Anda di halaman 1dari 20

A.

JUDUL PERCOBAAN
Isolasi Piperin dari Lada dan Sifat Kimia Piperin

B. TUJUAN PERCOBAAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan mengetahui:
1. Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya golongan
alkaloid.
2. Teknik isolasi dalam bahan alam, ekstraksi kontiyu, pemisahan lainnya, dan
cara pemurniannya.
3. Mengenal sifat-sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradisinya.

C. LANDASAN TEORI
Piperin adalah senyawa organic bahan alam yang termasuk dalam
golongan turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (piper
ningrum), dalam jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam,
rasa pedas membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil
dibandingkan dengan sebagian besar alkaloid lainnya. Struktur piperin sangat
menarik karena terdiri dari banyak gugus fungsional dan system
konsugasinya. Hidrolisis terhadap piperin (C17H19O3N) dalam suasana asam, akan
menghasilkan piperidin (C5H10NH) dan asam tak jenuh piperat. Sifat kimia piperin
sangat menarik, secara keseluruhan merupakan amida asam, sedangkan masing-
masing gugus bila menunjukkan sifat kimia tersendiri, misalnya ketidakjenuhan
(Tim Dosen, 2021: 26-27).

Ekstraksi merupakan salah teknik pemisahan kimia untuk memisahkan


atau menarik satu atau lebih komponen atau senyawa-senyawa (analit) dari
suatu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu yang sesuai. Ekstraksi dari
sampel padatan dapat dilakukan jika analit yang diinginkan dapat larut dalam
pelarut pengekstraksi. Mekanisme ekstraksi dimulai dengan adopsi pelarut oleh
permukaan sampel, diikuti difusi pelarut ke dalam sampel dan pelarutan analit
oleh pelarut (intraksi analit dengan pelarut). Selanjutnya terjadi difusi analit-
pelarut ke permukaan sampel dan desorpsi analit-pelarut ke permukaan
sampel berlangsung sangat cepat ketika terjadi kontak antara sampel dengan
pelarut (Leba, 2017:1-2).

Alkaloid pada stemona mempunyai struktur yang unik dan menarik, serta
mempunyai sifat-sifat kimia yang karakteristik dan juga mempunyai aktivitas
biologi. Pada umumnya, struktur alkaloid pada stemona mengandung cincin
pirolo azepin yang dikenal juga dengan nama perhidroaza-azulen atau 4-aza-
azulen. Pada beberapa pustaka, inti struktur alkaloid stemona disebut juga
pridol.Alkaloid pada stemona termasuk golongan alkaloid polisiklis,ciri khas inti
pirido mrmbagi alkaloid stemona menjadi 6 (Pudjiastuti, 2012: 3-4).

Alkaloid adalah senyawa-senyawa organic yang terdapat dalam tumbuh-


tumbuhan, bersifat basa, struktur kimianya mempunyai system lingkar
heterosiklik dengan nitrogen sebagai hetero atomnya. Unsure-unsur penyusun
alkaloid adalah karbon, hydrogen, nitrogen, dan oksigen. Alkaloid yang unsure
kimianya tidak mengandung unsure lain yang telah disebutkan. Adanya nitrogen
dalam lingkar pada struktur kimia alkaloid menyebabkan alkaloid tersebut bersifat
katalis. Pelarut alkaloid adalah pelarut yang sering dipakai untuk mengendapkan
larutan alkaloid. Pelarut yang penting antara lain pereaksi Mayer (Merkuri
Potasium Iodida), pereaksi Marme (Kadnium Potasium Iodida), pereaksi Wagner
(larutan I2 dalam Kadnium Iodida), pereaksi Dragendorff dan pereaksi Scheiber
(Sumardjo, 2006: 438).

Lada adalah salah satu tanaman yang mengandung senyawa terpenoid sekitar
1-4 %. Penggunaan lada sebagai sumber potensial insektisida botani sedangkan
pada daun lada digunakan sebagai insektisida terhadap ngengat dalam lemari
pakaian. Daya inteksidal yang terdapat dalam buah lada cukup efektif untuk
melindungi produk pertanian misalnya digunakan sebagai pencegah daya makan
terhadap hama gudang. Pengendalian hama gudang dengan menggunakan daun
lada merupakan salah satu contoh penggunaan insektisida botani yang mempunyai
sifat mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan yang relatif
aman bagi manusia karena residunya mudah hilang. Insektisida tersebut juga
bersifat pukul dan lari, yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada
waktu itu setelah hamanya terbunuh (Pudjiastuti, 2012: 3-4).

Penetapan disolusi serbuk piperin dan multikomponen kristal piperin- asam


nikotinat dilakukan dengan menggunakan alat disolusi tipe 2, dengan medium
asam kloridal 0.1 N yang ditambahkan dengan Natrium lauryl Sulfat 0,1 %
sebanyak 900 ml, dengan kecepatan putaran 100 rpm pada suhu 37 ○C. sampel
diambil setelah 5, 10, 15, 30, 45 dan 60 menit. Pada setiap pemipetan diganti
dengan medium disolusi yang dimbil pada suhu yang sama sehingga volume
medium disolusi tetap. Masing-masing larutan di disaring dengan penyaring
membran menggunakan kertas saring Whatmann ukuran pori 0,45 µm. Kemudian
dianalisa dengan menggunakan HPLC dengan fase gerak asetonitril : air (9 : 1),
fase diam nya kolom Phenomenek / ODS C18 4,6 x 150 mm, laju alir 1,5
mL/menit, volume injek 20 µL dan waktu retensi 1,4 menit. Lalu hitung
konsentrasi piperin terdisolusi (Sari, dkk, 2019: 181).

Serbuk simplisia sebanyak kurang lebih 50,0 g ditimbang seksama, kemudian


diekstraksi dengan alat sokhlet menggunakan pelarut etanol dengan berbagai
variasi konsentrasi 60%, 70%, dan 96%. Ekstraksi dilakukan sampai tetesan siklus
tidak berwarna lagi. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian dipekatkan
menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C. Ekstrak etanol yang diperoleh
dilarutkan kembali dengan H2SO4 2% hingga pH 3-4, kemudian ditambahkan
eter hingga lemak menghilang. Selanjutnya fraksi eter dipisahkan dan fraksi asam
dibasakan dengan NH4OH 25% sampai pH 9-10 dan diekstraksi kembali dengan
kloroform sampai tidak berwarna. Fraksi kloroform selanjutnya disebut sebagai
fraksi alkaloid (Hikmawanti, dkk, 2016: 176).

Kandungan piperin dalam lada hitam dapat memblokir pembentukan sel-sel


lemak baru. Piperin berguna untuk menggangu aktivitas gen yang mengontrol
pembentukan sel lemak baru. Piperin memicu reaksi metabolisme berantai yang
membantu menjaga lemak, dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan obesitas.
Ekstrak lada hitam secara signifikan meningkatkan aktivitas sitotoksik sel
pembunuh alami, yang menunjukkan potensinya sebagai anti kanker. Efek anti
kanker tersebut karena aktivitas dari senyawa alkaloid piperin yang terdapat
dalam lada (Leba, 2017: 1-2).

Di dalam perdagangan dikenal dua jenis lada, yaitu lada hitam dan lada putih.
Perbandingan produksi lada hitam dan putih kira-kira 75% : 25%. Konsumsi lada
dalam negeri hanya terbatas pada lada putih. Lada dikembangbiakkan dengan
setek dan biji mulai berbuah 2-3 tahun setelah penanaman. Kriteria buah siap
panen, jika terdiri atas buah lada merah (18%), kuning (22%), dan hijau (60%).
Dalam 100 gram lada mengandung 9,5-12 gram air, 10,9-12,7 gram protein, 25,8-
44.8 gram pati, 9,7-17,2 gram serat, dan abu 3,4-6,0 gram. Rasa dan aroma antara
lada putih dan lada hitam sangat berbeda. Namun keduanya memiliki kandungan
yang sama yaitu piperin. Kadar minyak pada lada hitam mencapai 4,9-7,7%, lada
putih 5,5-5,9%. Sebanyak 90% minyak asiri lada mengandung monoterapan dan
hidrokarbon sesquiterapan. Dalam buah lada belum banyak dimanfaatkan sebagai
minyak asiri (Vasavirama, 2014: 35).

Sel 3T3-L1 diperoleh dari American Type Culture Koleksi (Manassas, VA,
USA) dan dikultur dalam DMEM (glu cose tinggi), yang mengandung 10% FBS
dan 1 antibiotik-antimikoti solusi (WelGENE Inc., Daegu, Republik Korea). Sel-
selnya adalah diinkubasi pada suhu 37 C dengan adanya 5% CO2. Kelangsungan
hidup sel ditentukan menggunakan Reagen Proliferasi Sel WST-1 (Roche
Diagnostik, Mannheim, Jerman). Sel pada konsentrasi 4 104 sel/sumur dalam 500
ll media kultur diunggulkan dalam 24- piring baik. Sel diinkubasi selama 6 jam
pada 37 C dan 5% CO2 dan dicuci dengan media bebas serum, kemudian
ditambahkan 500 ll media bebas serum mengandung ekstrak atau piperin. Setelah
24 jam, ditambahkan 20 ll/well Cell (Yoon, dkk, 2014: 21).

Salah satu pemurnian lainnya adalah rekristalisasi. Rekristalisasi, satu dari


metode yang paling ampuh untuk pemurnian zat padat, didasarkan atas perbedaan
antara kelarutan zat yang di inginkan dan pengotornya. Dalam rekristalisasi,
sebuah larutan mulai mengendapkan sebuah senyawa bila larutan tersebut
mencapai titik jenuhnya terhadap senyawa tersebut. Dalam pelarutnya, pelarut
menyerang zat padat dan mensolvatasinya pada tingkat partikel individual
(Oxtoby, 2001 : 344).

D. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a. Gelas kimia 600 ml ( 1 buah )
b. Gelas kimia 500 ml ( 1 buah )
c. Gelas kimia 250 ml ( 1 buah )
d. Gelas kimia 100 ml ( 1 buah )
e. Gelas kimia 50 ml ( 1 buah )
f. Labu bundar ( 1 buah )
g. Mortal dan lumpang ( 1 set )
h. Alat soklet ( 1 set )
i. Kaca arloji ( 1 buah )
j. Corong ( 1 buah )
k. Hot plate ( 1 buah )
l. Pipet tetes ( 3 buah )
m. Gelas ukur 10 ml ( 1 buah )
n. Tabung reaksi ( 3 buah )
o. Neraca analitik ( 1 buah )
p. Rak tabung reaksi ( 1 buah )
q. Botol semprot ( 1 buah )
r. Cawan porselin ( 1 buah )
s. Stopwatch ( 1 buah )
t. Lap kasar ( 1 buah )
u. Lap halus ( 1 buah )
2. BAHAN
a. Lada
b. Larutan asam klorida pekat (HCl)
c. Etanol 96% (C2H5OH)
d. Larutan natrium hidroksida alkoholis 10% (NaOH)
e. Larutan asam klorida 10% (HCl)
f. Larutan kalium permanganat 1 M (KMnO4)
g. Pereaksi benedict
h. Es batu (H2O)
i. Aquades (H2O)
j. Pereaksi molisch
k. Vaseline
l. Label
m. Tissue

E. PROSEDUR KERJA
1. Isolasi piperin
a. Lada digerus hingga halus dalam mortal dan lumpang
b. Ditimbang 14,7 gram lada
c. Dibungkus dengan kertas saring dan diikat pada bagian ujung
d. Diekstraksi
e. Ekstraksi dikisatkan hingga 1/2 volume awal
f. Ditambahkan NaOH alkoholis 10%
g. Diaduk
h. Disaring
i. Larutan diukur volumenya
j. Laritan dibagi dua dengan volume sama
k. Larutan dikisatkan
l. Larutan didiamkan pada suhu ruang
m. Didinginkan dalam air
n. Disaring
o. Dikeringkan
p. Kristal ditimbang
2. Degradasi piperin
a. Dimasukkan 20 ml larutan alkoholis hasil isolasi ke dalam labu bundar
b. Dikisatkan
c. Ditambahkan 5 ml air dan 3,5 ml HCl pekat
d. Disaring
3. Reaksi-reaksi piperin
1) Reaksi-reaksi dengan KMnO4
a. Dimasukkan 1 ml larutan alkoholis hasil isolasi ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 2 tetes KMnO4
2) Reaksi dengan pereaksi benedict
a. Dimasukkan 1 ml laritan alkoholis hasil isolasi ke dalam tabung reaksi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan benedict
3) Reaksi dengan pereaksi molisch
a. Dimasukkan 1 ml larutan alkoholis hasil isolasi
b. Ditambahkan 20 tetes HCl 10%
c. Kemudian ditambahkan 3 tetes larutan pereaksi molisch

F. HASIL PENGAMATAN
1. Isolasi piperin

No. Perlakuan Hasil pengamatan


a. Berat merica bubuk 14,7 gram
b. Bungkus dengan kertas noda dan ikat lalu Dibungkus dengan kertas
dimasukkan kedalam soklet
c. Etanol ditambahkan ke dalam soklet Larutan tak berwarna
d. Lada dimasukkan ke dalam soklet selama Ekstraksi selama 1 jam
1 jam
e. Diuapkan hingga terdapat 1/3 volume Larutan berwarna kuning
jernih
f. Ditambahkan NaOH alkoholis 10% Larutan berwarna kuning
g. Diaduk dan disaring Larutan berwarna kuning
h. Kristal dikeringkan Larutan berwarna kuning
i. Kristal ditimbang Massa1 = 1,4 gram
2. Degradasi piperin

No. Perlakuan Hasil pengamatan


a. 20 ml larutan alkoholis+dikisatkan Larutan berwarna orange
dan tersisa 5 ml
b. + air 5 ml + 3,5 ml HCl pekat Larutan terdapat endapan
dan berwarna orange
c. Disaring Terdapar endapan kuning
kecokelatan
Massa2 = 1,8 gram
3. Reaksi-reaksi piperin

No. Perlakuan Hasil pengamatan


a. 1 ml larutan alkoholis + 20 ml tetes HCl Larutan berwarna kuning
10% + 3 tetes KMnO4 keruh + larutan berwarna
ungu
b. 1 ml larutan alkoholis + 20 ml tetes HCl Larutan berwarna kunig
10% + 3 tetes benedict keruh + larutan berwarna
kuning kehijauan
c. 1 ml larutan alkoholis + 20 tetes HCl Larutan berwarna kuning
10% + 3 tetes pereaksi molisch keruh + larutan berwarna
cokelat keruh

G. ANALISIS DATA
1. Isolasi Piperin
Dik: m C17H19O3 = 14,7 gram
Mr C17H19O3N = 285,34 gram/mol
V C2H5OH = 150 mL
Mr C2H5OH = 46,07 gram/mol
ρ C2H5OH = 0,789 gram/mL
Mr C5H10NH = 85,15 gram/mol
m praktek = 1,4 gram
Dit: % rendemen =...?
Penyelesaian:
m C 17 H 19 O3 N
n C17H19O3N =
Mr C 17 H 19 O3 N
14,7 gram
=
285,34 gram/mol
= 0,051 mol
m C2H5OH = ρ C2H5OH . V C2H5OH
= 0,789 g/mol . 150 mL
= 118,35 gram
m C 2 H5 OH
n C2H5OH =
Mr C 2 H5 OH
118,35 gram
=
46,07 gram/mol
= 2,395 mol
C17H19O3N + C2H5OH C5H10NH + C11H9O2 + CH3CHCOOH
OH
M: 0,051 mol 2,395 mol - - -
T: 0,051mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol
S: - 2,344 mol 0,051 mol 0,051 mol 0,051 mol

m C5 H10 NH
n C5H10NH =
Mr C5 H10 NH
m C5 H10 NH
0,070 mol =
85,15 g/mol
m C5H10NH = 5,960 gram
m praktek
% rendemen = x 100%
m teori
1,4 gram
= x 100%
5,960 gram
= 23,49 %
2. Degradasi Piperin
Dik: V C17H19O3N = 5 mL
V H2O = 5 mL
ρ C17H19O3N = 1,193 gram/mL
ρ H2O = 1,00 gram/mL
Mr C17H19O3N = 285,34 gram/mol
Mr H2O = 18 gram/mol
Mr C5H10N-HCl = 120,59 gram/mol
m praktek = 1,8 gram
Dit: % rendemen = . . .?
Penyelesaian:
m C17H19O3N = ρ C17H19O3N . V C17H19O3N
= 1,193 gram/mol . 5 mL
= 5,965 gram
m C 17 H 19 O3 N
n C17H19O3N =
Mr C 17 H 19 O3 N
5,965 gram
=
285,34 gram/mol
= 0,021 mol
m H2O = ρ H2O . V H2O
= 1,00 gram/mol . 5 mL
= 5 gram
m H2O
n H2O =
Mr H 2 O
5 gram
= 18 gram/mol

= 0,277 mol

HCL
C17H19O3N + H2O C5H10N-HCl + C11H9O2COOH + H+
M: 0,021 mol 0,277 mol - - -
T: 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol
S: - 0,256 mol 0,021 mol 0,021 mol 0,021 mol
m C5 H10 N-HCl
n C5H10N-HCl = Mr C5 H10 N-HCl
m C5 H10 N-HCL
0,021 mol =
120,5 g/mol
m C5H10N-HCl = 2,5303 gram

m praktek
% rendemen = x 100%
mteori
1,8 g
= x 100%
2,5303 g
= 71, 14 %

H. PEMBAHASAN

Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang termasuk dalam golongan
turunan piridin. Terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper ningrum), dalam
jumlah cukup banyak. Mempunyai bau yang khas dan tajam, rasa pedas
membakar lidah. Sifat racun alkaloid ini paling kecil dibandingkan sebagian besar
alkaloid lainnya (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021 : 26).
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip isolasi senyawa organik
dari bahan alam, khususnya golongan alkaloid, teknik isolasi dalam bahan alam,
ekstraksi kontinyu, pemisahan lainnya dan cara pemurniannya dan mengenal sifat-
sifat kimia piperin berdasarkan struktur dan hasil degradasinya. Adapun
percobaan yang dilakukan yaitu:
1. Isolasi Piperin
Percobaan ini bertujuan untuk mengisolasi piperin dari lada hitam. Uji positif
percobaan ini adalah terbentuknya kristal piperin berwarna kuning. Isolasi adalah
proses pengambilan senyawa bahan alam dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Tumbuhan yang akan diisolasi adalah lada hitam yang akan diambil
senyawa piperinnya. Piperin adalah senyawa organik bahan alam yang terbentuk
dalam golongan turunan piridin yang terdapat dalam tanaman lada hitam (Piper
nigrum), dalam jumlah cukup banyak (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 27).
Sebelum isolasi dilakukan, pertama-tama dilakukan preparasi sampel yaitu
lada hitam dibungkus dengan kertas saring dan diikat dengan tali yang
sebelumnya diisi kapas sebelum dan setelah memasukkan sampel pada bundle
agar ampas yang ada di lada tidak terikut pada saat melakukan ekstraksi sehingga
diperoleh piperin yang murni. Kertas saring digunakan sebagai pembungkus
karena kertas saring mempunyai dinding yang tipis dan berpori yang dapat
mempermudah pelarut untuk menyerap piperin yang terkandung di dalam sampel.
Etanol 95% digunakan sebagai pelarut dalam isolasi piperin karena etanol
merupakan pelarut universal yang memiliki gugus OH- yang dapat mengikat
senyawa polar dan gugus etil yang dapat mengikat senyawa nonpolar, itulah
sebabnya sehingga etanol dapat melarutkan piperin dalam lada yang bersifat polar.
Penggunaan etanol juga dikarenakan oleh sifat volatil yang dimiliki oleh etanol,
dimana dalam keadaan panas mudah melarutkan piperin dan dalam keadaan
dingin mudah membentuk kristal. Sebelum melakukan ekstraksi, terlebih dahulu
dimasukkan beberapa butir batu didih pada labu bundar agar pada saat pemanasan
tidak terjadi letupan-letupan pada labu. Batu didih berfungsi untuk meratakan
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan. Pori-pori dalam batu didih
akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke
permukaan larutan (ini akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung kecil
pada batu didih).
Ekstraksi merupakan proses penarikan senyawa-senyawa yang ada dalam
tumbuhan (Vogel, 1994: 165). Ekstraksi berlangsung dengan menggunakan
prinsip sokletasi, dimana prinsip kerja dari sokletasi adalah penguapan dan
pendinginan. Prinsip sokletasi diawali dengan pemanasan pelarut etanol dalam
labu bundar sehingga menguap dan didinginkan menggunakan kondensor, lalu
akhirnya jatuh menjadi cairan ke lada hitam yang berfungsi untuk melarutkan zat
aktif di dalam lada hitam. Pelarut etanol yang menbawa zat aktif di dalam lada
hitam akan keluar melalui pipa kecil menuju labu bundar, maka terjadilah satu
kali proses sirkulasi. Proses ini terjadi secara kontinyu sehingga disebut ekstraksi
kontinyu. Proses ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali sirkulasi sehingga piperin
yang terkandung dalam lada hitam telah terikat oleh etanol, yang dapat dilihat dari
perubahan warna larutan menjadi coklat kehijauan.
Larutan ekstrak yang diperoleh dikisatkan di atas penangas air sampai
larutannya cukup pekat dengan tujuan untuk menguapkan sisa etanol yang
terkandung di dalam larutan tersebut. Kemudian ditambahkan larutan NaOH
alkoholis 10% dan menghasilkan larutan berwarna cokelat kehiauan. Penambahan
NaOH alkoholis 10% bertujuan untuk memberikan suasana basa pada larutan,
untuk mengikat piperin dan mencegah terjadinya dekomposisi atau penguraian
pada senyawa tersebut. Larutan diaduk dan disaring untuk menghilangkan zat-zat
pengotor atau zat-zat yang tidak diinginkan pada larutan tersebut. Larutan ini
diambil beberapa mL untuk pengujian reaksi-reaksi piperin dan sisanya diukur
dengan teliti dan dibagi dua sama banyak, satu bagian dikisatkan agar diperoleh
larutan yang agak kehijauan dan bagian lainnya untuk degradasi piperin. Bagian
pertama dikisatkan dan dibiarkan beberapa saat pada suhu kamar agar dapat
membentuk endapan kristal kuning. Larutan didinginkan dalam air es agar lebih
mudah mendapatkan kristal. Kristal yang terbentuk disaring dengan corong
buchner yang dilengkapi dengan kertas saring whatman dengan tujuan untuk
dapat memisahkan zat-zat lain lalu dikeringkan agar diperoleh kristal piperin.
Kristal yang diperoleh ditimbang dan diperoleh kristal piperin sebanyak 1,4420
gram dan dilakukan pengujian titik leleh didapatkan titik lelehnya adalah 110oC-
135oC. Hal ini telah sesuai dengan teori yakni titik leleh piperin adalah 126 oC –
135oC. Adapun persamaan reaksinya yang terjadi pada percobaan yaitu :
O O
O
N C CH CH CH CH + CH CH OH NaOH NH + CH CH CH CH C OH + CH3CH2OH
3 2
O O O

(piperin) (etanol) (piperidin) (asam piperat)

Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa berat kristal yang
seharusnya diperoleh yaitu 5,95 gram dengan rendemen 100%. Rendahnya massa
kristal yang diperoleh disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah proses
ekstraksi alat yang digunakan juga tidak bekerja secara efisien sehingga hal ini
mempengaruhi proses sirkulasi serta hasil dari ekstraksi tersebut, sehingga massa
kristal yang diperoleh sangat sedikit. Titk leleh dari piperin secra teori adalah
1260C-1350C (Tim Dosen Kimia Organik II, 2021: 28).
Mekanisme reaksi:
a. Tahap I

O
+ C2H5OH
N
O

O O
+ C2H5O-
N+
O

H
O

b. Tahap II
O
+ C2H5O-
+
N
O

H O
O
+ C2H5O-
+
N + O

O
H
piperidin

c. Tahap III
O

+ + C2H5O- + NaOH
N + O

O
H
piperidin
O
+ C2H5O- + Na+ + OH-
+
+ O
N
O
H

d. Tahap IV

+ + C2H5O- + Na+ + OH-


N O

O
H O
HO
+ + C2H5O- + Na+
N O

O
H
e. Tahap V
O
HO
+ + C2H5O- + Na+
O
N
O
H O
HO +C2H5ONa
+
O
N
O
H natrium
piperin as. piperat etoksi

2. Degradasi Piperin
Degradasi piperin merupakan proses penguraian senyawa piperin menjadi
senyawa-senyawa penyusunnya yaitu piperidin hidroklorida banyak (Tim Dosen
Kimia Organik II, 2019: 28). Larutan alkaholis yang diperoleh dari isolasi piperin
dipekatkan dengan tujuan mengendapkan etanol. Larutan tersebut direfluks
dengan tujuan untuk menguapkan sisa alkohol dan agar terjadi reaksi degradasi
sempurna. Residu yang diperoleh dari hasil refluks disuspensikan dengan aquades
yang berfungsi untuk menjenuhkan larutan agar pada saat penambahan HCl, asam
piperat mudah mengendap dan mudah terpisah dari larutan piperidin hidroklorida.
Endapan kemudian disaring dan filtratnya didinginkan di dalam air es untuk
mempermudah terbentuknya kristal. Kristal yang diperoleh dikeringkan dan
ditimbang beratnya. Kemudian dilakukan pengujian titik leleh Dalam teori, titik
leleh dari kristal piperidin hidroklorida yaitu 216°C (Tim Dosen Kimia Organik
II, 2021).
Tetapi pada percobaan ini tidak terbentuk Kristal dan tidak sesuai dengan
teori yang mengatakan bahwa akan terbentuk Kristal. Adapun mekanisme
reaksinya:
O O

O
N C CH CH CH CH + H2O HCl N HCl + CH CH CH CH C OH + H+
O O O

(piperin) (piperin hidroklorida)


Mekanisme reaksi yang terjadi:
1) Tahap pertama

O
O

N C CH CH CH CH + H OH HCl N C CH CH CH CH + H OH
O O HCl O O

2) Tahap kedua
O
O
O
N C CH CH CH CH + H OH N + CH CH CH CH C+ + H OH
HCl O HCl O
O

3) Tahap ketiga
O
O
O
N + CH CH CH CH C+ O
+ H OH N + CH CH CH CH C + H+
HCl O
HCl O H
(piperin hidroklorida) (asam piperat)

3. Reaksi-reaksi Piperin
a. Reaksi dengan KMnO4
Percobaan ini dilakukan untuk menguji bahwa piperin
mudah teroksidasi dengan menggunakan kalium
permanganat sebagai okidator kuat. Percobaan ini diawali
dengan menambakan HCl ke dalam larutan alkoholis.
Penambahan HCl Penambahan larutan HCl encer untuk
menetralkan larutan alkoholis yang bersifat basa. Kemudian larutan tersebut
direaksikan dengan KMnO4 encer untuk mengoksidasi piperin dan menghasilkan
larutan berwarna ungu. Hasil ini menandakan bahwa piperin mudah teroksidasi
oleh KMnO4 yang ditunjukkan dengan pengujian positifnya yang berubah warna
menjadi ungu. Hal ini sesuai dengan teori terbentuknya larutan berwarna ungu
menandakan piperin merupakan reduktor.
Adapun persamaan reaksinya:
O
COOH
+ MnO2
N C CH CH CH CH + KMnO4
HCl N + 2 COOH COOH +

O O HCl
(piperin) (kalium permanganat) (piperin hidroklorida) (asam oksalat)

b. Reaksi dengan Benedict


Percobaan ini bertujuan untuk menguji adanya gula pereduksi
pada piperin(Tim Dosen Kimia Organik II, 2019). Percobaan ini
digunakan larutan alkoholis yang telah diperoleh pada isolasi piperin
larutan alkoholis ditambahkan dengan HCl 10% untuk menetralkan
larutan yang bersifat basa jadi dinetralkan dengan larutan yang
bersifat asam dan untuk menaikkan pH. Kemudian ditambahkan
dengan pereaksi fehling menghasilkan larutan berwarna hijau dan
terdapat endapan. Hal ini menandakan bahwa pada piperin mengandung gugus
karbonil yang dapat direduksi oleh Cu2+. Adapun reaksi yang terjadi yaitu :

O O
HCl C O-
+ Cu2O + 3 H2O
N + 2 COOH COOH +
2+ -
N C CH CH CH CH + 2 Cu + 5OH
O O HCl

(piperin) (piperin hidroklorida) (asam oksalat) (asam piperianoat)

c. Reaksi dengan Molisch

Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui adanya cincin


furfural dalam piperin yaitu gugus epoksi. Percobaan ini
digunakan larutan alkoholis yang telah diperoleh pada
isolasi piperin larutan alkoholis ditambahkan dengan HCl 10% untuk menetralkan
larutan yang bersifat basa jadi dinetralkan dengan larutan yang bersifat asam dan
untuk menurunkan pH. Kemudian larutan ditambahkan dengan pereaksi molish
menghasilkan larutan berwarna coklat. Hal ini menandakan bahwa pada piperin
mengandung cincin furfural yakni gugus epoksi. Adapun reaksi yang terjadi
yaitu :
O OH
O
HCl
N C CH CH CH CH + N + HO C CH CH CH CH +
2
O O HCl

(piperin) (a- naftol) (piperin hidroklorida) cincin kuning


(epoksi)

I. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
a. Prinsip isolasi senyawa organik dari bahan alam, khususnya dari golongan
alkaloid yaitu alkaloid diekstrak ke dalam larutan asam dalam air (umumnya
asam hidroklorida, sitrat, atau tartrat) dan komponen netral atau basa dari
campuran asal dipisahkan dengan ekstraksi pelarut. Setelah larutan berair
dibasakan, maka alkaloid diperoleh dengan ekstraksi ke dalam pelarut yang
sesuai.
b. Teknik isolasi dalam bahan alam yaitu ekstraksi kontinyu, pemurnian dengan
cara pengkristalan, dan cara pemurniannya.
c. Reaksi piperin dengan KMnO4 untuk menunjukkan bahwa piperin mudah
teroksidasi, sehingga menghasilkan larutan berwarna ungu. Reaksi piperin
dengan benedict untuk menguji adanya gugus karbonil dalam piperin yang
dapat direduksi oleh Cu2+, sehingga menghasilkan larutan berwarna kuning
kehijauan. Reaksi piperin dengan pereaksi molisch untuk mengetahui adanya
cincin furfural dalam piperin sehingga menghasilkan larutan berwarna cokelat
keruh.
2. Saran
Diharapkan pada praktikan agar kiranya mengusai setiap prosedur kerja
yang akan dilakukan serta mengetahui fungsi alat dan bahan yang akan digunakan
agar tidak terjadi kekeliruan didalam laboratorium dan diharapkan untuk berhati-
hati dalam melakukan praktikum agar tidak merusak alat yang ada di
laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Kristanti,Alfinda Novi.Nanik Siti Aminah.Mulyadi Tanjung.Bambang


Kurnadi.2008.Buku Ajar Fitokimia.Surabaya:Airlangga University
Press
Leba,Marion Aloisia Uron.2017.Ektraksi dan Real
Kromatografi.Yogyakarta:DEEPUBLISH
Saputra, Suroto Hadi. 2020. Mikroemulsi Ekstrak Bawang Tiwai. Yogyakarta:
DEEPUBLISH
Wilantari., Putri., Putra., Nugraha., Syawalistianah., Prawitasari., Samirana .2018.
Isolasi Kafein dengan Metode Sublimasi dari Fraksi Etil Asetat Serbuk
Daun Teh Hitam. Lantanida Farmasi Udayana. Vol. 6 No. 2.
Yuliani, Sri., Suyanti,Satuhu.2012. Panduan Lengkap Minyak
Asiri.Jakarta:Penebar Swadaya.
Yunus., Nalamuga . 2020. Etraction and Characterization of Caffein: A
Biochemical Compound Contained In Some Locally Consumed Tea
Leaves. International Journal of Research and Scientific Innovation.
Vol. 7. No.1. ISSN 2321-2709
Zarwinda, Irma., Dewi, Sartika .2018. Pengaruh Suhu Dan Waktu Ekstraksi
Terhadap Kafein Dalam Kopi. Lantanida Journal. Vol. 6 No. 2.

Tim Dosen Kimia Organik II. 2021. Penuntun Praktikum Kimia Organik II.
Makassar : Jurusan Kimia FMIPA UNM

Anda mungkin juga menyukai