Anda di halaman 1dari 9

salah Daun

bab pandan merupakan


Latar Belakang
1.1 Latar Belakang
Daun pandan merupakan salah satu jenis herbal yang banyak digunakan untuk
penambah aroma dan rasa serta pewarna pada makanan kudapan masyarakat Indonesia. Di
Malaysia, daun pandan banyak digunakan sebagai bahan obat tradisional bagi penderita
diabetes (Sasidharan dkk., 2011). Faktor makanan, termasuk antioksidan, mempunyai efek
yang besar dalam penanganan penderita diabetes dan komplikasinya (Alberti dkk., 1997:
Parker dkk., 2000). Ekstrak etanol daun pandan mempunyai aktivitas antioksidan walaupun
masih lebih rendah dibanding BHT (Suryani dan Tamaroh, 2014) dan bersifat hipoglisemik
(Suryani dan Tamaroh, 2015). Prameswari dan Widjanarko (2014) melaporkan bahwa ekstrak
air daun pandan mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus
diabetes.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa aktivitas hipoglisemik disebabkan oleh
aktivitas antioksidan dari bahan tersebut (Luo dkk., 2004; Tiwari dkk., 2011; Aadil dkk., 2012;
Lee dkk., 2014). Daun pandan mengandung polifenol, tanin, alkaloid, flavonoid, dan saponin
(sugati dan jhony,. 1991). Beberapa senyawa tersebut diketahui mempunyai aktivitas
antioksidan dan hipoglisemik (Negri, 2005). Oleh karena itu peningkatan kemampuan
aktivitas antioksidasn penting untuk dilakukan. Berbagai hasil penelitian diketahui berhasil
meningkatkan aktivitas antioksidan bahan. Perlakuan blansing pada bahan yang mengandung
antioksidan dapat meningkatkan kemampuan aktivitas antioksidannya (Kwan dkk., 2007; Viña
dkk., 2007; Olivera dkk., 2008; Pujimulyani dkk., 2012). Sedangkan Rohman dkk. (2010)
melaporkan bahwa fraksinasi ekstrak etil asetat dari buah merah (Pandanus conoideus Lam)
dapat meningkatkan kemampuan daya mereduksi dibanding daya mereduksi ekstraknya.
Jarald dkk. (2013) menyatakan bahwa fraksi air dari ekstrak etanol Cassia fristula Linn
mempunyai kemampuan hipoglisemik yang lebih tinggi dibanding ekstrak etanolnya. Skrining
fitokimia adalah penapisan simplisia tanaman untuk mengetahui kandungan kimia yang
dimiliki tanaman tersebut.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui dan melakukan cara skrining fitokimia pada daun pandan wangi dengan
baik dan benar
2. Untuk mampu mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder pada daun pandan wangi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori

Gambar Daun Pandan Wangi


Indonesia sebagai negara tropis memiliki beraneka tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu
telah mengenal dan memanfaatkan tanaman yang mempunyai khasiat obat atau
menyembuhkan penyakit. Tanaman tersebut dikenal dengan sebutan tanaman obat
tradisional atau obat herbal. Salah satu tanaman tersebut adalah daun pandan wangi
(Dalimartha, 2009).

a. Klasifikasi Daun Pandan Wangi


Klasifikasi Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) menurut Van
Steenis (2008) adalah sebagai berikut:
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Pandanales
Familia : Pandanaceae
Genus : Pandanus
Species : Pandanus amaryllifolius, Roxb

b. Morfologi Daun Pandan Wangi


Pandan wangi adalah jenis tanaman monokotil dari famili Pandanaceae.
Daunnya merupakan komponen penting dalam tradisi masakan Indonesia dan
negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di beberapa daerah, tanaman ini dikenal
dengan berbagai nama antara lain: Pandan Rampe, Pandan Wangi (Jawa); Seuke
Bangu, Pandan Jau, Pandan Bebau, Pandan Rempai (Sumatera); Pondang, Pondan,
Ponda, Pondago (Sulawesi); Kelamoni, Haomoni, Kekermoni, Ormon Foni,
Pondak, Pondaki, Pudaka (Maluku); Pandan Arrum (Bali), Bonak (Nusa
Tenggara). Pandanus umumnya merupakan pohon atau semak yang tegak, tinggi
3–7 meter, bercabang, kadang-kadang batang berduri, dengan akar tunjang sekitar
pangkal batang. Daun umumnya besar, panjang 1–3 m, lebar 8–12cm; ujung daun
segitiga lancip-lancip; tepi daun dan ibu tulang daun bagian bawah berduri, tekstur
daun berlilin, berwarna hijau muda–hijau tua. Buah letaknya terminal atau lateral,
soliter atau berbentuk bulir atau malai yang besar (Rahayu SE dan S Handayani,
2008).
c. Kandungan Daun Pandan Wangi
Pandan wangi memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma
dasar dari daun pandan wangi itu berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline
(ACPY) yang terdapat juga pada tanaman jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY
pada pandan wangi lebih tinggi dibandingkan dengan jasmin (Cheetangdee dan
Sinee, 2006). Pandan wangi memiliki senyawa metabolik sekunder yang
merupakan suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di
dalam jaringan tumbuhannya, senyawa tersebut bersifat toksik dan berfungsi
sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama) (Mardalena,
2009). Daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius, Roxb.) mengandung
alkaloida, saponin, flavonoida (Dalimartha, 2009). Alkaloid pada serangga
bertindak sebagai racun perut serta dapat bekerja sebagai penghambat enzim
asetilkolinesterase sehingga mengganggu sistem kerja saraf pusat, dan dapat
mendegradasi membran sel telur untuk masuk ke dalam sel dan merusak sel telur
(Cania, 2013). Selain itu, senyawa flavonoid juga memiliki sifat anti insektisida
yaitu dengan menimbulkan kelayuan syaraf pada beberapa organ vital serangga
yang dapat menyebabkan kematian, seperti pernapasan (Dinata, 2005). Flavonoid
yang bercampur dengan alkaloid, phenolic dan terpenoid memilki aktivitas hormon
juvenil sehingga memiliki pengaruh pada perkembangan serangga (Elimam dkk.,
2009). Saponin juga merupakan entomotoxicity yang dapat menyebabkan
kerusakan dan kematian telur, gangguan reproduksi pada serangga betina yang
menyebabkan adanya gangguan fertilitas (Chaieb, 2010). Dalam beberapa
penelitian dilaporkan bahwa saponin konsentrasi rendah dapat menyebabkan
gangguan pengambilan makanan, penurunan pertumbuhan dan kematian
sedangkan dalam konsentrasi tinggi akan bersifat toksik (Davidson, 2004). Selain
itu, saponin juga diketahui mempunyai efek anti jamur dan anti serangga (Ary dkk.,
2009).
2.2 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir samua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang
tersisa diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI,
2000).
Ekstraksi adalah proses pelarutan senyawa kimia yang terdapat dalam suatu
sampel dengan menggunakan pelarut yang sesuai dengan komponen yang diinginkan.
Pembuatan ekstrak melalui tahapan berikut :
a. Pembuatan serbuk simplisia Simplisia dibentuk menjadi serbuk agar proses
pembasahan dapat merata dan difusi zat aktif meningkat (Depkes RI, 2000).
b. Cairan pelarut Pelarut digunakan untuk memisahkan zat aktif. Farmakope
menyatakan etanol merupakan pelarut yang baik digunakan secara universal.
Pelarut yang dipilih secera selektif tergantung pada zat aktif yang diharapkan
(Depkes RI, 2000).
c. Pemisahan dan pemurnian Merupakan pemisahan zat aktif yang diharapkan
sehingga didapatkan ekstrak murni (Depkes RI, 2000).
d. Pengeringan ekstrak Pengeringan ekstrak bertujuan untuk menghilangkan pelarut
dari bahan sehingga menghasilkan massa kering keruh (Depkes RI, 2000).
e. Rendemen Rendemen adalah perbandingan antara ekstrak yang diperoleh dengan
simplisia awal (Depkes RI, 2000).
Metode ekstraksi secara maserasi merupakan metode pemisahan zat aktif
secara pengadukan dan penyaringan yang digunakan untuk membuat ekstrak
tumbuhan. Cairan pelarut yang masuk ke dalam sel akan menciptakan perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel. Larutan konsentrasi rendah berada
di dalam sel, sedangkan larutan konsentrasi tinggi terdesak keluar sel (Depkes RI,
2000).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan

1. Alat
 Mortar
 Stemper
 Kertas saring
 Tabung reaksi
 Pipet tetes
 Batang pengaduk
 Cawan penguap
 Beaker glass
 Corong
 Labu Bunsen
2. Bahan
 Serbuk daun pandan wangi
 Serbuk atau lempeng Mn
 Larutan amoniak 50%
 Larutan CHCl3
 Larutan HCl
 Pereaksi dragendrof
 Pereaksi mayer
 Larutan H2SO4
 Larutan FeCl3
3.2. Prosedur Kerja

Uji Flavonoid

Sebanyak 0.10 gram ekstrak dicampur dengan 5 ml etanol kemudian dikocok, dipanaskan, dan
dikocok kembali. Campuran kemudian disaring dan diambil filtratnya. Filtrat kemudian
ditambahkan 0.20 gram serbuk Mg dan 3 tetes HCl. Tebentuknya warna merah pada lapisan etanol
menunjukkan adanya senyawa flavonoid.

Uji Alkaloid

Sebanyak 0.50 gram ekstrak ditambahkan dengan 5 ml kloroform dan 3 tetes amonia. Fraksi
kloroform kemudian dipisah dan diasamkan dengan 10 tetes H2SO4 2M. Lapisan asam dipisah
kedalam 3 bagian dan disebut sebagai bagian A, B dan C. Lapisan A ditambahkan pereaksi Meyer,
lapisan B ditambahkan pereaksi Dragendorf dan lapisan C ditambahkan pereaksi Wagner. Diamati
timbulnya endapan oleh masing-masing pereaksi. Terdapatnya alkaloid ditandai dengan
terbentuknya endapan putih oleh pereaksi Meyer, endapan merah oleh pereaksi Dragendorf dan
endapan coklat oleh pereaksi Wagner.

Uji Tanin

Sebanyak 0.50 gram ekstrak ditambahkan dengan 5 ml akuades kemudian didihkan selama 5
menit. Campuran kemudian disaring sehingga diperoleh filtrat. Filtrat yang diperoleh ditambahkan
dengan 5 tetes FeCl3 1%. Diamati perubahan warna yang terjadi. Terbentuknya warna biru tua
atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

Uji Steroid

Sebanyak 0,5ml klorofom ditambahkan sebanyak 0,5ml asam asetat anhidrida kemudian
ditambahkan sebanyak 2ml asam asestat. Diamati perubahan warna yang terjadi, terbentuknya
warna hijau kebiruan menunjukkan adanya steroid, terbentuknya cincin violet / coklat
menunjukkan adanya triterpenoid.

Uji Saponin

sebanyak 10ml dalam tabung reaksi dikocok vertical selama 10 detik kemudian dibiarkan selama
10 menit. Reaksi positif akan membentuk busa yang stabil di dalam tabung reaksi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

No. Uji Fitokim Serbuk Ekstrak


1. Flavoniod
2. Tanin + +
3. Alkaloid + +
4. Steroid
5. Saponin + -

4.2. Pembahasan

Skrining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatupenelitian !itokimia


yang bertu$uan untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam
tanaman yang sedang diteliti.metode skrining fitokimia dilakukan dengan melihat reaksi pengujian
warna dengan menggunakan suatu pereaksi warna.Pada percobaan skrining ini menggunakan
sampel bahan alam Pandanus amyrllifolius Roxb dengan maksud dan tujuan dari percobaan
skrining ini adalah untukmemberikan gambaran dan mengetahui mengenai golongan senyawa apa
saja yang terkandung dalam tanaman Pandanus amyrllifolius Roxb.

Pada percobaan skrining ini menggunakan beberapa perlakuan identifikasi


golongan senyawa-senyawa yakni identifikasi senyawa golongan tannin identifikasi senyawa
golongan alkaloid, identi!ikasi senyawa
golongan steroid, identi!ikasi senyawa golongan saponin, dan identifikasi senyawa golongan
flavonoid, dari hasil pengamatan diperoleh positif (+) untuk identifikasi golongan senyawa kimia
tannin, alkaloid, steroid, saponin dan flavonoid.

Anda mungkin juga menyukai