Anda di halaman 1dari 2

PEMBAHASAN

1. Uji Aktivitas Ptialin


Pada pengujian aktivitas ptialin digunakan air ludah karena air ludah mengandung
enzim ptialin, air ludah ditambahkan aquades dan amilum. Larutan kemudian
ditambahkan lugol warna larutan tidak berwarna. Hal tersebut terjadi karena enzim ptialin
memiliki kemampuan memecah ikatan glukosida pada polimer pati (Nangin, 2015).
Sedangkan tujuan ditambahkan lugol karena lugol merupakan indikator untuk menguji
karbohidrat, khususnya amilum pada makanan (Alifah, 2015).
Uji aktivitas ptialin yang kedua menggunakan aquades yang ditambahkan amilum
larutan tidak berwarna, kemudian setelah ditambah lugol larutan berubah warna menjadi
biru tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa amilum tidak terpecah karena tidak terdapat
enzim ptialin.
2. Uji Getah Lambung
Pada uji getah lambung, larutan yang digunakan adalah getah lambung (HCl).
Kemudian, digunakan alat ukur pH dengan indikator universal. Pada pengukuran pH HCl
didapatkan pH sebesar satu, hal tersebut menunjukkan lambung bersifat asam. Pada
lambung , getah lambung memiliki pH 1-1.5, getah diproduksi oleh sel parietal lambung
yang diatur oleh refleks regang rangsangan syaraf atau rangsangan hormon gastrin. Sifat
asam lambung yaitu dapat mengaktivasi pepsinogen menjadi pepsin yang berfungsi
memecah protein menjadi proteosa dan pepton (Asmadi, 2008). Pada percobaan aquades
didapatkan pH sebesar lima. Hal tersebut membuktikan bahwa aquades bersifat asam
lemah dan mendekati nilai tujuh atau netral
3. Uji Sukrase
Sukrase adalah enzim saluran pencernaan yang berfungsi untuk memecah sukrosa
menjadi fruktosa dan glukosa.

CH2OH O CH2OH H OH
O H C O C
H HCOH2 H
H sukrase OH C H H C OH
O + H2O
OH H H H C OH OH C H
H
OH OH OH H C OH
H C
H C OH
H OH CH2OH
OH H CH2OH
D-Fruktosa
Sukrosa D-Glukosa

(Mikrajuddin, 2007)
Pada uji sukrase, digunakan ragi yang dihaluskan dengan toluena untuk melarutkan
sampel. Tujuan ditambahkan pasir untuk mempermudah penghalusan karena ragi
lengket. Setelah terbentuk larutan yang homogen, larutan disaring untuk mendapatkan
supernatannya lalu dibagi menjadi lima tabung reaksi, setiap tabung reaksi diberi
perlakuan yang berbeda.
Perlakuan yang diberikan yaitu ditambah dengan Na2CO3 , fehling, dan aquades yang
bertujuan sebagai indikator ada tidaknya glukosa. Tujuan ditambahkan buffer asetat
untuk mempertahankan pH dalam supernatan (Supriyatna, 2015).
a. Tabung reaksi I, supernatan ditambahkan buffer asetat, aquades, Na2CO3 dan
fehling. Larutan berubah warna menjadi biru tua. Setelah itu tabung dipanaskan
dan terbentuk endapan jingga dan warna larutan biru muda. hal tersebut terjadi
karena enzim sukrase tidak bekerja. Tujuan dilakukan pemanasan untuk mencapai
suhu optimum enzim bekerja (35-40oC).
b. Tabung reaksi II, supernatan ditambahkan buffer astetat, sukrosa, Na2CO3 dan
fehling larutan berwarna biru tua. Hal tersebut menunjukkan bahwa larutan
mengandung glukosa yang berasal dari penguraian sukrase. sedangkan setelah
dipanaskan terdapat endapan merah bata banyak karena guloksa bereaksi dengan
fehling dan menghasilkan endapan.
c. Tabung reaksi III, supernatant ditambahkan buffer asetat, amilum, Na2CO3 dan
fehling. Larutan berwarna biru tua yang menunjukkan bahwa larutan mengandung
glukosa. Setelah dipanaskan larutan dan terdapat endapan jingga sedikit. Hal
tersebut terjadi karena substrat yang ditambahkan adalah amilum, dimana
sukrase hanya dapat memecah sukrosa, akibatnya amilum tidak tereduksi menjadi
gula. Jadi enzim sukrase tidak bekerja.
d. Tabung reaksi IV, supernatan yang dipanaskan ditambah buffer asetat, sukrosa,
Na2CO3 dan fehling. Lalu dipanaskan terbentuk endapan merah sedikit dengan
warna larutan biru. Hal tersebut menunjukkan terbentuk glukosa dari penguraian
sukrase namun endapan sedikit karena pemanasan berlebih.
e. Tabung reaksi V, supernatan yang dipanaskan ditambahkan buffer asetat, amilum,
Na2CO3, dan fehling. Lalu dipanaskan dan terbentuk endapan jimgga. Hal tersebut
menunjukkan bahwa sukrase tidak bekerja karena substrat adalah amilum.
Pada percobaan IV dan V pemanasan dilakukan dua kali. Dimana jika suhu terus
menerusenzim akan mengalami denaturasi enzim dan rusak (Supriyatna, 2015) jadi
endapan yang dihasilkan sedikit

Anda mungkin juga menyukai