Anda di halaman 1dari 14

Karbohidrat

3.1. Pendahuluan
3.2. Penggolongan Karbohidrat
3.3. Karbohidrat Sebagai Zat Gizi
3.4. Pencernaan Karbohidrat
3.5. Metabolisme Karbohidrat
3.6. Rangkuman Pembentukan ATP
3.7. Kelainan-Kelainan Metabolik

3.1 Pengantar
KARBOHIDRAT, atau yang dahulu dikenal sebagai hidrat arang, adalah molekul organik yang
paling banyak ditemukan di alam. Karbohidrat memiliki manfaat yang luas, meliputi sumber
energi utama pada kebanyakan makhluk hidup, cadangan energi tubuh, dan sebagai komponen
membran sel yang memperantarai berbagai komunikasi antar sel. Karbohidrat juga berperan
sebagai komponen struktur pada berbagai jenis makhluk hidup. Sebagai contoh, karbohidrat
merupakan komponen penting pada dinding sel bakteri, komponen eksoskleton beberapa
serangga, dan jaringan selulosa tanaman.
Nama karbohidrat didasarkan pada fakta bahwa senyawa ini adalah karbon hidrat yang
umumnya dibentuk oleh tiga unsur, yaitu karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan
perbandingan 1:2:1. Sebagai contoh, rumus empiris dari glukosa, suatu gula sederhana yang
paling banyak dikenal, adalah C6H12O6 atau dapat ditulis menjadi (CH 2O)6. Walaupun
kebanyakan karbohidrat sesuai dengan rumus empiris (CH 2O)n, beberapa karbohidrat tidak
mengikuti perbandingan ini. Beberapa karbohidrat lain tidak hanya mengandung karbon,
hidrogen, dan oksigen tetapi juga nitrogen, fosfor, atau sulfur.

3.2 Penggolongan Karbohidrat


Berdasarkan jumlah molekul gula sederhana (simple sugar) pembentuknya, karbohidrat
dapat digolongkan menjadi monosakarida (1 molekul), disakarida (2 molekul), oligosakarida (3-
10 molekul), dan polisakarida (10 molekul)11. Beberapa buku membagi karbohidrat menjadi
hanya 3 golongan dengan memasukkan disakarida menjadi bagian dari oligosakarida. Gula
sederhana umum pembentuk karbohidrat adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.

1
Golongan polisakarida disebut juga sebagai karbohidrat kompleks.
Monosakarida adalah bentuk karbohidrat yang paling sederhana. Monosakarida hanya
memiliki satu molekul gula sederhana. Jenis monosakarida yang paling luas dikenal masyarakat
adalah glukosa.
Rantai terbuka
H
C
CH2OH CH2OH
H C OH
H O HO O OH
H
H H H HO C H H
OH H OH H
HO OH H C OH H H H
H
H H
H OH H C OH H OH
α-glukosa
H β-glukosa
H
CH2OH
Gambar 3.1. Struktur Rantai dan Siklik Glukosa

Glukosa adalah sumber energ utama bagi tubuh termasuk system saraf. Glukosa sering
disebut gula darah karena glukosalah bentuk utama karbohidrat yang diangkut oleh darah ke sel,
dan organ tubuh. Oleh karena itu, kebanyakan karbohidrat yang kita konsumsi diubah menjadi
glukosa sebelum diangkut ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkannya (Guthrie and Picciano,
1995).
Fruktosa, atau disebut juga gula buah atau levulosa, umumnya terdapat pada buah-buahan
dan madu (Hui, 1985). Fruktosa menyusun sepertiga gula dalam madu (Guthrie and Picciano,
1995). Seperti halnya glukosa, fruktosa memiliki 6 atom karbon, tetapi struktur kimianya
berbeda (Gambar 3.2). Di dalam tubuh fruktosa akan diubah menjadi glukosa di dalam hati atau
dipecah menjadi karbon dioksida dan air untuk menghasilkan energi.

Rantai terbuka
CH2OH

CH2OH C O CH2OH O CH2OH


O OH
HO C H H HO
H HO H OH
H H CH2OH H C OH OH H
β-fruktosa
OH H α-fruktosa
H C OH
H H Gambar 3.1. Struktur Rantai dan Siklik Fruktosa
CH2OH
Berbeda dari monosakarida pada umumnya yang memiliki 6 atom karbon, ribosa dan
xilosa memiliki hanya lima atom karbon. Ribosa merupakan bagian dari vitamin B 2 (riboflavin)
(Guthrie and Picciano, 1995). Bentuk β dari ribosa juga bagian penting dari asam ribonukleat
(Brodi, 1998).
Rantai terbuka
H O

C
CH2OH O OH CH2OH O
H C OH H
H H H C OH H H
H H H H H OH
H C OH
OH OH OH OH
H H H H
β-ribosa α-ribosa

Gambar 3.1. Struktur Rantai dan Siklik Ribosa

Disakarida terbentuk dari dua molekul gula sederhana. Kedua molekul gula sederhana
pembentuknya dihubungkan dengan ikatan kovalen. Sukrosa atau gula meja adalah jenis
disakarida yang sangat populer di masyarakat. Sukrosa digunakan sebagai bahan pemanis
minuman atau makanan. Sukrosa terbentuk dari 1 molekul glukosa dan 1 molekul fruktosa.

Laktosa, jenis karbohidrat yang merupakan komponen penting pada air susu mamalia,
adalah contoh lain disakarida. Laktosa terbentuk dari 1 molekul galaktosa dan 1 molekul
glukosa.

CH2OH CH2OH
O CH2OH O H O
H H OH CH2OH
H H CH2OH H H Glukosa
H
OH H H HO O OH H Glukosa
CH2OH HO O OH
HO H O H H Glukosa
H
Glukosa
H OH H OH H H OH
OH H H
H H H H H
Laktosa
Glukosa-1- H OH
H
Gambar 3.2. Disakarida Sukrosa (Glukosa-Fruktosa) dan Fruktosa (Glukosa-Galaktosa)

Disakarida lainnya adalah maltosa. Maltose terbentuk dari dua molekul glukosa. Maltosa
hanya ditemukan pada kecambah biji serealia. Selama proses germinasi, pati serealia dipecah
menghasilkan maltosa.
Oligosakarida disusun oleh 3-10 gula sederhana. Contoh oligosakarida, antara lain adalah
raffinose (3 molekul), stachyose (4 molekul) (Hui, 1985), maltotriosa, dan isomaltosa. Sementara
itu, polisakarida adalah golongan karbohidrat yang paling banyak ditemukan pada tanaman dan
hewan. Selulosa, misalnya, adalah komponen struktur pada batang dan daun tanaman.
Sedangkan glikogen terdapat pada daging hewan.
Pati (tepung) adalah contoh karbohidrat yang banyak terdapat pada umbi-umbian, seperti
ubi kayu, ubi jalar, dan kentang dan biji-bijian, seperti padi, jagung, dan gandum. Pati adalah
polimer (rantai panjang) glukosa. Berdasarkan ada tidaknya cabang pada rantai polimer glukosa,
pati dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu amilosa (rantai lurus/tidak bercabang) dan amilopektin
(rantai bercabang) (Gambar 3.3).

Amilosa
Cabang

Amilopektin

Mewakili satu molekul glukosa

Gambar 3.2. Ilustrasi Struktur Molekul Amilosa dan Amilopektin

Glikogen merupakan jenis polisakarida utama pada sel hewan. Seperti halnya
amilopektin, glikogen merupakan untaian rantai glukosa bercabang. Perbedaannya adalah bahwa
glikogen memiliki lebih banyak cabang. Akibat dari banyaknya percabangan ini adalah lebih
kompaknya struktur ikatan glikogen. Glikogen banyak ditemukan pada hati dan otot mamalia.
Selulosa adalah salah satu polisakarida struktural ektraselular pada dinding sel tumbuhan
dan pada permukaan sebelah dalam sel hewan. Selulosa adalah senyawa berupa serabut yang liat
(Lehninger, 1982). Selulosa dibentuk oleh untaian tak bercabang dari 10.000 atau lebih molekul
glukosa. Perbedaan struktur antara amilosa dan selulosa adalah pada konfigurasi ikatan antar
molekulnya. Perbedaan konfigurasi ini akan berdampak pada sifat kelarutannya di dalam air dan
kemampuannya menjalankan reaksi hidrolisa. Selulosa tidak larut di dalam air dan tidak dapat
dihidrolisa oleh enzim yang terdapat pada saluran pencernaan manusia. Karena hewan memiliki
enzim selulase, mereka dapat memecah selulosa menjadi gula sederhana yang dapat digunakan
sebagai sumber energi. Sedangkan pati dan glikogen dapat dengan mudah dicerna oleh enzim
amilase di dalam saluran pencernaan manusia.
Karena selulosa tidak dapat dihidrolisa di dalam saluran pencernaan manusia, selulosa
tidak dimasukkan sebagai zat gizi pada manusia. Selulosa dikonsumsi oleh manusia sebagai
bagian dari serat makanan (dietary fiber).

Tabel 3.1. Klasifikasi Karbohidrat Berdasarkan Jumlah Monomer Penyusunnya

Golongan Jumlah Monomer Jenis Karbohidrat


Monosakarida 1 Glukosa, Fruktosa, dan Galaktosa
Manosa (heksosa); Ribosa dan
Xilosa (pentosa)
Disakarida 2 Sukrosa, Laktosa, dan Maltosa
Oligosakarida 3-10 Raffinose, Stachyose, Maltotriosa,
dan Isomaltosa
Disakarida >10 Pati (amilosa dan amilopektin),
Glikogen, Dekstrin, Selulosa,
Hemiselulosa

Serat makanan (dietary fiber) adalah komponen dalam tanaman (termasuk lignin) yang
tidak tercerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap di saluran pencernaan.
Berdasarkan definisi ini, pati resistan (resistant starch) termasuk serat. Serat secara alami
terdapat dalam tanaman. Serat terdiri atas berbagai substansi yang kebanyakan di antaranya
adalah karbohidrat kompleks. Serat makanan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu serat larut
(soluble fiber)selulosa, hemiselulosa, dan pati resistandan serat tidak larut (insoluble
fiber)-glukan. Umumnya, tanaman mengandung kedua-duanya dengan serat tidak larut pada
porsi yang lebih banyak. Serat larut, antara lain terdiri atas pektin, getah tanaman, dan beberapa
hemiselulosa. Contoh serat tidak larut adalah lignin dan selulosa.
Tingkat kemanisan masing-masing karbohidrat berbeda satu dengan yang lain. Fruktosa
adalah karbohidrat yang termanis. Tingkat kemanisan sukrosa berada di urutan kedua, disusul
oleh glukosa dan galaktosa pada urutan ke tiga dan keempat (Tabel 1).
Dewasa ini banyak beredar di pasaran gula jagung yang diperoleh dari dari hidrolisis pati
jagung. Hasil hidrolisis awal adalah glukosa (dalam bentuk sirup jagung). Selanjutnya, glukosa
mengalami reaksi isomerisasi oleh enzim glukosa isomerase menjadi fruktosa yang lebih manis.

Tabel 1. Kemanisan Relatif Karbohidrat, Pangan yang Kaya Karbohidrat, dan Sakarin
Karbohidrat atau Pangan Kemanisan Relatif
Sukrosa 100
Glukosa 70
Fruktosa 170
Maltosa 30
Laktosa 16
Galaktosa 30
Molase 110
Sirup Jagung 60
Sorbitol 60
Mannitol 50
Madu 170
Sakarin 40.000
Sumber: Hui (1985) dan Lehninger (1982)

3.3. Karbohidrat Sebagai Zat Gizi


Karbohidrat adalah zat gizi penting dalam kehidupan manusia. Karbohidrat merupakan
sumber energi utama, yang memungkinkan kita untuk beraktivitas sehari-hari. Karbohidrat
dikonsumsi dalam berbagai bentuk dan sumber. Sebanyak 60-70% kebutuhan energi tubuh kita
peroleh dari karbohidrat. Sisanya adalah dari lemak dan protein.
Semua penduduk dunia, apapun makanan pokoknya, mengonsumi karbohidrat setiap hari.
Masyarakat yang makanannya beras memperoleh sebagian besar kebutuhan energinya dari beras.
Jagung merupakan sumber utama karbohidrat bagi mereka yang bahan makanan pokoknya
jagung. Sedangkan masyarakat yang makanan pokoknya gandum, mereka memperoleh
karbohidrat dalam bentuk tepung gandum dan produk olahannya. Roti, mi, permen, dan es krim
adalah contoh makanan yang kaya karbohidrat.

3.4. Pencernaan Karbohidrat


Struktur karbohidrat yang panjang (karbohidrat kompleks) membuatnya terlalu besar
untuk dapat menembus dinding usus dan kemudian masuk ke aliran darah. Oleh karena itu,
sebelum diserap, karbohidrat terlebih dahulu dicerna menjadi berukuran lebih kecil (karbohidrat
tereduksi). Tujuan pokok pencernaan karbohidrat adalah memperkecil ukurannya sehingga dia
dapat diserap melewati dinding usus. Pencernaan kerbohidrat juga bertujuan untuk
menyiapkannya untuk proses metabolisme. Proses pemotongan karbohidrat kompleks menjadi
gula sederhana disebut hidrolisa.
Di dalam makanan sehari-hari, karbohidrat dalam bentuk sederhana (monosakarida)
terdapat hanya dalam jumlah kecil. Oleh karena itu dibutuhkan enzim-enzim untuk
menghidrolisis karbohidrat dalam pangan menjadi karbohidrat dengan rantai yang lebih pendek
atau menjadi karbohidrat sederhana. Enzim yang menghidrolisis disakarida termasuk pada
kelompok enzim disakaridase. Sementara endoglikosidase adalah kelompok enzim yang bertugas
untuk memecah oligosakarida dan polisakarida.
Dari semua sisi sistem pencernaan, mulut dan lumen usus adalah bagian pokok yang
berperan untuk pencernaan karbohidrat. Pencernaan karbohidrat, khususnya karbohidrat
kompleks, di mulai di usus. Hal ini dimungkinkan karena di dalam mulut terdapat enzim amilase
(ptialin dalam air ludah) yang dapat memecah karbohidrat rantai panjang, seperti glikogen.
Karbohidrat yang struktur molekulnya lebih pendek (glukosa, galaktosa, sukrosa, dan laktosa)
melawati mulut tanpa mengalami proses pencernaan.
Produk hidrolisis glikogen atau pati di dalam mulut adalah karbohidrat yang struktur
molekulnya lebih pendek, yaitu maltosa (2 molekul gula sederhana), maltotriosa (3 molekul gula
sederhana), dan oligosakarida lain (5-10 molekul gula sederhana) (Gambar 2). Hasil pencernaan
di dalam mulut (maltosa, maltotriosa, isomaltosa) dan karbohidrat lain di dalam pangan (glukosa,
fruktosa, galaktosa, sukrosa, laktosa, dan selulosa) bersama-sama dengan enzim amilase,
kemudian, memasuki lambung.

sukrase
+
Sukrosa Glukosa Fruktosa
1 molekul disakarida 2 molekul monosakarida

Maltosa (disakarida)

amilase
Maltotriosa (oligosakarida)

Glikogen

IsomaGliseGlukosa

Gambar 2. Pemendekan atau Penyederhanaan Molekul Karbohidrat

Di lambung, pencernaan karbohidrat untuk sementara dihentikan. Penyebabnya adalah


keasaman lambung yang tinggi. Kondisi yang demikian menyebabkan enzim amilase tidak dapat
bekerja (tidak aktif).
Pencernaan karbohidrat selanjutnya berlangsung di usus halus. Campuran karbohidrat
yang memiliki keasaman yang tinggi dari lambung kemudian memasuki usus halus. Di dalam
usus halus, keasamannya dinetralkan oleh bikarbonat yang disekresikan oleh pankreas.
Akibatnya adalah aktifnya kembali enzim amilase.
Pencernaan diakhiri di sel mukosa usus halus. Sel mukosa usus halus dapat mensintesa
enzim-enzim yang dibutuhkan untuk memecah karbohidrat menjadi lebih pendek. Enzim-enzim
yang dihasilkan oleh sel mukosa usus, antara lain, adalah isomaltase (untuk menguraikan
isomaltosa), sukrase (untuk menguraikan sukrosa), dan laktase (untuk menguraikan laktosa).
Hasil pencernaan karbohidrat pada tahap ini adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
Ketiga jenis karbohidrat sederhana ini sudah siap untuk diserap dari usus halus. Oleh darah, hasil
penyerapan ini, selanjutnya, di bawa ke hati untuk disimpan atau diproses selanjutnya.
Dari penjelasan di atas, itu dapat dipahami bahwa karbohidrat sederhana, terutama
glukosa, akan diserap lebih cepat dari karbohidrat bentuk lain. Kecepatan penyerapan
karbohidrat berkaitan dengan kecepatan peningkatan kadar glukosa darah.2 Makin cepat
karbohidrat diserap, makin cepat kadar kadar glukosa darah dinaikkan. Sementara selulosa,
karena manusia tidak memiliki enzim yang dapat memecah selulosa, akan keluar bersama-sama
feses.

3.5 Metabolisme Glukosa


3.5.1 Glikolisis
Salah satu tujuan pokok metabolisme karbohidrat adalah untuk memperoleh energi.
Tujuan lain yang tidak kalah pentingnya adalah untuk merubahnya menjadi glikogen otot sebagai
cadangan energi. Reaksi menyeluruh dari proses oksidasi karbohidrat untuk menghasilkan energi
adalah sebagai berikut.

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi

Proses oksidasi karbohidrat berlangsung melalui tahapan yang panjang. Proses untuk
mendapatkan energinya pun dilakukan secara bertahap. Tahap awal yang dilalui pada proses
oksidasi karbohidrat adalah pembentukan 2 molekul gliseraldehid–3-fosfat (Gambar 3).
Gliseraldehid-3-fosfat (3 atom karbon) adalah hasil dari pemecahan glikogen atau karbohidrat
berkarbon 6 (heksosa). Untuk setiap proses pengubahan 1 molekul heksosa menjadi 2 molekul
gliseraldehid-3-fosfat, dibutuhkan 2 molekul adenosin trifosfat (ATP).

2
Pemahaman ini, kemudian, menjadi dasar konsep indeks glikemik, yaitu karbohidrat yang diserap dengan lambat akan
menaikkan kadar gula darah dengan lambat, dan sebaliknya.
Glikogen
Galaktos
a
Glukosa-1-
Glukosa fosfat

Glukosa-6-
Fruktos fosfat Manosa
a Fruktosa-6-fosfat

Fruktosa-1,6-
Gambar 3. Tahapan Pembentukan Gliseraldehid-3-fosfat dari Glikogen dan Heksosa
difosfat

Proses berikutnya adalah penggunaan gliseraldehid-3-fosfat untuk memperoleh ATP.


Melalui 5 tahapan reaksi, gliseraldehid-3-fosfat diubah menjadi piruvat. Setiap pengubahan 1
molekul gliseraldehid-3-fosfat menjadi 1 molekul piruvat diperoleh 2 molekul ATP. Karena
setiap molekul heksosa menghasilkan 2 molekul gliseraldehid-3-fosfat, maka ATP yang
dihasilkan untuk tiap pengubahan heksosa menjadi piruvat adalah 4 molekul. Oleh karena itu,
ATP netto yang diperoleh adalah 2 molekul.
Walaupun bentuk monosakarida yang paling umum yang dikonsumsi manusia adalah
glukosa, monosakarida lain, fruktosa dan galaktosa, terdapat dalam pangan dalam jumlah yang
bermakna dan memberikan sumbangan penting kepada metabolisme energi.

Fruktos

Gliseraldehid Fruktosa-1-fosfat
Gambar 4. Lintas Metabolisme Fruktosa Sebelum Memasuki Jalur Glikolitik
Sumber: Champe dan Harvey, 1994

Fruktosa, sebelum memasuki tahapan antara metabolisme, terlebih dahulu mengalami


fosforilasi membentuk fruktosa-1-fosfat. Sebagian fruktosa diubah menjadi fruktosa-6-fosfat,
dan selanjutnya mengikuti jalur metabolisme glukosa. Fruktosa-1-fosfat, oleh enzim aldolase,
dipecah menjadi dihidroksiseton fosfat dan gliseraldehid-3-fosfat (Gambar 4).
Sama halnya dengan fruktosa, galaktosa terlebih dahulu harus difosforilasi sebelum
dimetabolisasi. Kebanyakan jaringan memiliki enzim untuk tugas ini, yaitu galaktokinase. Hasil
fosforilasi galaktosa adalah galaktosa-1-fosfat.
Galaktosa-1-fosfat tidak dapat memasuki tahapan glikolitik. Leh karena itu, galaktosa-1-
fosfat dikoneversi menjadi UDP-galaktosa (uridin difosfat-galaktosa). Reaksi ini merupakan
reaksi bolak balik. Selanjutnya UDP-galaktosa diubah menjadi glukosa-1-fosfat (masuk jalur
glikolitik). Enzim fosfoglukomutase, selanjutnya mengatalisis reaksi pemindahan gugus fosfat
pada glukosa-1-fosfat menghasilkan glukosa-6-fosfat. Glukosa-1-fosafat dapat langsung
dikonversi menjadi glikogen atau melalui UDP-glukosa (Gambar 5).

Glikogen Galaktosa

UDP-glukosa Galaktosa-1-fosfat

Glukosa-1-fosfat UDP-galaktosa

Glukosa-6-fosfat Ke Jalur Glikolitik

Gambar 5. Lintas Metabolisme Galaktosa Sebelum Memasuki Jalur Glikolitik


Sumber: Champe dan Harvey, 1994)

3.5.2 Asetil Koenzim-A Merupakan Pintu Masuk Utama ke Daur Kreb


Produk glikolisis karbohidrat dan potongan 2 karbon oksidasi asam lemak dan protein
sebelum memasuki daur Kreb (daur asam sitrat) terlebih dahulu membentuk asetil koenzim A
(asetil-KoA) (Gambar 6).
Reaksi katabolik berperan untuk memanen energi kimia dari degradasi molekul yang
kaya-energi. Katabolisme juga membolehkan molekul kompleks pada makanan (molekul zat
gizi) untuk diubah ke bentuk sederhananya untuk membuat molekul kompleks lain. Pemanenan
energi pada degradasi molekul kompleks terjadi pada tiga tahapan.

Hidrolisis molekul kompleks ke komponen building block


Contoh hidrolisis ini adalah protein didegradasi menjadi asam amino, polisakarida
dipecah menjadi monosakarida, dan trigliserida diubah menjadi asam lemak dan gliserol.

Konversi building block menjadi molekul antara


Pada tahap ini building block didegradasi kembali menjadi asetil-KoA dan molekul
sederhana lain. Dekarboksilasi (penarikan 1 karbon) oksidatif piruvat untuk membentuk asetil-
KoA, yang terjadi di matriks mitokondria, merupakan penghubung antara glikolisis dan daur
Kreb (Stryer, 1995). Koenzim A berperan sebagai penghantar asetil ke daur Kreb.

Piruvat
+
Piruvat + KoA + NAD Asetil-KoA + CO2 + NADH,
Dehidrogenase
dengan NAD+ adalah nikotinamid adenin dinukleotida (bentuk teroksidasi) dan NADH adalah
nikotinamid dinukleotida (bentuk tereduksi).

Oksidasi asetil-KoA
Daur Kreb adalah tahapan akhir dari oksidasi molekul bahan bakar (karbohidrat, lemak,
dan protein).

Tahap 1 :
Hidrolisis Protein Polisakarida Lemak
molekul
kompleks
Asam Amino* Monosakarida Asam Lemak/
gliserol
Tahap 2 :
Konversi
building block
menjadi Asetil- Asetil-KoA
KoA
Tahap 3 :
Oksidasi
asetil-KoA
Daur Kreb ATP
CO2

Gambar 6. Katabolisme Molekul Kompleks Menjadi Asetil-KoA


*lisin, alanin, serin, dan sistein masuk melalui jalur piruvat kemudian ke
asetil-KoA; lisin dan leusin masuk melalui asetil-KoA. Asam amino lain
masuk melalui produk antara Daur Kreb (Sumber: Champe dan Harvey,
1994)

Katabolisme 20 asam amino yang terdapat di dalam protein meliputi penarikan gugus -
amino yang diikuti oleh pemecahan kerangka karbon. Pemecahan kerangka karbon ini
menghasilkan tujuh produk, bergantung pada asam amino penyusus protein. Ketujuh produk
katabolisme tersebut adalah oksaloasetat, -ketoglutarat, piruvat, fumarat, asetil-KoA,
asetoasetil-KoA, dan suksinil-KoA.
Asam amino yang produk katabolismenya dapat dikonversi menjadi glukosa disebut
asam amino glukogenik. Contoh asam amino glukogenik adalah alanin, serin, sistein, asam
glutamat, glutamin, dan histidin. Sedangkan asam amino yang produk katabolismenya
membentuk benda-benda keton disebut asam amino ketogenik. Contoh asam amino ketogentik
adalah lisin dan leusin (Brody, 1999). Jalur masuk asam amino ke daur Kreb dapat dilihat pada
Gambar 7.
Segera setelah memasuki daur Kreb (Gambar 5), asetil berkondensasi dengan senyawa
empat atom (oksaloasetat) membentuk asam trikarboksilat yang terdiri atas 6 atom karbon
(sitrat). Isomer sitrat selanjutnya mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi senyawa 5 atom
karbon (-ketoglutarat). Senyawa ini kembali mengalami dekarboksilasi oksidatif menjadi
senyawa 4 karbon (suksinat). Selanjutnya, suksinat mengalami proses dehidrogenasi oleh enzim
suksinat dehidrogenase menjadi fumarat. Enzim fumarase, kemudian, mengatalisis perubahan
fumarat menjadi L-malat. Akhirnya, L-malat dehidrogenase mengubah L-malat menjadi
oksaloasetat kembali. Sampai dengan ini, satu rangkaian daur Kreb telah diselesaikan.
Alanin glisin

Sistein
Piruvat
Asparagin
Asetil-KoA KoA
Aspartat

NADH Okasaloasetat, C4 sitrat, C6

NAD+
Isositrat, C6
L-malat, C4
Fenilalanin NAD+ Arginin

Histidin
Fumarat, C4 CO2; NADH

FADH2 -ketoglutarat, C5 Glutamat


NAD+
FAD Glutamin
Suksinat, C4
Suksinil-KoA, C4 CO2; NADH

GTP GTP + Pi
Metilmalonil-KoA
Valin Treonin Metionin

Gambar 7. Daur Kreb dan Jalur Masuknya Produk Katabolisme Protein


Sumber: Champe dan Harvey, 1994

Pada setiap putaran daur Kreb, yang dimulai dari kondensasi asetil dengan oksaloasetat
sampai dengan terbentuknya kembali oksaloasetat, dikeluarkan 2 atom karbon dalam bentuk
CO2. Selain itu, setiap satu putaran juga akan menghasilkan 3 molekul NADH dan 1 molekul
flavin adenin dinukleotida (FADH2).

3.5.3 Fosforilasi Oksidatif


NADH dan FADH2 yang terbentuk pada proses glikolisis dan daur Kreb adalah molekul
berenergi tinggi karena masing-masing molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang
mempunyai potensial transfer yang tinggi. Bila elektron tersebut diberikan kepada oksigen,
sejumlah besar energi bebas dilepaskan, dan dapat digunakan untuk membentuk ATP (Styrer,
1995).
Fosforilasi oksidatif adalah proses pembentukan ATP melalui transfer elektron dari NADH
atau FADH2 kepada O2 melalui serangkaian rantai pengemban elektron. Proses ini merupakan
sumber utama pembentukan energi pada organisme aerob.
Fosforilasi oksidatif berlangsung di dalam mitokondria. Atas dasar itu mitokondria dijuluki
sebagai pabrik energi. Mitokondria mengandung 2 sistem membran, yaitu membran luar dan
membran dalam yang berlipat-lipat. Membran dalam membentuk lipatan-lipatan yang disebut
krista. Dengan demikian, terdapat dua kompartemen pada mitokondria, yaitu ruang
intermembran (antara membran luar dan membran dalam) dan matriks yang dibatasi oleh
membran dalam. Fosforilasi oksidatif berlangsung di dalam membran dalam, sedangkan daur
Kreb berlangsung pada matriks mitokondria.
3.6 Rangkuman Produksi ATP
Tahapan pembentukan ATP selama proses oksidasi satu molekul glukosa dapat diuraikan
sebagai berikut (Gambar 6).
i. Pada proses pengubahan 1 molekul glukosa menjadi 2 molekul gliseraldehid-3-fosfat
dibutuhkan 2 molekul ATP.

1 Glukosa

8 ATP
2 Piruvat
6 ATP
2 Asetil-KoA

Daur Krebs
24 ATP
Fosforilasi Oksidatif
Total = 38 ATP
6CO2 + 6H2O

Gambar 8. Rangkuman Jumlah netto ATP yang Terbentuk pada Setiap Tahapan Oksidasi
Glukosa

ii. Pada rangkaian proses pengubahan gliseraldehid-3-fosfat menjadi piruvat terbentuk 1


molekul NADH dan 2 molekul ATP. Karena untuk setiap oksidasi 1 molekul glukosa
menghasilkan 2 molekul gliseraldehid-3-fosfat maka NADH dan ATP yang terbentuk
masing-masing adalah 2 dan 4 molekul. Selanjutnya 2 molekul NADH mengalami fosforilasi
oksidatif untuk menghasilkan 6 molekul ATP (1 molekul NADH setara dengan 3 molekul
ATP).
iii. Pada daur Kreb, untuk setiap molekul asetil-KoA yang memasukinya, terbentuk 3 molekul
NADH (9 ATP), 1 molekul FADH 2 (2ATP; 1 molekul FADH2 setara dengan 2 molekul
ATP), dan 1 molekul GTP (setara dengan 1 molekul ATP). Oleh karena itu, ATP yang
terbentuk untuk 1 molekul glukosa yang mengalami oksidasi (2 molekul asetil-KoA
memasuki daur Kreb) adalah 2(9 + 2 + 1) molekul = 24 molekul (Gambar 8).

3.7 Kelainan-kelainan pada Metabolisme Karbohidrat


Keseluruhan proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat akan berjalan secara efisien
pada orang sehat yang, pada umumnya, padanya semua karbohidrat tercerna diserap pada saat
mereka mencapai jejenum bagian terbawah. Umumnya, karbohidrat yang diserap adalah dalam
bentuk monosakarida. Namun, beberapa gangguan pada aktivitas enzim disakaridase pada
mukosa usus menyebabkan lolosnya karbohidrat tak tercerna, terutama laktosa, ke usus besar.
Kehadiran bahan, yang secara osmotik aktif, ini di usus besar menyebabkan penarikan air
dari mukosa usus ke usus besar. Akibatnya adalah diare osmotik (Champe dan Harvey, 1994).
Hal ini diperkuat oleh fermentasi oleh bakteri terhadap karbohidrat sisa menjadi molekul
berkarbon dua atau tiga (yang juga aktif secara osmotik) ditambah dengan terbentuknya gas CO 2
dan H2 dalam jumlah besar (flatulence).
Faktor lain penyebab gangguan metabolisme karbohidrat adalah ketidakadaan atau
kekurangan enzim-enzim tertentu yang berperan mengatalisis reaksi metabolisme karbohidrat.
Beberapa kelainan metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut (Champe dan Harvey, 1994).

3.7.1. Intoleransi pada laktosa (lactose intolerance)


Lebih dari setengah orang dewasa menderita intoleransi terhadap laktosa. Gangguan
pencernaan ini terjadi karena kurang atau tidak adanya enzim laktase. Orang dewasa keturunan
kulit hitam dan keturunan Asia kurang mampu menguraikan laktosa dibandingkan dengan
keturunan Eropa atau kulit putih lainnya. Mekanisme hilangnya enzim laktase belum diketahui
dengan jelas, namun hal ini berkaitan dengan genetik. Penanganannya adalah menghindari
makanan yang mengandung laktosa.

3.7.2. Kekurangan isomaltase-sukrase


Kekurangan enzim ini akan menyebabkan intoleransi terhadap sukrosa di dalam
makanan. Kelainan ini umumnya ditemukan pada masyarakat Eskimo di Greenland.
Diperkirakan 10% masyarakat Eskimo menderita kalainan ini. Penanganannya ini dilakukan
dengan menghindari sukrosa.

3.7.3. Kerusakan disakaridase bawaan (hereditary defects)


Kekurangan enzim disakaridase menyebabkan intoleransi terhadap disakarida
(disaccharide intolerance).

3.7.4. Fruktosauria esensial


Fruktosauria esensial adalah gangguan metabolik yang terjadi karena tidak adanya enzim
fruktokinase. Akibatnya adalah kadar fruktosa dalam darah tinggi dan selanjutnya kadar fruktosa
dalam air kemih tinggi.

3.7.5. Galaktosemia
Galaktosemia adalah gangguan metabolik akibat defisiensi enzim galaktokinase. Akibatnya
adalah timbul bintik putih pada selaput bola mata (katarak), muntah-muntah, atau diare.

3.7.6. Penyakit Pompe


Gangguan metabolik ini menyebabkan penimbunan glikogen di lisosom. Hal ini
disebabkan oleh kekurangan enzim -1,4-glukosidase, suatu enzim hidrolitik yang terdapat pada
organel ini. Gambaran kliniknya adalah gagal jantung dan pernafasan. Penyakit ini menyebabkan
kematian pada anak sebelum mereka berumur 2 tahun.

3.7.7. Penyakit Von Gierke


Penyakit ini adalah gangguan metabolisme glukosa yang disebabkan oleh tidak adanya
enzim glukosa-6-fosfatase di dalam hati yang mengakibatkan hipoglikemia. Manifestasi
kliniknya adalah pembesaran hati.

3.7.8. Penyakit McArdle


Penyakit ini disebabkan oleh gangguan metabolisme glikogen pada otot yang disebabkan
oleh tidak adanya aktivitas fosforilase otot. Akibatnya adalah kemampuan melakukan aktivitas
sangat terbatas, dan kejang otot yang disertai oleh rasa sakit. Pendeteksian kekurangan enzim
tertentu dapat dilakukan dengan uji intoleransi oral (oral-intolerance test) terhadap karbohidrat
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai