
bereaksi dengan grup hidroksil dari selulosa membentuk ikatan silang. Resin ini kecil sekali
atau tidak berkecenderungan membentuk gel apabila dipanaskan pada suhu tinggi. Antara
resin reaktan dan serat poliester tidak akan terjadi reaksi pelapisan (coating) oleh resin
termosetting. Contoh resin yang banyak digunakan untuk penyempurnaan tekstil
(S.Hendroyantopo : 1998)

Penyempurnaan anti kusut merupakan suatu proses pemberian resin anti kusut yang
bersifat permanen pada kain tertentu untuk keperluan tertentu. Proses penyempurnaan anti
kusut merupakan salah satu proses penyempurnaan tekstil menggunakan resin yang juga
memberikan sifat tahan kusut, kestabilan dimensi, dan lain sebagainya. Pada umumnya
resin merupakan kondensasi aminoplast yang terjadi dasri reaktanreaktan nukleofil,
senyawa NH dan senyawa karbonil.

Ditinjau dari segi molekulnya, resin terdiri dari molekul-molekul komplek yang pada
kondisi tertentu akan bergabung satu sama lain membentuk molekul yang sama berbentuk
linier atau siklik. Dengan adanya kemampuan membentuk molekul besar diantara rantai
molekul, maka rantai molekul serat seakan-akan diikat satu sama lain pada posisi tertentu
sehingga kedudukannya tidak mudah berubah lagi. Proses penyempurnaan resin secara
umum meliputi proses persiapan kain, persiapan larutan resin, rendam peras, pengeringan,
pemanas awetan, dan pencucian.
BAB III

PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
 Bak padding
 Gelas ukur 500 ml
 Mesin padder
 Pipet ukur
 Neraca analitik
 Batang pengaduk
 Ball Filler
3.1.2. Bahan
 Kain kapas
 Kain T/R (Poliester-Rayon)
 Resin anti kusut (FIXAPET – F.E. COLLE)
 Katalis

 Air

3.2. Diagram Alir

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Larutan Anti Kusut

Padding (WPU 70%)

Pengeringan
100˚C ; 3 menit

Curring
170˚C ; 3-5 menit

Evaluasi
CRA (Crease Recovery Angle)
3.3. Resep
3.3.1.Resep Penyempurnaan
 Resin anti kusut (FIXAPRET – F. ECO) : 40 – 80 g/L
 Katalis : 13 – 20 g/L
 WPU : 60%
 Suhu drying : 100˚C
 Waktu drying : 3 menit
 Suhu curing : 170˚C

 Waktu curing : 3 menit

3.4. Fungsi Zat


 Resin anti kusut sebagai zat yang memberikan sifat anti kusut pada bahan

 Katalis sebagai zat yang dapat mempercepat reaksi pada resin dengan menurunkan
energi aktivasi

3.5. Skema Proses

Padding Drying Curring

Perendaman

3.6. Cara Kerja


1. Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Buat larutan penyempurnaan sesuai dengan perhitungan resep.
3. Lakukan padding pada bahan dengan WPU 60%.
4. Lakukan drying dengan suhu 100oC selama 2-3 menit.
5. Setelah dilakukan drying selanjutnya dilakukan curing pada suhu 170˚C selama 3
menit.
6. Lakukan evaluasi dengan uji Crease Recovery Angle lalu amati.
BAB IV

PERCOBAAN

4.1. Perhitungan Resep

Kebutuhan larutan : 200 mL

 Variasi 1 (resin anti kusut 40 g/L)


40
Resin anti kusut : ×200=8 g
1000
20
Katalis : ×200=4 g
1000
Air : 200 – (8+4) = 188 mL
 Variasi 2 (resin anti kusut 60 g/L)
60
Resin anti kusut : ×200=12 g
1000
20
Katalis : ×200=4 g
1000
Air : 200 – (12+4) = 184 mL
 Variasi 3 (resin anti kusut 80 g/L)
80
Resin anti kusut : ×200=16 g
1000
20
Katalis : ×200=4 g
1000
Air : 200 – (16+4) = 180 mL

4.2. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pada Kain Kapas


Kain Kapas
Konsentrasi Resin Anti Kusut
Blanko
40 g/L 60 g/L 80 g/L
105° 89° 92° 94°

Tabel 2. Hasil Pengamatan Pada Kain T/R


Kain T/R
Konsentrasi Resin Anti Kusut
Blanko
40 g/L 60 g/L 80 g/L
75° 116° 117° 119°
4.3. Grafik Pengaruh Variasi Resin Anti Kusut Terhadap Nilai Uji CRA

Nilai Uji CRA


12

10

0
1 2 3 4
Kain Kapas Kain T/R

Grafik 1. Pengaruh Variasi Resin Anti Kusut Terhadap Nilai Uji CRA
BAB IV

PEMBAHASAN

Penyempurnaan tahan kusut merupakan proses prenyempurnaan yang dilakukan


dengan memberikan resin anti kusut pada bahan tekstil dengan tujuan membuat kain yang
awalnya mudah kusut menjadi tahan kusut. Praktikum tahan kusut ini dilakukan dengan
menggunakan resin anti kusut (Fixapret - F. ECO) yang merupakan resin modifikasi
DMDHEU. DMDHEU atau Dimethylol Dihydroxy Ethylene Urea merupakan resin anti kusut
yang sangat baik dalam mengatasi adanya kusut tetapi resin ini memiliki kekurangan yaitu
setelah dilakukan penyempurnaan masih banyak mengandung senyawa formaldehida
bebas yang bersifat karsinogenik dan membahayakan lingkungan untuk mengatasi hal
tersebut banyak terdapat resin anti kusut yang dimodifikasi agar lebih ramah lingkungan.

Resin anti kusut disini akan berpolimerisasi membentuk crosslinking atau ikatan silang
dengan serat pada saat pemanasawetan atau curing dengan bantuan katalis asam. Setelah
reaksi ikatan silang tersebut tahan kusut akan menjadi lebih baik, karena dengan adanya
ikatan silang antara resin dengan serat serta terjadinya jaringan tiga dimensi di dalam amorf
serat akan mengikat serat lebih stabil. Pada praktikum penyempurnaan tahan kusut
menggunakan variasi konsentrasi resin anti kusut (Fixapret – F.ECO) 40, 60 dan 80 g/L
pada kain kapas dan kain poliester-rayon (T/R).

Pada hasil praktikum didapatkan hasil sudut kusut paling baik pada kain T/R yaitu
dengan konsentrasi 80 g/L dan hasil sudut kusut sebesar 119˚. Hal ini dapat terjadi karena
kain T/R merupakan kain campuran antara poliester dengan rayon. Poliester merupakan
serat sintetik yang bersifat hidrofob sehingga dapat memiliki sifat antikusut yang lebih baik
dibandingkan dengan serat selulosa dan dengan konsentrasi yang semakin tinggi juga maka
semakin banyak resin yang dapat berpolimerisasi membentuk ikatan silang yang akan
mengisi struktur yang amorf sehingga akan memiliki sifat anti kusut. Sedangkan pada kapas
hanya memiliki nilai sudut kusut optimum sebesar 94˚ pada konsentrasi resin anti kusut 80
g/L. Hal ini terjadi karena kapas merupakan serat selulosa dimana memiliki struktur amorf
dan kristalin, struktur amorf akan menimbulkan adanya kusut ketika kain mengalami lipatan
atau tekukan. Selain itu kapas memiliki nilai MR sebesar 7-8% yang dapat mempengaruhi
timbulnya bekas lipatan. Maka dari itu untuk serat kapas perlu digunakan konsentrasi resin
anti kusut yang tinggi dengan suhu pemanasawetan atau suhu curring yang sesuai, jika
suhu curring tidak sesuai atau lebih tinggi dari standar maka resin anti kusut akan
mengalami hidrolisa dan mengakibatkan sifat tahan kusut yang rusak atau tidak baik. Pada
hasil praktikum dapat dilihat bahwa resin anti kusut (Fixapret – F. ECO) menghasilkan nilai
paling baik pada kain T/R (Poliester-Rayon).
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa proses


penyempurnaan tahan kusut bertujuan memberikan ikatan silang pada kain sehingga
stabilitas dimensi bahan akan stabil dan menjadi tahan kusut. Hasil proses penyempurnaan
tahan kusut dapat dievaluasi dengan melihat nilai sudut kusut yang didapatkan dari evaluasi
CRA (Crease Recovery Angle). Variasi yang digunakan adalah variasi konsentrasi resin anti
kusut (Fixapret – F.ECO). Titik optimum pada konsentrasi resin tahan kusut (Fixapret –
F.ECO) 80 g/L pada kain kapas dan kain T/R dengan hasil tahan kusut paling baik pada kain
T/R (Poliester-Rayon).
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia. Kapas. [Online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Kapas [2020, Oktober 10]

Pedoman Praktikum Teknologi Persiapan Penyempurnaan. Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil


: Bandung.

Maya Komalasari S.ST, dkk. 2005. Bahan Ajar Praktikum Evaluasi Kimia I. Bandung:
Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung

Nugraha, Jakariya., & Prihatini. (2013). Penyempurnaan Tahan Kusut Pada Kain Kapas
Dengan KNITEX LE Variasi Konsentrasi dan Penambahan Resin Pelemas Silikon AMZ-9
https://urangpisan.files.wordpress.com/2014/03/penyempurnaan-tahan-kusut-pada-kain-
kapas-dengan-knitex-le-variasi-konsentrasi-dan-penambahan-resin-pelemas.pdf [2020
Oktober 27]

Rukaesih, Okay.(1999). Penyempurnaan Anti Kusut Kain Kapas Dengan Resin DIMETILOL
DIHIDROKSI ETILEN UREA dan DIALKOKSI DIHIDROKSI ETILEN UREA
http://digilib.batan.go.id/ppin/katalog/file/1411-2213-1999-1-081.pdf [2020 Oktober 28]

Anda mungkin juga menyukai