JUDUL PERCOBAAN
Reaksi Karbohidrat
B. TUJUAN PERCOBAAN
Sebelum melakukan percobaan mahasiswa harus memahami struktur glukosa,
fruktosa, sukrosa dan laktosa. Setelah melakukan percobaan ini dengan
menggunakan pereaksi yang ada, diharapkan mahasiswa dapat :
1. Membedakan antara gula pereduksi dengan gula yang bukan pereduksi.
2. Membedakan antara disakarida yang mempunyai kumpulan aldehid
(hemiasetal) atau keton (hemiketal) bebes dan tidak bebas.
C. LANDASAN TEORI
Karbohidrat dalam diet umumnya terdapat dalam bentuk zat pati, laktosa,
sukrosa, dan selulosa. Di rongga mulut, enzim amilase saliva bekerja pada zat pati
secara acak menghasilkan maltosa, beberapa glukosa, dan unit-unit molekul pati
yang kecil atau dekstrin. Di dalam lambung, kerja amilase terhenti karena tingkat
keasaman yang tinggi (HCI). Di dalam usus halus, pH bolus makanan menjadi
alkali oleh sekresi pankreas. Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh kerja enzim
amylase pankreas yang serupa dengan enzim dari saliva. Bila kerja amilase
menghidrolisis zat pati sempurna, lumen usus halus akan mengandung glukosa,
maltosa, isomaltosa, serta laktosa dan sukrosa dari diet. Selulosa yang dimakan
ialah polisakarida yang tidak dapat dicernakan pada manusia karena enzim yang
menghidrolisisnya tidak dibentuk (Djakani, 2013: 72).
Klasifikasi karohidrat pada umumnya didasarkan atas kompleksitas
struktur kimia. Berdasarkan kompleksitasnya karbohidrat dibedakan atas
karbohidrat sederhana, yang lebih dikenal sebagai monosakarida dan karbohidrat
majemuk yang meliputi oligosakarida dan polisakarida. Karbohidrat yang
mengandung gugus hidroksil dan mempunyai gugus formil atau gugus aldehid
dikenal sebagai polihidroksi aldehida sedangkan karbohidrat yang mengandung
gugus hidroksil dan mempunyai gugus karbonil atau gugus keton dikenal sebagai
polihidroksi keton. Selain itu ada pula yang mengklasifikasikan karbohidrat
menjadi satu karbohidrat yang dapat dicerna dan ka rbohidrat yang tidak dapat
dicerna (Sumardjo, 2009: 205).
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, dalam arti molekulnya
hanya terdiri atas beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan
cara hidrolisis dalam kondisi lunak menjadi karbohidrat lain. Monosakarida yang
paling sederhana ialah gliseraldehid dan dihidroksiaseton. Gliseraldehida dapat
disebut aldotriosa karena terdiri atas tiga atom karbon dan mempunyai gugus
aldehida. Dihidroksiaseton dinamakan ketotriosa karena terdiri atas tiga atom
karbon dan mempunyai gugus keton (Poedjiadi, 2012: 24-25).
Disakarida mengandung 2 monosakarida yang disatukan oleh sebuah
ikatan 0-glikosidat. Disakarida yang paling senng dijumpai adalah maltosa,
laktosa, dan sukrosa. Maltosa terdiri dan 2 unit glukosa yang disatukan (1->4).
Pada aktosa, terdapat penyatuan sebuah galaktosa dan sebuah glukosa oleh (l-
>4). Pada sukrosa, glukosa dan fruktosa disatukan (l->2) melalui karbon
anomeriknya. Oligosakarida adalah karbohidrat yang mengandung dari 3 sampai
sekitar 12 monosakarida. Oligosakarida dijumpai dalam komponen dimana
karbohidrat glikoprotein dan glikolipid dan diantara produk pencernaan kanji
protein yang sekresikandari sel, misalnya immunoglobulin dan protein factor
pembekuan darah biasanya mengandung rantai oligosakarida dan oleh karena itu,
merupakan glikoprotein. Gugus karbohidrat dari glikoprotein dan glikolipid
tersimpan di dalam membran sel yang terletak dipermukaan ekstrasel. Dan
Polisakarida mengandung puluhan ribu monosakarida yang disatukan oleh ikatan
glikosidat. Polisakarida dapat membentuk rantai lurus atau membentuk stuktur
bercabang-cabang (Marks, 2000: 54).
Pereaksi Fehling terdiri atas Fehling A (34,65 gram kupri sulfat dalam 500
mL air) dan Fehling B ( campuran 173 gram natrium hidroksida dan 125 gram
kalium natrium tartat dalam 500 mL air). Campuran larutan Fehling A dan
Fehling B yang merupakan larutan yang berwarna biru. Pereaksi fehling
ditambahkan karbohidrat pereduksi kemudian dipanaskan akan terjadi perubahan
warna dari biru -> hijau-> kuning-> kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk
endapan merah bata. Kuproksida bila jumlah karbohidrat pereduksi banyak
CHO COONa
H C OH + 2+
Cu NaOH + H2O H C OH + Cu2O + 2H2+
Dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan diubah menjadi asam onat yang
membentuk garam karena adanya basa, sedangkan pereaksi Fehling akan
mengalami reduksi sehungga tembaga bermartabat dua berubah menjadi tembaga
bermartabat satu ( Sumardjo, 2009: 236-237).
Reaksi Benedict berupa larutan yang mengandung kuprisulfat,
natriumkarbonat dan natrium sitrat, glukosa dapat mereduksi ion Cu2+ dan
kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian dapat mengendap sebagai Cu2O.
Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning atau merah bata. Warna
endapan itu tergantung pada konsentrasu karbohidrat yang diperiksa
(Poedjiadi,2012: 40).
Modifikasi pereaksi Fehling adalah pereaksi Benedict, yang merupakan
campuran 173 gram kupri sulfat, 173 gram natrium sitrat, dan 100 gram natrium
karbonat dalam 100 gram air. Pemanasan karbohidrat pereduksi dengan pereaksi
Benedict akan terjadi penibahan wama dari biru - hijau - kuning - kemerah-
merahan - dan akhimya terbentuk endapan merah bata kupro oksida apabila
konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi. Seperti halnya pereaksi Fehling,
dalam reaksi ini karbohidrat pereduksi akan teroksidasi menjadi asam onat,
sedangkan pereaksi Benedict (sebagai Cu2+ ) akan tereduksi menjadi kupro oksida.
CHO COOH
H C OH + Cu2+ NaOH + H2O H C OH + Cu2O + 2H2+
CHO COONH4
H C OH + Ag(NH3)2OH H C OH + Ag + H2O
cermin perak
OH
O HO
O
O HO
+ HCl
NaOH
OH
O HO O HO
2 Cu
2+
+ 5 OH
-
HO
HO
CH 2OH HO
OH
OH
+ HO
CH 2OH
OH
a. ( H
O
OH CH OH
OH
OH
O
)
2
+ OH + Cu 2O + 3 H 2O
OH HO
HO H H
OH
OH
1. Tabung 1
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna
glukosa (tak berawarna) + dipanaskan kehitamaan, lalu
membentuk cermin perak
2. Tabung 2
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna
sukrosa (tak berwarna) ) + dipanaskan kehitamaan, lalu
membentuk cermin perak
3. Tabung 3)
4 mL Tollens (tak berwarna) + 5 tetes Larutan berwarna abu-abu
sampel x (tak berwarna) + dipanaskan lalu berwarna hitam pekat.
3. Uji Benedict
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung 1
10 tetes Benedict + 5 tetes glukosa Larutan hijau dengan
(biru) (tak berwarna) endapan merah bata
2. Tabung 2
10 tetes Benedict + 5 tetes fruktosa Larutan berwarna orange
(biru) (tak berwarna) dan terdapat endapan
merah bata
3. Tabung 3
10 tetes Benedict + 5 tetes sukrosa Larutan berwarna biru
(biru) (tak berwarna) muda
4. Tabung 4
10 tetes Benedict + 5 tetes laktosa Larutan kehijauan dengan
(biru) (tak berwarna) endapan warna merah bata
5. Tabung 5
10 tetes Benedict + 5 tetes sampel x Larutan hijau pekat dan
(biru) (tak berwarna) terdapat endapan
4. Uji Osazon
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung 1
5 mL glukosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
2. Tabung 2
5 mL fruktosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
dan tidak terbentuk kristal
Larutan berawarna kuning air dingin
3. Tabung 3
5 mL sukrosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
4. Tabung 4
5 mL laktosa + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
5. Tabung 5
5 mL sampel X + 2 mL fenilhidrazin Dua lapisan= atas (bening)
(tak berawarna) (kuning) dan bawah (kuning)
+ dipanaskan Terbentuk hablur kuning
Larutan berawarna kuning air dingin dan tidak terbentuk kristal
5. Hidrolisis Sukrosa oleh Asam
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Tabung I
5 mL sukrosa + 5 mL HCl 10% Larutan bening
(tak berwarna) (tak berawarna)
Larutan dipanaskan Larutan berwarna kuning
Larutan kuning diuji lakmus Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
+ NaOH 10% berlebih (tak berwarna) Larutan berwarna kuning
Larutan jingga diuji kertas lakmus Lakmus merah -> merah
Lakmus biru -> merah
Uji benedict
10 tetes benedict (biru) + 5 tetes sukrosa Larutan berwarna biru
yang telah terhidrolisis (kuning)
Larutan berwarna jingga
OH OH
O HC HC
H OH
H
OH H + H2SO4 C + 2 C C
O
HO OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH
furfural alfa naftol
Glukosa OH
cincin ungu
OH
HO O HC HC
O H
H HO + H2SO4 C + 2 C C
O
H
OH HOH2C OH HOCH O CH
OH H OH
furfural alfa naftol
Fruktosa OH
cincin ungu
c. Sukrosa dengan naftol
OH OH
HO O HC HC
H OH O H
H C + 2 C C
OH H O H HO + H2SO4
O
HO
OH HOH2C OH HOCH O CH
H OH OH H OH
furfural alfa naftol
Sukrosa OH
cincin ungu
2. Uji Tollens
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan gula yang termasuk gula
pereduksi atau gula bukan pereduksi. Perocbaan ini menggunakan 3 jenis sampel,
yaitu glukosa, sukrosa dan sampel x. Tahap pertama yang dilakukan yaitu
mereaksikan AgNO3 dengan NH4OH untuk memperoleh reagen uji Tollens,
dengan persamaan reaksinya:
H O H H OH
OH
H
H + 2 Ag(NH3)2+ OH
H
H COO
-
+ 2 Ag+ + 4 NH3 + H2O
HO OH (pereaksi Tollens) HO (cermin perak)
H OH H OH
(glukosa)
Hal ini menandakan bahwa glukosa merupakan gula pereduksi, dan pada sukrosa
setelah direaksikan dengan pereaksi Tollens juga terdapat cermin perak. Hal ini
tidak sesuai dengan teori, bahwa sukrosa sebenarnya adalah gula bukan pereduksi
karena sukrosa tersusun atas monosakarida yaitu fruktosa yang memiliki gugus
ketosa dan glukosa yang memiliki gugus aldosa, di mana keduanya berikatan
melalui atom oksigen pada atom-atom hemiasetal/hemiketal sehingga tidak lagi
mempunyai sifat aldehid atau alfa hidroksi keton sehingga tidak dapat mereduksi
pereaksi tollens. Adapun rekasi yang seharusnya terjadi:
CH 2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Ag(NH3)2+ + OH-
HO CH 2OH
H OH HO H (pereaksi Tollens)
(sukrosa)
H O H H OH
O
OH
H
H + 2 Cu
2+
+ 5 OH -
OH
H
H C + 2 Cu2O + 3 H2O
HO OH HO O- (endapan merah bata)
H OH H OH
(glukosa)
b. Fruktosa
CH 2OH
HOCH2 O H OH
H
HO
2+
+ 2 Cu + 5 OH- OH
H
H CH 2OH + 2 Cu2O + 3 H2O
H
H CH 2OH HO (endapan merah bata)
HO H H OH
(fruktosa)
c. Laktosa
CH 2OH CH 2OH
O H O
H O O
OH
H
H C + OH
H
H C + Cu2O + 6 H2O
HO O -
HO O-
(endapan
H OH H OH merah bata)
b. Sukrosa
CH 2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + 2 Cu2+ + 5 OH- tidak terbentuk
HO CH 2OH endapan merah
H OH HO H bata
(sukrosa)
CH2OH CH2OH
(D-glukosa)
H2N NH
H
C N NH
C N NH
HO C H
H C OH
H C OH
CH2OH
glukosazon (osazon kuning)
CH2OH
(D-fruktosa)
H H
C N NH C N NH
H C OH C O
HO H HO H
H2N NH
H OH H OH
H OH H OH
CH2OH CH2OH
H
C N NH
C N NH
HO H
H OH
CH2OH
(frukto osazon)
c. Reaksi untuk laktosa
H
C N NH
CH 2OH CH 2OH
H O H H O OH C N NH
H H +
OH H
O
OH H H2N NH HO H
HO H H OH
H OH H OH (fenilhidrazin) OH
H
(laktosa) CH2OH
(galaktosazon)
CH 2OH
H O H CH2OH O H
H
OH H O H HO + H2N NH
HO CH 2OH
H OH HO H (fenilhidrazin)
(sukrosa)
CH 2OH
HOCH2 O H
O H
H 2 Cu2+
OH
H
H + H HO + Cl-
H CH 2OH
2 OH-
HO OH
HO H
H OH
(glukosa) (fruktosa)
CH 2OH CH 2OH
O H OH
H O
H H
Cu2O + OH H CH 2OH
OH H C + H2O +
HO O - HO
(endapan H OH
H OH merah bata)
(asam glukonat) (asam fruktonat)
Marks, Dawn B., Allan D. Marks dan Colleen M. Smith. 1996. Biokimia
Kedokteran Dasar. Jakarta: Buku Kedokteran EGC