Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Karbohidrat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami struktur glukosa,
fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini dengan
menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula yang bukan pereduksi.
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebes dan tidak bebas.
C. LANDASAN TEORI
Karbohidrat dalam diet umumnya terdapat dalam bentuk zat pati, laktosa,
sukrosa, dan selulosa. Di rongga mulut, enzim amilase saliva bekerja pada zat pati
secara acak menghasilkan maltosa, beberapa glukosa, dan unit-unit molekul pati
yang kecil atau dekstrin. Di dalam lambung, kerja amilase terhenti karena tingkat
keasaman yang tinggi (HCI). Di dalam usus halus, pH bolus makanan menjadi
alkali oleh sekresi pankreas. Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh kerja enzim
amylase pankreas yang serupa dengan enzim dari saliva. Bila kerja amilase
menghidrolisis zat pati sempurna, lumen usus halus akan mengandung glukosa,
maltosa, isomaltosa, serta laktosa dan sukrosa dari diet. Selulosa yang dimakan
ialah polisakarida yang tidak dapat dicernakan pada manusia karena enzim yang
menghidrolisisnya tidak dibentuk (Djakani, 2013: 72).
Klasifikasi karohidrat pada umumnya didasarkan atas kompleksitas
struktur kimia. Berdasarkan kompleksitasnya karbohidrat dibedakan atas
karbohidrat sederhana, yang lebih dikenal sebagai monosakarida dan karbohidrat
majemuk yang meliputi oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang
mengandung gugus hidroksil dan mempunyai gugus formil atau gugus aldehid
dikenal sebagai polihidroksi aldehida sedangkan karbohidrat yang mengandung
gugus hidroksil dan mempunyai gugus karbonil atau gugus keton dikenal sebagai
polihidroksi keton. Selain itu ada pula yang mengklasifikasikan karbohidrat
menjadi satu karbohidrat yang dapat dicerna dan ka rbohidrat yang tidak dapat
dicerna (Sumardjo, 2009: 205).
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan
cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang
paling sederhana ialah gliseraldehid dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat
disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom
karbon dan mempunyai gugus keton (Poedjiadi, 2012: 24-25).
Disakarida mengandung 2 monosakarida yang disatukan oleh sebuah
ikatan 0-glikosidat. Disakarida yang paling senng dijumpai adalah maltosa,
laktosa, dan sukrosa. Maltosa terdiri dan 2 unit glukosa yang disatukan (1->4).
Pada aktosa, terdapat penyatuan sebuah galaktosa dan sebuah glukosa oleh (l-
>4). Pada sukrosa, glukosa dan fruktosa disatukan (l->2) melalui karbon
anomeriknya. Oligosakarida adalah karbohidrat yang mengandung dari 3 sampai
sekitar 12 monosakarida. Oligosakarida dijumpai dalam komponen dimana
karbohidrat glikoprotein dan glikolipid dan diantara produk pencernaan kanji
protein yang sekresikandari sel, misalnya immunoglobulin dan protein factor
pembekuan darah biasanya mengandung rantai oligosakarida dan oleh karena itu,
merupakan glikoprotein. Gugus karbohidrat dari glikoprotein dan glikolipid
tersimpan di dalam membran sel yang terletak dipermukaan ekstrasel. Dan
Polisakarida mengandung puluhan ribu monosakarida yang disatukan oleh ikatan
glikosidat. Polisakarida dapat membentuk rantai lurus atau membentuk stuktur
bercabang-cabang (Marks, 2000: 54).
Pereaksi Fehling terdiri atas Fehling A (34,65 gram kupri sulfat dalam 500
mL air) dan Fehling B ( campuran 173 gram natrium hidroksida dan 125 gram
kalium natrium tartat dalam 500 mL air). Campuran larutan Fehling A dan
Fehling B yang merupakan larutan yang berwarna biru. Pereaksi fehling
ditambahkan karbohidrat pereduksi kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan
warna dari biru -> hijau-> kuning-> kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata. Kuproksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak
CHO COONa
H C OH + 2+
Cu NaOH + H2O H C OH + Cu2O + 2H2+

Dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang
membentuk garam karena adanya basa, sedangkan pereaksi Fehling akan
mengalami reduksi sehungga tembaga bermartabat dua berubah menjadi tembaga
bermartabat satu ( Sumardjo, 2009: 236-237).
Reaksi Benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat dan natrium sitrat, glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dan
kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian dapat mengendap sebagai Cu2O.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan itu tergantung pada konsentrasu karbohidrat yang diperiksa
(Poedjiadi,2012: 40).
Modifikasi pereaksi Fehling adalah pereaksi Benedict, yang merupakan
campuran 173 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sitrat, dan 100 gram natrium
karbonat dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi
Benedict akan terjadi penibahan wama dari biru - hijau - kuning - kemerah-
merahan - dan akhimya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila
konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi Fehling,
dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat,
sedangkan pereaksi Benedict (sebagai Cu2+ ) akan tereduksi menjadi kupro oksida.

CHO COOH
H C OH + Cu2+ NaOH + H2O H C OH + Cu2O + 2H2+

(Sumardjo, 2009: 237).


Pereaksi Molisch terdiri atas lartan naftol dalam alkohol. Apabila
pereaksi ini ditambahkan pada glukosa misalnya, kemudian secara hati-hati
ditambhkan asam sulfat pekat, akan terbentuk dua lapisan zat cair. Pada batas
kedua lapisan itu akan terjadi warna ungu karena terjadi kondensasi reaksi
kondensasi antara furfural dengan naftol (Poedjiadi, 2012: 42).
Pereaksi Tollens dibuat dengan mereaksikan larutan perak nitrat dengan
larutan ammonium hidroksida secara perlahan sehingga endapan yang mula-mula
terbentuk larut.

CHO COONH4
H C OH + Ag(NH3)2OH H C OH + Ag + H2O
cermin perak

(Sumardjo, 2009: 237).


Semua karbohidrat yang mempunyai gugus aldehida atau keton bebas
akan membentuk osazon bila dipanaskan bersama fenilhidrazin berlebih. Ozason
yang terbentuk mempunyai bentuk Kristal dan titik lebur yang khas bagi maisng-
masing karbohidrat. Pada reaksi antara glukosa dengan fenilhidrazin, mula-mula
terbentuk D-glikosafenilhidrazi , kemudian bereaksi berlanjut hingga terbentuk D-
gluoksazon. Glukosa fruktosa dan nanosa dengan fenilhidrazin menghasilkan
osazon yang sama. Dari struktur ketiga monosakarida tersebut tampak bahwa
posisi gugus OH dan atom H pada atom karbon nomor 3,4 dan 5 sama. dengan
demikian osazon yang terbentuk mempunyai struktur yang sama.

HCO + H2 NNHC6H5 HC NNHC6H5 + H2O HC NNHC6H5

HCOH HCOH C NNHC6H5

HOCH HOCH HOCH + C6H5NH2


2C6H5NHNH2
HCOH HCOH HCOH + NH3 + 2H2O

HCOH HCOH HCOH

CH2OH CH2OH CH2OH

D-glukosa D-glukosafenil-hidrazin D-glukosazon


(larut)

(Poedjiadi, 2012: 42-43).


D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a. Tabung reaksi besar 1 buah
b. Tabung reaksi sedang 24 buah
c. Penjepit tabung 1 buah
d. Gelas kimia 1000 mL 1 buah
e. Gelas kimia 250 mL 1 buah
f. Corong biasa 1 buah
g. Gelas ukur 10 mL 1 buah
h. Gelas ukur 25 mL 1 buah
i. Pipet tetes 20 buah
j. Batang pengaduk 1 buah
k. Kaki tiga dan kasa asbes @1 buah
l. Pembakar spiritus 1 buah
m. Stopwatch 1 buah
n. Rak tabung reaksi 3 buah
o. Botol semprot 1 buah
p. Spatula 1 buah
q. Pipa kapiler 1 buah
r. Thermometer 100oC 1 buah
s. Melting point 1 buah
2. Bahan OH

OH
O HO
O
O HO
+ HCl
NaOH
OH
O HO O HO
2 Cu
2+
+ 5 OH
-

HO
HO
CH 2OH HO
OH
OH
+ HO
CH 2OH
OH

Larutan -naftol 1,5 M dalam etanol


OH OH
OH

a. ( H
O
OH CH OH
OH
OH
O
)
2
+ OH + Cu 2O + 3 H 2O
OH HO
HO H H
OH
OH

b. Larutan perak nitrat 5% (AgNO3)


c. Larutan Natrium hidroksida 10% (NaOH)
d. Larutan Amonium hidroksida 2% (NH4OH)
e. Glukosa (C6H12O6)
f. Fruktosa (C6H12O6)
g. Sukrosa (C12H22O11)
h. Laktosa (C12H22O11)
i. Fenilhidrazin (C6H5NHNH2)
j. Asam sulfat pekat (H2SO4)
k. Asam klorida10% (HCl)
l. Aquades (H2O)
m. Pereaksi Benedict
n. Pereksi Tollens
o. Pipa kapiler
p. Kertas saring biasa
q. Kertas lakmus
r. Kapas
s. Larutan x
t. Tissue
E. PROSEDUR KERJA
1. Uji Molisch
a. 2 mL larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa dan sampel x)
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
b. 2 tetes larutan -naftol 1,5 M ditambahkan ke dalam tabung yang berisi
larutan gula.
c. 2 mL larutan H2SO4 pekat disiapkan dalam 4 tabung reaksi yang berbeda dan
larutan gula yang telah bercampur dengan -naftol 1,5 M dituangkan ke
dalammasing-masing tabung melalui sisi tabung reaksi, sedemikian rupa
sehingga larutan mengapung pada permukaan asam tanpa terjadi
pencampuran.
d. Perubahan warna diamati pada batas kedua cairan.
2. Uji Tollens
a. 3 tabung reaksi disiapkan yang berisi pereaksi 4 mL Tollens.
b. 5 tetes larutan gula (glukosa, sukrosa dan sampel x) ditambahkan ke dalam
pereaksi tollens pada tabung yang berbeda.
c. Terbentuknya cermin perak atau tidak diamati dan dicatat.
3. Uji benedict
a. 10 tetes larutan benedict disiapkan dalam 5 tabung reaksiyang berbeda.
b. 5 tetes larutan gula (glukosa, fruktosa, sukrosa laktosa dan sampel x)
ditambahkan ke dalam masing-masing tabung yang berbeda.
c. Masing-masing tabung reaksi ditambahkan dalam air mendidih hingga
terdapat endapan.
d. Perubahan warna yang terjadi diamati dan dicatat.
4. Uji Osazon
a. 5 mL larutan gula (fruktosa, glukosa, sukrosa, laktosa dan sampel x)
ditempatkan dalam masing-masing tabung reaksi yang berbeda.
b. 2 mL fenilhidrazin ditambahkan ke dalam masing-masing tabung reaksi yang
telah diisi larutan gula..
c. Campuran diaduk dengan baik.
d. Masing-masing tabung disumbat dengan kapas.
e. Kelima tabung reaksi dipanaskan dalam air panas mendidih selama 30 menit.
f. Didinginkan dengan direndam pada air es..
g. Perubahan yang terjadi dicatat dan dialami.
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
a. 5 mL larutan sukrosa dan larutan sampel X disiapkan dalam dua tabung
reaksi.
b. 5 mL larutan HCl 10% ditambahkan dalam masing-masing tabung reaksi
tersebut
c. Kedua tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama 50 menit.
d. Larutan didinginkan.
e. Larutan yang didinginkan dinetralkan dengan larutan NaOH 10%
f. pH larutan diuji dengan kertas lakmus.
g. Pengujian dilakukan dengan menambahkan 10 tetes pereaksi benedict pada
masing-masing tabung reaksi yang berisi campuran.
h. Larutan dipanaskan hingga terjadi perubahan.
i. Hasil pengujian ini dibandingkan dengan uji benedict terhadap sukrosa dan
untuk sampel X di atas.
F. HASIL PENGAMATAN
1. Uji Molisch
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Glukosa
2 mL glukosa + 2 tetes -naftol 1,5 M Larutan bening dengan
(tidak berawrna) (coklat) endapan berwarna coklat.
2 mL H2SO4 (tak berwarna) Larutan keruh dan
terbentuk cincin ungu.
2. Sukrosa
2 mL sukrosa + 2 tetes -naftol 1,5 M Larutan bening dengan
(tidak berawrna) (coklat) endapan berwarna coklat.
2 mL H2SO4 (tak berwarna) + larutan Larutan keruh dan
bening dengan hablur coklat terbentuk cincin ungu.
3. Laktosa
2 mL sukrosa + 2 tetes -naftol 1,5 M Larutan bening dengan
(tidak berawrna) (coklat) endapan berwarna coklat.
2 mL H2SO4 (tak berwarna) + larutan Larutan keruh dan
bening dengan hablur coklat terbentuk cincin ungu.
4. Fruktosa
2 mL fruktosa + 2 tetes -naftol 1,5 M Larutan bening dengan
(tidak berawrna) (coklat) endapan berwarna coklat.
2 mL H2SO4 (tak berwarna) + larutan Larutan keruh dan
bening dengan hablur coklat terbentuk cincin ungu.
5. Sampel x
2 mL sukrosa + 2 tetes -naftol 1,5 M Larutan bening dengan
(tidak berawrna) (coklat) endapan berwarna coklat.
2 mL H2SO4 (tak berwarna) + larutan Larutan keruh dan
bening dengan hablur coklat terbentuk cincin ungu.
2. Uji Tollens
No. Perlakuan Hasil Pengamatan

1. Tabung 1
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna
glukosa (tak berawarna) + dipanaskan kehitamaan, lalu
membentuk cermin perak
2. Tabung 2
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna
sukrosa (tak berwarna) ) + dipanaskan kehitamaan, lalu
membentuk cermin perak
3. Tabung 3)
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna abu-abu
sampel x (tak berwarna) + dipanaskan lalu berwarna hitam pekat.

3. Uji Benedict
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung 1
10 tetes Benedict + 5 tetes glukosa Larutan hijau dengan
(biru) (tak berwarna) endapan merah bata
2. Tabung 2
10 tetes Benedict + 5 tetes fruktosa Larutan berwarna orange
(biru) (tak berwarna) dan terdapat endapan
merah bata
3. Tabung 3
10 tetes Benedict + 5 tetes sukrosa Larutan berwarna biru
(biru) (tak berwarna) muda
4. Tabung 4
10 tetes Benedict + 5 tetes laktosa Larutan kehijauan dengan
(biru) (tak berwarna) endapan warna merah bata
5. Tabung 5
10 tetes Benedict + 5 tetes sampel x Larutan hijau pekat dan
(biru) (tak berwarna) terdapat endapan

4. Uji Osazon
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung 1
5 mL glukosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
2. Tabung 2
5 mL fruktosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
dan tidak terbentuk kristal
Larutan berawarna kuning air dingin
3. Tabung 3
5 mL sukrosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
4. Tabung 4
5 mL laktosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
5. Tabung 5
5 mL sampel X + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung I
5 mL sukrosa + 5 mL HCl 10% Larutan bening
(tak berwarna) (tak berawarna)
Larutan dipanaskan Larutan berwarna kuning
Larutan kuning diuji lakmus Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
+ NaOH 10% berlebih (tak berwarna) Larutan berwarna kuning
Larutan jingga diuji kertas lakmus Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
Uji benedict
10 tetes benedict (biru) + 5 tetes sukrosa Larutan berwarna biru
yang telah terhidrolisis (kuning)
Larutan berwarna jingga

2. 5 mL sampel X + 5 mL HCl 10% Larutan bening


(tak berwarna) (tak berawarna)
Larutan dipanaskan Larutan berwarna kuning
Larutan kuning diuji lakmus jernih
Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
+ NaOH 10% berlebih (tak berwarna) Larutan berwarna kuning
Larutan jingga diuji kertas lakmus Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
Uji benedict
10 tetes benedict (biru) + 5 tetes sampel Larutan berwarna biru
X yang telah terhidrolisis (kuning)
Larutan berwarna hijau
G. PEMBAHASAN
1. Uji Molisch
Pengujian ini dilakukan untuk menguji suatu larutan sampel apakah
sampel tersebut termasuk golongan karbohidrat atau bukan. Pada percobaan ini
digunakan larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Masing-masing larutan
gula tersebut ditambahkan larutan -naftol yang berwarna coklat yang berfungsi
untuk mengidentifikasi adanya karbohidrat dalam sampel sehingga menghasilkan
larutan bening dan terdapat endapan coklat. Kemudian masing-masing larutan
ditambahkan H2SO4 pekat melalui dinding tabung agar perubahan yang terjadi
dapat terlihat jelas. Setelah penambahan H2SO4 maka terbentuk dua lapisan zat
cair dan pada batas antara kedua lapisan itu terbentuk cincin warna ungu pada
masing-masing tabung yang berisi larutan gula. Terbentuknya cincin ungu di
antara lapisan ini disebabkan terjadinya reaksi antara furfural dengan -naftol,
sehingga dapat diketahui bahwa larutan glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa,
termasuk golongan karbohidrat. Sampel x yang direaksikan dengan -naftol dan
H2SO4 menunjukkan bahwa sampel x merupakan karbohidrat karena
menghasilkan uji positif yaitu terbentuk cincin ungu. Adapun reaksi yang terjadi :
a. Glukosa dengan naftol

OH OH
O HC HC
H OH
H
OH H + H2SO4 C + 2 C C
O
HO OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH
furfural alfa naftol
Glukosa OH
cincin ungu

b. Fruktosa dengan naftol

OH
HO O HC HC
O H
H HO + H2SO4 C + 2 C C
O
H
OH HOH2C OH HOCH O CH
OH H OH
furfural alfa naftol
Fruktosa OH
cincin ungu
c. Sukrosa dengan naftol
OH OH
HO O HC HC
H OH O H
H C + 2 C C
OH H O H HO + H2SO4
O
HO
OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH H OH
furfural alfa naftol
Sukrosa OH
cincin ungu

d. Laktosa dengan naftol


OH OH OH
O HC HC
H OH H
H H C + 2
OH H O OH H OH +H2SO4 O
C C
HO HOH2C OH HOCH O CH
H OH H OH OH
furfural alfa naftol
Sukrosa OH
cincin ungu

2. Uji Tollens
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan gula yang termasuk gula
pereduksi atau gula bukan pereduksi. Perocbaan ini menggunakan 3 jenis sampel,
yaitu glukosa, sukrosa dan sampel x. Tahap pertama yang dilakukan yaitu
mereaksikan AgNO3 dengan NH4OH untuk memperoleh reagen uji Tollens,
dengan persamaan reaksinya:

2 Ag+ + NO3- + 2 NH4OH Ag2O + 2 NH4NO3 + H2O


(endapan
putih)

Ag2O + 4 NH3 + H2O 2 Ag (NH3)2+ + OH-


(pereaksi Tollens)
Larutan gula yaitu, sukrosa, glukosa dan sampel x masing-masing direaksikan
dengan pereaksi Tollens yang berwarna bening kemudian dipanaskan dengan
tujuan mempercepat terjadinya reaksi. Berdasarkan percobaan larutan glukosa
terbentuk cermin perak. Dengan persamaan reaksi:
CH 2OH CH 2OH

H O H H OH

OH
H
H + 2 Ag(NH3)2+ OH
H
H COO
-
+ 2 Ag+ + 4 NH3 + H2O
HO OH (pereaksi Tollens) HO (cermin perak)
H OH H OH

(glukosa)

Hal ini menandakan bahwa glukosa merupakan gula pereduksi, dan pada sukrosa
setelah direaksikan dengan pereaksi Tollens juga terdapat cermin perak. Hal ini
tidak sesuai dengan teori, bahwa sukrosa sebenarnya adalah gula bukan pereduksi
karena sukrosa tersusun atas monosakarida yaitu fruktosa yang memiliki gugus
ketosa dan glukosa yang memiliki gugus aldosa, di mana keduanya berikatan
melalui atom oksigen pada atom-atom hemiasetal/hemiketal sehingga tidak lagi
mempunyai sifat aldehid atau alfa hidroksi keton sehingga tidak dapat mereduksi
pereaksi tollens. Adapun rekasi yang seharusnya terjadi:
CH 2OH

H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Ag(NH3)2+ + OH-
HO CH 2OH
H OH HO H (pereaksi Tollens)
(sukrosa)

Selanjutnya, gula x diuji dengan pereaksi Tollens. Pengujian ini


menunjukkan hasil negatif, yaitu tidak terbentuk cermin perak. jadi sampel x
bukan merupakan gula pereduksi karena tidak dapat mereduksi Ag(NH3)2+
menjadi Ag yaitu cermin perak.
3. Uji Benedict
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui adanya gula pereduksi pada
larutan sampel yang terdiri dari fruktosa dan glukosa (monosakarida) serta
sukrosa dan laktosa (disakarida) dan juga sampel x. Kelima gula tersebut
direaksikan dengan pereaksi Benedict yang berwarna biru mengahsilkan larutan
biru pada kelima larutan gula. Setelah penambahan Benedict dilakukan
pemanasan untuk mempercepat reaksi. Setelah pemanasan terbentuk endapan
merah bata pada glukosa, fruktosa dan laktosa. Sedangkan pada sukrosa larutan
tetap berwarna biru.
Terbentuknya endapan merah bata pada glukosa, fruktosa, dan laktosa
menunjukkan bahwa ketiga gula tersebut digolongkan sebagai gula pereduksi. Hal
ini terjadi karena pada glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dalam larutan Fehling
menjadi Cu+ yang mengendap Cu2O, disebabkan karena glukosa mengandung
gugus aldehid atau aldose bebas, sedangkan fruktosa meskipun termasuk dalam
golongan ketosa, tetapi masih bias mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ karena fruktosa
mengandung gugus ketosa (hemiketal) bebas. Begitu pun juga dengan laktosa,
dapat mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+ karena ikatan karbon anomeriknya terdapat
gugus keton bebas. Berbeda halnya dengan sukrosa, yang tidak menghasilkan
endapan merah bata, artinya sukrosa tidak dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+
karena sukrosa tidak memiliki gugus aldehid atau keton bebas (strukturnya
berikatan pada gugus hemiasetalnya). Reaksi yang terjadi yaitu :
a. Glukosa
CH 2OH CH 2OH

H O H H OH
O
OH
H
H + 2 Cu
2+
+ 5 OH -
OH
H
H C + 2 Cu2O + 3 H2O
HO OH HO O- (endapan merah bata)
H OH H OH

(glukosa)
b. Fruktosa
CH 2OH
HOCH2 O H OH
H
HO
2+
+ 2 Cu + 5 OH- OH
H
H CH 2OH + 2 Cu2O + 3 H2O
H
H CH 2OH HO (endapan merah bata)
HO H H OH

(fruktosa)

c. Laktosa

CH 2OH CH 2OH CH 2OH CH 2OH


O H O OH H O OH H O OH
H H
OH
H
H OH
H
H OH
H
H + OH
H
H
O
HO H HO H HO H
H OH H OH H OH H OH

(laktosa) (D-glukosa) (D-galaktosa)

CH 2OH CH 2OH
O H O
H O O
OH
H
H C + OH
H
H C + Cu2O + 6 H2O
HO O -
HO O-
(endapan
H OH H OH merah bata)
b. Sukrosa

CH 2OH

H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Cu2+ + 5 OH- tidak terbentuk
HO CH 2OH endapan merah
H OH HO H bata
(sukrosa)

Sampel x yang diuji dengan pereaksi Benedict menunjukkan hasil positif


yaitu terbentuk endapan merah bata. Jadi sampel x merupakan gula pereduksi
karena dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ yang jika bereaksi ditandai dengan
terbentuknya endapan merah bata (Cu2O).
4. Uji Osazon
Bertujuan untuk menguji adanya gugus aldehid atau keton bebas pada
larutan sampel gula (fruktosa, glukosa, laktosa, sukrosa dan sampel x). Kelima
sampel gula direaksikan dengan fenilhidrazin yang berwarna kuning. Kelima
campuran tersebut kemudian dipanaskan untuk mempercepat terjadinya reaksi.
Berdasarkan teori, uji positif terjadi pada glukosa, fruktosa dan laktosa. Di mana
terbentuk hablur warna kuning yang disebut osazon. Pada glukosa, terbentuk
hablur/kristal berwarna kuning karena memiliki gugus aldehid (aldosa) bebas,
sedangkan pada fruktosa juga terbentuk hablur kuning (osazon) karena terdapat
gugus keton (ketosa) bebas pada strukturnya. Sama halnya dengan laktosa,
meskipun termasuk dalam golongan disakarida, laktosa masih mempunyai gugus
aldehid (aldosa) bebas sehingga bisa bereaksi dengan fenilhidrazin membentuk
hablur kuning yang disebut osazon. Berbeda halnya dengan sukrosa, ketika
direaksikan dengan fenilhidrazin, tidak terjadi uji positif karena gugus aldehid
(hemiasetal) dan keton (hemiketal) saling berikatan melalui atom oksigen dan
tidak lagi memiliki sifat aldehid bebas pada strukturnya. Adapaun reaksi yang
terjadi :
a. Reaksi untuk glukosa
H H
C O C N NH
H C OH C O
HO C H + H2N NH HO C H
H C OH H C OH
(fenilhidrazin)
H C OH H C OH

CH2OH CH2OH
(D-glukosa)

H2N NH

H
C N NH
C N NH
HO C H
H C OH
H C OH

CH2OH
glukosazon (osazon kuning)

b. Reaksi untuk fruktosa


CH2OH
C O
HO H
+ H2N NH
H OH
H OH (fenilhidrazin)

CH2OH
(D-fruktosa)

H H
C N NH C N NH
H C OH C O
HO H HO H
H2N NH
H OH H OH
H OH H OH
CH2OH CH2OH

H
C N NH
C N NH
HO H
H OH
CH2OH
(frukto osazon)
c. Reaksi untuk laktosa
H
C N NH
CH 2OH CH 2OH

H O H H O OH C N NH
H H +
OH H
O
OH H H2N NH HO H
HO H H OH
H OH H OH (fenilhidrazin) OH
H
(laktosa) CH2OH
(galaktosazon)

d. Reaksi untuk sukrosa

CH 2OH

H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + H2N NH
HO CH 2OH
H OH HO H (fenilhidrazin)
(sukrosa)

Sampel x yang diuji dengan fenilhidrazin. pengujian ini menunjukkan


hasil positif yaitu terbentuk hablur kuning. Jadi sampel x merupakan gula
pereduksi yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas.
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
Gula yang akan dihidrolisis pada pengujian ini adalah sukrosa dengan
menambahkan HCl 10% pada sukrosa. HCl berfungsi untuk menghidrolisis
sukrosa menjadi fruktosa dan glukosa. Campuran tersebut dipanaskan untuk
mempercepat terjadinya reaksi. Setelah larutan tersebut didinginkan, dinetralkan
dengan penambahan larutan NaOH 10%. Untuk membukti bahwa larutan tersebut
telah netral, maka digunakan kertas lakmus di mana lakmus merah menjadi warna
biru. Campuran yang sudah netral kemudian diuji dengan pereaksi Fehling yang
berwarna biru. Campuran dipanaskan sehingga menghasilkan endapan merah
bata. Hal ini menandakan bahwa sukrosa telah terhidrolisis menjadi fruktosa dan
glukosa yang masing-masing memiliki gugus aldehid dan keton bebas sehingga
dapat mereduksi Cu2+ menjadi Cu+ dengan terbentuknya endapan Cu2O. Jika
dibandingkan dengan sukrosa yang belum terhidrolisis pada pengujian
sebelumnya, tidak terdapat endapan merah bata karena sukrosa belum terhidrolisis
menjadi fruktosa dan glukosa. Adapun reaksi yang terjadi :
CH 2OH CH 2OH
HOCH2 O H
H O H CH2OH O H H O H
H HO
OH
H
H O H HO + HCl OH H + H
H CH 2OH
HO CH 2OH HO OH
HO H
H OH HO H H OH

(sukrosa) (glukosa) (fruktosa)

CH 2OH
HOCH2 O H
O H
H 2 Cu2+
OH
H
H + H HO + Cl-
H CH 2OH
2 OH-
HO OH
HO H
H OH
(glukosa) (fruktosa)

CH 2OH CH 2OH

O H OH
H O
H H
Cu2O + OH H CH 2OH
OH H C + H2O +
HO O - HO
(endapan H OH
H OH merah bata)
(asam glukonat) (asam fruktonat)

H. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan, dapat disimpulkan bahwa :
a. Gula pereduksi dan gula bukan pereduksi ditentukan berdasarkan pengujian
dengan pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling. Berdasarkan uji Tollens, gula
pereduksi yaitu glukosa, fruktosa dan laktosa, sedangkan gula bukan pereduksi
yaitu sukrosa. Berdasarkan uji Benedict gula pereduksi yaitu glukosa, fruktosa
dan laktosa sedangkan gula bukan pereduksi yaitu sukrosa. Sedangkan pada uji
Molisch yang dapat diidentifikasi adalah apakah termasuk golongan
karbohidrat atau bukan. Berdasarkan uji Molisch yang termasuk golongan
karbohidrat yaitu sukrosa , fruktosa, glukosa dan sukrosa.
b. Berdasarkan uji osazon, disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid atau
keton bebas adalah laktosa sedangkan disakarida yang mempunyai kumpulan
aldehid atau keton yang tidak bebas adalah sukrosa.
2. Saran
Diharapkan kepada praktikan selanjutnya agar memperhatikan larutan yang
digunakan yaitu segi kualitas bahan karena akan sangat mempengaruhi pada hasil
percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Djakani, Hindri, Theresia V. Masinem, Yanti M. Mewo. 2013. Gambar Kadar


Gula Darah Puasa Laki-laki Usia 40-59 Tahun. Jurnal e-Biomedik. Vol.
1. No. 1.

Marks, Dawn B., Allan D. Marks dan Colleen M. Smith. 1996. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia

Sumardjo, Danim. 2009. Pengantar Kimia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai