Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

Oleh:
Diva Aditya Puteri Br G (200305008)
Fuza Febrilani. S (200305010)
Adinda Khairun Nisah (200305030)
Nelly Christy Pintauli Purba (200305049)
Triana Rahayu Ningsih (200305023)
ITP-A

LABORATORIUM BIOKIMIA
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
BAB I

PENDAHULUAN
Latar belakang
Manusia memerlukan energi untuk dapat menjalani aktivitasnya. Salah
satu sumber energi yang dikonsumsi oleh manusia adalah karbohidrat. Seperti
glukosa dan glikogen yang digunakan untuk sumber energi tubuh. Selain sebagai
sumber energi, karbohidrat juga berperan dalam penyusun jaringan makhluk hidup
seperti selulosa sebagai penyusun struktur jaringan yang terdapat pada tanaman.
Karbohidrat memiliki sifat fungsional sehingga dapat berperan sebagai komposisi
penting dalam proses pengolahan. Banyak diantaranya jenis dari kerbohidrat
dijadikan sebagai pengental, penstabil atau pemebentuk gel. Karena setiap struktur
yang ada pada karbohidrat memiliki karakter dan ciri khas nya masing-masing.
Karbohidrat dibentuk oleh beberapa satuan gula yang disebut sakarida.
Terbentuknya sekumpulan sakarida yang membangun karbohidrat karena adanya
reaksi pelepasan air sehingga membentuk rangkaian polimer. Karakteristik utama
senyawanya yakni terasa manis jika dihidrolisis.
Kata karbohidrat sendiri digunakan pada senyawa tersebut karena penyusun
utamanya karbon (C) dan hidrat (H2O). Pada manusia, karbohidrat menyediakan 4
kalori (kilojoule) energi per gram. Sehingga mampu memberikan energi yang
cukup untuk kerja metabolisme dan tubuh untuk bergerak. Dalam kehidupan
sehari-hari kita paling banyak mengonsumsi karbohidrat. Karena karbohidrat
paling banyak berasal dari tumbuhan. Seperti yang menjadi makanan pokok
seperti beras atau gandum termasuk dalam jenis tumbuhan yang memiliki
karbohidrat tinggi. Selain itu buah-buahan yang manis juga mengandung kadar
karbohidrat karena dibangun oleh kelompok oligasakarida seperti sukrosa ataupun
fruktosa. Umbi-umbian termasuk pula jenis tanaman yang memiliki kadar
karbohidrat yang tinggi seperti singkong, ubi jalar dan kentang. Sehingga umbi-
umbian terkadang dijadikan sebagai pengganti makanan pokok.
Komponen struktur dari karbohidrat yang penting terdapat pada makhluk
hidup dalam bentuk serat, selulosa, pektin dan lignin. Karbohidrat terdiri dari tiga
kelompok utama yakni monosakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Monosakarida termasuk pada golongan karbohidrat sederhana karena hanya
dibangun oleh 3-7 unit atom karbon. Sama halnya dengan oligosakarida tergolong
karbohidrat sederhana yang dibangun oleh 2-10 unit monosakarida. Adanya ikatan
glikosidik yaitu ikatan yang terjadi antara monosakarida dengan monosakarida
yang lainnya akan membentuk oligosakarida dan polisakarida. Sedangkan
polisakarida termasuk dalam golongan karbohidrat kompleks yang dibangun oleh
10 lebih unit monosakarida, bahkan dalam senyawanya ada yang membentuk
percabangan. Umumnya polisakarida bercirikan senyawanya yang berwarna putih
dan tidak berbentuk kristal, tida terasa terlalu manis, dan tidak memiliki sifat
mereduksi. Jika berat molekul dari polisakarida larut dalam air akan membentuk
koloid. Salah satu senyawa yang banyak dijumpai di alam adalah dalam bentuk
polisakarida yakni termasuk kedalamnya adalah glikogen dan pati.
Karena banyaknya jenis karbohidrat yang ada di alam diperlukan analisis
untuk membedakan antara karbohidrat dari golongan monosakarida, oligosakarida
atau polisakarida. Pengujian tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan
beberapa reagen penguji yang nantinya akan membedakan antara ketiga golongan
dari karbohidrat itu. Dikarenakan akan ada reaksi perubahan yang nampak terliha
ketika reagen penguji diberikan pada salah satu dari ketiga golongan sakarida.
Beberapa reagen yang biasa digunakan dalam uji karbohidrat adalah reagen
Molisch, reagen Benedict, reagen Fehling, reagen Barfoed, reagen Bial’s, reagen
Seliwanof dan larutan Iodine. Pada beberapa jenis reagen terdapat ciri khas
warnanya masing-masing sehingga dapat dibedakan berdasarkan warna dari
reagennya dan juga warna dari perubahan yang terjadi.

Tujuan
Adapun tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui cara identifikasi

karbohidrat

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Percobaan


Percobaan yang berjudul Analisis Kualitatif Karbohidrat dilakukan pada
hari Jumat, 17 September 2021 pukul 10.00 WIB di Laboratorium Biokimia
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada partikum ini adalah larutan glukosa,
fruktosa, laktosa, sukrosa, ribosa, ribulosa, dan suspensi pati, reagen Molisch,
reagen Benedict, reagen Fehling, reagen Barfoed, reagen Bial’s, reagen
Seliwanoff, larutan Iodine.
Alat
Adapun alat yang digunakan pada partikum ini adalah rak tabung reaksi,
tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur, dan penangas air.

.
BAB II

1. UJI MOLISCH
Tujuan : untuk mengidentifikasi karbohidrat
Prosedur :
Pertama, dimasukkan masing – masing 2 ml larutan glukosa, fruktosa, laktosa,
sukrosa, dan suspensi pati ke dalam masing-masing tabung reaksi. Kemudian
ditambahkan masing-masing 10 tetes reagen Molisch. Selanjutnya diteteskan
perlahan-lahan 15-20 tetes H2SO4 pekat melalui sisi tabung reaksi dengan posisi
miring. Diamati perubahan yang terjadi.

Hasil Pengamatan
Adapun hasil analisis kualitatif karbohidrat reagen molisch dapat dilihat pada tabel 1.

No. Karbohidrat Reagen penguji Hasil pengamatan


1 Glukosa Cincin berwarna ungu (+)
2 Fruktosa Cincin berwarna ungu (+++)
3 Laktosa Reagen Molisch Cincin berwarna ungu (+)
4 Sukrosa Cincin berwarna ungu (++)
5 Pati Cincin berwarna ungu (+)
Tabel 1. Tabel pengamatan kualitatif karbohidrat reagen Molisch

Reaksi
Adapun reaksinya adalah
Glukosa

H O
C H
H C OH C
O C O
HO C H
H2SO4
CH2C C
H C OH -3H2O C
HO H
H C OH H
CH2
HO
Fruktosa

OH
H2C O
C CH
HO C H
H2SO4 HC CH
C
H C OH -3H2O O
CH O
H C OH
H2C
OH

Laktosa

H2C OH H2C OH
H
OH C O H C O H CH2 O C
C H
C O H H2SO4 C C O
OH H C
OH H C 2 HO
-3H2O C C
H C C H OH
C C H H
H OH OH
H

Sukrosa

H2C OH
H H
H C O CH
O H2C OH CH2 O C CH
HC C
C H
C O
H2SO4 C C O +
OH H C C HO O
OH H -3H2O CH O
C C
OH C C HO CH2 C H
C H H
H OH OH
H

Pati
H2 C OH
H2 C OH
H2 C OH
H
H C O H H H
C O H
C O
H CH2 O C
H
C
OH H C
C H
OH H C H H2SO4 C C
O
C C HO
O OH H
C C O C C O C C
-3H2O C C
H OH O
OH
H
H OH H H

Pembahasan
Uji Molisch merupakan tes kimia sensitif untuk mendeteksi kehadiran
karbohidrat berdasarkan dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat atau asam klorida
untuk menghasilkan aldehida, yang mengembun dengan dua molekul fenol yang
mengembun dengan dua molekul fenol (biasanya α – naftol). Uji ini memberikan hasil
cincin senyawa bewarna merah atau ungu. Cincin ungu terbentuk dikarenakan
terhidrolisisnya karbohidrat oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida kemudian
monosakarida tersebut terkondensasi membentuk furfural yang kemudian bereaksi
dengan alfanaftol sehingga membentuk senyawa kompleks ungu (cincin ungu).
Cincin ungu terbentuk akibat asam sulfat pekat yang masuk melalui pinggir
yang akan terkumpul di dasar tabung dan lama kelamaan pada permukaan asam tadi
terbentuk senyawa kompleks ungu sehingga larutan akan terlihat menjadi tiga bagian
yaitu bagian paling bawah berwarna bening dimana larutan tersebut adalah asam,
bagian tengah berwarna ungu yang disebut sebagai cincin ungu, dan palingatas adalah
sampel yang diduga mengadung karbohidrat.

Kesimpulan
Uji Molisch bertujuan untuk mendeteksi kehadiran karbohidrat berdasarkan
dehidrasi karbohidrat oleh asam sulfat/ asam klorida. Uji ini memberikan cincin
bewarna merah atau ungu. Cincin ungu terjadi karena terhidrolisisnya karbohidrat
oleh H2SO4 pekat menjadi monosakarida, kemudian monosakarida terkondensasi
membentuk furfural kemudian bereaksi dengan alfanaftol sehingga membentuk
senyawa kompleks ungu

2. UJI BENEDICT

Tujuan Pengujian
Tujuan dilakukan uji Benedict pada karbohidrat pada percobaan ini yaitu untuk
mengidentifikasi gula pereduksi pada tiap karbohidrat, meliputi glukosa, fruktosa,
laktosa, sukrosa dan suspensi pati.
Prosedur
Langkah awal pengujian yaitu disiapkan seluruh alat dan bahan. Kemudian,
dimasukkan masing-masing 2 ml reagen Benedict ke dalam 5 buah tabung reaksi. Setelah
itu, tabung reaksi perlu dipanaskan dalam penangas air selama 2 menit. Kemudian,
dibiarkan tabung reaksi yang telah dipanaskan hingga dalam keadaan dingin. Lalu,
dimasukkan masing-masing 5 tetes larutan meliputi glukosa, fruktosa, laktosa, sukrosa
dan suspensi pati ke dalam tiap-tiap tabung reaksi. Dipanaskan kembali selama 2 menit.
Setelah dingin, diamati perubahan yang terjadi pada larutan.
Hasil Pengamatan
No. Karbohidrat Reagen Penguji Hasil Pengamatan
1. Glukosa Adanya endapan merah bata

2. Fruktosa Adanya endapan merah bata, warna


permukaan sedikit kekuningan
3. Laktosa Reagen Benedict Adanya endapan merah bata, warna
permukaan sedikit kekuningan
4. Sukrosa Tidak ada perubahan
5. Suspensi Pati Tidak ada perubahan

Gambar. Perubahan karbohidrat terhadap uji Benedict


Reaksi
Senyawa penyusun reagen benedict
CuSO4 .5H2O + Na2CO3 + Na3C6H5O7

 Reaksi Uji Benedict pada Glukosa

+ 2 Cu 2+ + 5 OH- + Cu2O + 2 H2 O
Reagen Benedict Tembaga (I)
(Blue) (endapan merah bata)

D-Glukosa D- asam glukonat

 Reaksi Uji Benedict pada Fruktosa


+ 2 Cu 2+ + 5 OH- + Cu2O + 2 H2 O
Reagen Benedict Tembaga (I)
(Blue) (endapan merah bata)

D-Fruktosa D-Sorbitol

 Reaksi Uji Benedict pada Laktosa

+ 2 Cu 2+ + 5 OH-
Reagen Benedict
(Blue)

Laktosa

+ Cu2O + 2 H2 O
Tembaga (I)
(endapan merah bata)

D-Glukosa D-Galaktosa
Pembahasan
Uji Benedict membantu untuk mengenali keberadaan gula pereduksi pada
suatu larutan. Gula pereduksi ditandai dengan penambahan endapan berwarna merah
bata setelah larutan dipanaskan. Semakin tinggi konsentrasi gula pereduksi (>2 g%)
maka warna dan endapan merah bata semakin pekat. Larutan karbohidrat dapat pula
berwarna biru, hijau, kuning atau pun oranye jika konsentrasi gula pereduksi sedikit
(<2 g%) (Kusbandari, 2015). Adapun perubahan warna karena reagen Benedict pada
larutan karbohidrat berdasarkan jumlah konsentrasi gula pereduksi dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Perubahan warna setelah uji Benedict berdasarkan jumlah gula pereduksi
pada larutan
Berdasarkan acuan perubahan warna, percobaan uji Benedict pada larutan
glukosa, fruktosa, dan laktosa diperoleh hasil larutan dengan penambahan endapan
merah bata dan sedikit perubahan warna menjadi kekuningan pada permukaan
larutan. Hal tersebut sudah pasti menandakan konsentrasi gula pereduksi >2 g% pada
glukosa, fruktosa, dan laktosa. Selain disebabkan oleh konsentrasi gula, uji Benedict
dinyatakan lebih cepat bereaksi pada senyawa golongan monosakarida dan disakarida.
Monosakarida dan disakarida tersusun atas gugus aldehid dan atau keton bebas. Hal
ini berbeda dengan sukrosa dan pati yang merupakan golongan polisakarida dengan
ciri gula non-pereduksi. Ketika glukosa, fruktosa dan laktosa mengalami penambahan
endapan merah batas, sukrosa dan pati tetap berwarna biru terang yang merupakan
warna asli reagen Benedict. Sesuai pada gambar diatas, warna biru menandakan
sebuah larutan termasuk non-gula pereduksi dengan kadar 0 g% (Kusbandari, 2015).
Pada pengujian ini, pereaksi reagen Benedict berupa larutan alkali 2Cu 2+ + 5
OH- direduksi oleh gula pereduksi pada glukosa, fruktosa, dan laktosa dengan gugus
aldehid atau keton bebas. Reaksi ini menghasilkan Cu2O atau tembaga (I) yang
berwujud endapan merah bata. Berdasarkan reaksinya, hasil reaksi reagen benedict
dengan glukosa berupa D-asam glukonat. Dihasilkan D-sorbitol dari reaksi reagen
benedict dengan D-fruktosa. Sedikit berbeda dengan yang lain, hasil reaksi reagen
benedict dengan laktosa meliputi 2 monosakarida berupa D-glukosa dan D-galaktosa.
Selain beberapa macam karbohidrat, dihasilkan pula Cu2O dan 2H2O pada seluruh
hasil reaksi reagen benedict dengan glukosa, fruktosa dan laktosa.
Glukosa disebut gula pereduksi karena mampu mentransfer hidrogen ke
senyawa lain, sehingga ion tembaga (II) dalam larutan Benedict direduksi menjadi ion
tembaga (I), yang menyebabkan perubahan warna. Semakin tinggi konsentrasi gula
pereduksi, maka warna yang dihasilkan pun akan semakin pekat. Sedangkan, sukrosa
dan suspensi pati yang bukan merupakan gula pereduksi menunjukkan hasil negatif.
akan tetapi apabila sukrosa dipanaskan dengan HCl sebelum pengujian akan
menunjukkan hasil positif karena adanya asam dan panas memutuskan ikatan
glikosidik dalam sukrosa melalui proses hidrolisis. sehingga didapatkan gula
pereduksi (glukosa dan fruktosa) yang dapat dideteksi dengan pereaksi Benedict
(Sunarya dan Setiabudi, 2007).

Kesimpulan
Uji benedict untuk mengidentifikasi adanya gua pereduksi pada karbohidrat.
Senyawa penyusun reagen benedict berupa CuSO4 .5H2O + Na2CO3 + Na3C6H5O7.
Adanya gula pereduksi ditandai dengan diperolehnya endapan merah bata setelah
karbohidrat bereaksi dengan reagen benedict. Diperoleh hasil endapan merah bata
pada glukosa, fruktosa dan laktosa yang menandakan ketiganya bereaksi dengan baik.
Selain dihasilkan endapan, dihasilkan pula beberapa karbohidrat lain. Reaksi benedict
dengan glukosa menghasilkan D-asam glukonat. Diperoleh pula D-sorbitol pada hasil
reaksi benedict dengan fruktosa. Sementara laktosa juga memperoleh hasil
karbohidrat lain berupa D-glukosa dan D-Galaktosa. Sukrosa dan pati yang termasuk
golongan polisakarida tidak bereaksi dengan reagen Benedict, larutannya tampak
tetap berwarna biru yang menandakan tidak ada gula pereduksi pada karbohidrat
tersebut.

3. UJI FEHLING
Tujuan
Untuk mengidentifikasi gula pereduksi
Prosedur
Langkah pertama adalah disiapkan seluruh alat dan bahan. Kemudian,
dimasukkan masing-masing 1 ml reagen Fehling–A, 1 ml reagen Fehling–B, dan 3 ml
air ke dalam 5 tabung reaksi. Lalu, dipanaskan tabung reaksi dalam penangas air
selama 2 menit. Kemudian, ditambahkan masing-masing 8 tetes larutan glukosa,
fruktosa, laktosa, sukrosa, dan suspensi pati ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Setelah itu, dipanaskan tabung reaksi dalam penangas air selama 2 menit. Setelah
dingin, diamati perubahan yang terjadi

Hasil pengamatan
No Karbohidrat Reagen Hasil Pengamatan
Penguji
1. Glukosa Terdapat sedikit endapan merah
bata
2. Fruktosa Reagen Keseluruhan larutan berubah
Fehling A warna menjadi merah bata
3. Laktosa + Terdapat sedikit endapan merah
Reagen bata
4. Sukrosa Fehling B Tidak terjadi perubahan
5. Pati Tidak terjadi perubahan

Reaksi
 Senyawa penyusun reagen Fehling
 Reaksi uji Fehling pada glukosa

 Reaksi uji Fehling pada fruktosa

Fruktosa Glukosa Manosa


Manosa
 Reaksi uji Fehling pada laktosa

Pembahasan
Reagen fehling digunakan dalam pengujian kualitatif karbohidrat dengan
tujuan mengidentifikasi gula pereduksi. Reagen fehling terdiri atas campuran
larutan fehling A dan fehling B, dimana campuran tersebut menghasilkan larutan
berwarna biru tua. Fehling A terdiri atas Tembaga (II) sulfat atau CuSO 4 dan
larutan Fehling B terdiri atas larutan alkalis dari kalium natrium tartarat (garam
Rochelle).
Dalam reagen fehling terdapat ion Cu2+ yang dapat tereduksi menjadi Cu+
oleh gula pereduksi. Dalam suasana basa Cu+ akan diendapkan menjadi Cu2O
yang berwarna merah bata. Reaksi umumnya dituliskan sebagai berikut:

Oleh karena itu, pada sampel karbohidrat yang merupakan gula pereduksi
akan terbentuk endapan berwarna merah bata. Ini disebut sebagai reaksi positif.
Sebaliknya, jika pada sampel tidak terbentuk endapan berwarna merah bata,
sampel karbohidrat tersebut bukanlah gula pereduksi dan reaksinya disebut
negatif.
Reagen fehling dapat bereaksi dengan gula pereduksi karena adanya gugus
aldehid bebas. Reagen fehling tidak bereaksi gugus ketosa, kecuali karbohidrat
yang mengandung gugus a-hidroksi keton seperti fruktosa. Glukosa merupakan
monosakarida yang memiliki gugus aldehid bebas pada senyawanya. Saat reagen
fehling direaksikan dengan glukosa, ion Cu2+ dari reagen fehling akan tereduksi
menjadi Cu+ hingga membentuk endapan Cu2O. Oleh karena itu, glukosa memberi
hasil positif pada uji fehling yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan
berwarna merah bata dalam tabung reaksinya.
Begitu juga dengan fruktosa, diperoleh hasil yang positif yang ditandai
dengan berubahnya warna larutan menjadi merah bata walaupun fruktosa tidak
mengandung gugus aldosa, melainkan ketosa. Hal ini terjadi karena fruktosa dapat
berisomerisasi menjadi glukosa dan manosa dalam keadaan basa. Glukosa dan
manosa memiliki gugus aldehid bebas sehingga bersifat mereduksi. Selain itu,
adnya reaksi alkali seperti reagen fehling terhadap fruktosa, menyebabkan
terjadinya dekomposisi rantai karbon sehingga produk pereduksi yang dihasilkan
lebih banyak. Hal-hal tersebut menyebabkan jumlah endapan merah bata pada
fruktosa lebih banyak daripada sampel gula pereduksi lainnya, bahkan
keseluruhan larutannya berwarna merah bata. Serupa dengan glukosa, laktosa
memberi hasil positif pada uji fehling dengan jumlah endapan merah bata yang
terbentuk hanya sedikit. Laktosa merupakan disakarida yang tersusun dari
galaktosa dan glukosa melalui ikatan glukosidic. Adanya ikatan tersebut
mengakibatkan gugus aldehid bebas hanya dimiliki oleh unit glukosanya saja.
Sementara itu, pada sukrosa dan pati, tidak terbentuk endapan berwarna
merah bata, dengan kata lain, sukrosa dan pati tidak bereaksi dengan reagen
fehling. Sukrosa merupakan disakarida yang tersusun dari unit glukosa dan
fruktosa dengan ikatan glukosidic. Sukrosa tidak memiliki gugus aldehid bebas
pada senyawanya, sehingga tidak ada reaksi reduksi yang terjadi atau disebut
hasilnya negatif. Sama halnya dengan pati, senyawa ini merupakan polisakarida,
dimana tidak memiliki gugus aldehid bebas. Oleh karena itu, reagen fehling tidak
dapat bereaksi dengan pati dan juga sukrosa, sehingga warna larutannya tetap
biru.

SIMPULAN
- Uji fehling untuk mengidentifikasi gula pereduksi.
- Uji fehling hanya bereaksi pada karbohidrat yang memiliki gugus aldehid bebas
- Uji positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna merah bata
- Uji negative ditandai dengan tidak adanya perubahan warna yang terjadi pada
larutan yang berwarna biru
- Glukosa, laktosa, dan fruktosa merupakan gula pereduksi
- Sukrosa dan pati bukan gula pereduksi

4. UJI BARFOED
Tujuan : untuk mengidentifikasi monosakarida
Prosedur :
Pertama, dimasukkan masing-masing 2 ml reagen Barfoed ke dalam 4 tabung
reaksi. Selanjutnya ditambahkan masing-masing 10 tetes larutan glukosa, fruktosa,
laktosa, sukrosa, dan suspensi pati ke dalam tabung reaksi tersebut. Ketiga dipanaskan
tabung reaksi dalam penangas air selama 5 menit. Setelah dingin, diamati perubahan
yang terjadi
Hasil Pengamatan

No. Karbohidrat Reagen penguji Hasil pengamatan


1 Glukosa Endapan berwarna merah
2 Fruktosa Endapan berwarna merah
3 Laktosa Reagen Barfoed Tidak ada endapan
4 Sukrosa Tidak ada endapan
5 Pati Endapan berwarna merah

Reaksi
Adapun reaksinya adalah
Glukosa

H O HO O
C C
H C OH H C OH
HO C H OH-
+ 2Cu2+ + 2H2O HO C H
+ Cu2O + 4H+
H C OH H C OH
H C OH H C OH
CH2 CH2
HO HO

Fruktosa

OH H O HO O
OH C
OH C
HC
H2C O C H C OH
C H C OH
HO C H HO C H HO C H
HO C H
H C OH H C OH H C OH
H C OH
H C OH H C OH H C OH
H C OH
H2C CH2 CH2
H2C OH HO
OH HO

Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapatkan frukrosa, glukosa dan pati menghasilkan


endapan bewarna merah sedangkan itu laktosa dan sukrosa tidak menghasilkan
endapan. Endapan merah pada frukrosa, glukosa dan pati menandakan bahwa
didalam senyawa tersebut terdapat monosakarida. Uji Barfoed menggunakan larutan
asam dari kupri asetat (Cu(CH3COO)2). Pada suasana asam, reaksi terjadi sehingga
frukrosa, glukosa dan pati dapat teroksidasi dengan cepat. Pereaksi Barfoed dalam
suasana asam akan direduksi lebih cepat oleh gula pereduksi monosakarida daripada
disakarida dan menghasilkan kupro oksida (Cu2O) berwarna merah bata

Kesimpulan

 Fukrosa, glukosa dan pati menghasilkan endapan bewarna merah,


sedangkan itu laktosa dan sukrosa tidak menghasilkan endapan.
 Endapan merah menandakan bahwa didalam senyawa tersebut terdapat
monosakarida
 Pada suasana asam, reaksi oksidasi akan terjadi sehingga bahan yang
mengandung monosakarida akan teroksidasi dengan cepat.
5. UJI BIALS
Tujuan : untuk mengidentifikasi gula pentosa.

Prosedur:
Pertama-tama dimasukan masing-masing 2 ml larutan arabinosa, ribulosa,
glukosa, dan larutan fruktosa ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian
ditambahkan masing-masing 3 ml reagen bial. Selanjutnya dipanaskan tabung reaksi
dalam penangas air selama 1 menit dan setelah dingin, diamati perubahan yang
terjadi.

Hasil pengamatan
No. Karbohidrat Reagen penguji Hasil pengamatan
1 Arabinosa Berwarna biru
2 Ribulosa Reagen bial’s Berwarna biru
3 Glukosa Berwarna coklat
4 Fruktosa Berwarna coklat

Reaksi
Reaksi Arabinosa:

Reaksi Ribulosa:
Pembahasan
Pada uji bials dilakukan dengan menambahkan masing-masing 3 ml reagen
bial’s ke dalam sampel, yaitu arabinosa, ribulose, glukosa dan fruktosa kemudian
dipanaskan dalam selama 1 menit setelah itu didinginkan, maka akan terlihat hasil uji
bial’s dengan ada atau tidaknya perubahan warna pada sampel. Uji yang digunakan
untuk membedakan pentose dan heksosa ini didasari pada pembentukan warna biru
atau hijau, bila larutan yang dideteksi hanya mengandung pentosa. Pentosa
terhidratasi menjadi furfural, kemudian bereaksi dengan pereaksi resorsinol
menghasilkan produk dengan warna hijau atau biru. Sedangkan sempel dengan
menghasilkan warna coklat terjadi karena terhidratasi dan bereaksi dengan resorsinol
membentuk warna coklat

Simpulan
Uji bial digunakan untuk mengidentifikasi gula pentose, ribosa dan arabinosa
termasuk ke dalam gula pentosa sedangkan glukosa dan fruktosa merupakan gula
heksosa. Uji positif ditandai dengan perubahan pada larutan yaitu warnanya menjadi
biru kehitaman. Uji negative ditandai dengan warna larutan yang tetap coklat.

6. UJI SELIWANOFF
Tujuan Pengujian
Tujuan dilakukan uji Seliwanoff pada karbohidrat pada percobaan ini yaitu
untuk mengidentifikasi gula ketosa pada tiap karbohidrat, meliputi glukosa, fruktosa,
laktosa, dan sukrosa.
Prosedur
Langkah awal pengujian uji Seliwanoff yaitu dimasukkan masing-masing 2 ml
larutan glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa ke dalam masing-masing tabung reaksi.
Setelah itu, ditambahkan 3 ml reagen Seliwanoff ke dalam masing-masing tabung
reaksi. Kemudian, dipanaskan seluruh tabung reaksi di dalam penangas air selama 10
menit. Setelah dingin, diamati perubahan yang terjadi pada larutan.
Hasil Pengamatan
No. Karbohidrat Reagen Hasil Pengamatan
Penguji
1. Glukosa Tidak ada perubahan
2. Fruktosa Reagen Warna larutan berubah merah ceri
3. Laktosa Seliwanoff Tidak ada perubahan
4. Sukrosa Warna larutan berubah merah ceri

Reaksi
o Senyawa penyusun reagen seliwanoff

HCl + H2O +

(C6H4(OH))
Resorsinol

o Reaksi Uji Seliwanoff pada Fruktosa

Furfural
D-fruktosa

Resorsinol
Warna merah ceri

o Reaksi Uji Seliwanoff pada Sukrosa

HCl
+

Sukrosa D-glukosa D-fruktosa


Furfural
D-fruktosa
Resorsinol
Warna merah ceri

Pembahasan
Reagen Seliwanoff tersusun atas resorsinol (C6H4(OH)) dalam HCl. Uji ini
dilakukan untuk mengetahui adanya keberadaan ketosa pada karbohidrat atau disebut
ketoheksosa. Melalui pengujian seliwanoff dapat dibedakan dan dikenali suatu
karbohidrat mengandung gugus keton atau mengandung gugus aldehid. Ciri yang
mudah dikenali adanya perubahan warna merah ceri yang cukup pekat pada
karbohidrat yang mengandung gugus ketosa, seperti fruktosa dan sukrosa. Selain
fruktosa dan sukrosa, larutan karbohidrat lainnya pada percobaan ini yang
mengandung gugus aldosa tidak mengalami adanya perubahan yang jelas, keduanya
tetap terlihat jernih setelah pemanasan 10 menit. Glukosa dan laktosa tidak
mengalami perubahan, masih berwarna sedikit oranye dan jernih seperti sebelum
pemanasan. Karbohidrat gugus aldosa juga memiliki sedikit peluang mengalami
perubahan jika pemanasan dilakukan lebih lama. Perubahannya berupa warna oranye
muda menjadi merah muda yang. Perlu diingat, bahwa golongan ketosa lebih mudah
dan cepat terdehidrasi selama pemanasan daripada aldosa (Elzagheid, 2018).

Gambar. Perubahan karbohidrat terhadap uji Seliwanoff


Fruktosa tersusun atas gugus keton, sementara sukrosa tersusun atas fruktosa
dari golongan ketosa dan glukosa yang termasuk golongan aldosa. Karena disusun
oleh dua karbohidrat berbeda, hasil reaksi pada sukrosa membutuhkan waktu yang
lebih lama. Pemanasan menghidrolisis sukrosa sehingga terurai glukosa dan fruktosa
yang menyusunnya. Kemudian, fruktosa tersebut yang akan bereaksi dengan
seliwanoff menghasilkan perubahan warna pada larutan. Berbeda dengan glukosa dan
laktosa yang murni disusun oleh aldehid sehingga lebih sulit terdehidrasi. Ketika
dilakukan pemanasan tabung reaksi selama 10 menit, HCl panas dari reagen
mengakibatkan ketoheksosa terdehidrasi menjadi hidroksifurfural. Furfural tersebut
kemudian bereaksi bersama resorsinol (C6H4(OH)) menghasilkan produk kondensasi
xanthenoid yang mengakibatkan adanya perubahan warna oranye hingga merah pekat
pada pengujian larutan fruktosa dan sukrosa (Sánchez-Viesca dan Gómez, 2018).

Kesimpulan
Uji seliwanoff untuk mengidentifikasi adanya ketosa pada karbohidrat. Reaksi
positif berupa perubahan penampilan warna menjadi merah ceri yang cukup pekat
pada karbohidrat dengan penyusun gugus keton. Sementara hasil dinyatakan negatif
apabila tidak ada atau sedikit sekali perubahan sebelum dan sesudah larutan
dipanaskan dengan penampakan yang tetap jernih. Pada percobaan yang dilakukan,
diperoleh hasil positif pada reaksi reagen seliwanoff dengan fruktosa dan sukrosa.
Keduanya memiliki gugus keton yang lebih cepat terdehidrasi daripada karbohidrat
lain yang disusun oleh gugus aldehid. Oleh karena itu, diperoleh hasil negatif pada
glukosa dan laktosa. Pada reaksi positif, mulanya HCl akan menyebabkan dehidrasi
kemudian reaksi dilanjutkan dengan resorsinol yang membentuk produk kondensasi
yang cenderung berwarna oranye hingga merah yang pekat.

7. UJI IODIN

Tujuan: untuk mengidentifikasi polisakarida.


Prosedur:
Pertama-tama dimasukan masing-masing 2 ml larutan glukosa, fruktosa,
laktosa, sukrosa, suspensi pati ke dalam masing-masing tabung reaksi, kemudian
diteteskan 1-2 tetes dan selanjutnya diamati perubahan yang terjadi.

Hasil pengamatan
No. Karbohidrat Reagen penguji Hasil pengamatan
1 Glukosa Berwarna kuning
2 Fruktosa Berwarna kuning
3 Laktosa Larutan Iodine Berwarna kuning
4 Sukrosa Berwarna kuning
5 Pati Berwarna biru kehitaman
Reaksi

Reaksi pada pati :

Pembahasan
Uji iodine yang dilakukan dengan cara mereaksikan sempel karbohidrat
dengan larutan iodine, memberikan hasil bahwa pati memberikan hasil yang positif
dengan terjadinya perubahan warna menjadi biru tua. Sedangkan glukosa, fruktosa,
laktosa, dan sukrosa memiliki hasil yang berbeda, yaitu dengan memiliki warna
kuning sehingga menghasilkan uji negatif. Berubahnya warna pada pati menjadi biru
tua disebabkan karena polisakarida. Dengan memiliki struktur yang spiral, apabila
direaksikan dengan larutan iodine, maka iodine akan terkunci dalam polisakarida
sehingga akan menghasilkan atau terjadinya perubahan warna menjadi biru tua.
Terkuncinya iodine, disebabkan oleh gugus polisakarida yang bersifat mereduksi
ikatan iodine, yakni dengan melepaskan ion H+ dan memutusakan ikatan pada larutan
iodine menjadi kation dan anion. Kation pun akan berikatan dengan anion dari
polisakarida, dan anion berikatan dengan kation hydrogen menjadi asam iodida.
Namun bila pati dipanaskan, molekul molekuliodin terlepas, sehingga warna biru
akan hilang kembali. Sedangkan glukosa, fruktosa, laktosa dan sukrosa tidak
mengikat iodine karena mereka masing-masing memiliki struktur yang sangat
sederhana (Aung Sumbono, 2016).

Kesimpulan
Uji iodine digunakan untuk mengidentifikasi polisakarida, glukosa fruktosa
laktosa dan sukrosa tidak termasuk polisakarida sedangkan pati adalah polisakarida.
Pati memiliki rantai bentuk spiral didalamnya sehingga dapat mengunci iodin di
dalam polisakarida sehingga terjadinya perubahan warna menjadi biru kehitaman.

DAFTAR PUSTAKA
Elzagheid, M. I. 2018. Laboratory activities to introduce carbohydrates qualitative
analysis to college students. World Journal of Chemical Education. 6(2) : 82-
86.

Fitri AS dan Fitriana YAN. 2020. Analisis Senyawa Kimia pada Karbohidrat.
SAINTEKS. 17 (1): 45-52.

Kusbandari, A. 2015. Analisis kualitatif kandungan sakarida dalam tepung dan pati
umbi ganyong (Canna edulis Ker.). Pharmaciana, 5(1) : 35-42

Sánchez-Viesca, F., dan Gómez, R. 2018. Reactivities involved in the seliwanoff


reaction. Modern Chemistry. 6(1) : 1-5. DOI : 10.11648/j.mc.20180601.11.

Sumbono, Aung. 2016. Biokimia Pangan Dasar. Deepublish, Yogyakarta.

Sunarya Y. dan Setiabudi A. 2007. Mudah dan Aktif belajar Kimia. Setian Purna
Invers, Jakarta.

Wilujeng I. 2016. Presentasi praktikum IPA uji molish. Universitas Negeri Yogyakarta.

https://www.youtube.com/watch?v=lZ_0MkUzdbo

https://www.youtube.com/watch?v=lZ_0MkUzdbo&t=32s

https://www.youtube.com/watch?v=pqzELCGGVAk

https://youtu.be/zd60ZrOeuQM

Anda mungkin juga menyukai