JUDUL PERCOBAAN
Isolasi Piperin dari Lada dan Sifat Kimia Piperin
B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui:
1. Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya golongan
alkaloid.
2. Teknik isolasi dalam bahan alam, ekstraksi kontiyu, pemisahan lainnya, dan
cara pemurniannya.
3. Mengenal sifat-sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradisinya.
C. LANDASAN TEORI
Piperin adalah senyawa organic bahan alam yang termasuk dalam
golongan turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (piper
ningrum), dalam jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam,
rasa pedas membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil
dibandingkan dengan sebagian besar alkaloid lainnya. Struktur piperin sangat
menarik karena terdiri dari banyak gugus fungsional dan system
konsugasinya. Hidrolisis terhadap piperin (C17H19O3N) dalam suasana asam, akan
menghasilkan piperidin (C5H10NH) dan asam tak jenuh piperat. Sifat kimia piperin
sangat menarik, secara keseluruhan merupakan amida asam, sedangkan masing-
masing gugus bila menunjukkan sifat kimia tersendiri, misalnya ketidakjenuhan
(Tim Dosen, 2021: 26-27).
Alkaloid pada stemona mempunyai struktur yang unik dan menarik, serta
mempunyai sifat-sifat kimia yang karakteristik dan juga mempunyai aktivitas
biologi. Pada umumnya, struktur alkaloid pada stemona mengandung cincin
pirolo azepin yang dikenal juga dengan nama perhidroaza-azulen atau 4-aza-
azulen. Pada beberapa pustaka, inti struktur alkaloid stemona disebut juga
pridol.Alkaloid pada stemona termasuk golongan alkaloid polisiklis,ciri khas inti
pirido mrmbagi alkaloid stemona menjadi 6 (Pudjiastuti, 2012: 3-4).
Lada adalah salah satu tanaman yang mengandung senyawa terpenoid sekitar
1-4 %. Penggunaan lada sebagai sumber potensial insektisida botani sedangkan
pada daun lada digunakan sebagai insektisida terhadap ngengat dalam lemari
pakaian. Daya inteksidal yang terdapat dalam buah lada cukup efektif untuk
melindungi produk pertanian misalnya digunakan sebagai pencegah daya makan
terhadap hama gudang. Pengendalian hama gudang dengan menggunakan daun
lada merupakan salah satu contoh penggunaan insektisida botani yang mempunyai
sifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan yang relatif
aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Insektisida tersebut juga
bersifat pukul dan lari, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada
waktu itu setelah hamanya terbunuh (Pudjiastuti, 2012: 3-4).
Di dalam perdagangan dikenal dua jenis lada, yaitu lada hitam dan lada putih.
Perbandingan produksi lada hitam dan putih kira-kira 75% : 25%. Konsumsi lada
dalam negeri hanya terbatas pada lada putih. Lada dikembangbiakkan dengan
setek dan biji mulai berbuah 2-3 tahun setelah penanaman. Kriteria buah siap
panen, jika terdiri atas buah lada merah (18%), kuning (22%), dan hijau (60%).
Dalam 100 gram lada mengandung 9,5-12 gram air, 10,9-12,7 gram protein, 25,8-
44.8 gram pati, 9,7-17,2 gram serat, dan abu 3,4-6,0 gram. Rasa dan aroma antara
lada putih dan lada hitam sangat berbeda. Namun keduanya memiliki kandungan
yang sama yaitu piperin. Kadar minyak pada lada hitam mencapai 4,9-7,7%, lada
putih 5,5-5,9%. Sebanyak 90% minyak asiri lada mengandung monoterapan dan
hidrokarbon sesquiterapan. Dalam buah lada belum banyak dimanfaatkan sebagai
minyak asiri (Vasavirama, 2014: 35).
Sel 3T3-L1 diperoleh dari American Type Culture Koleksi (Manassas, VA,
USA) dan dikultur dalam DMEM (glu cose tinggi), yang mengandung 10% FBS
dan 1 antibiotik-antimikoti solusi (WelGENE Inc., Daegu, Republik Korea). Sel-
selnya adalah diinkubasi pada suhu 37 C dengan adanya 5% CO2. Kelangsungan
hidup sel ditentukan menggunakan Reagen Proliferasi Sel WST-1 (Roche
Diagnostik, Mannheim, Jerman). Sel pada konsentrasi 4 104 sel/sumur dalam 500
ll media kultur diunggulkan dalam 24- piring baik. Sel diinkubasi selama 6 jam
pada 37 C dan 5% CO2 dan dicuci dengan media bebas serum, kemudian
ditambahkan 500 ll media bebas serum mengandung ekstrak atau piperin. Setelah
24 jam, ditambahkan 20 ll/well Cell (Yoon, dkk, 2014: 21).
E. PROSEDUR KERJA
1. Isolasi piperin
a. Lada digerus hingga halus dalam mortal dan lumpang
b. Ditimbang 14,7 gram lada
c. Dibungkus dengan kertas saring dan diikat pada bagian ujung
d. Diekstraksi
e. Ekstraksi dikisatkan hingga 1/2 volume awal
f. Ditambahkan NaOH alkoholis 10%
g. Diaduk
h. Disaring
i. Larutan diukur volumenya
j. Laritan dibagi dua dengan volume sama
k. Larutan dikisatkan
l. Larutan didiamkan pada suhu ruang
m. Didinginkan dalam air
n. Disaring
o. Dikeringkan
p. Kristal ditimbang
2. Degradasi piperin
a. Dimasukkan 20 ml larutan alkoholis hasil isolasi ke dalam labu bundar
b. Dikisatkan
c. Ditambahkan 5 ml air dan 3,5 ml HCl pekat
d. Disaring
3. Reaksi-reaksi piperin
1) Reaksi-reaksi dengan KMnO4
a. Dimasukkan 1 ml larutan alkoholis hasil isolasi ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 2 tetes KMnO4
2) Reaksi dengan pereaksi benedict
a. Dimasukkan 1 ml laritan alkoholis hasil isolasi ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan benedict
3) Reaksi dengan pereaksi molisch
a. Dimasukkan 1 ml larutan alkoholis hasil isolasi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan pereaksi molisch
F. HASIL PENGAMATAN
1. Isolasi piperin
G. ANALISIS DATA
1. Isolasi Piperin
Dik: m C17H19O3 = 14,7 gram
Mr C17H19O3N = 285,34 gram/mol
V C2H5OH = 150 mL
Mr C2H5OH = 46,07 gram/mol
ρ C2H5OH = 0,789 gram/mL
Mr C5H10NH = 85,15 gram/mol
m praktek = 1,4 gram
Dit: % rendemen =...?
Penyelesaian:
m C 17 H 19 O3 N
n C17H19O3N =
Mr C 17 H 19 O3 N
14,7 gram
=
285,34 gram/mol
= 0,051 mol
m C2H5OH = ρ C2H5OH . V C2H5OH
= 0,789 g/mol . 150 mL
= 118,35 gram
m C 2 H5 OH
n C2H5OH =
Mr C 2 H5 OH
118,35 gram
=
46,07 gram/mol
= 2,395 mol
C17H19O3N + C2H5OH C5H10NH + C11H9O2 + CH3CHCOOH
OH
M: 0,051 mol 2,395 mol - - -
T: 0,051mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol
S: - 2,344 mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol
m C5 H10 NH
n C5H10NH =
Mr C5 H10 NH
m C5 H10 NH
0,070 mol =
85,15 g/mol
m C5H10NH = 5,960 gram
m praktek
% rendemen = x 100%
m teori
1,4 gram
= x 100%
5,960 gram
= 23,49 %
2. Degradasi Piperin
Dik: V C17H19O3N = 5 mL
V H2O = 5 mL
ρ C17H19O3N = 1,193 gram/mL
ρ H2O = 1,00 gram/mL
Mr C17H19O3N = 285,34 gram/mol
Mr H2O = 18 gram/mol
Mr C5H10N-HCl = 120,59 gram/mol
m praktek = 1,8 gram
Dit: % rendemen = . . .?
Penyelesaian:
m C17H19O3N = ρ C17H19O3N . V C17H19O3N
= 1,193 gram/mol . 5 mL
= 5,965 gram
m C 17 H 19 O3 N
n C17H19O3N =
Mr C 17 H 19 O3 N
5,965 gram
=
285,34 gram/mol
= 0,021 mol
m H2O = ρ H2O . V H2O
= 1,00 gram/mol . 5 mL
= 5 gram
m H2O
n H2O =
Mr H 2 O
5 gram
= 18 gram/mol
= 0,277 mol
HCL
C17H19O3N + H2O C5H10N-HCl + C11H9O2COOH + H+
M: 0,021 mol 0,277 mol - - -
T: 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol
S: - 0,256 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol
m C5 H10 N-HCl
n C5H10N-HCl = Mr C5 H10 N-HCl
m C5 H10 N-HCL
0,021 mol =
120,5 g/mol
m C5H10N-HCl = 2,5303 gram
m praktek
% rendemen = x 100%
mteori
1,8 g
= x 100%
2,5303 g
= 71, 14 %
H. PEMBAHASAN
Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang termasuk dalam golongan
turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper ningrum), dalam
jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam, rasa pedas
membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil dibandingkan sebagian besar
alkaloid lainnya (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021 : 26).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip isolasi senyawa organik
dari bahan alam, khususnya golongan alkaloid, teknik isolasi dalam bahan alam,
ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya dan cara pemurniannya dan mengenal sifat-
sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradasinya. Adapun
percobaan yang dilakukan yaitu:
1. Isolasi Piperin
Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam. Uji positif
percobaan ini adalah terbentuknya kristal piperin berwarna kuning. Isolasi adalah
proses pengambilan senyawa bahan alam dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Tumbuhan yang akan diisolasi adalah lada hitam yang akan diambil
senyawa piperinnya. Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang terbentuk
dalam golongan turunan piridin yang terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper
nigrum), dalam jumlah cukup banyak (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 27).
Sebelum isolasi dilakukan, pertama-tama dilakukan preparasi sampel yaitu
lada hitam dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan tali yang
sebelumnya diisi kapas sebelum dan setelah memasukkan sampel pada bundle
agar ampas yang ada di lada tidak terikut pada saat melakukan ekstraksi sehingga
diperoleh piperin yang murni. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus
karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat
mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung di dalam sampel.
Etanol 95% digunakan sebagai pelarut dalam isolasi piperin karena etanol
merupakan pelarut universal yang memiliki gugus OH- yang dapat mengikat
senyawa polar dan gugus etil yang dapat mengikat senyawa nonpolar, itulah
sebabnya sehingga etanol dapat melarutkan piperin dalam lada yang bersifat polar.
Penggunaan etanol juga dikarenakan oleh sifat volatil yang dimiliki oleh etanol,
dimana dalam keadaan panas mudah melarutkan piperin dan dalam keadaan
dingin mudah membentuk kristal. Sebelum melakukan ekstraksi, terlebih dahulu
dimasukkan beberapa butir batu didih pada labu bundar agar pada saat pemanasan
tidak terjadi letupan-letupan pada labu. Batu didih berfungsi untuk meratakan
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. Pori-pori dalam batu didih
akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke
permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil
pada batu didih).
Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam
tumbuhan (Vogel, 1994: 165). Ekstraksi berlangsung dengan menggunakan
prinsip sokletasi, dimana prinsip kerja dari sokletasi adalah penguapan dan
pendinginan. Prinsip sokletasi diawali dengan pemanasan pelarut etanol dalam
labu bundar sehingga menguap dan didinginkan menggunakan kondensor, lalu
akhirnya jatuh menjadi cairan ke lada hitam yang berfungsi untuk melarutkan zat
aktif di dalam lada hitam. Pelarut etanol yang menbawa zat aktif di dalam lada
hitam akan keluar melalui pipa kecil menuju labu bundar, maka terjadilah satu
kali proses sirkulasi. Proses ini terjadi secara kontinyu sehingga disebut ekstraksi
kontinyu. Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali sirkulasi sehingga piperin
yang terkandung dalam lada hitam telah terikat oleh etanol, yang dapat dilihat dari
perubahan warna larutan menjadi coklat kehijauan.
Larutan ekstrak yang diperoleh dikisatkan di atas penangas air sampai
larutannya cukup pekat dengan tujuan untuk menguapkan sisa etanol yang
terkandung di dalam larutan tersebut. Kemudian ditambahkan larutan NaOH
alkoholis 10% dan menghasilkan larutan berwarna cokelat kehiauan. Penambahan
NaOH alkoholis 10% bertujuan untuk memberikan suasana basa pada larutan,
untuk mengikat piperin dan mencegah terjadinya dekomposisi atau penguraian
pada senyawa tersebut. Larutan diaduk dan disaring untuk menghilangkan zat-zat
pengotor atau zat-zat yang tidak diinginkan pada larutan tersebut. Larutan ini
diambil beberapa mL untuk pengujian reaksi-reaksi piperin dan sisanya diukur
dengan teliti dan dibagi dua sama banyak, satu bagian dikisatkan agar diperoleh
larutan yang agak kehijauan dan bagian lainnya untuk degradasi piperin. Bagian
pertama dikisatkan dan dibiarkan beberapa saat pada suhu kamar agar dapat
membentuk endapan kristal kuning. Larutan didinginkan dalam air es agar lebih
mudah mendapatkan kristal. Kristal yang terbentuk disaring dengan corong
buchner yang dilengkapi dengan kertas saring whatman dengan tujuan untuk
dapat memisahkan zat-zat lain lalu dikeringkan agar diperoleh kristal piperin.
Kristal yang diperoleh ditimbang dan diperoleh kristal piperin sebanyak 1,4420
gram dan dilakukan pengujian titik leleh didapatkan titik lelehnya adalah 110oC-
135oC. Hal ini telah sesuai dengan teori yakni titik leleh piperin adalah 126 oC –
135oC. Adapun persamaan reaksinya yang terjadi pada percobaan yaitu :
O O
O
N C CH CH CH CH + CH CH OH NaOH NH + CH CH CH CH C OH + CH3CH2OH
3 2
O O O
Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa berat kristal yang
seharusnya diperoleh yaitu 5,95 gram dengan rendemen 100%. Rendahnya massa
kristal yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah proses
ekstraksi alat yang digunakan juga tidak bekerja secara efisien sehingga hal ini
mempengaruhi proses sirkulasi serta hasil dari ekstraksi tersebut, sehingga massa
kristal yang diperoleh sangat sedikit. Titk leleh dari piperin secra teori adalah
1260C-1350C (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 28).
Mekanisme reaksi:
a. Tahap I
O
+ C2H5OH
N
O
O O
+ C2H5O-
N+
O
H
O
b. Tahap II
O
+ C2H5O-
+
N
O
H O
O
+ C2H5O-
+
N + O
O
H
piperidin
c. Tahap III
O
+ + C2H5O- + NaOH
N + O
O
H
piperidin
O
+ C2H5O- + Na+ + OH-
+
+ O
N
O
H
d. Tahap IV
O
H O
HO
+ + C2H5O- + Na+
N O
O
H
e. Tahap V
O
HO
+ + C2H5O- + Na+
O
N
O
H O
HO +C2H5ONa
+
O
N
O
H natrium
piperin as. piperat etoksi
2. Degradasi Piperin
Degradasi piperin merupakan proses penguraian senyawa piperin menjadi
senyawa-senyawa penyusunnya yaitu piperidin hidroklorida banyak (Tim Dosen
Kimia Organik II, 2019: 28). Larutan alkaholis yang diperoleh dari isolasi piperin
dipekatkan dengan tujuan mengendapkan etanol. Larutan tersebut direfluks
dengan tujuan untuk menguapkan sisa alkohol dan agar terjadi reaksi degradasi
sempurna. Residu yang diperoleh dari hasil refluks disuspensikan dengan aquades
yang berfungsi untuk menjenuhkan larutan agar pada saat penambahan HCl, asam
piperat mudah mengendap dan mudah terpisah dari larutan piperidin hidroklorida.
Endapan kemudian disaring dan filtratnya didinginkan di dalam air es untuk
mempermudah terbentuknya kristal. Kristal yang diperoleh dikeringkan dan
ditimbang beratnya. Kemudian dilakukan pengujian titik leleh Dalam teori, titik
leleh dari kristal piperidin hidroklorida yaitu 216°C (Tim Dosen Kimia Organik
II, 2021).
Tetapi pada percobaan ini tidak terbentuk Kristal dan tidak sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa akan terbentuk Kristal. Adapun mekanisme
reaksinya:
O O
O
N C CH CH CH CH + H2O HCl N HCl + CH CH CH CH C OH + H+
O O O
O
O
N C CH CH CH CH + H OH HCl N C CH CH CH CH + H OH
O O HCl O O
2) Tahap kedua
O
O
O
N C CH CH CH CH + H OH N + CH CH CH CH C+ + H OH
HCl O HCl O
O
3) Tahap ketiga
O
O
O
N + CH CH CH CH C+ O
+ H OH N + CH CH CH CH C + H+
HCl O
HCl O H
(piperin hidroklorida) (asam piperat)
3. Reaksi-reaksi Piperin
a. Reaksi dengan KMnO4
Percobaan ini dilakukan untuk menguji bahwa piperin
mudah teroksidasi dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai okidator kuat. Percobaan ini diawali
dengan menambakan HCl ke dalam larutan alkoholis.
Penambahan HCl Penambahan larutan HCl encer untuk
menetralkan larutan alkoholis yang bersifat basa. Kemudian larutan tersebut
direaksikan dengan KMnO4 encer untuk mengoksidasi piperin dan menghasilkan
larutan berwarna ungu. Hasil ini menandakan bahwa piperin mudah teroksidasi
oleh KMnO4 yang ditunjukkan dengan pengujian positifnya yang berubah warna
menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan teori terbentuknya larutan berwarna ungu
menandakan piperin merupakan reduktor.
Adapun persamaan reaksinya:
O
COOH
+ MnO2
N C CH CH CH CH + KMnO4
HCl N + 2 COOH COOH +
O O HCl
(piperin) (kalium permanganat) (piperin hidroklorida) (asam oksalat)
O O
HCl C O-
+ Cu2O + 3 H2O
N + 2 COOH COOH +
2+ -
N C CH CH CH CH + 2 Cu + 5OH
O O HCl
DAFTAR PUSTAKA
Tim Dosen Kimia Organik II. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM