Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
B. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mengenal ekstraksi kontinyu dengan
perantaraan panas
C. Landasan Teori
Kafein merupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak
terdapat dalam teh, kopi dan coklat, mempunyai rumus C8H10O2N4. Dari hasil
penelitian diperoleh bahwa teh memiliki kandungan kafein yang lebih banyak
dibandingkan dengan kopi. Struktur kafein adalah sebagai berikut:
E. Prosedur Kerja
1. Ditimbang sebanyak 25 gram sampel teh matcha.
2. Dibungkus sampel teh dengan menggunakan kertas saring biasa dan diikat
dengan benang wol.
3. Dimasukkan sampel teh ke dalam soxhlet.
4. Ditambahkan etanol sebagai pelarut.
5. Dipanaskan diatas penangas air hingga empat kali sirkulasi.
6. Dimasukkan larutan yang diperoleh ke dalam gelas kimia dan ditambahkan
dengan larutan MgO, hasil suspensi 17,5 gram padatan MgO dalam 75 mL
aquades.
7. Dipindahkan campuran larutan ke dalam cawan poselin dan diuapkan sambil
diaduk diatas penangas hingga berubah menjadi powder.
8. Dimasukkan powder ke dalam 125 mL air panas sambil diaduk.
9. Disaring dengan corong buchner.
10. Diulangi langkah ke-9 dan ke-10 dengan 62,5 mL air panas.
11. Dikumpulkan filtrat yang diperoleh ke dalam gelas kimia dan ditambahkan 40
mL H2SO4 encer.
12. Diuapkan larutan hingga 1/3 dari volume awal.
13. Dimasukkan larutan ke dalam corong pisah dan ekstraksi dengan 15 mL
kloroform.
14. Ditambahkan 5 tetes NaOH
15. Diulangi ekstraksi sebanyak tiga kali.
16. Diuapkan hasil ekstraksi dengan menggunakan oven.
F. Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil Pengamatan
1. Teh ditimbang 25 g
2. Teh dimasukkan kedalam kertas Serbuk teh terbungkus kertas saring
saring, dilipat dan diikat
3. Dimasukkan kedalam sokhlet dan Larutan berwarna kuning
ditambahkan etanol
4. dipanaskan diatas penangas air I = 32,42 menit
dengan sirkulasi diatur sebanyak 5 II = 21 menit
kali III = 20,61 menit
IV = 19,02 menit
V = 17,79 menit
5. Setelah disirkulasi sebanyak 5 kali Larutan berwarna hitam pekat
6. Suspensi dibuat (17,5 MgO + 75 Larutan berwarna putih
mL H2O) sambil diaduk
G. Analisis Data
Dik : Massa praktek = 0 gram
Massa toeri = 25 gram
Dit : % kafein...?
Penyelesaian :
m praktek
% Kafein = × 100%
m teori
0 𝑔𝑟𝑎𝑚
% Kafein = × 100%
25 gram
% Kafein = 0 %
H. Pembahasan
Tujuan dari percobaan ini adalah mengenal ekstraksi kontinyu dengan
perantaraan panas. Adapun prinsip dasar dari percobaan ini adalah Prinsip
dasar dari percobaan ini yaitu ekstraksi kontinyu melalui perantaraan panas,
ekstraksi ini merupakan metode pemisahan zat dari campurannya dan
menggunakan pelarut yang sama digunakan berulang-ulang. Prinsip kerja yang
digunakan dalam percoban ini adalah penimbangan, pengadukan, penguapan,
pengocokan dan penyaringan yang akan dijelaskan lebih rinci. Dalam ekstraksi
ini sampel yang digunakan adalah teh karena teh memiliki kandungan kafein
yang lebih banyak dibandingkan dengan coklat dan kopi.
Sebelum melakukan ekstraksi terlebih dulu teh ditimbang lalu
dibungkus dengan menggunakan kertas saring kemudian diikat menggunakan
benang wol. Fungsi dari benang wol adalah untuk mengikat teh yang telah
dibungkus. Penggunaan benang wol disini bisa mempercepat dalam proses
pengikatan karena ukuran benang yang cukup besar. Selanjutnya sampel yang
telah dibungkus tadi dimasukkan ke dalam soxlet. Kemudian diisi dengan
etanol yang berfungsi sebagai pelarut. Etanol digunakan sebagai pelarut karena
etanol memiliki sifat yang hampir sama dengan sampel karena keduanya
bersifat polar sehingga dapat melarutkan kafein yang terdapat pada sampel.
Etanol yang telah dimasukkan kedalam labu bundar ditambahkan batu didih
agar pada saat pemanasan bisa mengurangi tekanan yang dihasilkan seiring
dengan adanya kenaikan suhu yang bisa berpotensi menyebabkan letupan. Pada
proses ini melibatkan pemanasan sehingga sirkulasi terjadi. Sirkulasi ini terjadi
karena pelarut yang terdapat pada labu bundar mengalami proses penguapan.
Banyaknya sirkulasi yang dilakukan juga berpengaruh pada hasil akhir
dari kafein yang akan dihasilkan sehingga semakin banyak sirkulasi yang
dilakukan maka hasilnya juga semakin baik. Sirkulasi yang terjadi pada
pemanasan tidak konstan karena terdapat selang waktu antara sirkulasi yang
pertama dan sirkulasi yang lain. Hal ini disebabkan karena suhu pada sirkulasi
awal masih sangat rendah sehingga tekanan mempengaruhi sirkulasi terjadi
semakin lama sehingga dapat dipahami bahwa tekanan berperan penting pada
proses sirkulasi dimana semakin tinggi suatu tekanan maka semakin cepat
proses sirkulasi. Pada percobaan ini pemanasan dilakukan sampai 5 kali
sirkulasi dengan reaksi sebagai berikut:
O O CH3
N H3C
+N N
N
O N N N
O N
H + 2C2H5OH
OH CH3 OH
O O
OH OH
HO H3C
(xantosin) (etanol) (3,7-dimetil xantosin)
Larutan yang diperoleh adalah larutan dengan warna hitam pekat .
Kemudian kedalam larutan tersebut ditambahkan suspensi. Suspensi disini
terlebih dahulu dibuat dengan melarutkan MgO dengan H2O. Adapun fungsi
dari MgO adalah untuk mengikat kafein serta zat-zat dalam campuran tersebut
sehingga pada saat proses penguapan kafein tidak ikut menguap bersama
etanol. Dengan reaksi sebagai berikut :
O CH3
H3C OH
N O
N H3C CH3
N
MgO N
OH
O N N
H2O + O + Mg+
OH O N N
CH3
H OH
O CH3 HO
OH
H3C
(3,7-dimetil xantosin) (kafein) (ribosa) (ion magnesium)
NH
CH3
N
H3C
N
H
O O O
N H3C CH3 O H
N
H2O N
H3C
Mg
2+ Δ N
O O N O
H3C CH3 H3C H
N CH3
N CH3
N N
N N O O N N
H H
CH3 CH3
(kafein) (kafein)
Hasil dari residu yang ditambahkan suspensi adalah larutan yang berwarna
hijau keruh. Campuran yang diperoleh diuapkan dengan hot plate sehingga
menghasilkan bubuk berwarna coklat pekat. Hal ini menandakan bahwa etanol
yang ada telah mengalami proses penguapan. Bubuk yang dihasilkan
diekstraksi dengan menggunakan air panas kemudian disaring dengan
menggunakan corong Buchner yang telah dilengkapi dengan pompa vakum
dan labu hisap. Fungsi air panas adalah untuk mempercepat pemisahan kafein.
Penggunaan corong Buchner disini adalah untuk mempercepat proses
penyaringan. Sedangkan fungsi penyaringan pada perlakuan ini adalah untuk
menyaring kotoran atau endapan yang berukuran sangat kecil. Perlakuan ini
diulang sebanyak 2 kali dengan tujuan agar diperoleh perbandingan warna pada
larutan biner yang dihasilkan baik pada penyaringan pertama sampai pada
penyaringan yang terakhir. Selain itu penyaringan diulang sebanyak tiga kali
agar kafein yang masih tertinggal bisa turun ke bawah sebagai filtrat.
Hasil dari penyaringan pertama adalah larutan biner berwarna jingga
pada penyaringan kedua larutan biner berwarna kecoklatan dan pada
penyaringan ketiga larutan biner berwarna coklat pekat. Seharusnya pada
penyaringan yang ketiga larutan berwarna lebih muda dibandingkan dengan
penyaringan kedua namun pada percobaan ini pada saat menambahkan air
panas endapan ikut masuk ke dalam labu hisap akibat dari celah atau lipatan
kertas saring yang tidak terlalu baik sehingga mempengaruhi warna pada
larutan.
Setelah larutan biner diperoleh ke dalam masing- masing gelas kimia
yang berisi larutan biner atau filtrat ditambahkan H2SO4. Sebelum penambahan
H2SO4 terlebih dahulu dilakukan proses pengenceran karena keterbatasan
bahan yang tersedia di laboratorium. Larutan H2SO4 pekat diencerkan
mengunakan H2O. Fungsi dari penambahan H2SO4 adalah untuk membantu
dalam proses pembentukan kristal kafein, memberikan suasana asam dan untuk
menurunkan pH larutan karena pada pH yang terlalu tinggi kafein bisa
mengalami kerusakan untuk menghindari hal itu maka penambahan H2SO4
sangat perlu dilakukan. Setelah penambahan H2SO4 terlihat larutan berubah
menjadi warna putih keruh. Kemudian ketiga larutan biner yang telah
ditambahkan disatukan ke dalam gelas kimia. Setelah semua larutan biner
disatukan larutan berubah warna menjadi warna coklat kemerahan.
Larutan tersebut kemudian diuapkan dengan tujuan agar larutan tersebut
untuk memekatkan larutan serta menguapkan air yang terdapat pada larutan.
Penguapan dilakukan sampai 1/3 dari volume larutan semula dan diperoleh
hasil larutan berwarna coklat. Larutan kemudian disaring kembali untuk
membuang sisa-sisa endapan serta kotoran yang masih terdapat pada larutan
yang telah diuapkan. Larutan tersebut kemudian dimasukkan kedalam
corong pisah agar memudahkan proses pemisahan. Kemudian diekstraksi
kembali menggunakan kloroform dan NaOH. Fungsi kloroform adalah sebagai
pengikat kafein yang terdapat dalam larutan sedangkan fungsi dari NaOH
adalah untuk menghilangkan warna kuning pucat dari ekstrak tersebut dan
memberikan suasana basa agar kafein mudah larut dalam kloroform. Adapun
reaksinya sebagai berikut:
H
C O
+ + CH3
CH3
Cl Cl CH3
H3C N H
O
N
Cl
+ N
O
65°C N
C
H3C
N
N
NH
H3C
HN
N
N
CH3
Δ + Cl Cl
N NH
N N Cl
O
CH3 H3C
O
O
O N CH3
N CH3 (Kloroform)
H3C O
(Kafein) (Kafein)
H
H C +
+
O O CH3
Cl Cl CH3
CH3 N + N
H3C H O Cl O
H N NH HN
N C
+ N H3C N
H3C N N CH3
N NH
Cl Cl CH3 H3C
O O
N N Cl O N CH3
O N
H3C O
CH3 (Kloroform)
(Kafein) (Kafein)
Leba, Maria Aloisia Uron. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta:
Dee Publis.
Mutmainnah, Nurul, Sitti Chadijah, Muh. Qaddari. 2018. Penentuan Suhu Dan
Waktu Optimum Penyeduhan Batang Teh Hijau (Camellia Sinensis L)
Terhadap Kandungan Antioksidan Kafein, Tanin Dan Katekin. Lantanida
Journal. Vol. 6, No.1.
Tim Dosen Kimia Organik. 2019. Penuntun Kimia Organik II. Makassar:
Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Negeri Makassar.
Zarwinda, Irma, Dewi Sartika. 2018. Pengaruh Suhu Dan Waktu Ektraksi
Terhadap Kafein Dalam Kopi. Lantanida Journal. Vol. 6, No.2.
JAWABAN PERTANYAAN
1. Struktur kafein
2. etanol memiliki sifat yang sama dengan kafein, karena prinsip kerja dari
ekstraksi yaitu menggunakan pelarut yang sifatnya sesuai dengan zat yang
akan diekstraksi, sehingga etanol dan kafein bisa saling melarutkan. Selain itu
etanol dapat melarutkan dua kali lipat lebih banyak sehingga ekstrak kafein
bisa lebih banyak, dan etanol juga memiliki titik didih yang lebih rendah
dibanding dengan air sehingga lebih mudah menguap.
3. Titik leleh kafein dapat digunakan untuk mengetahui kemurnian senyawa
kafein karena kemurnian suatu zat ditentukan oleh titik leleh yang tajam.
Selain itu dengan titik leleh kita dapat mengetahui apakah zat yang diperoleh
tersebut benar-benar kafein atau bukan, dimana titik leleh kafein adalah
2380C, apabila zat yang diperoleh tersebut tidak meleleh pada titik leleh
tersebut atau lebih cepat dari titik lelehnya, maka zat yang diperoleh bukan
kafein melainkan senyawa lain.
DOKUMENTASI